• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.26. Peta Rencana Persampahan KEK Darat Tanjung Api Api

Q. Penyusunan Master Plan Kawasan Ekonomi Khusus

Master plan kawasan ekonomi khusus Tanjung Api-api sedang disusun, bersamaan dengan penyusunan dokumen AMDAL.

Gambar 2.26 Peta Rencana

Persampahan KEK Darat Tj. Api Api

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 65

(1) Tahap Konstruksi (Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus)  Pembentukan Badan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus

 Peran badan pengelola adalah mengelola kawasan ber-dasarkan kebijakan dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten.

 Mengusahakan terselenggaranya kerjasama yang baik antara pemerintah kabupaten, pengelola kawasan, para penghuni serta pihak lain yang terkait di dalam kawasan.

Tugas administratif dan teknis konstruksi dilakukan oleh Badan Pengelola.  Tugas Administratif Konstruksi

Menyusun pedoman dan peraturan pengembangan dan pengelolaan kawasan atau estate management guideline (EMGL).

 Tugas Teknis Konstruksi

1. Perizinan

 Permohonan SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Pembe-basan Lahan) kepada pemerintah kabupaten.

 Permohonan SIPPT (Surat Ijin Peruntukan dan Peng-gunaan Tanah) kepada pemerintah untuk mem-bebaskan kawasan sebagai areal kerja.

Penetapan/pengesahan Rencana Induk Kawasan (Mas-ter Plan) dari kawasan yang akan dibangun dan dikelola.

Penetapan/pengesahan rancang bangun kota (Urban Design Guideline) dari kawasan yang akan dibangun dan dikelola.

2. Pembangunan Kawasan

 Pembebasan dan penguasaan tanah.

 Pematangan bidang tanah kawasan dan penyiapan prasarana, drainase, utilitas, dan fasilitas umum.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 66

 Pembangunan sarana teknis dan penunjang meliputi: Jalan utama, Jalan madya, Kabel listrik, Kabel telkom, Pipa air bersih, Sistem drainase, Kolam penampung limbah cair terpadu, Kantor Pos pembantu, Bank, Poliklinik, Unit Pemadam Kebakaran, Bengkel per-alatan pabrik, Jasa pemeliharaan dan rancang bangun, Fasilitas training, Fasilitas perbelanjaan, Per-gudangan, Pelabuhan, Sarana olahraga (golf, tenis, dll).

(2) Tahapan Operasional (Pemeliharaan Kawasan Ekonomi Khusus)

Pemeliharaan kawasan ekonomi khusus yang mencakup tugas administratif dan tugas teknis dilakukan oleh Badan Pengelola. Demikian pula halnya dengan pengelolaan kawasan, dilakukan oleh Badan Pengelola.

 Tugas Administratif Pemeliharaan

 Pengelolaan sistem keamanan, ketertiban masyarakat dan umum untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan tertib bagi penghuni dan pengunjung.

 Penyediaan jasa dalam rangka mempermudah pelaksanaan layanan administrasi pemerintahan ter-masuk pelayanan pengurusan perizinan yang diperlukan oleh pengguna kawasan dan pembayaran retribusi atau pajak.

 Kegiatan pemasaran dan pemanfaatan blok-blok bangunan serta

pelaksanaan pembangunan, peng-operasian, dan perawatan

lingkungan, bangunan, pra-sarana, utilitas, dan sarana umum lingkungan.

 Koordinasi dalam pengaturan lalu lintas, dan pengaturan sistem perparkiran.

 Pengelolaan kawasan yang dilakukan berdasarkan fungsi pelayanan oleh pengelola kawasan dengan pertimbangan ekonomi dan sosial.  Tugas Teknis Pemeliharaan

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 67

 Pemeliharaan prasarana jalan kendaraan, setapak/gang/ trotoar/pedestrian, jembatan, dan tempat parkir.

 Pemeliharaan saluran pembuangan air limbah dan kolam oksidasi.

 Pemeliharaan sistem pengolahan limbah cair dan saluran pembuangan air hujan: saluran tertutup dan saluran terbuka.

 Pemeliharaan utilitas: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, terminal angkutan umum, pembuangan sampah, dan pemadam kebakaran.

 Pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas sosial: poli-klinik, warung/toko, pelayanan umum, peribadatan, taman/ruang terbuka hijau/rekreasi, sarana olahraga dan lapangan terbuka, serta keamanan dan ketertiban.

(3) Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus

Kawasan ekonomi khusus memerlukan upaya pengelolaan, idealnya pengelolaan tersebut dilaksanakan langsung oleh pemerintah kabupaten dengan membentuk badan usaha milik daerah, namun karena keterbatasan biaya serta adanya potensi partisipasi stakeholder lain untuk turut mengelola perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan sistem pengelolaan kawasan ekonomi khusus dengan pendekatan kemitraan.

Sementara itu, penduduk juga berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pemenuhan kebutuhan tersebut pada prinsipnya mengutamakan efisiensi, terutama kemudahan pencapaian (aksesibilitas), sehingga penduduk menginginkan segala fasilitas/sarana pemenuhan kebutuhannya berada di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini menyebabkan terjadinya pengelompokan (aglomerasi) kegiatan.

Pada sisi lain, kesadaran penduduk akan hukum sudah makin tinggi serta keinginan untuk berperan aktif dalam pembangunan juga memberikan warna bagi pengelolaan kawasan. Meningkatnya kesadaran tersebut juga menyangkut akan kualitas barang dan jasa termasuk pelayanan umum lingkungan. Pengelola kawasan harus dapat menampung aspirasi tersebut

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 68

dan melibatkannya secara aktif dalam pembangunan kawasan, sehingga hasil dari pembangunan kawasan tersebut dapat dinikmati dan dikelola secara menyeluruh oleh semua pihak yang terlibat, baik pemerintah maupun masyarakat swasta (kemitraan/gotong royong).

Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana yang yang digariskan dalam rencana tata ruang kawasan diperlukan perangkat pengelolaan yang berperan di dalam pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pembangunan kawasan, agar keseluruhan pelaksanaan pembangunan yang berkesinam-bungan dapat dicapai dengan baik. Upaya-upaya untuk dapat mengefektifkan rencana tata ruang kawasan tersebut masih memerlukan peningkatan didalam kerangka pembangunan kawasan yang berdasarkan rencana tata ruang ini, sehingga tujuan penataan ruang kawasan industri ini dapat dicapai secara efektif

Sebagaimana bidang usaha lainnya, maka upaya pengefektifan pelaksanaan rencana tata ruang kawasan industri memerlukan suatu manajemen dari semua unsur yang terkait didalam rencana tersebut. Pengelolaan kawasan ini seyogyanya dilaksanakan oleh suatu badan khusus yang berupa badan pengelola kawasan dan dapat juga dalam bentuk perusahaan milik daerah atau kerjasama pemerintah dan masyarakat/ pengusaha, dalam hal ini lembaga tersebut berfungsi sebagai estate management.

Lembaga pengelola kawasan ini berkewajiban mengelola pelaksanaan penataan kawasan industri dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan kawasan berdasarkan pengaturan, pengendalian, dan koordinasi yang ditetapkan pemerintah

Di dalam rencana pembangunan. Pelayanan kepemerintahan yang menyangkut penetapan penyusunan dan penciptaan suatu kawasan yang dikembangkan ini telah menjadi wewenang pemerintah kabupaten. Akan tetapi pengelolaan dan pemeliha-raan kawasan dapat dilaksanakan atas nama pemerintah kabupaten seperti dalam hal penyediaan prasarana dan sarana umum, pelayanan umum, serta jasa.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 69

Kerjasama pemerintah kabupaten, pengelola kawasan, dan pemilik, pengguna, penghuni bangunan serta pihak lain yang terkait dengan kawasan adalah esensial. Jadi manajemen ini mempunyai peranan cukup berarti dalam membantu peme-rintah kabupaten dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan guna tercapainya tujuan pembangunan kawasan industri. Untuk lebih jelasnya, hubungan hak dan kewajiban antara pemerintah kota dan badan pengelola kawasan disajikan pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Hubungan hak dan kewajiban antaran pemerintah kabupaten dengan badan pengelola kawasan.

Uraian Peran Pemerintah

Kabupaten

Peran Pengelola Kawasan

Hak Pengurusan rumah tangga

kabupaten

Pengelolaan kawasan berdasarkan ketentuan yang berlaku atau ditetapkan

dalam pengelolaan dan pelayanan umum kawasan

Kewenangan Kewenangan pemerintahan Kewenangan pemerintahan sebagian diatur dan ditugaskan kepada

pengelola kawasan Kewajiban Menyediakan kebutuhan dan

pelayanan kepada masyarakat Menyusun petunjuk teknis pembangunan, pemanfaatan,

dan pengendalian pembangunan sebagai syarat

perizinan

Menyediakan kebutuhan dan pelayanan kepada masyarakat untuk

prasarana dan sarana umum

Sumber: Studi Kelayakan, 2011

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, jelaslah bahwa estate management berperan sebagai badan/lembaga yang bergerak dalam bidang pelayanan umum dan pengelolaan kawasan.

Pelayanan yang diselenggarakan oleh estate management terutama memenuhi kebutuhan bersama atau umum dalam skala lingkungan/kawasan yang langsung dibutuhkan/diguna-kannya. Tujuan utama estate management adalah mening-katkan kualitas lingkungan, pengelola kawasan ekonomi khusus, dan memelihara hasil pembangunan, mengurangi beban pemerintah, sekaligus meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintah kabupaten.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 70

 Aspek Teknis

Dalam proses pembangunan dan pengelolaan kawasan, hak dan kewajiban estate management didasarkan pada ketentuan pemerintah kabupaten yang berlaku dan berpedoman pada rencana pengembangan kawasan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten. Dalam perwujudannya peran pengelola kawasan adalah:

1. Sebagai Pengembang (developer) Kawasan

Dalam peran ini pihak swasta tersebut mengelola:

 Pembebasan dan penguasaan tanah

 Pematangan bidang tanah (lahan) kawasan dan penyiapan prasarana, utilitas, dan fasilitas umum.

 Penyiapan blok/sub blok siap bangun.

 Ketentuan dan norma teknis pemanfaatan lahan, bangunan maupun lahan pembangunannya dengan memperhatikan kriteria sebagai kawasan lindung cagar budaya, koordinasi perencanaan dan pembangunan blok bangunan maupun kawasan.

2. Sebagai Lembaga Pelayanan Jasa

Dalam peran ini pengelola kawasan tidak berwenang melakukan kegiatan pelayanan ke pemerintahan, namun dapat melakukan kegiatan atas nama pemerintah kabupaten dalam memberikan pelayanan tertentu yang dibutuhkan oleh pemilik, penghuni, dan pelaku kegiatan di dalam kawasan, termasuk didalam pelayanan, keamanan, kebersihan, penyediaan sarana umum dan lain-lain.

a. Sebagai Pengelola Kawasan

Dalam peran ini lembaga pengelola kawasan yang bersangkutan berkewajiban untuk:

Mengelola, mengoperasikan dan memelihara kawasan atas dasar kebijaksanaan dan koordinasi yang digariskan oleh pemerintah kabupaten. Mengusahakan terselenggaranya kerjasama yang baik

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 71

antara pemerintah kabupaten, pengelola kawasan, para penghuni serta pihak-pihak lain yang terkait di dalam kawasan.

Adapun proses penyelenggaraan estate management adalah:

 Permohonan SP3L (Surat Persetujuan Prinsip Pem-bebasan Lahan) dari estate management kepada pemerintah kabupaten.

 Permohonan SIPPT (Surat Ijin Peruntukan dan Peng-gunaan Tanah) dari estate management kepada pemerintah untuk membebaskan kawasan sebagai areal kerja.

Penetapan/pengesahan Rencana Induk Kawasan (Master Plan) dari kawasan yang akan dibangun dan dikelola estate management.

Penetapan/pengesahan rancang bangun kota (Urban Design Guideline) dari kawasan yang akan dibangun dan dikelola estate management.

Selanjutnya pelaksanaan kegiatan administratif dari estate management ini memerlukan persyaratan berikut:

1. Penerbitan surat keputusan bupati tentang penugasan estate management kawasan kepada suatu badan hukum.

2. Penyusunan pedoman dan peraturan pengembangan dan pengelolaan kawasan atau estate management guideline (EMGL)

Ditinjau dari segi fungsinya EMGL merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan RTBL. Perbedaannya adalah RTBL merupakan pemandu yang bersifat teknis, sedangkan EMGL adalah pemandu dalam hal manajemen pengelolaannya. EMGL terdiri dari:

1. Fase Perencanaan

2. Fase Pelaksanaan (konstruksi)

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 72

Secara lebih spesifik EMGL memiliki peranan dalam pengelolaan kawasan baik dalam lingkup peran yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat yaitu:

1. Sebagai pemandu, bagi instansi-instansi terkait dalam membina, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan serta pengendalian dalam pengembangan kawasan yang akan dilaksanakan oleh pengembang sesuai fungsi dan perannya.

2. Sebagai pemandu, bagi para pengembang, pengusaha dan masyarakat untuk yang memanfaatkan serta mendayagunakan suatu kawasan/blok/sub sesuai dengan ketentuan RTBL telah ditetapkan baik dalam fase perencanaan, konstruksi dan pemeliharaannya.

3. Sebagai dasar hukum bagi pihak instansi terkait dalam menerapkan langkah-langkah yang harus dilaksanakan secara terpadu dalam rangka agar pengembangan suatu kawasan adalah benar-benar mengikuti/memenuhi kriteria yang ditetapkan serta secara menyeluruh dan mengurangi terjadinya konflik kepentingan.

4. Sebagai dasar hukum yang dapat digunakan bagi instansi terkait, pengembang serta perusahaan utilitas dalam mengupayakan agar pengembangan suatu kawasan dapat dilaksanakan sesuai dengan peran dan fungsinya.

5. Sebagai pedoman, bagi pihak pengembang ataupun perusahaan utilitas dalam melaksanakan pengelolaan kawasan baik pada fase perencanaan, pelaksanaan, maupun pemeliharaan.

6. Sebagai mediator, merupakan sarana yang menjembatani perbedaan-perbedaan persepsi yang mungkin terjadi dalam pengarahan, pembinaan, dan pelayanan pembangunan, baik antar instansi terkait, pengembang dengan instnasi terkait, pengembang dengan swasta lainnya (badan usaha estate management), maupun pengembang dengan masyarakat.

7. Sebagai pengendali pemanfaatan ruang melalui partisipasi masyarakat untuk meningkatkan rasa memiliki dan kepedulian terhadap penataan kawasan.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 73

Sementara itu dalam mengelola kawasan, dengan berpedoman pada Panduan/Pedoman RTBL, kegiatan yang harus dilakukan oleh pengelola kawasan adalah:

Upaya pelayanan bagi para penghuni maupun pengunjung kawasan yang mencerminkan penciptaan kawasan yang bersih, sehat, aman, nyaman, bersahabat, menunjang program pelestarian dan peningkatan mutu lingkungan.

1. Pengelolaan sistem keamanan, ketertiban masyarakat dan umum untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan tertib bagi penghuni dan pengunjung.

2. Penyediaan jasa dalam rangka mempermudah pelaksanaan layanan administrasi pemerintahan termasuk pelayanan pengurusan perizinan tertentu yang diperlukan oleh para pengguna kawasan maupun pembayaran retribusi atau pajak yang merupakan kewajiban penghuni.

3. Kegiatan pembangunan dan pemanfaatan blok-blok bangunan serta pelaksanaan pembangunan, pengoperasian, dan perawatan lingkungan, bangunan, prasarana, utilitas, dan sarana umum lingkungan.

4. Koordinasi dalam pengaturan lalu lintas, dan pengaturan sustem perparkiran berdasarkan peraturan yang berlaku.

5. Pengelolaan kawasan yang dilakukan berdasarkan fungsi pelayanan oleh pengelola kawasan secara pertimbangan ekonomi dan sosial.

 Aspek Organisasi dan Kelembagaan

Aspek organisasi, perhatian utamanya ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek dan bagian afministrasi lainnya untuk melihat apakah hubungan antara masing-masing wewenang (authority) dan tanggungjawab (responsibility) dapat diketahui dengan jelas. Aspek kelembagaan merupakan bentuk hukum badan usaha yang disesuaikan dengan akte pendiriannya. Pada umumnya bebentuk perseroan terbatas (PT) atau koperasi. Usaha baru mungkin saja tidak mempunyai akte tersendiri karena usaha tersebut bernaung sebagai unit usaha dibawah induknya. Jika usaha tersebut dijadikan suatu

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 74

badan usaha tersendiri, maka harus dilengkapi dengan perizinan atau persyaratan yang berlaku sesuai dengan bentuk hukum badan usahanya.

(1) Kelembagaan

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam mengelola kawasan. Estate management akan melakukan kerja-sama dengan pengembang kawasan, pemerintah setempat dan penghuni kawasan itu sendiri. Untuk dapat terwujudnya penye-lenggaraan usaha pengelolaan kawasan ini dibutuhkan suatu lembaga sebagai wadah kegiatan penyelenggaraan usaha ini. Lembaga yang dimaksud adalah suatu perusahaan kerjasama pemerintah dan masyarakat (swasta).

Suatu perusahaan sebagai lembaga yang berorientasi pada satu objek yaitu memperoleh keuntungan bagi semua pihak. Oleh karena itu, mempunyai unsur-unsur yaang mendukung untuk kegiatan-kegiatan itu. Adapun unsur-unsur-unsur-unsur tersebut adalah:

 Terus menerus atau tidak terputus-putus dalam kegiatan usahanya.

 Secara terbuka atau terang-terangan (karena berhubungan dengan pihak ketiga).

 Dalam standar kualitas tertentu (karena berhubungan dengan pihak ketiga).  Menyerahkan barang-barang pada waktunya yang tepat saat dibutuhkan.

 Mengadakan perjanjian perdagangan.

 Mengelola kawasan dengan memberikan kepuasan kepada penghuni dan pengunjung.

 Berorientasi pada perolehan laba (profit oriented).

Oleh karena itu, pada estate management sebaiknya menggunakan perusahaan yang berbentuk PT/PD yang berbadan hukum. Selain adanya pemisahan harta kekayaan antara pribadi dengan PT/PD, juga dapat melakukan perbuatan hukum sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan umum, ataupun dengan kesopanan, ketertiban umum, atau undang-undang. Pengurus bertindak atas nama PT/PD dan pertanggungjawabannya terletak pada PT/PD.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 75

Dengan semua harta bendanya serta dalam segala perbuatan hukumnya mempunyai kepastian hukum.

Lembaga estate management sebagai perusahaan yang berbentuk PT/PD. Ini berisi persetujuan-persetujuan PT/PD yang didalamnya dimaksudkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PT/PD (estate management) ini merupakan asas untuk dapat berjalannya kegiatan usaha yang dilaksanakan, disamping macam-macam ijin yang harus dimohon kepada pemerintah atau pemerintah menunjuk estate management untuk melaksanakan hal tersebut berupa peraturan pemerintah yang harus diikuti, dalam hal ini adalah pengelolaan kawasan industri.

Estate management sebagai perusahaan adalah sebuah organisasi komersial (earning economics) yang bertujuan menghasilkan pendapatan melalui proses pertukaran barang, dan jasa di pasar. Bila dilihat dari tujuannya organisasi komersial dal hal ini estate management pada hakikatnya tiada lain untuk mempertahankan kelangsungan hidup (kontinuitas) melalui usaha secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuannya. Dalam pengorganisasian estate management mencakup tiga makna, yaitu:

 Adanya kegiatan organisasi

 Adanya pendirian organisasi

 Adanya bentuk hukum badan usaha (organisasi)

(2) Struktur Kelembagaan

Untuk melaksanakan pekerjaan dari estate management ini diperlukan adanya struktur organisasi, yaitu mengelompokan keseluruhan pekerjaan tersebut ke dalam fungsi-fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan yang harmonis, dikembangkan dan diarahkan secara terus menerus pada suatu tujuan tertentu (pengelolaan kawasan) menuju kondisi yang optimal. Struktur organisasi ini digambarkan dalam suatu bentuk skema organisasi yang menjelaskan berbagai hubungan organisatoris baik vertikal maupun horizontal, antar bagian

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 76

maupun individu. Dengan kata lain, struktur organisasi menggambarkan struktur personalia, yakni penempatan individu-individu pada posisi yang ada pada estate management. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan siapa yang memegang tampuk pimpinan, apa dan kepada siapa tugas, wewenang, tanggungjawab, serta posisi yang diberikan. Fungsi-fungsi yang terdapat pada estate management dikemukakan pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27. Struktur Organisasi Badan Pengelola KEK Tj. Api-api

(3) Deskripsi Pekerjaan

Badan pengawas bertugas mengawasi serta memberikan masukan terhadap penyelenggaraan pembangunan, pengelolaan, dan pemeliharaan kawasan yang dilakukan oleh badan pengelola kawasan (estate management).

 Level Atas

Direktur utama, berfungsi sebagai tampuk pimpinan perusahaan yang bertanggungjawab atas kemajuan dan pengembangan seluruh kegiatan perusahaan, baik internal maupun eksternal. Direktur teknik bertanggungjawab atas koordinasi perencanaan dan pelaksanaan proyek yang akan dan sedang dikerjakan, serta penganggaran biaya proyek. Direktur umum dan keuangan

Badan Pengawas 1. Pemerintah Kabupaten 2. DPRD Kabupaten 3. Pengusaha 4. Tokoh Masyarakat 5. Perguruan Tinggi/Pakar DirekturUtama

Direktur Teknik Direktur Umum

Bagian Perencanaan

dan Pembangunan

Bagian

Pemeliharaan Umum dan Bagian Keamanan Bagian Keuangan Bagian Pengelolaan dan Pelayanan

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 77

bertanggungjawab atas administrasi perusahaan, sumberdaya manusia, dan keuangan serta kegiatan dan pelayanan umum.

 Level Tengah

Bagian perencanaan perbaikan ataupun peningkatan mutu

bertanggungjawab atas persiapan dan rencana suatu perbaikan atau peningkatan mutu elemen kawasan yang akan dilaksanakan, termasuk kebutuhan yang diperlukan untuk proyek tersebut. Bagian pelaksanaan perbaikan atau peningkatan mutu elemen kawasan, bertugas untuk menjalankan proyek yang telah direncanakan sebelumnya. Bagian umum dan keamanan bertanggungjawab atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam suatu proyek antara lain pengurusan perizinan, menjalankan usaha kerjasama dengan pihak lain, penyedia informasi dan lain-lain. Bagian pelayanan dan pengelolaan bertanggungjawab atas pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan atas produk yang akan dijual, yang dalam hal ini adalah mutu pelayanan dan mutu fisik. Bagian keuangan bertanggungjawab atas lalulintas kas dan anggaran perusahaan serta pencarian penyediaan dana perusahaan itu sendiri.

 Level Bawah

Level bawah adalah unit-unit yang berfungsi membantu setiap fungsionaris organisasi dalam pelaksanaan proyek di lapangan.

 Aspek Operasional

Sebagai pembangun, pengelola, dan pemelihara, pengelola kawasan tersebut berkewajiban untuk membangun, mengelola, dan memelihara:

(1) Prasarana

Jalan: kendaraan, setapak/gang/trotoar/pedestrian, jembatan, tempat parkir

(2) Saluran pembuangan air limbah dan kolam oksidasi

Saluran pembuangan air hujan: saluran tertutup dan saluran terbuka

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 78

Jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, terminal angkutan umum, pembuangan sampah, pe-madam kebakaran.

(4) Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial

Kesehatan, warung/toko, pelayanan umum, peribadatan,

taman/RTH/rekreasi, olahraga dan lapangan terbuka, keama-nan dan ketertiban.

Dalam menjalankan fungsinya, pengelola kawasan akan bekerjasama dengan pemerintah, pengembang, dan penghuni kawasan itu sendiri.

 Kerjasama dengan Pihak Pemerintah

Suatu badan pengelola kawasan berkewajiban untuk mengelola hasil-hasil pembangunan dan pemeliharaannya, termasuk kualitas fisik dan pelayanan umum di kawasan itu berdasarkan ketentuan yang berlaku dan kebijaksanaan, koordinasi, serta pengendalian yang ditetapkan di dalam rencana pembangunan kawasan. Pelayanan kepemerintahan dalam suatu kawasan tersebut tetap menjadi wewenang pemerintah, tetapi pengelola kawasan tersebut dapat melaksanakan kegiatan pelayanan atas nama pemerintah dengan mengacu pada peraturan yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten.

Dalam pembangunan, pengelolaan serta pemeliharaan prasarana, utilitas umum dan fasilitas sosial, ada beberapa yang dapat dibangun dan dikelola sendiri oleh pemrintah dan ada yang dibangun ataupun dikelola secara bersama-sama oleh keduanya.

 Kerjasama dengan Pihak Pengembang

Selain itu, pengelola kawasan juga dapat berperan sebagai pengembang, khususnya dalam hal penyediaan fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana, serta jaringan utilitas. Dalam hal ini pengelola kawasan bekerjasama dengan pengembang lain yang membangun pengembang utama terutama dalam hal biaya dan agar supaya pengelolaan suatu kawasan dapat berjalan dengan serasi dan seimbang.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 79

 Kerjasama dengan Penghuni Kawasan

Hubungan antara pengelola kawasan dengan penghuni kawasan diatur dalam suatu peraturan kawasan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten. Peraturan tersebut berisikan hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang tidak dilakukan oleh penghuni kawasan dalam:

1. Perancangan bangunan

2. Pelaksanaan membangun bangunan

3. Pengelolaan dan perawatan bangunan

Penghuni kawasan harus mengadakan koordinasi dengan pengelola kawasan mengenai pelaksanaan setiap program yang akan mempengaruhi setiap bagian dalam kawasan. Mengenai masalah yang berhubungan dengan urusan pemerintah, pengelola kawasan dapat bertindak untuk dan atas nama para penghuni dalam berurusan dengan para pejabat pemerintah. Misalnya dalam pembayaran retribusi air, listrik, sampah, dan lain-lain.

Seperti yang telah disebutkan di atas, dalam suatu kawasan terdapat 3 jenis hak kepemilikan, maka penghuni kawasan berhak dan bertanggungjawab atas perawatan pada bagian individunya, termasuk semua instansi sanitar, air, gas, listrik, tata suara, dan tata udara semua peralatannya.

 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

(1) Tujuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, secara jelas dinyatakan bahwa penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Tujuan dari pedoman pengendalian pemanfaatan ruang adalah untuk tercapainya konsistensi ruang dengan rencana tata ruang yang ditetapkan.

Untuk mendukung usaha-usaha pengendalian pemanfaatan ruang di