• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan dan Arah Sistem Pembayaran

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 77-82)

Tahun 2010

Kebijakan dan arah sistem pembayaran pada tahun 2010 akan lebih difokuskan antara lain pada peran dan kinerja Bank Indonesia serta peningkatan efisiensi pengembangan pada infrastruktur untuk mendukung terwujudnya kelancaran dan kehandalan sistem pembayaran secara keseluruhan. Sejumlah kegiatan yang mewarnai kebijakan di tahun 2010 adalah serangkaian kegiatan multiyears yang telah dan sedang dilakukan pada 2009. Kebijakan dan kegiatan itu antara lain adalah implementasi standar nasional kartu chip ATM/Debet, kajian National Payment

Gateway, upaya mewujudkan interoperability E-Money, penyempurnaan ketentuan KUPU, kajian

MEA 2015, pembentukan Self-Regulation Organization (SRO), penyusunan arsitektur (blue print)

sistem pembayaran ritel dan makro. Selain itu juga akan dilakukan efisiensi High Value Payment Sistem (HVPS) melalui pengembangan infrastruktur RTGS Generasi II, mitigasi risiko kliring debet, dan kelanjutan dari implementasi pengembangan transaksi Payment

Versus Payment (PVP).

Implementasi Standar Nasional Kartu Chip ATM/Debet

Dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi oleh kartu ATM/Debet yang masih menggunakan magnetic

stripe, terlebih setelah migrasi chip pada kartu kredit

secara penuh mulai 1 Januari 2010 serta maraknya kasus penyalahgunaan data dalam magnetic stripe pada kartu ATM/Debet di akhir 2009, telah membangkitkan kesadaran seluruh pihak dalam industri untuk segera menyelesaikan implementasi standar nasional chip untuk kartu ATM/Debet beserta pembentukan seluruh lembaga penunjangnya. Implementasi dicanangkan untuk mulai dilakukan pada 2010, sementara untuk batas/due date industri memperkirakan jangka waktu paling lama adalah empat tahun. Hal ini dengan mempertimbangkan jumlah kartu beredar yang telah mencapai lebih dari 40 juta kartu serta jumlah infrastruktur pendukungnya.

Kajian National Payment Gateway (NPG)

Mengacu pada tujuan NPG, yaitu meningkatkan efisiensi dalam pembayaran ritel, terlepas dari bentuk rekomendasi yang akan dihasilkan oleh kajian, akan diupayakan untuk meningkatkan sharing dalam penggunaan infrastruktur diantara penyelenggara sistem pembayaran, terutama membentuk

interlinkages/interconnections secara teknis diantara

seluruh penyelenggara sistem pembayaran.

Interoperability Sistem E-Money

Tahun 2010, Tim Task Force mulai melakukan penyusunan standar E-Money. Langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain:

High level meeting

 Komitmen industri

 Formalisasi mekanisme kerja dan perwakilan yang ditunjuk

 Halaman 72 

Sharing dari Bank Indonesia/Forum Switching

Window shopping konsultan

Sharing informasi dari calon konsultan

 Pertemuan dengan pihak-pihak terkait

Fasilitasi interoperability Server Based E-Money Melakukan pertemuan dengan penerbit E-Money berbasis server dan Project Management Office, yang terdiri atas perusahaan switching dan Depkominfo, membahas aspek bisnis dan teknis dalam rangka

interoperability.

Penyusunan standar E-Money berbasis chip Memperkirakan fokus para penerbit E-Money berbasis

chip yang masih akan terkonsentrasi pada kegiatan

implementasi standar ATM/Debet di tahun 2010, karena sejumlah penerbit E-Money berbasis chip juga merupakan bank penerbit kartu ATM/Debet, maka kegiatan penyusunan standar uang elektronik berbasis

chip baru dapat dilakukan mulai Oktober 2010 atau

paling cepat akhir September 2010.

Diharapkan pada akhir tahun 2010 telah tersusun model desain awal standar uang elektronik berdasarkan industry requirement. Sementara itu penyusunan standar uang elektronik diperkirakan baru dapat diselesaikan pada tahun 2012.

Kajian dan Penyesuaian Ketentuan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (KUPU)

Melihat potensi industri KUPU yang masih dapat dikembangkan, Bank Indonesia memandang perlu untuk menyempurnakan aturan yang selama ini menjadi dasar pengaturan KUPU. Selain itu focus pengaturan juga akan disesuaikan dengan keterkaitan KUPU dengan bisnis Pedagang Valuta Asing (PVA), serta konsekuensi potensi pengembangan KUPU dengan upaya perlindungan terhadap nasabah pengguna jasa KUPU. Untuk mewujudkan penyempurnaan ketentuan tersebut, pada 2010 akan dilakukan kajian yang menitik beratkan pada analisis kebijakan dengan fokus pada aspek-aspek tersebut.

Kajian Pengembangan Arsitektur Sistem Pembayaran dan Setelmen Nasional sebagai Persiapan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Sejalan dengan rencana implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, Bank Indonesia akan mempersiapkan sistem pembayaran nasional sebagai tulang punggung aktivitas perekonomian. Hal ini diperlukan agar Indonesia memiliki nilai tambah dalam kancah perekonomian di wilayah ASEAN, terutama dengan adanya infrastruktur sistem pembayaran dan setelmen yang efisien, aman, cepat, dan handal.

Untuk dapat meningkatkan keamanan dan efisiensi dalam sistem pembayaran, diperlukan penyempurnaan dan pengembangan atas sistem pembayaran yang ada. Selanjutnya untuk memastikan bahwa pengembangan tersebut sejalan dengan kepentingan nasional, diperlukan suatu arsitektur sistem pembayaran nasional. Oleh karena itu di tahun 2010, Bank Indonesia akan memulai penyusunan arsitektur sistem pembayaran nasional yang meliputi sistem pembayaran nominal besar, sistem setelmen pasar modal, sistem pembayaran ritel, E-money, dan kegiatan usaha pengiriman uang.

Dalam penyusunan arsitektur sistem pembayaran nasional, Bank Indonesia akan melakukan diskusi dengan para pelaku industri sistem pembayaran serta nara sumber dari negara ASEAN lainnya. Hal ini dilakukan agar arsitektur sistem pembayaran yang disusun dapat mengakomodir kebutuhan industri nasional serta sejalan dengan perkembangan di kawasan ASEAN.

Pembentukan Self-Regulation Organization (SRO) Sistem Pembayaran

Arah fasilitasi keberadaan SRO pada tahun 2010 meliputi langkah-langkah pendirian ASPI yang terdiri dari:

 Halaman 73 

Sosialisasi kepada seluruh dewan pimpinan asosiasi dan seluruh pelaku industri sistem pembayaran dan publik (media)

Konfirmasi wakil dewan pimpinan asosiasi di dalam ASPI

Penetapan dewan pengurus inti (yang diharapkan dari Tim Formatur)

Pengesahan AD/ART

Peresmian pendirian ASPI (diharapkan Maret 2010) Pemilihan anggota komite

Menyusun rencana kerja dan road map ASPI Proses integrasi AKKI

Peningkatan status ASPI menjadi berbadan hukum (diharapkan Oktober 2010)

Pada 2010, Bank Indonesia akan menyusun ketentuan terkait koordinasi antara Bank Indonesia dengan ASPI.

Pengembangan USD/IDR PVP Link yang Menghubungkan Sistem BI-RTGS dengan sistem

USD CHATS

USD/IDR PVP Link direncanakan untuk diimplementasikan pada tanggal 25 Januari 2010. Seiring dengan rencana tersebut, Bank Indonesia akan menerbitkan penyesuaian Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS. Ketentuan tersebut akan menjadi dasar pelaksanaan transaksi PVP oleh perbankan. Pada waktu yang sama diharapkan Komite Bye Laws perbankan juga menyelesaikan bye laws PVP. Bye laws PVP ini akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan transaksi pembelian USD antar bank domestik.

Mengingat tujuan utama dari pengembangan USD/IDR

PVP Link ini adalah untuk memitigasi risiko herstaat

yang timbul karena adanya perbedaan waktu antara penyelesaian transaksi Rupiah dengan penyelesaian transaksi USD yang semula dilakukan melalui bank koresponden di Amerika Serikat, Bank Indonesia akan mensosialisasikan fasilitas ini kepada bank-bank devisa calon pengguna fasilitas USD/IDR PVP Link pada Sistem BI-RTGS ini.

Pengembangan SKNBI dan Penyempurnaan Mekanisme Kliring Debet

Pada awal tahun 2010, Bank Indonesia berencana mengimplementasi mekanisme baru kliring debet dengan prinsip no money no game. Sejalan dengan rencana implementasi tersebut, diperlukan penyempurnaan pada ketentuan yang terkait dengan penyelenggaraan SKNBI. Selain itu secara teknis juga akan dilakukan beberapa kali pengujian aplikasi dengan melibatkan bank-bank peserta SKNBI.

Selain mekanisme baru kliring debet, untuk aplikasi SKNBI dalam tahun 2010 akan dilakukan beberapa penambahan dan penyempurnaan. Kebutuhan Pemerintah untuk pelaksanaan transfer dana secara cepat diharapkan dapat dipenuhi melalui pengembangan mekanisme setelmen dana di SKNBI bagi bank. Mekanisme ini diterapkan untuk mendukung percepatan pengkreditan ke rekening nasabah penerima oleh bank peserta SKNBI.

Di sisi penyelenggaraan SKNBI, Bank Indonesia juga akan melakukan kajian mengenai efektivitas penyelenggaraan kliring oleh Bank Indonesia terutama yang terkait dengan penggunaan mesin reader sorter (baca pilah warkat) di wilayah kliring Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Penggunaan mesin

reader sorter, terutama yang memiliki fungsi untuk

melakukan sortasi dan penyimpanan image warkat debet berupa cek dan bilyet giro dirasakan kurang optimal, terutama karena investasi jenis perangkat mesin reader sorter jenis ini relatif besar. Untuk itu, Bank Indonesia memiliki rencana untuk mengkaji kembali fungsi-fungsi yang melekat pada penggunaan mesin reader sorter.

Untuk mengkomodasi kebutuhan masyarakat akan sarana pembayaran yang efisien, cepat, dan handal,

Bank Indonesia merencanakan untuk

mengembangkan modul Direct Debit pada SKNBI. Pengembangan modul Direct Debit dimulai dengan membentuk Working Group (WG) yang terdiri dari wakil beberapa bank dan perusahaan penyedia jasa

 Halaman 74 

yang memiliki potensi besar untuk menggunakan modul Direct Debit SKNBI. Modul ini diharapkan dapat menjadi alternatif sarana pembayaran tagihan bagi masyarakat Indonesia selain sarana auto debet maupun pembayaran melalui bank saat ini.

Peningkatan Pelayanan Jasa Perbankan Kepada Pemerintah

Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan pelayanan jasa perbankan kepada pemerintah, pada 2010 direncanakan akan dilakukan enhancement aplikasi BIG-eB. Kegiatan ini terutama untuk mengintegrasikan pemrosesan transaksi pemindahbukuan dan transaksi antar sistem secara

online. Nantinya proses SPD dan SP2D tidak lagi

menggunakan metode upload data sehingga proses penyelesaian transaksi menjadi lebih efisien dan aman bahkan menghilangkan potensi human error.

 Halaman 75 

 Halaman 76 

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 77-82)