• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan Sarana yang Ada, Menulislah dengan Hati dan Pikiran

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 104-109)

ANTARA TEORI DAN KREATIVITAS Anita Meilan

4. Dengan Sarana yang Ada, Menulislah dengan Hati dan Pikiran

Menurut www.bahasa.kompasiana.com.htm, jika membaca adalah bentuk menerima, menulis adalah bentuk untuk memberi.

Untuk menjaga keseimbangan, kita harus mau memberi setelah menerima. Sekarang, era digital semakin mutakhir dari hari ke hari. Banyak sekali sarana untuk belajar menulis sehingga buku

diary banyak ditinggalkan.

Weblog (blog) adalah salah satu jejaring sosial yang paling mudah untuk belajar menulis dan berbagi. Dengan media ini kita bisa mendapatkan informasi dua arah. Semakin kita sering berbagi, semakin banyak kita mendapat berbagai pengetahuan, ide, dan inspirasi untuk menulis. Jejaring sosial yang lain yang lebih banyak digunakan para remaja adalah facebook. Sayangnya, status facebook banyak dijadikan para remaja hanya untuk menulis sesuatu yang sama sekali tidak penting. Bukannya memberi informasi dan berbagi, melainkan hanya untuk iseng dan agar tetap eksis di dunia maya. Bahkan, banyak sekali penyimpangan yang terjadi dalam penulisan, misalnya, menulis dengan berbagai gaya yang sebenarnya bukanlah sebuah kreativitas, seperti hanya menulis kalimat “selamat siang” mereka menulis dengan “mEt ciYankk”. Begitu pula dalam menulis singkatan-singkatan. Dari mana asalnya huruf x dapat dibaca “nya”? Hal tersebut bukanlah bentuk kreativitas yang diharapkan.

Menurut sebagian orang, teori hanya mematikan kreativitas. Tidak perlu diperdebatkan. Ada sebuah saran yang sangat bagus dari Carmel Bird, yaitu pertama menulislah dengan hati, kemu- dian perbaikilah dengan pikiran. Jika kita tidak ingin dipusing- kan dengan teori, yang pertama tulislah apa yang ada di benak kita, curahkan semuanya. Saat selesai menulis, bukalah panduan menulis dan koreksilah untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kualitas karya kita.

5. Penutup

Bangsa Indonesia tampaknya belum dapat menjadikan membaca dan menulis menjadi budaya bangsa sejauh ini. Para pelajar, khususnya, terlalu manja. Saat menemui kesulitan, kita menyalahkan orang lain. Entah guru, entah teorinya yang terlalu

rumit. Menulis dengan mengacu pada teori belum tentu mengha- silkan karya yang berkualitas. Meskipun sekarang banyak pelajar yang telah menerbitkan buku, ternyata sejauh mana kualitas tu- lisan tersebut masih perlu dipertanyakan.

Motivasi untuk mengembangkan dan mendukung anak bangsa agar selalu berkreasi adalah kunci utama. Tanpa ada yang memotivasi, sulit kiranya penerus bangsa ini bisa maju. Dengan motivasi yang kuat, akan muncul keinginan yang kuat untuk terus belajar. Keinginan yang kuat itulah yang menjadi dasar munculnya generasi yang berkualitas karena mereka akan selalu berusaha. Kita yakin munculnya generasi yang berkualitas ter- sebut seiring dengan meningkatnya kualitas budaya membaca dan menulis.

Menulis adalah kegiatan yang sangat sederhana. Jika teori yang dijadikan hambatan, hal tersebut salah besar. Teori, mau tidak mau, adalah kebutuhan kita dalam menulis. Sebenarnya tinggal bagaimana cara menyikapinya saja. Jika kita merasa tidak cocok dengan apa yang diajarkan, jangan dipaksakan. Kita bebas berkreasi, tetapi tetap pada tempatnya.

Dari paparan sebelumnya dapat diambil contoh bahwa me- nurut Edgar Alan Poe akhir dari sebuah cerpen tidak boleh menggantung. Namun, banyak juga penulis yang membuat cerita mereka tidak tuntas sehingga membuat pembaca penasaran, mi- salnya, cerpen Senyum Karyamin karya Ahmad Tohari. Akhir cerita yang tragis membuat kita bertanya-tanya apa yang selanjut- nya terjadi. Bagaimana nasib istrinya kemudian? Bagaiman nasib Karyamin yang terjatuh? Apakah mati atau tidak?

Begitulah cara kita menyikapi teori. Yang tidak cocok, ting- galkan. Diubah sesuai dengan gaya kita sendiri. Tidak perlu dipaksakan atau bahkan dijadikan hambatan dalam menulis. Teori hanyalah salah satu faktor dari sekian banyak faktor pe- nentu kualitas tulisan kita.

Survei-survei membuktikan bahwa bangsa kita rendah da- lam membaca dan menulis, harus dijadikan cambuk untuk belajar,

jangan membuat kita semakin pesimis dan menyerah. Membaca dan menulis ialah kegiatan yang begitu sederhana, tetapi kita menjadi bangsa yang tertinggal jika tidak melakukannya. Menu- lis, dengan berbagai manfaatnya, seharusnya menarik bagi ka- langan pelajar.

Teknologi yang ada, kita pergunakan sebaik-baiknya. Keti- ka kita menulis dalam berbagai jejaring sosial, kita pergunakan untuk menulis hal-hal yang positif sehingga berguna, tidak hanya bagi kita untuk belajar, juga bagi orang lain yang membacanya. Jejaring sosial bukan hanya untuk mengukur apakah kita gaul atau tidak, tetapi dengan kita memanfaatkannya dengan efektif, itulah yang dapat disebut gaul. Sekali lagi, jejaring sosial bukan sebagai ajang untuk melakukan penyimpangan linguistik atau tata bahasa, seperti yang banyak terlihat di status jejaring sosial para remaja.

Tidak ada lagi waktu untuk menunggu. Semua sarana terse- dia, menulis bukan lagi menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Hanya menulis, menulis apa saja yang menjadi keinginan kita. Menulislah dan kembangkan kreativitas kita. Menulislah dan jadikan bangsa kita lebih berbudaya. Dengan menulis, kita akan dikenal dunia. Kita menulis tanpa ada rasa terpaksa. Akan tetapi, kita ingin menjadi pribadi yang lebih berkualitas. Cogito ergo sum. Aku berpikir karena itu aku ada. Scribo ergo sum. Aku menulis karena itu aku ada. Oleh karena itu, mari kita segera berpikir untuk menulis dan membuktikan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Yudi, Adi Abdul Somad, dan Aminuddin. 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas X SMA/MA. Buku Sekolah Elektronik Pusat Perbukuan Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta: tidak diterbitkan

————. 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI SMA/MA. Buku Sekolah Elektronik Pusat Perbukuan Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta: tidak diterbitkan

————. 2007. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XII SMA/MA. Buku Sekolah Elektronik Pusat Perbukuan Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta: tidak diterbitkan www.bahasa.kompasiana.com.htm. Budaya Kita Tidak Suka

Membaca dan Susah menulis. Diakses 25 Juni, 2012. www.dodimawardi.wordpress.com.htm. Manfaat Menulis

untuk Kesuksesan. Diakses 24 Juni, 2012.

www.mrcucunelfarisi.blogspot.com.htm. Budayakan Hobi Membaca. Diakses 25 Juni, 2012.

www.wijayalabs.com.htm. Apakah Saya Memiliki Bakat Menulis. Diakses 24 Juni, 2012.

www.facebook.com/notes/windhy-puspita.htm. Berhenti Bertanya dan Mulailah Menulis. Diakses 24 Juni, 2012. www.rsi.co.id.htm. Manfaat Menulis. Diakses 24 Juni, 2012. www.uny.ac.id.htm. Kebudayaan Membentuk Karakter Bangsa.

Diakses 25 Juni, 2012.

BIODATA PENULIS

Anita Meilani kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta jurusan sastra Indonesia. Anita lahir di Gunung Kidul, 29 Mei 1994. Alamat rumah di Celep DK. 3, RT. 008, Srigading, Sanden, Bantul, telepon 085743802244

A. Pendahuluan

Terpaan berbagai musibah yang menimpa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari erupsi Merapi dan gempa bumi seakan meruntuhkan semangat juang rakyat DIY. Terus mencoba bang- kit, dinamika keistimewaan DIY muncul. Isu yang telah lama tidur di era orde lama dan orde baru muncul sebagai dinamika yang menyeret perhatian. Selama dua orde sebelumnya, keisti- mewaan seakan dijamin oleh dua presiden yang berkuasa. Sete- lah gejolak multidimensi menerpa Indonesia, keistimewaan men- jadi hal yang mulai dipertanyakan. Berbagai pertanyaan dan jawaban pun muncul ke permukaan.

Keistimewaan, sebuah kata yang sangat populer di masyara- kat DIY dalam beberapa tahun terakhir. Isu mengenai keistime- waan DIY dijadikan berbagai media sebagai pokok berita dalam beberapa terbitannya. Surat kabar harian di Yogyakarta, misal- nya, Kedaulatan Rakyat, Harian Jogja, maupun Bernas selalu berge- rak cepat dalam mengekspos semua perkembangan isu keistime- waan DIY. Tidak mau ketinggalan berbagai politisi maupun par- tai politik berbondong-bondong memberikan dukungan kepada keistimewaan DIY secara verbal. Mereka semua mengklaim diri sebagai pendukung keistimewaan. Berbagai elemen masyarakat juga tidak tinggal diam, dukungan terhadap keistimewaan DIY

DINAMIKA KEISTIMEWAAN DIY,

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 104-109)