• Tidak ada hasil yang ditemukan

M. Rencana Pengelolaan Air Bersih (1) Kualitas Air

Provinsi Sumatera Selatan terkenal sebagai daerah batanghari sembilan yang menyatakan ada sembilan sungai utama yang mengelilingi Provinsi Sumatera Selatan, sehingga untuk kebutuhan masyarakat air tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu.

Sumber bahan baku air yang ada adalah dengan memanfaatkan air sungai untuk diolah atau air tanah. Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 11 Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas DAS 6.367.216 Ha yang mengalir dari barat ke timur dialiri oleh sungai Lematang, sungai Kikim, sungai Batanghari Leko, sungai Komering, sungai Ogan, sungai Keramasan, sungai Semangus dan sungai Rawas ke semua sungai tersebut bermuara ke sungai Musi. Sungai Telang merupakan salah satu anak sungai dari Sub DAS Musi Hilir yang merupakan salah satu sumber air bagi kebutuhan penduduk dan aktivitas lainnya di Kawasan Tanjung Api Api.

Hasil pemantauan dilapangan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan adanya penurunan kualitas air pada badan air di DAS Musi bila kita rujuk ke baku mutu yang ditetapkan dalam peraturan Gubernur No.16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai. Penurunan kualitas air ini disebabkan meningkatnya aktivitas pada industri kimia dan agroindustri kelapa sawit dalam DAS Musi seperti :

 pH : terjadinya penurunan pH di daerah DAS menyebabkan akan sangat menganggu kehidupan ikan dan hewan air disekitarnya. DAS Musi yang mengalami penurunan kondisi kualitas air ini disebabkan karena daerah rawa yang tergenang sepanjang tahun serta komponen senyawa besi sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi dalam air akan membentuk H2SO4 dan besi yang larut.  TSS : Peningkatan TSS yang terjadi di DAS Musi ini hanya terjadi pada musim

penghujan setelah musim penghujan TSS kembali memenuhi Baku Mutu, ini dikarenakan pada musim penghujan volume air sungai akan meningkat dan terjadi erosi kecil dibantaran sungai.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 45

 BOD : Peningkatan BOD yang terjadi di DAS Musi ini diperkirakan sumber pencemaran berasal dari usaha/kegiatan di sekitar lokasi dan atau akibat tingginya aktivitas manusia disekitar sungai tersebut.

 COD : Peningkatan COD yang terjadi di DAS Musi ini akibat adanya/padatnya aktivitas/usaha/kegiatan/disekitar lokasi sungai.

 Fecal Coli : Peningkatan Fecal Coli yang terjadi di DAS Mus ini diasumsikan karena banyaknya penduduk yang bermukim disepanjang bantaran sungai tidak menggunakan MCK yang memadai dan limbah domestik yang langsung dibuang kebadan sungai.

Dengan kondisi tersebut di atas, maka kualitas air yang ada di sekitar Kawasan Tanjung Api Api, khususnya Sungai Telang dan Sungai Banyuasin hanya dapat digunakan sebagai sumber air bersih dan baku, sedangkan kelayakan untuk air minum tidak dapat digunakan karena terjadinya penurunan pH dan peningkatan Fecal coli yang dapat mengganggu kesehatan.

Kawasan perencanaan berada pada area pasang surut, sehingga penyediaan air bersih harus diambilkan dari sumber air permukaan, yaitu sumber air dari Sungai Telang. Pelayanan air bersih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pelayanan bagi penghuni kawasan dan bagi kegiatan kawasan industri. Khusus untuk pemenuhan kebutuhan air bersih bagi penghuni kawasan, maka unit pengelolaan air (WTP: water treatment plant) agar diperoleh kualitas air bersih yang memenuhi standar baku mutu air yang diperkenankan.

(2) Perkiraan Kebutuhan Air

Kebutuhan air bersih didasarkan pada luas kawasan industri adalah 0,55 – 0,75 liter/detik/ha, dengan luas pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api, maka kebutuhan air bersih adalah 3.033, 44 liter/detik/Ha, dimana pada kawasan reklamasi membutuhkan 1.511,33 liter/detik/ha dan darat sebanyak 1.522,11 liter/detik/ha. Sehingga secara keseluruhan Kawasan KEK Tanjung Api-Api membutuhkan kebutuhan air sebanyak 2.620 liter/detik.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 46

(3) Sistem Penyediaan Air

Air bersih berdadarkan ketetapan Deperindag berasal dari PDAM setempat atau sumber lain yang diusahakanm baik dari air tanah maupun air permukaan. Tetapi saat ini penggunaan air tanah bagi industri sudah sangat mengkhawatirkan, karena pengambilan air tanah oleh industri membuat daya dukung air tanah semakin rendah. Dengan keberadaan industri, permukiman dan perdagangan berdampak pada konsekuensi bahwa badan air berupa sungai atau sumber-sumber air permukaan lainnya cenderung menjadi sarana pembuangan sampah dan sarana pembuangan limbah. Kualitas air sungai menjadi kotor sebagai dampak keberadaan limbah industri dan limbah permukiman yang menganggu mutu air yang ditampung pada kolam retensi/polder yang ada. Oleh karena itu sumber air permukaan yang akan digunakan memerlukan pengolahan untuk memenuhi standar kualitas sebelum disitribusikan ke pemakai.

Untuk mengolah air baku diupayakan membangun 1 buah Water Treatment Plan (WTP) yang berlakasi kawasan industri dan kawsan pengembangan Kota Sungsang dengan sistem pengolahan lengkap, reservoir berkapasitas 3.200 m2, distribusi dan jaringan distribusi.

Sumber air baku berupa air permukaan yaitu Sungai Telang dan PDAM. Sistem yang dikembangkan pada penyediaan air di kawasan tersebut adaalah :

 Sumber air baku berupa air permukaan dipompakan ke unit pengolahan air minum.

 Pipa Transmisi untuk mengalirkan air baku dari lokasi sumber ke WTP.  Unti pengolahan air minim dengan system pengolahan lengkap.

 Reservoar distribusi untuk menampung air yang telah diolah untuk selanjutnya didistribusikan ke masing-masing sambungan industri dan sambungan langsung.

 Jaringan pipa distribusi untuk mendistribusikan air bersih ke masing-masing industri dan seluruh wilayah pelayanan.

Sistem Penyediaan yang akan dikembangkan di kawasan dengan pola sebagai berikut (gambar 2.17):

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 47

Gambar 2.17 Bagan alir penyaluran pelayanan air bersih

Untuk meningkatkan kualitas air hasil pengolahan, maka diperlukan pengolahan lanjutan pada Instalasi Pengolahan Air Bersih berupa multifilter dan ultrafilter. Dalam multifilter terdapat filter karbon aktif yang mampu mengikat kadar besi yang masih lolos dalam instalasi utama dan ultrafilter yang berupa membran filter mampu mereduksi logam, zat tersuspensi dan lainnya yang berdiameter diatas 0,5 µm. Keterangan : 1. Intake 2. Aerasi 3. Koagulasi 4. Flokulasi 5. Sedimentasi 6. Rapid Filtrasi 7. Desinfektan 8. Reservoir

Gambar 2.18. Proses Sistem Pengolahan Air Minum

Fungsi-fungsi unit pengolahan tersebut adalah (gambar 2.18):  Intake

Intake berfungsi menampung air baku sementara sebelum dialirkan melalui pipa transmisi, bangunan ini dilengkapi dengan pompa dan saringan kasae

1

2 3 4 5 7

8

Koagulasi ChlOr

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 48

berbentuk batang ataupun saringan mekanis yang menggunakan tenaga motor.

 Aerasi

Berfungsi untuk mengontakkan air dengan udara dengan tujuan menambah atau membuang gas atau sangat jenih dalam kandungan air.

 Koagulasi

Berfungsi mencampur secara tepat antara partikel koloidal tersuspensi dan partikel terlarut lainnya sehingga tercipta larutan homogenya. Koagulasi sendiri berfungsi untuk destabilisasi partikel-partikel koloid sehingga partikel koloid dapat diikat oleh zat kimia yang direncanakan seperti sulfat, ferri klorida, ferri sulfat, dan koagulan acid untuk membentuk inti flok.

 Flokulasi

Unit pengolahan yang ditetapkan berpasangan setelah unit koa-gulator, baik diterapkan secara terpisah ataupun dalam satu bagian. Fungsinya adalah membentuk gumpalan-gumpalan flok

 Sedimentasi

Mengendapkan partikel-partikel flokulen yang tidak sempat diendapkan pada pengolahan sebelumnya. Unit pengolahan ini berfungsi untuk penyempurnaan kadar-kadar kontaminasi seperti bakteri, warna, bau, Fe dan Mn sehingga diperoleh air bersih yang memenuhi ketetapan air bersih.

 Rapid Filtrasi

Berfungsi memisahkan air dengan kotoran yang tersuspensi, kloloidal dan bakteri yang dikandungnya serta perubahan karakteristik kimia air. Bahan yang digunakan adalah bahan yang berpori yaitu pasir karena mudaj di dapat. Media penyangga yang digunakan adalah kerikil. Sistem filtrasi yang digunakan adalah saringan pasir cepat.

 Desinfektan

Berfungsi sebagai bak proses pembubuhan desinfektan untuk membunuh kumah penyakit sehingga air aman untuk dikonsumsi, diperlukan waktu kontak minimum 30 menit bila Ca (OCl)2 yang digunakan sebagai desinfektan dan lebih singkat vila ozon (O2) yang dipakai.

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 49

Tangki yang dunakan mensuplai kebutuhan air menanggulangi kebutuhan air pada saat pemakaian puncak dan menampung kelebihan air pada saat pemakaian minimum. Rerservoir yang digunakan adalah reservoir menara dengan ketinggian minimal 10 m atau dapat juga dikembangkan reservoir bawah tanah, dimana berfungsi untuk pendistribusian air untuk keperluan sehari-hari dan reservoir menara untuk cadangan apabila terjadi gangguan atau pemadaman listrik yang mengganggu pompa.

Untuk daerah pesisir pantai dan kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah (dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi bila pada musim kemarau panjang, air tawar yang berasal dari air hujan sudah tidak tersedia lagi, sehingga air tanah tersebut dengan mudah akan terkontaminasi oleh air laut. Ciri adanya intrusi air laut adalah air yang terasa payau atau mengandung kadar garam khlorida dan TDS yang tinggi.

Air baku yang buruk, seperti adanya kandungan khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan pengolahan dengan sistem Reverse Osmosis (RO). Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro (molekul), yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane. Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau dihilang-kan sama sekali. Syarat penting yang harus diperhatikan adalah kualitas air yang masuk ke dalam elemen membrane harus bebas dari besi, manganese dan zat organik (warna organik). Dengan demikian sistem RO pada umumnya selalu dilengkapi dengan pretreatment yang memadai untuk menghilangkan unsur-unsur pengotor, seperti besi, manganese dan zat warna organik.

Sistem pretreatment yang mendukung sistem RO umumnya terdiri dari tangki pencampur (mixing tank), saringan pasir cepat (rapid sand filter), saringan untuk besi dan mangan (Iron & manganese filter) dan yang terakhir adalah sistem penghilang warna (colour removal) (lihat gambar 2.19).

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 50

Gambar 2.19. Pengolahan Air Asin Sistem Reverse Osmosis (Osmosis Balik)

Untuk kebutuhan Jaringan distribusi yang ada dengan sistem bercabang menggunakan pipa PVC yang berdiameter 80 – 500 mm. Bahan pipa yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan pipa cabang adalah PVC. Keuntungan jika memakai pipa galvanis adalah pipa tidak mudah pecah bila tekanan air yang mengalir cukup besar atau mendapat tekanan dari luar yang cukup berat meskipun harganya relatif mahal. Sedangkan untuk pipa PVC akan lebih mudah pecah walaupun dari segi harga lebih murah.

Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran secara pemompaan mengingat kondisi kawasan yang realtif datar dan kurang mendukung dalam sistem aliran gravitasi (gambar 2.20.).

Bab 2. Rencana Kegiatan 2 – 51

Gambar 2.20. Peta Rencana Jaringan Air Bersih KEK Tanjunga Api Api

N. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah