• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKAYAAN YANG TERSINGKIRKAN Amalia Fitri Kurnia Dew

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 85-98)

remaja dapat berpikir masih ada sebagian orang yang peduli akan gamelan. Akan tetapi, bila pemikiran mereka terus-menerus seperti ini, tidak mustahil beberapa generasi berikutnya tidak lagi mengenal gamelan sebagai jati diri mereka sendiri.

Sementara itu, di luar negeri, seperti di Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang, dan Kanada, gamelan sangatlah di- hargai. Mereka sangat apresiatif dan tekun dalam mempelajari gamelan. Bahkan, mereka mulai mengembangkan kesenian ga- melan. Terlebih lagi di beberapa universitas unggulan di Austra- lia, Singapura, Jepang, serta Amerika Serikat, kesenian gamelan merupakan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan. Di sam- ping itu, banyak instrumen gamelan saat ini berada di ratusan universitas terkemuka di Eropa, Amerika, Australia, dan Jepang. Sejak diadakan Festival Gamelan Dunia di Kanada yang pertama kali pada tahun 1986, tercatat setidaknya terdapat lebih dari seratus kelompok ensambel yang selalu menampilkan kese- nian gamelan di Amerika Serikat. Sebagian besar kelompok en- sambel tersebut terdiri atas pelajar dan mahasiswa yang tertarik dengan gamelan. Bahkan, menurut Rahayu Supanggah, seorang guru besar bidang karawitan serta penggagas Festival Gamelan Dunia, Singapura telah menjadikan gamelan sebagai mata pel- ajaran wajib di sekolah dasar hampir di seluruh wilayahnya.

Hal yang lebih membanggakan lagi, Rahayu Supanggah per- nah menjadi saksi bahwa di dalam sebuah pertunjukan, gamelan membuat orang Barat yang terkenal akan keegoisannya mena- ngis. Mereka larut dalam kaidah kebersamaan serta kesederha- naan yang ditampilkan oleh gamelan. Begitulah masyarakat du- nia menghayati dan memahami gamelan. Di sisi lain, gamelan hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, terutama para remaja di Indonesia. Ironis memang melihat kenyataan tersebut. Gamelan dihargai oleh masyarakat luar, tetapi kita sebagai pe- waris asli karya agung nenek moyang malah sama sekali tidak memedulikannya. Sebenarnya, apakah keistimewaan gamelan? Mengapa gamelan sampai terlupakan oleh pemiliknya sendiri?

Karya Seni yang Adiluhung

Bagi masyarakat Indonesia, khususnya Jawa, istilah ga- melan tentu sudah tak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Istilah gamelan merujuk pada instrumen yang merupakan satu kesatuan utuh, dan diwujudkan dengan membunyikannya secara bersama-sama. Gamelan merupakan perangkat yang terdiri atas lebih dari sepuluh macam instrumen, yang terbuat dari kuningan dan beberapa alat musik perkusi.

Menurut bahasa, gamelan berasal dari kata gamel yang da- lam bahasa Jawa berarti ‘memukul’ atau ‘menabuh’ dan diberi akhiran –an sehingga menjadikannya kata benda yang berarti instrumen. Gamelan dapat pula diartikan sebagai gabungan be- berapa instrumen yang sebagian besar dimainkan dengan cara dipukul. Karena dibunyikan secara bersama-sama, gamelan dike- nal dengan sebutan orkes gamelan.

Pada zaman dahulu, gamelan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Sebenarnya kesenian gamelan meru- pakan hasil budaya yang diolah dengan menggunakan cipta, rasa, serta karsa untuk memenuhi kebutuhan manusia akan ke- senian dan keindahan sehingga gamelan merupakan sarana hi- buran serta rekreasi masyarakat pada saat itu. Gamelan juga berguna bagi para raja yang berkuasa pada zaman kerajaan, di antaranya sebagai sarana pengakuan atas kebesaran dan kekua- saan raja.

Secara umum, instrumen dalam gamelan terbagi menjadi tiga macam, yaitu balungan, blimbingan, dan pencon. Balungan meru- pakan instrumen yang terbuat dari kuningan dan disusun di atas sebuah kayu. Balungan yang berarti rangka mempunyai maksud bahwa instrumen yang termasuk dalam balungan merupakan instrumen utama yang harus ada dalam kesenian gamelan se- hingga dapat diartikan balungan merupakan komponen utama dalam gamelan. Balungan terdiri atas demung, saron barung, dan

Blimbingan merupakan jenis instrumen gamelan yang terbuat dari kuningan dan di bagian bawahnya terdapat tabung atau silinder yang biasanya terbuat dari bambu atau besi tipis. Fungsi tabung ini sebagai pengatur gema dari suara yang dihasilkan oleh instrumen saat dimainkan. Suara yang dihasilkan oleh blimbingan

lebih halus bila dibandingkan dengan instrumen balungan. Yang termasuk instrumen blimbingan, yaitu gender dan slenthem.

Pencon adalah instrumen gamelan yang terbuat dari ku- ningan, berbentuk bulat, dan di tengahnya terdapat sebuah ton- jolan kecil berbentuk bulat pula. Yang termasuk dalam kelompok

pencon adalah bonang, gong, kempul, kenong, kethuk, dan juga kem- pyang. Bonang merupakan salah satu instrumen yang biasanya digunakan untuk membuka lagu. Instrumen yang berukuran pa- ling besar dalam pencon adalah gong. Gong tidak dibunyikan se- cara terus-menerus, tetapi menurut selang waktu tertentu untuk memberi tekanan pada bagian tertentu.

Tak hanya instrumen balungan, blimbingan, serta pencon yang terdapat pada gamelan. Terdapat instrumen lain yang tidak ter- masuk dalam ketiga macam tadi, tetapi memiliki andil yang cu- kup besar dalam permainan gamelan. Di antaranya celempung

dan siter yang dimainkan dengan cara dipetik bagian senarnya. Selain itu, juga terdapat instrumen gambang yang terbuat dari bilahan kayu, serta kendhang yang memegang peranan penting dalam pengaturan tempo lagu yang sedang dimainkan. Kendhang

saat ini digolongkan sebagai instrumen perkusi.

Teknik pembuatan semua instrumen gamelan tentunya tak dapat sembarangan. Bahkan, beberapa ahli mengatakan mem- buat gamelan tidak semudah yang dibayangkan. Perlu keahlian khusus yang harus dipelajari bertahun-tahun. Meskipun cara pem- buatannya menggunakan peralatan cukup sederhana bahkan jauh dari kata modern, tak ada satu pun alat musik modern yang dapat mengalahkan kekhasan suara yang dihasilkan ga- melan.

Gamelan sendiri terdiri atas beberapa jenis, di antaranya gamelan dari daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dari Bali. Setiap kesenian gamelan dari daerah-daerah yang berbeda memiliki kekhasan masing-masing. Gamelan dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta mempunyai nada yang lebih lembut dengan tempo yang tidak terlalu cepat. Gamelan dari daerah Jawa Barat yang mendayu-dayu didominasi oleh suara seruling. Sementara itu, gameloan dari daerah Bali bertempo sangat cepat.

***

Sebagai salah satu jenis musik tradisional, gamelan mempu- nyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh alat musik mana pun di dunia. Salah satunya adalah sistem nada atau tonal system

dalam gamelan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sistem nada yang sering disebut laras merupakan suara yang tingginya selalu sama dan tidak berubah-ubah. Terdapat dua macam laras, yaitu laras gamelan pelog serta laras gamelan slendro. Setiap laras memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing yang tidak terdapat da- lam sistem nada lainnya di dunia.

Laras slendro berbeda dengan laras pelog. Dalam laras slen- dro, hanya terdapat lima buah nada, yaitu 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 dengan interval nada yang sama. Laras slendro tidak memilki nada 4 serta nada 7, sedangkan laras pelog memiliki tujuh buah nada, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, serta 7. Tidak hanya sistem nada yang unik, gemelan juga memiliki ukuran tinggi-rendahnya laras yang disebut pathet sebagai wilayah nada, serta notasi nada yang di- tulis menurut sistem nada laras dan pathet yang dinamakan titi laras.

Tidak hanya itu keunikan serta keistimewaan gamelan. Se- orang etnomusikolog bernama Aris Setiawan menyatakan musik yang dihasilkan oleh gamelan sangatlah berbeda, bahkan tidak sesuai dengan sistem musik modern. Alat musik modern memi- liki pitch yang akurat dalam interval yang beraturan dengan pertimbangan ukuran frekuensi tertentu sehingga dihasilkan me- lodi yang absolut bahkan terkesan baku. Lain halnya dengan

gamelan. Dalam gamelan, segala aspek yang berkaitan dengan bunyi sebagai totalitas getaran dan gelombang akan diterima apa adanya.

Apabila selama ini sistem musik modern memiliki nada yang seragam serta absolut, tidak akan ada pilihan dan kemung- kinan lain yang bisa ditoleransi dalam memainkannya. Sistem nada ini sangat ketat dan penuh dengan aturan-aturan dengan harga mati. Bila terdapat sedikit perubahan, akan dianggap salah, sedangkan dalam gamelan, segala nada yang dihasilkan tidak akan dianggap salah. Bahkan, nada minir atau sumbang sengaja dihadirkan demi tercapainya nilai estetika yang sangat tinggi.

Sebagai contoh, Pelog Temor yang berasal dari Malang, dilan- tunkan dengan vokal yang terkesan sumbang serta interval an- tara nada vokal dan nada gamelan tidak cocok. Contoh lainnya,

gending Pamegatsih yang berkembang di Surakarta banyak meng- gunakan nada-nada minir. Bagi dunia musik modern, hal ini tentu saja dianggap salah. Akan tetapi bagi dunia gamelan, ke- sumbangan itulah yang sebenarnya merupakan kekuatan este- tika. Tidak ada batasan apakah musik yang dihasilkan sumbang atau tidak. Setiap musik yang dihasilkan akan diterima sebagai suatu kenyataan sehingga memungkinkan terciptanya beribu na- da baru.

Kebebasan inilah yang membuat gamelan menjadi bahan eksperimen yang teramat penting bagi para seniman dunia. Sifat- nya yang dinamis memungkinkan para seniman untuk bereks- plorasi sehingga dapat membentuk nada-nada baru yang ada dalam gamelan. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat ter- bentuk budaya baru bagi kultur yang cenderung berbeda. Itulah yang menyebabkan selalu muncul nuansa dan warna musikal baru yang lebih segar dari kesenian gamelan. Tentunya hal ini dapat memperkaya khazanah kebudayaan Indonesia.

Keunikan serta keistimewaan yang terdapat pada gamelan merupakan nilai tersendiri bagi warisan ini. Terlebih lagi, cara memainkan gamelan yang cukup rumit dapat menghasilkan mu-

sik yang halus dan menimbulkan kesan tersendiri bagi pende- ngarnya. Hal ini menjadikan gamelan memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Banyak musisi handal yang mengagumi gamelan. Bahkan, mereka beranggapan bahwa gamelan merupakan karya seni yang bernilai tinggi dan patut dihargai.

Menurut ilmuwan berkebangsaan Belanda Dr. J.L.A. Bran- des, jauh sebelum pengaruh India datang ke Indonesia, bangsa ini telah memiliki sepuluh keterampilan dasar yang merupakan unsur-unsur budaya asli bangsa Indonesia. Sepuluh keterampilan tersebut, yaitu (1) menciptakan kesenian wayang, (2) mencipta- kan kesenian gamelan, (3) menciptakan kesenian batik, (4) mem- buat berbagai kerajinan, (5) mengenal teknik pengecoran logam, (6) mengolah tanah atau bertani, (7) memiliki kemampuan ber- layar, (8) mengenal astronomi, (9) mengenal sistem mata uang, dan (10) mengenal sistem pemerintahan yang teratur.

Hal itu menandakan bahwa kesenian gamelan yang terma- suk sepuluh keterampilan dasar bangsa Indonesia benar-benar budaya asli bangsa ini. Gamelan juga mempunyai sejarah yang panjang hingga menjadi kesenian luhur seperti saat ini. Seperti hasil budaya lainnya, gamelan juga mengalami perubahan serta perkembangan dalam penyempurnaannya. Perubahan yang ter- jadi pada gamelan menyangkut proses pembuatannya, sedang- kan mengalami perkembangan dari segi kualitas suara yang dihasilkan.

***

Gamelan merupakan hasil budaya yang tidak pernah terpi- sahkan dengan kehidupan masyarakat bangsa ini. Selain itu, ga- melan memiliki nilai filosofi yang sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini dianut oleh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Kesenian gamelan benar-benar sesuai dengan nilai religi yang dianut oleh masyarakat Jawa. Selain itu, kesenian gamelan juga merupakan salah satu kesenian yang mengandung nilai sosial, moral, serta spiritual yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Terlebih lagi, nilai filosofi pada gamelan merupakan nilai- nilai yang berkaitan secara vertikal serta secara horizontal. Nilai filosofi pada gamelan secara vertikal merupakan nilai pada gamelan yang mengajarkan untuk mendekatkan diri pada Sang Mahakuasa. Sementara itu, nilai filosofi secara horizontal pada gamelan mengajarkan untuk menghargai serta mengasihi sesama manusia.

Salah satu nilai yang dapat dipelajari melalui kesenian ga- melan adalah kebersamaannya. Memainkan gamelan berarti menghayati arti kebersamaan sebagai sesama manusia. Tidak mungkin memainkan gamelan hanya salah satu instrumennya saja. Semua instrumen dalam gamelan harus hidup dalam hierar- ki dalam satu kesatuan yang saling melengkapi. Terdapat ikatan antarinstrumen sehingga setiap instrumen saling membutuhkan instrumen lain. Dengan demikian, rasa kebersamaan menjadi salah satu makna filosofi dalam gamelan.

Bagi Aris Setiawan, bermain gamelan berarti menghilang- kan sifat egois dan individual. Setiap pemain gamelan harus menghargai pemain yang lain karena tidak ada salah satu yang menonjol. Semua bermain dalam satu kesetaraan bunyi, tidak ada yang lebih keras atau pun lebih lirih. Dalam gamelan, siapa saja mempunyai kedudukan yang setara. Untuk itu, diperlukan toleransi yang sangat tinggi dalam memainkan gamelan. Bahkan, tidak ada konduktor dalam bermain gamelan karena setiap pe- main harus saling mengerti dan dimengerti.

Semua nilai filosofi dalam gamelan tercermin dalam musik yang dihasilkannya. Terlebih lagi, sifatnya yang humanis menye- babkan kesenian gamelan tumbuh subur di berbagai negara. Bah- kan, beberapa negara telah menggunakan kesenian gamelan se- bagai sarana pendidikan serta pembentuk kepribadian. Musik yang dihasilkan oleh gamelan juga memberi ketenangan bagi pendengarnya sehingga banyak negara-negara di Eropa, seperti Prancis yang menggunakan gamelan sebagai sarana terapi keji-

waan di berbagai penjara dan di Inggris gamelan digunakan untuk terapi bagi narapidana kelas satu.

Terlebih lagi, sebuah lembaga penelitian di Jepang telah meneliti pengaruh gelombang supersonik yang ada pada ga- melan terhadap perkembangan otak. Hasil penelitian menunjuk- kan bahwa gamelan mampu menghasilkan banyak gelombang supersonik yang mampu merangsang perkembangan otak Bah- kan, gelombang supersonik yang dihasilkan oleh gamelan lebih tinggi daripada gelombang supersonik yang dihasilkan oleh mu- sik klasik. Lembaga penelitian tersebut menyimpulkan bahwa gamelan mampu meningkatkan IQ manusia.

Beberapa hal tersebut membuktikan bahwa kesenian ga- melan merupakan budaya asli yang benar-benar sesuai dengan jati diri kita. Oleh sebab itu, kesenian gamelan merupakan ciri khas bagi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Sebuah kar- ya seni yang agung, dengan sifatnya yang luwes tetapi dapat memberikan pendidikan bagi siapa pun. Beberapa ahli berang- gapan gamelan merupakan alat musik tradisional yang dapat mengalahkan kemegahan alat musik modern yang serba canggih. Tidak salah bila gamelan merupakan hasil budaya yang adi- luhung.

Terlupakan di Negeri Sendiri

Nilai filosofi yang ada pada gamelan menunjukkan betapa nenek moyang kita telah mewariskan budaya yang sangat luhur. Mulai dari cara pembuatan instrumennya, bentuk instrumennya, serta cara memainkannya, gamelan tidak pernah lepas dari nilai- nilai yang telah diyakini nenek moyang kita sebagai jati diri. Bah- kan, gamelan tak lepas dari nilai religi yang telah dianut nenek moyang kita yang terus berkembang mulai dari zaman prasejarah hingga memasuki zaman sejarah.

Semua nilai filosofi yang ada pada gamelan belum semua terungkap saat ini. Hanya sedikit sekali masyarakat Indonesia yang mengerti akan nilai yang terkandung dalam gamelan. Ironis-

nya, nilai filosofi dalam gamelan yang masih belum terungkap tidak membuat masyarakat tergugah untuk mempelajarinya. Ketidaktahuan itulah yang menjadi penyebab gamelan tidak lagi menjadi identitas kita. Pengagum gamelan justru berasal dari negara lain yang mengerti dan berusaha mempelajari nilai serta filosofi pada gamelan.

Sudah sepatutnya kita merasa prihatin melihat kenyataan ini. Saat gamelan dikagumi, bahkan diminati oleh negara-negara lain, gamelan hanya dipandang sebelah mata di negeri sendiri. Nilai filosofi dalam gamelan ternyata tak dapat menggugah per- hatian kita untuk mempertahankan warisan yang adiluhung ter- sebut. Saat beberapa universitas di luar negeri membuka pro- gram studi mengenai gamelan dengan peminat yang cukup ting- gi, para remaja di Indonesia malah menganggap gamelan sebagai alat musik yang kuno.

Gamelan dengan segala keistimewaannya serta keunikan- nya ternyata tidak dapat menarik perhatian para remaja saat ini. Apabila terdapat pertunjukan yang menampilkan gamelan, se- dikit sekali antusias yang mereka tunjukkan. Mereka hanya me- mandang sebelah mata kesenian yang merupakan jati diri me- reka sendiri. Kenyataan bahwa gamelan merupakan budaya yang adiluhung tak lagi diyakini. Bahkan, sebagian besar para remaja saat ini sama sekali tak tertarik pada budaya yang merupakan jati diri mereka sendiri.

Mereka beranggapan gamelan merupakan kesenian kuno yang sangat ketinggalan zaman. Mempelajari gamelan berarti mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan perkembangan za- man saat ini. Tidak sedikit dari mereka yang enggan untuk mem- pelajari kesenian adiluhung tersebut agar tidak disangka kam- pungan dan jadul. Mereka juga berpikir gamelan merupakan alat musik yang jauh dari kata modern. Seolah-olah gamelan hanya seperangkat alat musik usang yang tak sesuai dengan modernitas saat ini.

Gamelan saat ini tergeser dengan musik mancanegara yang sedang populer belakangan ini. Para remaja lebih mengenal k- pop, reggae, rock, jazz, serta hip-hop. Gamelan telah tersingkir dan tergantikan oleh musik-musik dari luar negeri. Alunan musik gamelan yang lembut telah tergantikan dengan hentakan musik

rock atau k-pop.

Bila masyarakat luar negeri sangat mengagumi gamelan, kita sebagai pemilik gamelan tidak lagi menghargainya. Di saat sebagian besar masyarakat luar negeri terutama kalangan maha- siswa menekuni mata pelajaran gamelan, para remaja di Indonesia malah semakin meninggalkannya. Tak ada sedikit pun penghar- gaan yang diberikan terhadap kekayaan tersebut. Terlebih lagi, sebagian remaja mulai melupakan budaya asli sejak zaman pra- sejarah tersebut.

Sebagian besar remaja tak lagi mengenal gamelan dan instru- mennya. Bahkan, mereka tak lagi mengerti apa itu instrumen

balungan, blimbingan, pencon, serta instrumen lainnya yang ter- dapat dalam gamelan. Yang lebih ironis lagi, tak jarang dari mereka yang sama sekali tidak mengetahui apa itu gamelan. Sungguh kenyataan yang sangat mengenaskan. Sebagian remaja tak lagi mengetahui jati diri mereka sendiri, budaya yang benar- benar sesuai dengan kepribadian diri mereka sendiri.

Apresiasi terhadap gamelan itu sendiri juga sangat kurang, bahkan tak ada. Bila konser musik yang menghadirkan musisi- musisi dari luar negeri dengan harga tiket selangit dihadiri oleh ribuan penonton, pentas gamelan yang bahkan tidak dipungut biaya sedikit pun hanya ditonton oleh beberapa orang tua yang benar-benar tertarik dengan gamelan. Hal ini menunjukkan bah- wa kurang ada apresiasi dari remaja terhadap eksistensi gamelan itu sendiri. Kita tidak lagi merasa memiliki gamelan sebagai ke- kayaan kebudayaan kita.

Nilai seni yang dimiliki oleh gamelan pun semakin berku- rang. Bila gamelan sebenarnya mempunyai nilai seni yang sangat tinggi, nilai itu tak ada artinya sama sekali bagi sebagian remaja

saat ini. Gamelan dengan segala keluhurannnya telah berubah menjadi suatu hal yang tersingkirkan dan kalah modern diban- dingkan musik dari mancanegara. Gamelan bukan lagi dianggap suatu karya seni, melainkan dipandang sebagai karya kuno, usang, dan lebih baik dilupakan saja.

Sangat ironis. Gamelan yang menyandang status sebagai karya adiluhung telah terlupakan di negeri asal gamelan itu sendiri. Gamelan yang sangat terkenal dan dihargai di berbagai negara, telah dilupakan oleh pemiliknya sendiri. Gamelan sebagai salah satu kesenian yang memperkaya khasanah kebudayaan bangsa Indonesia tidak lagi dilestarikan dan dihargai, bahkan dikenali oleh bangsa Indonesia itu sendiri, terutama para rema- janya.

***

Memang kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan remaja apabila mereka tidak lagi mengenali gamelan. Mereka tidak mengenal gamelan karena tidak ada yang mengenalkan. Kalau- pun ada, hanya segelintir orang saja yang mau mengenalkan gamelan pada mereka. Beberapa lembaga formal maupun infor- mal tidak terlalu mendukung dalam hal sarana serta prasarana untuk para remaja dalam mempelajari gamelan. Selain itu, hanya sedikit yang mau mengajarkan gamelan pada para remaja.

Selain itu, hanya segelintir orang pribumi yang mau meneliti gamelan sehingga para remaja tidak tahu apa keistimewaan ga- melan.

Sudah saatnya para remaja diberi wawasan mengenai ga- melan. Mereka harus diberi pengetahuan mengenai gamelan de- ngan segala keadiluhungannya agar rasa bangga akan budaya sendiri tumbuh dari dalam hati para remaja. Oleh karena itu, mereka tidak lagi beranggapan gamelan adalah sesuatu yang kuno, usang, dan ketinggalan zaman. Bila pelajaran mengenai gamelan sangat diminati di luar negeri, para remaja di Indonesia harus lebih meminati dan menghargainya. Bahkan, sudah sepa- tutnya kita merasa bangga dengan budaya adiluhung tersebut.

Gamelan sudah seharusnya dimasukkan ke dalam materi intrakurikuler di sekolah. Bila selama ini gamelan hanya sebagai materi ekstrakurikuler di sekolah, tentu tidak semua remaja akan mempelajarinya. Gamelan merupakan budaya asli harus dipel- ajari dengan sungguh-sungguh agar tidak hilang atau bahkan diklaim oleh negara lain. Sudah banyak budaya dalam khasanah kebudayaan kita punah dan terlupakan. Hal ini jangan sampai terjadi pada gamelan dan kebudayaan lainnya. Inilah saat untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri.

Mulai saat ini, kita harus menyadari bahwa gamelan bukan- lah hal yang kuno. Gamelan merupakan karya seni adiluhung yang merupakan identitas diri kita sendiri. Gamelanlah yang selama ini menjadi jati diri kita. Bila sebelumnya kita sebagai

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 85-98)