• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterangan

* Kadar Bahan limbah yang memenuhi persyaratan baku mutu air limbah tersebut tidak diperbolehkan dengan cara pengenceran yang airnya secara langsung dari sumber air. Kadar bahan limbah tersebut adalah kadar maksimal yang diperbolehkan, kecuali pH yang meliputi juga kadar yang minimal.

** Kadar radioaktif mengikuti peraturan yang berlaku

*** Limbah pestisida yang berasal dari industri yang memformulasi atau memproduksi dan dari konsumen yang mempergunakan untuk pertanian dan lain-lain, tidak boleh menyebabkan pencemaran air yang mengganggu pemanfaatannya.

(4) Badan Air Penerima

Badan air penerima pembuangan air limbah kawasan adalah sungai. Sungai akan selalu menanggung beban pencemaran, apabila setiap industri yang membuang limbahnya tidak sesuai dengan persyaratan/baku mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu sebelum disalurkan menuju badan air penerima, maka kualitas air buangan limbah industri terlebih dahulu melalui pengujian kualitas air seperti yang tercantum pada tabel sebelumnya.

P. Rencana Pengelolaan Persampahan

Sampah yaitu limbah buangan yang sifat bahannya padat ataupun setengah padat yang merupakan hasil manusia dan aktivitas binatang yang tak dikehendaki, atau penuh resiko. Secara garis besar sampah terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut.

Sampah sebagai barang sisa yang mudah terbakar (seperti kertas, kayu, dan kain) atau maupun tahan api (seperti metal, gelas/kaca, dan keramik)

Sampah dalam bentuk debu sebagai sisa pembakaran bahan bakar padat

Sampah bekas pohon tumbang, bekas pembangunan, dan sejenisnya.

Sampah yang berasal dari binatang mati.

Barang sisa industri: seperti material bahan-kimia, cat, dan pasir

Sampah sisa tambang yang meliputi tumpukan ampas bijih dan batubara.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 58

Konsep dasar pengelolaan sampah padat yang dihasilkan di kawasan perencanaan adalah dengan konsep 4R, yaitu

Reduce, minimisasi sampah dari sumber;

Reuse, memanfaatkan kembali sampah;

Recovery, melakukan upaya untuk perolehan kembali bahan-bahan yang berguna;

Recycle, melakukan pemrosesan sehingga menghasilkan produk lainnya;

Pengolahan (pembakaran sampah) sampah dengan memenuhi persyaratan lingkungan contohnya insinerator;

Menyediakan tempat sampah di setiap perusahaan dengan sistem retribusi

Penimbunan sampah di TPA yang ramah lingkungan.

Dalam kaitannya dengan pembuangan dan pengolahan sampah, terdapat beberapa metode penanganan, yaitu sanitary landfill, incinerator (pembakaran), pengomposan dan metode daur ulang sampah.

(1) Sanitary Landifill

Pengolahan sampah menggunakan metode Sanitary Landfill agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat adalah cara pengolahan sampah termurah. Dalam proses sanitary landfill modern, sampah disebarkan membentuk lapisan tipis kemudian dipadatkan menggunakan suatu traktor sebelum dilapisi lapisan sampah berikutnya. Ketika ketebalan sampah mencapai sekitar 3 m, lapisan sampah yang sudah dipadatkan tersebut ditutupi lapisan tanah kemudian kembali dipadatkan. Proses tersebut dilakukan berulang. Polusi udara dan air tanah yang mungkin terjadi perlu diantisipasi dengan melakukan pemilihan lokasi yang sesuai, lapisan tanah yang kering, dan kedalaman air tanahnya harus di bawah air tanah sumur penduduk terdekat sekitarnya. Gas metana yang dihasilkan proses sanitary landfills dialirkan dengan menggunakan pipa.

(2) Incinerator

Pengolahan sampah menggunakan pendekatan incinerator yaitu sampah dibakar di dalam ruang bakar. Pembakaran sampah pada umumnya dapat

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 59

mencakup 85 sampai 90 persen, dan salah satu keluarannya yaitu panas pembakaran meliputi gas CO2, oksida belerang, zat lemas serta gas polutan lainnya.

(3) Pengomposan (gambar 2.23.)

Pengolahan sampah melalui pengomposan meliputi penghancuran bahan organik oleh jasad renik aerobik.

Pertama-tama sampah dipilah-pilah berdasarkan sampah organik dan sampah an-organik. Sampah yang dapat diolah menggunakan pendekatan pengomposan adalah sampah organik, sedangkan sampah an-organik diolah melalui pendekatan daur ulang.

Sampah ditempatkan pada suatu tempat kemudian secara biologis menjadi suatu humus menggunakan suatu zat lemas, fosfor, dan kalium dengan perbandingan antara 1 sampai 3 persen dari total volume sampah.

Setelah sekitar tiga minggu, produk siap untuk diolah lebih lanjut dengan mencampurnya dengan aditip, pengantongan, dan memasarkan.

Proses pengomposan sampah dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Komposter Drum Plastik Pasangan Bata Karung

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya, Direktorat Penyehatan Lingkungan Pemukiman, “Pedoman Umum 3R Berbasis Masyarakat dan Kawasan, 2007

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 60

Gambar 2.23. Proses Pengomposan Sampah

(4) Daur Ulang

Pengolahan sampah lainnya adalah dengan cara mendaur ulang sampah tersebut menjadi produk baru yang tidak berbahaya bahkan dapat dimanfaatkan kembali. Material sampah yang dapat didaur ulang pada umumnya terdiri dari logam, plastik, dan kertas. Barang-barang hasil daur ulang sampah di antaranya dapat berupa peralatan rumah tangga, peralatan perbengkelan (sampah logam), kantong plastik dan perkakas rumah tangga dari bahan plastik (sampah plastik), dan kertas koran maupun buku (sampah kertas).

Pendauran ulang meliputi kegiatan koleksi, pengolahan, dan penggunaan kembali material yang pada awalnya sudah tidak berguna lagi. Material yang dapat didaur ulang antara lain logam, gelas/kaca, kertas dan plastik.

Perkiraan volume sampah (limbah padat) yang dihasilkan pada kawasan industri KEK TAA, dengan luas lahan yang ada, maka kawasan akan menghasilkan volume sampah 16.178,37 m3/Hari dengan volume sampah pada kawasan reklamasi sebanyak 8.060,44 m3/Hari dan pada kawasan darat sebanyak 8.117,93 m3/Hari.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 61

Pengelolaan sampah di TPA nantinya berkoordinasi dengan pengelolaan sampah terpadu di tingkat provinsi, baik mengenai lokasi maupun proses pengangkutan menuju TPS-TPS yang ada di Kawasan, tersebar di setiap kavling industri, yaitu sebanyak 71 unit bak sampah dengan dukungan armada (1 armada/10 Ha) adalah 283 armada, dimana pada kawasan darat khususnya memerlukan 142 armada truk sampah.

Sampah dari jenisnya dibedakan menjadi sampah biasa atau sampah rumah tangga bukan dari jenis berbahaya (non B3) serta sampah berbahaya (B3). Untuk pembuangan sampah tidak berbahaya dapat dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara sebelum dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir. Sedangkan untuk sampah berbahaya pembuangannya dilakukan secara khusus dengan membedakan areanya di dekat lokasi TPS Sampah (gambar 2.24.). Rencana sistem pengangkutan: arah angkut dan letak TPS di lokasi Tanjung Api-Api dan lokasi KEK diplot dalam gambar 2.25. dan gambar 2.26..

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 62

Pengangkutan sampah non B3 dilakukan dari kavling ke kavling melalui gerobak sampah dan dikumpulkan pada sub TPS di tiap segmen sebelum diangkut menggunakan truk ke TPS kawasan. Sedangkan untuk pembuangan sampah berbahaya langsung diambil dengan Dump Truck untuk dibawa ke tempat pembuangan khusus sementara di dekat TPS biasa sebelum dikirim keluar kawasan. Untuk menghindari dampak negatif terhafap lingkungan, maka pengolahan limbah padat sebaiknya dilakukan dengan menggunakan incenerator, dimana insenerator dapat mengurangi volume sampah hingga 95-96%, tergantung komposisi dan derajat recovery sampah. Ini berarti insinerasi tidak sepenuhnya mengganti penggunaan lahan sebagai area pembuangan akhir, tetapi insinerasi mengurangi volume sampah yang dibuang dalam jumlah yang signifikan.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 63

Gambar 2.25. Peta Rencana Persampahan Kawasan Tanjung Api Api

Gambar 2.25

Petea Rencana Persampahan Kawasan Tanjung Api Api

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 64

Gambar 2.26. Peta Rencana Persampahan KEK Darat Tanjung Api Api