• Tidak ada hasil yang ditemukan

Layanan Kas Keliling oleh BI

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 106-115)

Peningkatan layanan kas penukaran langsung melalui kas keliling13

BI dilaksanakan paska dihentikannya kerjasama layanan kas uang pecahan kecil (UPK) dengan pihak ketiga yaitu oleh PPUPK dan PT. Posindo. Layanan kas keliling di wilayah kerja KPBI yang dilakukan sepanjang tahun 2009, adalah sebagai berikut:

1) Melakukan layanan kas keliling penukaran UPK secara terjadual setiap minggu di 20 lokasi tetap di wilayah Jakarta dan beberapa lokasi tidak tetap di wilayah Jabodetabek. Selain itu, juga membuka

13 Kas keliling yang dilakukan oleh BI merupakan kegiatan penukaran uang maupun penggantian uang kepada masyarakat yang dilakukan secara berkeliling dengan menggunakan sarana angkutan yang dapat pula dilakukan kepada bank dan instansi/lembaga lainnya.

 Halaman 101 

loket penukaran di Pekan Raya Jakarta (PRJ) selama tanggal 11 Juni s.d 12 Juli 2009.

2) Layanan Kas Keliling dalam kota di wilayah Jabodetabek dilakukan di 20 lokasi (Pasar dan Mall) oleh 5 armada mobil kas keliling dengan frekuensi layanan di setiap lokasi sebanyak 1 kali seminggu atau rata-rata per hari terdapat 5 lokasi yang dilayani. Dalam pelaksanaan layanan kas keliling tersebut, modal kerja penukaran yang dialokasikan di setiap lokasi (setiap mobil kas keliling) sebanyak Rp300 juta dengan pecahan Rp20.000 ke bawah.

3) Layanan Kas Keliling luar kota Jakarta seperti Serang, Karawang, Sukabumi, Cilegon dan Pandeglang menggunakan mobil kas keliling dengan frekuensi layanan di setiap kota ± 1 kali setiap 2 bulan dengan lokasi layanan di pasar tradisional/pusat keramaian, pegadaian, kantor pos maupun perbankan setempat. Dalam pelaksanaan layanan kas keliling tersebut, modal kerja penukaran yang dialokasikan di setiap lokasi (setiap mobil kas keliling) sebanyak Rp800 juta dengan pecahan Rp20.000 ke bawah.

4) Meningkatkan volume dan plafon modal kerja dalam kegiatan kas keliling sebanyak 2 kali lipat serta melayani juga rest area di Tol Cikampek dan Tol Tangerang guna melayani pemudik pada periode menjelang liburan hari raya Idul Fitri. Layanan kas keliling tersebut juga diberlakukan di seluruh wilayah KBI, dengan volume dan plafon modal kerja yang bervariasi didasarkan pada kondisi dan kebutuhan uang kartal di masing-masing wilayah.

 Layanan Kas Titipan

Kegiatan Kas Titipan merupakan salah satu bentuk layanan kas diluar kantor yang diselenggarakan pada daerah tertentu dengan melakukan kerjasama pada salah satu bank setempat sebagai Bank Pengelola Kas Titipan. Layanan Kas Titipan ini dilakukan sebagai solusi meminimalisir terdapatnya blank spot areas yang dikeluhkan oleh masyarakat terkait minimnya

pemenuhan kebutuhan uang baik secara jumlah maupun kualitas akibat tidak terjangkau secara optimal oleh Kantor Bank Indonesia terdekat. Adapun bentuk kerjasama adalah berupa kegiatan penyediaan uang sebagai titipan pada salah satu bank (bank pengelola) untuk mencukupi persediaan kas bank-bank (bank-bank pengelola/ peserta) dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat (setoran bayaran) termasuk melayani penukaran masyarakat. Layanan Kas Titipan tersebut dilakukan di wilayah yang tergolong daerah terpencil atau perbatasan (remote

area) yang melalui salah satu bank yang ditunjuk

sebagai pengelola dalam rangka fungsi pemenuhan kebutuhan perbankan (cash distribution) dan penarikan uang tidak layak edar (clean money policy). Dalam pelaksanaan layanan kas titipan tersebut, uang Rupiah merupakan milik Bank Indonesia yang dititipkan di bank pengelola dan pada tahun 2009 kegiatan kas titipan tersebut dilaksanakan di 10 wilayah Kantor Bank Indonesia dengan jumlah lokasi kas titipan sebanyak 15 lokasi, dan bank yang ditunjuk sebagai pengelola Kas Titipan adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Papua, dan BPD NTT dengan rincian sebagimana pada Tabel Rincian Kegiatan Kas Titipan di Berbagai Wilayah Indonesia.

 Pelaksanaan dan Pemantauan Kebijakan Setoran Bayaran Bank

Pelaksanaan dan pemantauan kegiatan Setoran Bayaran Bank mengacu pada SE No.9/37/Ekstern tentang Penyetoran dan Penarikan Uang oleh Bank Umum di Bank Indonesia tanggal 27 Desember 2007 yang diberlakukan pada tanggal 30 Juni 2008. Berdasarkan pemantauan tingkat kepatuhan perbankan terhadap ketentuan tersebut, masih ditemukan adanya bank yang tidak menyampaikan laporan dan data sebagaimana diatur dalam ketentuan dimaksud, yaitu perbankan di 7 KBI. Untuk itu, BI secara berkala melakukan pembinaan baik secara langsung melalui kegiatan sosialisasi dan tidak langsung dengan menyampaiakan surat pembinaan kepada bank. Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam rangka penyampaian laporan

 Halaman 102 

dimaksud adalah adanya mutasi/rotasi pegawai di bank tanpa adanya knowledge sharing kepada pegawai pengganti, serta kurang tersedianya fasilitas teknologi informasi yang memadai sehingga

menghambat penyampaian laporan yang dilakukan secara on line.

 Implementasi Fungsi Cash Centre

Implementasi fungsi cash centre yang diterapkan sejak tahun 2008 pada bank umum di wilayah KPBI telah diperluas hingga penyiapan sarana dan prasarana pendukung antara lain pemanfaatan gedung/ruangan khusus pengolahan dan pengelolaan uang serta pembelian mesin sortasi uang. Namun demikian, implementasi fungsi cash centre yang bersifat kemandirian perbankan dalam melaksanakan pengolahan uang belum dikontribusikan lebih lanjut kepada pemberian jasa layanan bagi bank lainnya, yang disebabkan kendala prosedur internal bank yang berlaku saat ini.

Selanjutnya BI akan mendorong iklim yang kondusif melalui penyempurnaan kegiatan setoran dan bayaran bank yang bersifat wholesale sehingga perbankan secara skala ekonomi akan mempertimbangkan untuk mempergunakan jasa layanan fungsi cash centre di bank lainnya, sehingga pada gilirannya akan tercipta

peredaran uang yang lebih efektif dan efisien melalui keberadaan cash centre tersebut.

 Kajian Intensitas Penggunaan Uang Rupiah di Wilayah Perbatasan NKRI

Kajian ini bertujuan untuk meneliti intensitas penggunaan uang Rupiah di wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mengkaji faktor-faktor mempengaruhi penggunaan uang Rupiah di daerah perbatasan tersebut, dan upaya peningkatan peran Bank Indonesia guna mendorong eksistensi uang Rupiah termasuk menginisiasi pertumbuhan sentra ekonomi baru di wilayah perbatasan NKRI atau area terdepan NKRI. Hal ini merupakan salah satu upaya Bank Indonesia untuk turut serta menjaga kedaulatan NKRI yaitu menjaga dan meningkatkan keberadaan simbol-simbol NKRI antara lain berupa uang Rupiah di daerah perbatasan NKRI. Adapun hasil kajian antara lain sebagai berikut: a. Intensitas penggunaan uang Rupiah di daerah

perbatasan yang menjadi sample (Kalimantan Barat – Entikong, Aruk, Segumon dan Nangau Badau; serta Kalimantan Timur – Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik) relatif cukup dominan apabila dibandingkan dengan uang Ringgit Malaysia. Hal ini antara lain disebabkan pendapatan masyarakat (responden) sebagian besar dalam uang Rupiah

No KBI Lokasi Kas Titipan Bank Pengelola

1 Jambi Muara Bungo PT. BNI, Kancab. Muara Bungo

2 Jayapura Sorong PT. Bank Mandiri, Kancab. Sorong

Timika PT. Bank Mandiri, Kancab. Timika

Biak PT. Bank Mandiri, Kancab. Biak

Merauke PT. Bank Papua, Kancab. Merauke

3 Kupang Maumere PT. BPD NTT, Kancab. Maumere

4 Manado Gorontalo PT. Bank Mandiri, Kancab. Gorontalo

Tahuna – Sangihe Talaud PT. Bank Mandiri, Kancab. Tahuna

5 Palangkaraya Sampit PT. BRI Kancab. Sampit

6 Palembang Pangkal Pinang PT. Bank Mandiri, Kancab. Pangkal Pinang

Lubuk Linggau PT. BRI, Kancab. Lubuk Linggau

7 Palu Tolitoli PT. Bank Mandiri, Kancab. Tolitoli

8 Pematang Siantar Rantau Prapat PT. Bank Mandiri, Kancab. Rantau Prapat

9 Sibolga Gunungsitoli PT. BNI, Kancab gunungsitoli

10 Surabaya Pamekasan Madura PT. BNI Kancab. Pamekasan

 Halaman 103 

dan besarnya penggunaan uang Rupiah untuk transaksi sehari-hari oleh masyarakat (responden). b. Faktor-faktor pendorong penggunaan uang rupiah

di daerah perbatasan, antara lain:  Dari sisi supply:

- Pendapatan masyarakat sebagian besar dalam uang Rupiah;

- Masyarakat relatif cukup mudah mendapatkan uang Rupiah.

 Dari sisi demand:

- Barang dan jasa sebagian besar telah ditetapkan dalam satuan uang Rupiah terutama barang dan jasa yang berasal dari produksi dalam negeri.

- Masyarakat telah terbiasa menggunakan uang Rupiah dalam bertransaksi.

c. Kondisi uang Rupiah di daaerah perbatasan relatif lusuh khususnya uang pecahan kecil (uang pecahan Rp10.000 ke bawah). Disamping itu, penggunaan uang logam relatif lebih sedikit dan jarang ditemukan.

d. Rekomendasi dalam rangka meningkatkan eksistensi uang Rupiah, antara lain:

- Meningkatkan pembangunan infrastruktur pendukung antara lain jalan, pasar/pusat perdagangan.

- Meningkatkan pembangunan ekonomi antara

lain pembangunan industri dan

pertanian/perkebunan.

- Meningkatkan pendirian kantor cabang bank baik Bank Umum (BU), Bank Pembangunan Daerah (BPD) maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

-

Meningkatkan layanan kas Bank Indonesia untuk meningkatkan supply uang Rupiah antara lain Kas Keliling, Kas Titipan, dan alternatif pembukaan Kantor Kas di daerah perbatasan

.

 Kajian Pengembangan Layanan Kas Guna Memenuhi Kebutuhan Uang Kartal

Fungsi pengedaran uang merupakan fungsi klasik dari bank sentral sehingga diperlukan penguatan fungsi antara lain melalui peningkatan kegiatan layanan kas kepada bank dan masyarakat. Fokus pembahasan layanan kas dalam kantor meliputi layanan setoran dan bayaran bank, serta layanan penukaran uang pada bank dan masyarakat), sedangkan layanan kas luar kantor meliputi layanan kas keliling, layanan titipan, dan kerjasama layanan kas dengan bank dan/atau pihak ketiga lainnya. Adapun hasil kajian antara lain sebagai berikut:

a. Layanan Setoran dan Bayaran Bank

Desain penerapan wholesale secara bertahap diawali dengan merekomendasikan standard unit setoran dan bayaran atau jumlah minimum untuk uang kertas dan uang logam yang dapat disetor/ditarik oleh perbankan dari/kepada BI. Selanjutnya akan dikaji jumlah wholesale untuk setiap kelompok KBI disesuaikan dengan karakteristik masing-masing kelompok KBI. b. Layanan Penukaran Uang

- Melakukan segmentasi jenis dan karakteristik nasabah pada layanan penukaran uang, yaitu nasabah ritel dan nasabah wholesale;

- Koordinasi dan peningkatan kerjasama dengan bank dan stakeholder dalam implementasi layanan penukaran uang, antara lain dengan inisiasi kerjasama trilateral yaitu Bank Indonesia, bank dan stakeholder (riteler) untuk penukaran uang;

- Pilot project penukaran uang (khusus uang pecahan kecil) di bank.

- Menjajagi kemungkinan penyesuaian ketentuan yang mewajibkan bank memberikan layanan penukaran uang kepada nasabah dan masyarakat.

c. Layanan Kas Keliling

- Peningkatan frekuensi kas keliling (ritel) yang dikombinasikan dengan fungsi edukasi dan sosialisasi keaslian uang rupiah pada wilayah dan periode tertentu.

 Halaman 104 

- Penerapan mekanisme kas titipan sesuai karakteristik masing-masing wilayah perbankan;

- Mengembalikan fungsi utama layanan kas titipan pada fungsi penyediaan dana (cash

dropping) dan clean money policy.

- Pembatasan fungsi penampungan likuiditas perbankan (cash pooling) untuk mengeliminir timbulnya potensi moral hazard dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi setempat. - Penerapan sebagian ketentuan setoran bayaran

pada kegiatan kas titipan, a.l. penyetoran kas titipan hanya untuk uang tidak layak edar (UTLE) dan pelaporan likuiditas harian Bank. - Penurunan plafon secara bertahap dan

memperkuat aspek pengawasan. e. Kerjasama Layanan Kas

Diarahkan pada kerjasama tanpa fee dan tanpa penempatan aset. Insentif kepada pihak ketiga diberikan dalam bentuk lain, antara lain kemudahan penukaran uang kecil dan uang baru, serta bantuan teknis berupa pelatihan dan training.

 Peningkatan Mutu Keterampilan dan Kemampuan Kasir

Sejalan dengan meningkatnya peran dan fungsi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang di masa-masa mendatang, maka kebutuhan terhadap kasir BI yang memiliki kompetensi tinggi mutlak diperlukan. Untuk itu, secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan, BI mengupayakan peningkatan mutu keterampilan dan kemampuan kasir melalu berbagai program pembelajaran dan pelatihan. Selain materi yang bersifat perilaku dan teknis yang diselenggarakan oleh pihak eksternal, pada tahun 2009 dilaksanakan pelatihan khusus bagi kasir baik di KP maupun KBI meliputi pelatihan operasional kasir, manajerial kas, serta pelatihan soft skill.

Pelatihan operasional kasir merupakan forum interaksi antara kasir KP dan KBI dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan teknis operasional kas dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan kegiatan

kas serta pengenalan terhadap tugas BI lainnya. Pelatihan diikuti oleh 50 orang kasir KP dan KBI yang dilaksanakan di Denpasar. Materi disampaikan oleh narasumber internal dan eksternal meliputi Isu strategis di Bidang Pengedaran Uang, Risiko profesi Kasir, Falsafah Kasir, Ketrampilan di bidang transaksi tunai, Cash Management, Fraud Banking terkait tugas perkasan, Ketentuan Pemberian Keterangan Ahli dalam tindak pidana kejahatan terhadap uang rupiah serta Service excellent dalam rangka memberikan layanan yang ramah, cepat dan tepat.

Pelatihan manajerial kas diberikan kepada pegawai minimal setingkat supervisor, baik dari KP dan KBI dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perkasan yang memiliki kompetensi dan ketrampilan yang memadai serta mempunyai perilaku yang baik agar dapat memenuhi kualifikasi pekerjaan di bidangnya dalam menghadapi dinamika dan tuntutan pekerjaan saat ini dan masa mendatang; meningkatkan kepatuhan dan pemahaman yang komprehensif terhadap ketentuan di bidang pengedaran uang; serta sebagai wadah konsolidasi dan sharing knowledge antar pegawai kasir di seluruh unit kerja kas baik di KPBI maupun KBI mengenai permasalahan di bidang pengedaran uang. Materi yang disampaikan dalam pelatihan manajerial meliputi materi Motivasi Pegawai, Penguatan Karakter dan Team Building, Overview terhadap pelanggaran di bidang pengedaran uang dan Upaya Preventif, serta Isu Strategis di Bidang Pengedaran Uang dan Manajemen Pengedaran Uang (MPU).

Selain materi mengenai teknis dan manajerial di bidang pengedaran uang, BI juga menyelenggarakan pelatihan yang bersifat soft skill, dengan peserta kasir dari berbagai golongan di KP dan KBI, untuk menjaga dan meningkatkan kemampuan non-teknis guna menunjang profesionalisme. Materi dalam pelatihan dimaksud meliputi komunikasi antara bawahan dan atasan yang efektif; pengelolaan stress oleh karena pekerjaan yang bersifat rutin dan mempunyai risiko tinggi; pemanfaatan waktu kerja yang optimal;

 Halaman 105 

membangun ethos kerja yang prima; serta pelayanan yang prima kepada stakeholders.

Dalam rangka meningkatkan wawasan kasir terhadap pelaksanaan kegiatan pengedaran uang di bank sentral lain, pada tahun 2009 telah dilakukan program pertukaran kasir dengan Bank Sentral Thailand. Program tersebut, diharapkan menjadi sarana dalam melakukan sharing informasi dan pengetahuan khususnya terkait dengan pengelolaan dan manajemen pengedaran uang, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan kegiatan pengedaran uang di masa mendatang. Berdasarkan evaluasi terhadap kegiatan pelatihan kasir tersebut yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kasir, maka pada tahun 2010 direncanakan untuk melanjutkan pelatihan operasional kas, manajerial kas, dan program pertukaran kasir dengan Bank Sentral Pilipina. Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman terhadap penggunaan sarana kas, direncanakan akan dilaksanakan pelatihan peralatan kas pada tahun 2010.

Pengedaran Uang yang Aman, Handal, dan Efisien

Pengedaran uang yang aman, handal, dan efisien menjamin tersedianya uang dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu di berbagai wilayah di Indonesia dapat terpenuhi melalui efektivitas pelaksanaan distribusi uang secara aman, lancar, dan tepat waktu, serta pengelolaan dan terkelolanya sarana operasional kas secara efektif dan efisien. Strategi pelaksanan kebijakan yang dilakukan di tahun 2009 meliputi: 1. Pelaksanaan distribusi uang

2. Iron Stock dan Kas Besar Titipan

3. Optimalisasi kinerja sarana pengolahan uang 4. Penyempurnaan Blue Print Manajemen

Pengedaran Uang

5. Pengembangan Sistem Informasi

6. Strategi Sarana Pengadaan Operasional Kas

 Pelaksanaan Distribusi Uang

Sebagai implementasi dari hasil penyusunan rencana kebutuhan uang, dilakukan distribusi uang ke berbagai wilayah di Indonesia melalui beberapa Kantor Bank Indonesia (KBI) yang telah ditunjuk sebagai Kantor Depot Kas (KDK). Selanjutnya KDK dimaksud meneruskan ke KBI dalam wilayah koordinasinya. Ada pula beberapa KBI yang langsung didistribusikan seperti : KBI Bandarlampung, Batam, Pontianak dan Jayapura dengan pertimbangan adanya jalur transportasi yang pengirimannya langsung dari Jakarta. Sementara itu, untuk pelaksanaan pengiriman uang menggunakan berbagai moda transportasi, seperti :

angkutan darat, menggunakan moda transportasi dengan truck, kereta api (bekerjasama dg PT KAI) angkutan laut, menggunakan moda transportasi dengan kapal Penumpang (bekerjasama dengan PT PELNI), Kapal Barang (bekerjasama dengan PT Silkargo Indonesia, PT Mitra Intertrans Forwarding (MIF) dan PT Djakarta Lloyd) serta Kapal Roll On Roll Off/RoRo bekerjasama dengan PT PELNI. angkutan udara, menggunakan moda transportasi dengan pesawat (apabila diperlukan).

 Iron Stock Nasional dan Kas Besar Titipan

Guna menjaga kecukupan kas BI, dalam penyusunan rencana kebutuhan uang juga diperhitungkan kebutuhan Persediaan Uang atau disebut Iron Stock Nasional (ISN). ISN dimaksudkan sebagai persediaan siaga untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan permintaan uang kartal yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, seperti adanya kebijakan yang tidak dapat dikuantifisir dalam model proyeksi kebutuhan uang (seperti kenaikan BBM, BLT dan lain-lain), ataupun kejadian lain yang tidak terduga seperti bencana alam, kendala jalur maupun moda transportasi.

Sesuai dengan fungsinya, maka sebagian ISN dimaksud ditempatkan di beberapa KBI dalam bentuk Kas Besar Titipan (KBT). Tujuan penempatan KBT dimaksud antara lain untuk memperlancar dan

 Halaman 106 

memudahkan pemenuhan kebutuhan uang di seluruh wilayah Indonesia baik dalam kondisi yang mendadak maupun akibat bencana alam atau hal-hal lain yang dapat menjadi kendala pengiriman uang secara tepat waktu. Implementasi KBT tersebut dilaksanakan mulai awal triwulan III-2007 dan awal tahun 2009 terdapat tambahan 1 KBI yang berperan sebagai KBT sehingga terdapat 14 KBI, masing-masing 5 KBI di wilayah Sumatera menjadi 6 KBI, 4 KBI di Pulau Jawa dan Bali, serta 2 KBI di Kalimantan dan 2 KBI di Sulawesi. Untuk tahun 2009, jumlah ISN sebesar Rp. 42,5 Triliun atau sebesar 20 % dari proyeksi UYD tahun 2009 sesuai dengan best practices beberapa bank sentral lain ( NCB of Spain dan Bank Sentral Korea) atau setara dengan 25 % dari proyeksi saldo giro perbankan di Bank Indonesia tahun 2009 sebesar Rp.170 Triliun dan diantaranya sejumlah Rp.24,31 Triliun (57,2 %) ditempatkan di KBI dalam bentuk KBT.

 Optimalisasi Kinerja Sarana Pengolahan Uang Dalam mendukung kegiatan pengolahan uang di BI diperlengkapi dengan peralatan kas utama yang memiliki spesifikasi sangat khusus untuk kebutuhan bank sentral. Kegiatan sortasi uang kertas di BI senantiasa diarahkan kepada penggunaan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK) dan mengurangi Hitung Ulang Manual (HUM). Peranan MSUK dalam kegiatan tersebut dirasakan sangat penting karena kemampuannya dalam menghitung dan mensortasi keaslian serta kelusuhan uang secara cepat, akurat, dan obyektif sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan. Dengan kondisi uang kertas yang masuk ke BI saat ini pada umumnya lusuh, MSUK tidak menunjukkan penurunan kinerja yang berarti sehingga tetap menjadi andalan dalam kegiatan pengolahan uang sehari-hari. Selanjutnya, dalam melakukan pengolahan uang logam BI tetap mengandalkan penggunaan Mesin Hitung Uang Logam (MHUL) dan Mesin Hitung dan Pembungkus Uang Logam (MHPUL). Dalam upaya menjaga kesegaran uang yang diedarkan, BI melakukan pemusnahan uang kertas yang telah lusuh baik dengan menggunakan MSUK yang memiliki fungsi racik (online shredding machine)

maupun Mesin Racik Uang Kertas/MRUK (offline

shredding machine).

Sepanjang tahun 2009, BI tidak melakukan pengadaan peralatan kas utama (MSUK, MRUK, dan MHPUL) yang baru. Terkait MSUK, hal tersebut disamping karena kapasitas MSUK yang ada masih mencukupi, juga merupakan bagian dari persiapan penerapan kebijakan satu merek MSUK pada tahun 2014. Tahun 2009 BI melakukan perpanjangan pemanfaatan 8 (delapan) unit MSUK yang berakhir kontrak pemeliharaannya pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009, dengan durasi kontrak baru rata-rata selama 6 (enam) tahun hingga 2016. Sebelum dilakukan perpanjangan kontrak, mesin-mesin tersebut dipersiapkan kondisinya terlebih dahulu dengan perbaikan dan penggantian

spare part yang kondisinya tidak lagi prima. BI saat ini

berencana untuk meremajakan 17 (tujuh belas) unit MRUK yang ada, dengan pertimbangan usia teknis dan perkembangan teknologi. Untuk itu, tahun 2009 BI telah menyusun kajian dan rencana peremajaan mesin-mesin tersebut secara bertahap, tahap pertama 5 (lima) unit. Tahun 2010 akan dilakukan persiapan pengadaan dengan melakukan profiling terhadap produk yang tersedia di pasar.

BI saat ini memiliki kapasitas MSUK yang memiliki fungsi racik uang berkisar 1,9 juta lembar uang kertas per jam. Kapasitas tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (2,31 juta lembar/jam) karena terdapat 1 (satu) unit MSUK yang dihentikan pengoperasiannya. Disamping itu juga terdapat MSUK tanpa fungsi racik yang secara keseluruhan memiliki kapasitas olah 1,8 juta lembar uang kertas per jam. Selanjutnya, untuk meracik uang kertas lusuh BI memiliki MRUK yang secara keseluruhan mempunyai kapasitas memusnahkan 7,8 juta lembar uang kertas per jam.

Selanjutnya dalam rangka menjaga kinerja peralatan kas tersebut, BI bekerjasama dengan Pihak Ketiga guna melakukan pemeliharaan peralatan kas. Disamping itu, guna meningkatkan optimalisai kinerja mesin yang ada, BI telah melakukan berbagi upaya,

 Halaman 107 

antara lain dengan melakukan pemantauan secara intensif terhadap pemanfaatan peralatan kas dan pelaksanaan pemeliharaan yang telah dilakukan oleh Pihak Ketiga, baik melalui laporan, maupun pemeriksaan secara langsung terhadap mesin.

Selain itu, dalam rangka meningkatkan efektifitas pemeliharaan dan optimalisasi penggunaan mesin sortasi UK, maka sejak tahun 2009 BI telah melakukan berbagai kerjasama secara khusus dengan pihak prinsipal khususnya terkait dengan jaminan kontinuitas

spare parts dan dukungan teknis. Hal ini akan

meningkatkan intensitas pemantauan pemeliharaan peralatan kas oleh prinsipal yang berujung pada tercapainya efektivitas kelancaran kegiatan operasional kas.

Blue Print (Cetak Biru) Manajemen Pengedaran

Uang (MPU)

Cetak biru MPU merupakan arah strategis pengembangan manajemen pengedaran uang yang bersifat komprehensif, dan dilaksanakan secara bertahap dalam jangka menengah dan panjang. Penyusunan Cetak biru MPU bertujuan untuk merespon kebutuhan (needs) dan harapan (hopes)

stakeholder dengan memperhatikan perkembangan

dinamika lingkungan strategis di bidang pengedaran

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 106-115)