• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Undang-Undang (RUU) Transfer Dana

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 132-136)

Pentingnya Regulasi Transfer Dana

Tingginya frekuensi transfer dana secara nasional dapat dilihat dari volume dan nominal perpindahan dana dalam rata-rata harian perputaran kliring dan proses Sistem Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI-RTGS). Pada tahun 2009, setiap hari

rata-rata terjadi transaksi kliring sebanyak 341 ribu dengan total nominal mencapai Rp6,5 triliun rupiah. Sedangkan untuk Sistem BI-RTGS, pada periode yang sama setiap harinya rata-rata terjadi transaksi sebanyak 47 ribu dengan total nominal mencapai Rp178 triliun. Angka nominal dan transaksi secara agregat dari dua proses tersebut dari tahun ke tahun selalu meningkat, meskipun belum mencakup data perputaran dana antar nasabah yang terjadi di dalam bank sendiri (intra bank) dan transfer dana di pihak bukan bank yang tidak terdata di Bank Indonesia yang diperkirakan mencapai nilai yang cukup besar.

Sekilas, proses transfer dana dengan nilai triliunan rupiah tersebut tampak sebagai suatu proses yang sederhana yaitu adanya permintaan dari pengirim dana, terlaksananya proses pengiriman, dan diterimanya dana oleh penerima. Namun, jika diurai satu per satu mulai dari latar belakang munculnya kegiatan transfer dana, para pihak yang terlibat, serta mekanisme dan persyaratan terlaksananya transfer dana maka akan terlihat begitu kompleksnya proses

transfer dana yang berpotensi memunculkan permasalahan, risiko, dan konsekuensi hukum bagi para pihak yang terlibat.

Kegiatan transfer dana pada umumnya dilatarbelakangi dengan adanya suatu kegiatan antara pengirim dan penerima (underlying transaction) seperti jual beli, sewa menyewa, pembayaran angsuran atau tagihan dan sebagainya. Jika proses transfer dana tersebut gagal dilaksanakan, maka dipastikan kegiatan para pihak tersebut akan terganggu. Kondisi seperti ini akan memicu timbulnya berbagai permasalahan antara para pihak. Selanjutnya, jika dilihat dari sisi para pihak yang terkait di dalamnya, kegiatan transfer dana melibatkan banyak pihak. Dengan banyaknya pihak yang terkait di dalamnya, maka apabila terjadi kegagalan atau keterlambatan penyampaian transfer dana yang disebabkan karena ketidakmampuan bank atau lembaga penyelenggara transfer dana dalam menyelesaikan transfer dana, maka berpotensi secara sistemik menyebabkan salah satu atau lebih pihak mengalami kerugian.

Kerugian yang dialami oleh salah satu pihak, seperti lamanya proses pengembalian dana hasil transfer dan tidak adanya kepastian pengembalian dana hasil transfer, sampai saat ini masih dialami oleh nasabah transfer dana karena belum adanya ketentuan yang tegas tentang penyelesaian dana hasil transfer termasuk apabila lembaga penyelenggara transfer dana dibekukan kegiatan usahanya, dicabut izin usahanya, dilikuidasi atau dinyatakan pailit.

Sisi lain yang harus memperoleh perhatian adalah suatu kenyataan bahwa saat ini Indonesia belum memiliki ketentuan transfer dana yang komprehensif dan berlaku untuk setiap sistem transfer dana, sehingga apabila di dalam praktik timbul permasalahan maka hal tersebut diselesaikan oleh para pihak secara internal atau melalui lembaga penyelesaian sengketa baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Pada saat ini pengaturan tentang transfer dana tidak dilakukan secara spesifik dalam suatu ketentuan, meskipun untuk sistem

 Halaman 127 

transfer dana tertentu seperti dalam sistem transfer dana melalui kliring dan RTGS telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan kesepakatan yang dibuat oleh para peserta seperti Bye laws kliring dan

Bye laws RTGS.14

Dengan demikian, saat ini pelaksanaan transfer dana tidak seragam dan masing-masing tunduk pada sistem transfer dana yang mengaturnya. Kondisi seperti ini sering menimbulkan permasalahan, karena ketentuan yang ada belum mampu memberikan kepastian dan perlindungan hukum yang sama bagi para pihak yang terkait dalam proses transfer dana.

Dalam beberapa kasus, seperti kasus pembobolan suatu bank di Jakarta pada tahun 1995 dan 1996, dan kasus perdata antara nasabah dengan bank di Pekanbaru pada tahun 1998, dapat disimpulkan bahwa nasabah baik pengirim atau penerima terkesan sebagai pihak yang lemah, sedangkan bank sebagai penyelenggara transfer dana terkesan berada pada posisi yang lebih kuat. Kasus lemahnya sistem pengamanan dalam proses transfer dana seperti kesalahan penyelenggara dalam mengotentikasi Perintah Transfer Dana dan kesalahan atau keterlambatan dalam pelaksanaan transfer dana

seringkali sulit untuk dimintakan

pertanggungjawabannya kepada penyelenggara. Pembuktian yang telah diupayakan oleh nasabah sering kali masih kurang memadai sehingga menyebabkan disputes yang berkepanjangan antara nasabah dengan penyelenggara yang tidak jelas

14 Bye Laws atau seringkali ditulis by-law atau byelaw diartikan sebagai (1) A rule or administrative provision adopted by an association or corporation for its internal governance. Corporate bylaws are usually enacted apart from the articles of incorporation – also termed regulation, (2) Ordinance -- Black’s Law Dictionary, 7th Edition, by Brian A. Garner.

penyelesaiannya. Sementara itu di sisi lain, dengan kecanggihan teknologi seringkali dimanfaatkan oleh nasabah untuk mewujudkan itikad tidak baiknya dengan merugikan bank. Kondisi seperti ini tentu saja menempatkan bank pada posisi yang tidak menguntungkan karena berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank dalam menggunakan jasa transfer dana yang aman, cepat, dan efisien.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, penyusunan ketentuan transfer dana dalam bentuk Undang-Undang sudah sangat mendesak keperluannya dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

1. Belum adanya pengaturan secara umum yang komprehensif dan memberikan kesetaraan perlindungan hukum bagi setiap pihak yang terlibat dalam transfer dana (bank dan pihak bukan bank sebagai penyelenggara transfer dana serta nasabah), baik yang bersifat domestik maupun cross border;

2. Tingginya risiko karena menyangkut pengamanan transaksi dana dalam jumlah yang sangat besar, kompleksnya proses transfer dana dan

menyangkut kebutuhan pengaturan pembuktian yang tegas;

3. Belum adanya aturan yang tegas tentang penyelesaian status dana transfer apabila lembaga penyelenggara transfer dana dipailitkan, dicabut izin usahanya, dilikuidasi atau dibekukan kegiatan usahanya;

4. Memberikan kepastian dan kenyamanan kepada pihak luar negeri, terutama dari negara-negara yang telah mempunyai perangkat Undang-undang yang lengkap tentang transfer dana, yang

 Halaman 128 

akan melakukan transaksi transfer dana dengan pihak di dalam negeri Indonesia;

5. Kompleksnya permasalahan dan luasnya hakikat materi yang diatur yang tidak memungkinkan pengaturannya dalam tingkat yang lebih rendah dari undang-undang.

Rencana Regulasi Transfer Dana melalui Perancangan Undang-undang Transfer Dana

Dengan memperhatikan urgensi tersebut, Bank Indonesia mengambil peran aktif dalam proses penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) Transfer Dana, yang dimulai sejak tahun 2003. Keterlibatan Bank Indonesia dalam proses penyusunan RUU Transfer Dana dimulai dari proses penyusunan bersama dengan para pakar hukum dan praktisi perbankan, terlibat secara aktif dalam proses harmonisasi pembahasan materi RUU Transfer Dana pada Tim Antar Departemen, hingga sosialisasi kepada aparat penegak hukum dan masyarakat. Dalam konsep RUU Transfer Dana, yang dimaksud dengan “Transfer Dana” adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dengan perintah dari Pengirim Asal yang bertujuan untuk memindahkan sejumlah Dana kepada Penerima yang disebutkan dalam Perintah Transfer Dana sampai dengan diterimanya Dana oleh Penerima Dana. Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa intisari kegiatan transfer dana adalah kegiatan dikirimkannya sejumlah dana dari Pengirim Asal ke Penerima Akhir. Dalam prakteknya, proses pengiriman dana tersebut umumnya melibatkan beberapa pihak lain, seperti Bank Pengirim Asal, Bank Penerus dan Bank Penerima Akhir.

Apabila dilihat dengan lebih mendalam, latar belakang dan/atau manfaat yang akan diberikan dari diterbitkannya RUU Transfer Dana adalah sebagai berikut:

1. Tingginya kegiatan transfer dana yg perlu dilindungi

2. Luasnya cakupan kegiatan Transfer Dana, yang meliputi:

Penyelenggaraan transfer dana oleh perbankan dan lembaga bukan bank (“lembaga bukan bank” antara lain adalah perusahaan yang berkaitan dengan jasa pos, badan usaha jasa titipan, dan badan usaha pengiriman Dana lainnya).

Transfer dana ‘antar bank’ dan ‘intra bank’, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing

Transfer dana secara elektronik dan ‘paper based’

Transfer kredit dan transfer debet

Transfer dana domestik maupun cross-border (termasuk money remittances)

3. Tingginya risiko dalam penyelenggaraan transfer dana apabila tidak segera dilengkapi dengan pengaturan yang komprehensif, antara lain meliputi pengaturan alat bukti yang tegas, kejelasan hak dan kewajiban para pihak serta kebijakan pemidanaan kejahatan di bidang transfer dana

4. RUU Transfer Dana bersifat mendukung dan melengkapi UU terkait lainnya seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Tindak Pidana Pencucian Uang, UU Perposan dan UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 5. Mendukung Strategi Nasional Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia Tahun 2007-2012, yang merupakan arah kebijakan dan kerangka pengembangan Rezim Anti Pencucian Uang di Indonesia, serta mendukung pencegahan terhadap pembiayaan kegiatan terorisme

6. Memberikan kepastian hukum kepada pihak luar negeri (cross border fund transfers) sehingga dapat mendorong kegiatan investasi di Indonesia

7. Mewujudkan sistem pembayaran nasional yang lancar, aman, efisien dan andal untuk mendukung pengembangan perekonomian dan pembangunan nasional

 Halaman 129 

8. Memberikan landasan dan perlindungan hukum yang setara bagi setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan transfer dana

9. Pengaturan mengenai kegiatan transfer dana telah diatur dalam Undang-undang, antara lain di Amerika Serikat, UniEropa, Australia, Thailand dan Korea.

Dilihat dari sisi materi yang akan dimuat, RUU Transfer Dana akan mencakup materi-materi mulai dari Pelaksanaan, Pembatalan dan Perubahan Transfer Dana, Pengembalian, Keterlambatan dan Kekeliruan Transfer Dana serta Tanggung Jawab Penerima, Pelaksanaan Transfer Debet, Perizinan Penyelenggaraan Transfer Dana, Alat Bukti dan Beban Pembuktian hingga Ketentuan Pidana.

 Halaman 130 

Artikel 3

Menuju Integrasi Masyarakat

Dalam dokumen Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang (Halaman 132-136)