Dari Indonesia Ke Indonesia Dalam Indonesia
Halaman 30
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran oleh Bank Indonesia
Dalam kedudukannya sebagai penyelenggara sistem BI-RTGS dan SKNBI, Bank Indonesia senantiasa berupaya menjamin kelancaran sistem secara keseluruhan. Salah satu upaya yang adalah melakukan enhancement sistem maupun
penyempurnaan berbagai fitur untuk
meningkatkan kinerja sistem. Selain itu untuk menjamin kehandalan sistem back up juga dilakukan uji coba environment sistem sebanyak empat kali selama periode laporan. Uji Coba ini dilakukan untuk mengetes kesiapan segala aspek, yaitu operasional sistem, ketersediaan prosedur, sumber daya yang dimiliki serta mengantisipasi gangguan yang dapat menyebabkan sistem utama tidak berjalan dengan lancar.
Bank Indonesia sangat concern mengingat kedua sistem tersebut merupakan infrastruktur keuangan yang kritikal. Sehingga sedikit saja terjadi gangguan pada kedua sistem, dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Sistem BI-RTGS merupakan SIPS dan menjadi muara penyelesa ian dar i hampir seluruh transaksi transfer dana. Besarnya coverage dana yang diselesaikan melalui sistem dapat dilihat dari nilai rata-rata harian transaksi pada periode laporan, sebesar Rp176,1 triliun atau sekitar 83,33% dari seluruh total transaksi pembayaran secara nasional. Sementara itu SKNBI merupakan Sistemically Wide
Important Payment System (SWIPS) atau sistem yang
digunakan secara luas sehingga cakupan volume transaksi cukup besar. Selama periode laporan volume rata-rata hariannya mencapai 350 ribu transaksi per hari.
Kinerja Sistem BI-RTGS
Kinerja sistem BI-RTGS dapat dinilai dari prosentase penyelesaian transaksi secara sempurna (settled), pada periode laporan pencapaian penyelesaian transaksi lebih dari 99%. Hal ini menunjukkan
bahwa likuiditas sistem BI-RTGS terjaga dengan baik dan secara tidak langsung merupakan cerminan dari tingginya availability sistem BI-RTGS. Un t u k m e m o n it o r k in e r ja s is t em s e c ar a keseluruhan, Bank Indonesia menggunakan ukuran ketersediaan (availability) sistem dan kedisiplinan dalam memenuhi jadwal atau window time sistem BI-RTGS.
Ukuran availability menunjukkan ketersediaan sistem dalam mendukung operasional sistem BI-RTGS di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009 tingkat
availability mencapai 99,93%, dengan kata lain
prosentase terjadinya sistem down atau sistem tidak bekerja sama sekali hanya sebesar 0,074%. Artinya selama kurun waktu satu tahun, dengan 303 hari kerja dan waktu operasional rata-rata sepanjang 12,5 jam/hari, sistem BI-RTGS mengalami down sekitar total 1 jam 56 menit.
Dari sisi pemenuhan terhadap jadwal operasional (wind o w t im e ), t er c a t at d a la m s at u t a h u n h a n y a t e r ja d i perpanjangan waktu operasional dengan prosentase sebesar 1,06%. Perpanjangan waktu operasional tersebut pada umumnya digunakan untuk mengakomodasi permintaan peserta sistem BI-RTGS.
Manajemen Likuiditas Sistem BI-RTGS
Salah satu kegiatan monitoring terhadap likuiditas sistem BI-RTGS yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai penyelenggara adalah dengan memperhatikan distribusi penyelesaian transaksi sepanjang jam operasional. Distribusi transaksi yang merata sepanjang jam operasional menunjukkan kadar likuiditas yang cukup untuk kelancaran sistem BI-RTGS. Untuk menjaga distribusi ini, kebijakan yang ditempuh adalah menetapkan biaya transaksi yang lebih murah di pagi hari sampai dengan pukul 15.00 WIB. Kebijakan bertujuan mendorong peserta agar segera menyelesaikan transaksi di awal hari serta menghindari perilaku bank yang saling
Halaman 31
menunggu transaksi di akhir hari. Perilaku ini harus dihindari karena berpotensi menimbulkan gridlock yaitu terganggunya kelancaran sistem pembayaran karena kebutuhan likuiditas antar peserta saling tidak terpenuhi.
Selain itu para peserta sistem BI-RTGS juga telah menyepakati untuk mengatur penyelesaian transaksi yang dituangkan dalam bye laws -
throughput guidelines, yaitu bank menyelesaikan
30% dari total transaksi hariannya sebelum pukul 10.30 WIB, 30% berikutnya antara pukul 10.30 – 14.30 WIB, selanjutnya 40% sisanya sampai dengan tutup sistem.
Selama tahun laporan, distribusi likuiditas sistem tersebar dengan baik, dimana perbandingan distribusi telah sesuai dengan bye laws -throughput
guidelines, bahkan cenderung lebih baik karena
transaksi yang diselesaikan pada penggalan waktu terakhir hanya tinggal 23,2%. Kondisi ini menggambarkan likuiditas sistem berjalan dengan baik. Selain itu, pada tahun laporan juga tidak pernah terjadi gridlock atau adanya kebutuhan likuiditas antar peserta yang saling tidak terpenuhi, dengan kata lain, pada tahun laporan sistem tidak pernah terhenti melakukan proses setelmen transaksi. 56.8% 52.0% 23.2% 24.8% 19.9% 23.2% 2008 2009 awal s.d 10.30 10.30 s.d. 14.30 14.30 s.d akhir
Troughput Sistem BI-RTGS
Kondisi krisis keuangan global yang berimbas pula ke Indonesia ternyata tidak berdampak signifikan pada likuiditas sistem BI-RTGS. Meskipun pada
triwulan akhir 2008 sempat menyebabkan beberapa bank memiliki eksposur tinggi terhadap kebutuhan likuiditasnya, namun selama periode laporan mereka masih mampu mencukupi kebutuhannya karena memiliki aset likuid berupa surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) maupun Surat Utang Negara (SUN) yang memadai. Memang sempat terdapat beberapa bank kecil yang mengalami kesulitan likuiditas, terlebih pada saat aktivitas PUAB tidak berjalan dengan baik, namun hal tersebut tidak sampai mengganggu kemampuan bank tersebut dalam memenuhi kewajibannya melalui Sistem BI-RTGS.
Kinerja Sistem Kliring
Sepanjang tahun 2009 penyelenggaraan SKNBI di seluruh Indonesia secara umum terlaksana dengan baik. Aktivitas transaksi kliring yang terselenggara melalui jaringan sistem SKNBI nilainya mencapai rata-rata Rp6,6 triliun per hari. Sepanjang periode laporan, permasalahan operasional yang terjadi lebih disebabkan karena kurang meratanya infrastruktur jaringan komunikasi di berbagai wilayah Indonesia. Namun hal tersebut secara keseluruhan tidak menyebabkan operasional kliring terganggu dan tidak berdampak pada stabilitas SKNBI.
Dari sisi disiplin terhadap jadwal operasional
(win-d o w t im e ), t er c a t at (win-d a la m s a t u t a h u n h a n y a
t e r ja d i perpanjangan waktu operasional dengan prosentase sebesar 0,46% dari total waktu operasional normal. Perpanjangan waktu operasional tersebut
pada umumnya digunakan untuk
mengakomodir permintaan peserta SKNBI.
Upaya Menjaga Keamanan dan Kehandalan Penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dan SKNBI Business Continuity Plan
Dalam upaya menjaga kelangsungan kegiatan operasional sistem pembayaran khususnya untuk
Halaman 32
menghadapi gangguan atau bencana, Bank Indonesia telah memiliki Business Continuity Plan (BCP) Sistem BI-RTGS dan SKNBI. Untuk melengkapi BCP ini juga telah dibentuk Tim Satuan Tugas (Tim Satgas) BCP Sistem Pembayaran. Tugas utama dari tim satgas adalah melaksanakan pemulihan Sistem BI-RTGS dan SKNBI dalam keadaan tidak normal atau keadaan darurat. Disamping pembentukan tim satgas, penyelenggara juga menyediakan front office back up BI-RTGS dan SKNBI, yang sewaktu-waktu dapat digunakan dan dioperasikan dalam kondisi darurat. Terhadap BCP yang dimiliki telah dilakukan ujicoba sebanyak empat kali, meliputi tiga kali ujicoba umum dan satu kali ujicoba yang spesifik, khusus untuk aplikasi SKNBI. Kegiatan ujicoba dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen penyelenggaraan sistem BI-RTGS dan SKNBI. Sasaran ujicoba adalah mengetes kehandalan dan kelancaran sistem pembayaran apabila terjadi keadaan tidak normal atau keadaan darurat.
Member Certification
Selain menguji BCP yang dimiliki, Bank Indonesia sebagai penyelenggara melakukan pula kegiatan
Member Certification. Tujuan kegiatan ini adalah
mengetahui sampai sejauh mana calon peserta maupun peserta telah memenuhi persyaratan minimal sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan SKNBI. Metode
Member certification dilakukan dengan menggabungkan antara penyebaran kuisioner dan on
site visit ke lokasi peserta. Pada periode laporan,
kegiatan member certification telah dilakukan terhadap dua puluh satu calon peserta dan peserta Sistem BI-RTGS dan SKNBI.
Pembentukan User Group
Untuk menjembatani komunikasi antara penyelenggara dan seluruh peserta, terutama untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan
penyelenggaraan Sistem BI-RTGS dan SKNBI, telah dibentuk media user group. Agar kegiatan user group
menjadi efektif, keanggotaan user group dibagi menjadi dua yaitu level manajerial dan level operasional.
Peta Penyelenggaraan Sistem Pembayaran di Indonesia
Tabel Penyelenggaraan Sistem Pembayaran di Indonesia menunjukkan perkembangan jenis sistem pembayaran yang beroperasi di Indonesia, mekanisme penyelenggaraannya, penyelenggara serta peserta sistem pembayaran tersebut.
Halaman 33
Tabel Penyelenggaraan Sistem Pembayaran di Indonesia
Sistem Tipe Transaksi Penyelenggara Peserta
Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS)
• Transfer Kredit • Bank Indonesia • Seluruh bank termasuk unit usaha
syariah (186 peserta)
• Transaksi menggunakan central bank money • 2 Perusahaan ATM Switching
Company
• Lebih diutamakan untuk transaksi nilai
besar dan bersifat penting seperti transaksi pengelolaan moneter, transaksi Pemerintah, transaksi Pasar Uang Antar Bank, transaksi setelmen hasil kliring antar bank dan kliring pasar modal
• 3 Lembaga Selain Bank (LSB)
• Setelmen untuk transaksi surat berharga
(SBI dan SUN) yang setelmennya dilakukan pada sistem Bank Indonesia Scripless
Securities Settlement System (BI-SSSS)
• Mekanisme gross settlement dan bersifat no
money no game
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
• Transfer Kredit untuk transaksi ritel dengan
nilai di bawah Rp 100 juta
• Bank Indonesia • Seluruh bank termasuk unit usaha
syariah 145 peserta)
• Kliring warkat debet (cek, bilyet giro, nota
debet lainnya)
• Mekanisme net settlement
Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS)
• Berfungsi sebagai sarana setelmen dan
pencatatan kepemilikan surat berharga secara elektronis
• Bank Indonesia • 140 Bank umum termasuk unit
usaha syariah
• Setelmen surta berharga yang dilakukan
melalui BI-SSSS dilakukan secara DVP
• Sub registry yang terdiri atas 16 bank
yang serupa dengan lembaga custodian
• Broker yang terdiri atas 13 badan
usaha non bank dan 1 lembaga penjamin simpanan
Central Depository and Book Entry Settlement System (C-Best)
• Setelmen dana untuk penyelesaian sisi dana
dari transaksi sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal
• PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)
• Seluruh anggota Bursa Efek Indonesia
• Setelmen dana dilakukan melalui 4 bank
setelmen yang menjadi tempat rekening anggota bursa Jaringan Prinsipal Kartu ATM (Nasional)
• Transfer dana elektronik menggunakan
kartu ATM • PT. Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama) • 79 bank anggota • PT. Rintis Sejahtera (PRIMA) • 37 bank anggota • PT. Daya Network Lestari (ALTO) • 14 bank anggota Internal ATM Bank
(Proprietary ATM)
Transfer dana elektronik dengan menggunakan kartu ATM untuk pemindahbukuan antar rekening di bank yang sama
Beberapa bank yang menyediakan fasilitas tersebut