• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBENTUK KARAKTER ANAK MELALUI CERITA PENGANTAR

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 34-45)

TIDUR

tokoh para hewan disebut dengan fabel. Salah satunya, yaitu dongeng si kerbau dan burung yang mengajarkan kepada anak- anak untuk saling membantu orang yang sedang mengalami kesusahan.

Cerita pengantar tidur biasanya dibacakan seorang ibu atau ayah untuk mengantar anaknya terlelap menuju mimpi yang in- dah. Dari cerita tidur itulah, anak dapat mengambil manfaatnya yang juga berpengaruh pada pembentukan karakter dirinya. Membacakan cerita pengantar tidur atau mendongeng sudah menjadi hal yang wajib, bahkan menjadi tradisi bangsa Indonesia ini. Terlebih lagi saat zaman belumlah secanggih seperti ini banyak orang tua atau kakek nenek yang menceritakan berbagai cerita untuk anaknya atau cucunya sebelum mereka tidur.

Akan tetapi, membacakan buku atau menceritakan dongeng pada anak sebelum tidur mungkin sudah jarang dilakukan orang tua masa kini. Karena kesibukan yang begitu padat, para orang tua tidak sempat melakukannya. Dan, juga sekarang ini sudah banyak teknologi yang memadai sehingga orang tua cenderung malas atau menyuruh anak mencari cerita sendiri atau mende-

ngarkan cerita melalui internet.  Amat disayangkan memang,

padahal ada banyak manfaat positif yang tidak diketahui orang tua yang bisa diperoleh jika anak didongengkan, bukan hanya

untuk membuatnya cepat tidur. Entah itu cerita nyata, tidak nya-

ta, atau pengalaman orang tua, yang penting cerita itu membuat anak bahagia, dan sesuai untuk anak.

Mungkin, sebagian dari kita menganggap mendongeng se- belum tidur terkesan kuno. Padahal, momen kebersamaan inilah yang paling ditunggu dan dikenang anak dari orang tuanya. Apalagi, mendongeng sebelum tidur tidak hanya bermanfaat bagi bayi dan orang tuanya. Anak-anak hingga remaja juga bisa

mendapatkan keuntungan lebih dari mendengar dongeng. Salah

satunya adalah dengan mendongeng, membantu perkembangan bicara dan bahasa anak. Karena itu, mendongeng sebenarnya bisa dilakukan sejak awal-awal kehamilan. Memang terdengar

aneh, tetapi kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap perkem- bangan otak bayi dengan menyerap suara ibu.

Hal ini juga membantu memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak. “Membacakan cerita mendorong perkembangan bicara dan bahasa anak. Selain itu, membantu anak-anak belajar kete- rampilan keaksaraan dengan cara yang menyenangkan,” kata Dr. Sung Min dari Institute of Mental Health di Singapura. Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa atau keterampilan ber- bahasa anak, dongeng dapat disertai dengan bahasa Inggris atau bahasa lainnya.

Manfaat lainnya, mendongeng juga dapat menenangkan anak saat menangis. Pernyataan ini mungkin masih membingung- kan, tetapi membaca cerita merupakan cara yang efektif untuk menghilangkan stres anak dan orang tua. Dan, bila stres terlalu sering, sistem imun tubuh anak akan menurun dan menjadi ren-

tan terhadap penyakit.  ”Ketika anak-anak merasa nyaman dan

santai, membaca cerita dengan suara yang keras kepada mereka dapat menurunkan tingkat stres mereka,” tulis Patti Jones (dalam www.child.com.htm). Dramatisasi adegan dapat dilakukan untuk mempercepat menenangkan anak, seperti membaca dengan suara yang berbeda sesuai tokoh dalam cerita atau menggunakan sebuah gerakan agar membuatnya lebih menarik.

Mendongeng juga dapat membantu meningkatkan kecer- dasan anak. Ketika membacakan cerita kepada seorang anak yang baru belajar bicara, membaca buku atau cerita yang sama secara rutin dapat mengajarkan kemampuan bahasa anak dan itu bagus untuk meningkatkan memori otaknya. Anak-anak juga dapat mengembangkan imajinasi dan kemampuan daya pa- hamnya.

Jones berpendapat bahwa sebuah buku yang dibaca ber- ulang-ulang dapat membantu anak mengembangkan keteram- pilan logikanya. “Anak-anak pertama kali diceritakan isi buku, mungkin mereka tidak menangkap segalanya. Akan tetapi, saat mereka mendengarnya lagi dan lagi, mereka mulai memperha-

tikan pola dan urutan cerita,” kata Virginia Walter Ph.D., seorang profesor bidang studi pendidikan dan studi informasi di Uni- versity of California.

Membacakan cerita pengantar tidur menjadi latihan anak untuk memahami pelajaran akademis. “Lakukan dengan cara yang positif dan menyenangkan agar hasilnya bermanfaat,” ujar Sung. “Orang tua tidak harus mencoba menguji kemampuan membaca anak atau memaksa anak untuk membaca materi yang sebenarnya dia tidak siap. Orang tua sebaiknya jangan memaksa untuk menikmati cerita dan berbicara dengan si anak mengenai informasi atau cerita .

Anak-anak mempunyai tahap-tahap perkembangan psiko- logi. Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Anak-anak masa ini oleh para ahli psikologi disebut se- bagai usia penjelajah dan usia bertanya karena anak-anak pada masa ini gemar menjelajahi lingkungan dan memiliki dorongan ingin tahu mengenai apa yang ada di sekitarnya. Pada masa ini pula dapat terjadi bahaya fisik maupun bahaya psikologis se- hingga sangat tepat untuk pemberian cerita pengantar tidur. Anak memiliki bahasa fisik yang penting yaitu sakit, kematian karena kecelakaan, mudah terserang penyakit terutama penyakit pernafasan, serta tangan kidal karena masa ini merupakan masa penentuan penggunaan tangan terutama mulai memusatkan pada

keterampilan satu tangan. 

Setelah masa anak-anak awal berakhirnya, yaitu masa anak sekolah yang berlangsung dari umur enam tahun sampai umur dua belas tahun. Para pendidik menyebut masa ini dengan “usia sekolah dasar” karena anak pada umur-umur ini mengikuti pen- didikan di sekolah dasar dengan harapan memperoleh dasar- dasar pengetahuan dan keterampilan yang penting artinya untuk keberhasilan penyesuaian hidup ketika dewasa nanti yang juga didukung oleh peran dan perhatian orang tua.

Menurut ahli psikologi, anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan juga mengalami berbagai kendala. Pada da-

sarnya seorang anak memiliki empat masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya, yaitu pertama

out of law/tidak taat aturan (misalnya, susah belajar, susah men- jalankan perintah). Kedua, yaitu kebiasaan jelek (bad habit) (misal- nya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek). Ketiga adalah penyimpangan (maladjustment) perilaku. Dan terakhir, yaitu masa bermain yang tertunda (pause playing delay). Keempat masalah di atas sedikit banyak akan mempengaruhi hubungan antara anak dan orang tuanya. Walaupun keduanya menyadari bahwa mereka memiliki masalah, tampaknya mereka (baik orang tua maupun anak) cenderung untuk saling mempertahankan hak- hak mereka, dan bukan mempertahankan kewajiban mereka.

Oleh karena itu, sangatlah penting membentuk karakter anak masa dini. Pada usia dini yaitu 0—6 tahun, otak berkem- bang sangat cepat hingga 80%. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa perkembangan fisik, mental, dan spiritual anak akan mulai terbentuk. Oleh karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa keemasan anak (golden age).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli per- kembangan dan perilaku anak dari Amerika yang bernama Bra- zelton menyebutkan bahwa pengalaman anak terjadi pada bulan dan tahun pertama kehidupannya. Pada saat itu ia akan menun- jukkan semangat tinggi untuk belajar dan berhasil dalam pekerja- annya. Dengan demikian, sangatlah penting adanya bimbingan dari orang tua.

Banyak yang mengatakan keberhasilan kita ditentukan oleh seberapa jenius otak kita. Semakin kita jenius, maka semakin sukses. Semakin kita meraih juara kelas berturut-turut, semakin sukseslah kita. Anggapan tersebut tidak selalu benar. Fakta membuktikan bahwa banyak orang sukses justru tidak menda- patkan prestasi yang bagus di sekolahnya, bahkan mungkin me- reka tidak mendapatkan juara kelas atau menduduki posisi teratas di sekolahnya.

Secara umum kesuksesan seseorang juga didukung oleh tiga hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship), yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak mema- hami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk meng- ambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak meng- arahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya, baik secara langsung maupun secara halus, dan seterusnya.

Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkung- an sekitar. Pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan, yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial. Nah, sekarang kita memahami mengapa membangun pendidikan karakter anak usia dini itu penting. Usia dini adalah usia emas, maka manfaatkan usia emas itu sebaik-baiknya seperti dengan cara membacakan cerita pengantar tidur untuk mereka.

Selain karakter, orang tua juga dapat membentuk kege- maran. Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Sani B Her- mawan, Psi., mengatakan bahwa umumnya selera pada anak

masih bersifat umum dan sederhana. ‘’Artinya, minat dan kege- marannya akan suatu hal masih situasional, misalnya, anak me- nyukai es krim rasa cokelat dibandingkan strauberi atau anak lebih menyukai bermain playstation dibanding permainan lego

atau seperti kasus di atas,’’ katanya. Biasanya anak hanya bisa merasakan, tetapi belum dapat mengemukakan alasannya secara nyata dan jelas seleranya pada sesuatu.

Psikolog Klinik Anak RS Pondok Indah, Dra Endang Retno Wardani, Psi., memiliki pendapat mengenai anak-anak yang memiliki selera lebih kepada peminatan akan sesuatu. Misalnya, lingkungan yang memiliki kebiasaan membaca akan membuat anak punya minat lebih pada bidang ini, sekalipun seiring per- tambahan umur dan pengalaman anak akan terbentuk peminatan lain, misalnya, ketika masuk ke dalam lingkungan sekolah, anak memilih ekskul di luar kebiasaannya di rumah. Endang menam- bahkan, jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari, pembentukan selera tak lepas dari keputusan orang tua, misalnya, orang tua membiasakan mengklasifikasikan jenis pakaian, yaitu pakaian untuk berpergian, di rumah, dan tidur, maka lambat laun anak bisa menempatkan dirinya dalam berpenampilan. Selain itu, pem- bentukan selera sudah bisa diterapkan pada anak sedini mung- kin melalui pembiasaan-pembiasaan, seperti jika ingin pergi anak diminta menggunakan baju rapi, mencuci tangan sebelum makan, atau memberikan permainan edukatif. Seiring pertambahan usia, aturan akan lebih kompleks dan pemahaman anak sejalan dengan perkembangan kognitifnya.

Dengan adanya cerita pengantar tidur yang beraneka ragam maka dari orang tua harus selektif memilih cerita yang tepat untuk anak. Dan, cerita yang dipakai juga harus tidak membuat anak bosan atau terkesan monoton. Dengan demikian, terlebih dahulu kita harus mengenal apa saja yang berhubungan dengan cerita pengantar tidur.

Menurut informasi dari Surabaya Post, cerita memiliki fungsi dan kekuatan yang terbagi menjadi enam. Pertama, yaitu me-

ngontrol perilaku anak karena cerita digunakan sebagai media untuk menumbuhkan kedisiplinan anak, menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain, dan efek lainnya pada perilaku. Sikap disiplin pada anak-anak sering diharapkan, seperti men- curi, berbohong. Kedua, membangkitkan emosi karena cerita memiliki kekuatan dalam memegang peranan untuk membang- kitkan emosi anak. Seperti cerita humor yang memiliki kekuatan untuk membuat orang lain tertawa, serta cerita-cerita dramatis yang membuat bergidik karena takut. Ketiga, memberi inspirasi. Maksudnya yang berisi pengalaman hidup seseorang dan bagai- mana cara mengatasi permasalahan, kesulitan, dan tetap bertahan sehingga dapat mendapatkan informasi. Keempat ialah memun- culkan perubahan. Maksudnya adalah cerita yang mengandung inspirasi memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Bahkan, dalam suatu organisasi masyarakat jika ada orang yang sukses, hal tersebut menjadi inspirasi. Kelima ialah menumbuh- kan kekuatan pikir tubuh. Maksudnya adalah cerita memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Seorang ahli psikologi menceri- takan pengalamannya mendatangi sebuah pulau kecil di Fiji-Pa- sifik. Di sana ia mendatangi Beqa, sebuah kampung halaman pejalan di atas bara api. Pada akhir perjalanan, ia menemukan bahwa kelompok pejalan di atas bara api, tiap kali mereka ber- jalan di atas bara, maka Beti (sebutan pendeta yang berjalan di atas bara api) akan membawa cerita untuk para pejalan. Kekuatan cerita yang dibawakan Beti memiliki kekuatan fisik untuk para pejalan. Dan, ketika pejalan berjalan kaki di atas bara api tidak ada luka sedikitpun di kaki mereka. Keenam ialah kekuatan ce- rita menyembuhkan. Maksudnya adalah cerita memiliki efek me- nyembuhkan berbagai hal, seperti kecemasan, fobia, depresi, dan memberi kesan menenangkan.

Selain fungsi, ada juga penggunaan cerita yang memiliki sembilan arti penggunaan. Pertama, yaitu menunjukkan pada anak bahwa ia bukan satu-satunya atau orang pertama yang mengalami masalah tersebut. Kedua, yaitu menunjukkan pada

anak bahwa ada banyak solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ketiga, yaitu membantu anak mendiskusikan secara bebas masalahnya. Keempat, yaitu membantu anak merenca- nakan penyelesaian masalah-masalah yang mungkin akan da- tang. Kelima, yaitu mengembangkan konsep pada anak. Keenam, yaitu meredakan tekanan dan emosional. Ketujuh, yaitu memu- puk kejujuran pada anak mengenai dirinya sendiri. Kedelapan, yaitu membangun jalan bagi anak untuk menemukan keterta- rikan di luar dirinya. Terakhir kesembilan, yaitu meningkatkan pemahaman anak mengenai bentuk-bentuk perilaku, dan mo- tivasi manusia.

Jenis-jenis cerita pengantar tidur untuk anak juga harus me- miliki kategori pemilihan yang tepat. Menurut definisi Asosiasi Perpustakaan Amerika, buku anak adalah buku yang sesuai de- ngan tingkat kemampuan membaca dan minat anak-anak dari kelompok umur tertentu atau tingkatan pendidikan, mulai prase- kolah hingga kelas enam sekolah dasar. Nancy Andreson menge- lompokkan bacaan anak menjadi enam kategori. Pertama, yaitu buku bergambar prasekolah (pengenalan konsep seperti huruf, angka, warna, dan sebagainya, buku dengan kalimat berirama dan berulang, dan buku tanpa kata-kata). Kedua, yaitu sastra tradisional (mitos, dongeng, cerita rakyat, legenda, sajak). Keti- ga, yaitu fiksi (fantasi, fiksi modern, fiksi sejarah). Keempat, yaitu biografi dan autobiografi. Kelima, yaitu ilmu pengetahuan, dan keenam, yaitu puisi dan syair.

Bacaan anak umumnya ditulis dengan kalimat yang singkat dan komunikatif, serta pilihan kosakata dan tata bahasa yang lebih sederhana dibandingkan sastra dewasa. Selain di dalam hati, teks dimaksudkan agar bisa dibaca keras-keras oleh anak. Buku juga dibacakan keras-keras oleh orang dewasa untuk anak yang belum bisa membaca. Ilustrasi dan dramatisasi sangat pen- ting dalam bacaan anak dan merupakan kesatuan dengan cerita. Anak yang belum bisa membaca akan memperhatikan gambar- gambar dalam buku. Selain itu, bacaan anak bisa hanya berisi

gambar dan tanpa kata-kata. Jumlah ilustrasi dalam buku anak juga lebih banyak dibandingkan ilustrasi buku sastra dewasa. Karena semakin muda target pembaca, maka semakin banyak pula ilustrasi yang diberikan agar mudah dipahami.

Manfaat dari cerita pengantar tidur yang kita ceritakan kepada anak-anak, yaitu pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Anak dapat membentuk visualisasi dan imajinasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat mem- bayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat mengasah daya pikirnya dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya, nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang ber- bagai kebiasaan sehari-hari. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk me- numbuhkan minat membaca anak dan membantu anak untuk cinta terhadap buku. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan mulai menumbuhkan keterta- rikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain, se- perti buku pengetahuan, agama.

Keempat adalah membentuk karakter yang baik untuk anak. Karakter yang dimaksud adalah karakter yang berbudi luhur dan bertanggung jawab. Sebuah dongeng atau cerita sebagian besar memiliki nilai-nilai dan norma-norna. Nilai-nilai itu terdiri atas nilai sosial, agama, moral, dan sebagainya. Akan tetapi, ada juga dongeng mengandung cerita yang tak sesuai untuk anak, seperti cerita yang adegan maupun tokohnya menyimpang

atau bahkan licik. Oleh karena itu, kita perlu milih cerita yang tepat. Selain pemilihan cerita, yang terpenting adalah adanya dampingan moral dari orang lain. Terutama dampingan dari orang tua sendiri. Walaupun mereka mungkin sibuk dengan pe- kerjaannya, mereka tak dapat meluangkan waktunya bisa disebut orang tua yang mungkin gagal dalam mendidik anak.

Para orang tua meluangkan waktu sejenak untuk mendo- ngeng pada putra-putri Anda. Akan lebih baik lagi, ibu dan ayah bersama-sama mendampingi si anak sehingga si anak bisa me- rasakan kehangatan kasih sayang kedua orang tuanya. Walaupun hanya sepuluh menit, ibu dan ayah meluangkan waktu akan menghasilkan manfaat bagi anak hingga ia dewasa, bahkan se- umur hidupnya. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan, kita da- pat menggunakan jasa media lain, seperti DVD dan variasi do- ngeng lainnya yang mengasyikkan.Variasi dongeng dapat dilaku- kan dengan penggantian nama tokoh, seperti tokoh-tokoh film atau kartun yang disukai oleh anak sehingga anak akan merasa senang dan tidak merasa jenuh.

Akan tetapi, alternatif tersebut dapat dikatakan tidak efektif karena anak bisa menonton cerita tersebut. Jika dibiarkan me- nonton dongeng melalui media televisi, dapat merusak kesehatan mata sang anak karena ada gelombang yang berbahaya dari televisi untuk mata. Berbeda jika anak dibacakan dongeng, anak tersebut akan mengetahui apa saja yang ada di dalam cerita. Anak akan lebih fokus mendengarkannya dan anak akan mem- perhatikan pola dan alur cerita.

BIODATA PENULIS

Rr. Risang Ayu Dewayani Putri bersekolah di SMA Negeri 2, Sedayu Bantul. Risang lahir di Sleman, 7 Maret 1996. Alamat rumah di Bakal Pokok, Argodadi, Sedayu, Bantul, telepon 085743401178

A. Pendahuluan

Sebuah cagar budaya seharusnya dibangun dan dirawat dengan tujuan agar masyarakat luas dapat menikmati dan mema- hami serta menyelami sejarah serta fungsi dari cagar budaya tersebut. Hal ini tidak lepas dari tanggung jawab pengelolaan serta kesadaran tentang pentingnya melestarikan cagar budaya itu agar tidak cepat rusak karena aktivitas masyarakatnya.

Bagi masyarakat Yogyakarta khususnya, serta pelancong dari berbagai daerah dan negara yang pernah mengunjungi provinsi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X ini, kawasan Malioboro tidak akan asing di telinga.

Asal mula kata Malioboro memiliki banyak sekali referensi, antara lain: Malioboro berasal dari bahasa Sanskerta yang ber- arti ‘karangan bunga’. Konon, jalan ini memang selalu dipenuhi bunga saat perayaan atau upacara tertentu. Arti lain ada yang mengatakan berasal dari istilah Mulyane Saka Bebara, yang artinya ‘kemuliaan dan kejayaan hidup yang dicapai lewat perilaku ke- prihatinan’. Namun, dari istilah-istilah yang dilontarkan, semua- nya menunjuk pada sepenggal jalan yang sama, yaitu dari per- empatan Pangurakan sampai di depan Hotel Garuda.

MALIOBORO,

CAGAR BUDAYAKU TERCEMAR

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 34-45)