• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencemaran oleh Sampah yang Sebenarnya

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 52-57)

CAGAR BUDAYAKU TERCEMAR Muhammad Ikhwan Anas

B. Pencemaran Malioboro

5. Pencemaran oleh Sampah yang Sebenarnya

Pencemaran yang sering digembargemborkan secara lang- sung maupun tidak langsung pasti akan mengarah kepada sam-

pah. Dan, sampah untuk poin terakhir ini merupakan sampah yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampah yang dimaksud adalah yang berasal dari kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Gambar 5. Penampung kotoran kuda dari karung goni

Andong bukanlah hal yang asing lagi bagi yang pernah ber- kunjung ke kawasan Malioboro. Ini adalah salah satu transportasi tradisional dan legal yang ada di tempat ini. Meskipun legal, kesadaran dari pemilik andong untuk menjaga kebersihan tidak sepenuhnya dijalankan. Banyak ditemukan di beberapa lokasi Malioboro, bau sangat menyengat kotoran kuda, hewan yang digunakan sebagai sumber tenaga andong. Hal ini tentu saja mengurangi kenyamanan para pengunjungnya.

Akan tetapi, bukan pemilik andong saja yang mengemban tanggung jawab untuk masalah bau kotoran kuda tersebut, instansi atau Dinas Pariwisata seharusnya juga memberikan stan-

dardisasi alat penampung kotoran yang biasanya digantung di bawah pantat kuda. Fakta yang ada memperlihatkan bahwa wa- dah penampung kotoran hanya menggunakan bahan seadanya semacam karung goni dan sejenisnya. Hal tersebut tidak menghe- rankan jika kotoran yang sudah ditampung, sebagian ada yang jatuh ke jalan sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Dengan standardisasi, selain penampungan lebih terjamin tidak mudah tumpah, juga dapat didesain layaknya aksesoris andong sehingga tidak terlihat sebagai sebuah benda menggantung yang menji- jikkan.

Tidak hanya kotoran, air seni kuda sebaiknya juga dibuat- kan tempat penampungan semacam WC khusus kuda. Hal ter- sebut akan sangat membantu apabila diterapkan mengingat pe- ngunjung juga membutuhkan kenyamanan bernapas sewaktu berwisata.

Pencemaran sampah yang lain adalah sisa-sisa aktivitas ma- nusia sekitar Maliooro, seperti bungkus makanan atau produk, sayuran, serta dagangan busuk. Di beberapa titik, sampah-sam- pah tersebut hanya ditumpuk begitu saja sehingga memberikan kesan yang tidak enak.

Tempat sampah di kawasan Malioboro juga tergolong masih terlalu sedikit dan kecil serta jaraknya terlalu berjauhan dan belum semua sampah dipisah. Oleh sebab itu, kadang tempat sampah akan langsung penuh padahal petugas pengambil sam- pah bekerja secara berkala sehingga sarana penting yang sudah tersedia seperti ini rasanya tidak sebanding. Pertimbangkan pula rasio jumlah kunjungan orang ke Malioboro sehingga bisa lebih bijak dalam peletakan alat kebersihan ini.

C. Penutup

Keresahan pengunjung Malioboro sepertinya ditangkap oleh Wali Kota Yogyakarta. Dikutip dari Kedaulatan (22/06/2012), Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Sayuti mengatakan, dalam waktu dekat proses penataan untuk memunculkan wajah asli Malioboro segera

dilakukan, “Kami akan melakukan rekayasa infrastruktur untuk menjadikan Malioboro sebagai tujuan wisata yang ramah bagi pejalan kaki. Unsur budaya juga menjadi tolok ukur utama.” Penataan ini akan mulai dilakukan tahun 2012, dimulai dengan penertiban sampah visual di sepanjang Jalan Malioboro. Penataan reklame pun akan dilakukan sejajar dengan bangunan. Harapan- nya semoga setelah penataan ini selesai, ketika memandang lurus ke depan sepanjang jalan Malioboro, yang terlihat bukan lagi papan-papan, spanduk-spanduk dan sebangsanya yang meng- ganggu pandangan.

Selain penertiban sampah visual, hal lain yang perlu dila- kukan adalah membuat kawasan Malioboro sebagai area yang ramah pejalan kaki. Rencana pengembangan seperti ini sempat diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan In- formatika (Dishubkominfo) DIY, Tjipto Haribowo, dikutip dari www.radarjogja.co.id.htm., mengatakan bahwa masalah kema- cetan tidak bisa dipisahkan dari perparkiran. Malioboro tidak memiliki kantong parkir yang memadai. Akibatnya, kendaraan kerap melebar di bahu jalan. “Idealnya Malioboro memang untuk kawasan pedestrian (pejalan kaki, Red). Namun, hal tersebut belum dapat dilakukan karena belum ada kantong parkir.”

Mewujudkan Malioboro sebagai sebuah kawasan cagar budaya dan salah satu pusat tujuan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memberikan kesan baik bagi para wisatawan adalah hal yang sangat diharapkan semua pihak. Kenyamanan dan keindahan merupakan salah satu faktor utama untuk me- wujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, berbagai pencemaran di kawasan Malioboro harus segera dan mendesak untuk dita- ngani serta digarap serius agar ke depannya wajah asli Malioboro diharapkan bisa memberikan kepuasan bagi semua pihak yang mendatanginya.

DAFTAR PUSTAKA

www.forumkami.net/sejarah/24867.htm. Asal Usul Kata Malioboro. (Diakses 22 Juni, 2012).

www.blogspot.com.htm Asyiknya Wisata Sejarah di Malioboro (Diakses 22 Juni, 2012).

www.rasanrasan.wordpress.com.htm. Malioboro dari Kematian Tugu Waktu Sampai Politik Tanda Mata (Diakses 22 Juni, 2012).

www.yogyakartahistory.blogspot.com.htm. Malioboro Yogya- karta. (Diakses 22 Juni, 2012).

www.radarjogja.co.id.htm. Malioboro Macet Lagi. (Diakses 25 Juni, 2012).

www.dagadu.co.id.htm. Katamata. (Diakses 25 Juni, 2012).

BIODATA PENULIS

Muhammmad Ikhwan Anas bersekolah di SMA Negeri 8, Yogyakarta. Anas lahir di Gunung Kidul, 11 September 1994. Alamat rumah di Dhuri, Rt. 05/ 02 Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, telepon 081904008875

A. Pendahuluan

Musik adalah bagian dari hidup kita. Kita tidak dapat mele- pas musik dari bagian hidup kita karena ia telah melekat, seperti pohon dengan akarnya. Selain itu, musik merupakan hasil karya olah pikir manusia yang memiliki nilai guna yang tinggi bagi yang dapat memanfaatkannya. Akan tetapi, saat ini mayoritas manusia hanya memanfaatkan musik sebagai hiburan semata. Padahal, musik juga memiliki peran lebih, salah satunya dalam mengubah suatu keputusan negara yang dirasa tidak cocok dila- kukan atau tidak adil.

Saat ini pemuda lebih senang menggunakan kekerasan dan keanarkisan dalam menentang atau menolak sebuah keputusan negara yang tidak cocok atau tidak adil. Hal itu merupakan tindakan yang salah karena dapat merugikan diri sendiri dan banyak pihak. Padahal, terdapat cara lain yang lebih baik dan memberi dampak positif untuk menentang suatu keputusan negara yang tidak cocok atau tidak adil, selain dengan kekerasan dan keanarkisan. Cara tersebut adalah dengan musik. Musik selain sebagai hiburan, juga dapat digunakan sebagai sebuah bentuk perlawanan yang sehat kepada pemerintah terhadap ke- putusan yang tidak cocok atau tidak adil yang ditetapkannya.

PERAN MUSIK SEBAGAI AGEN

Dalam dokumen MATAHARI SEGITIGA Antologi Esai dan Cerp (Halaman 52-57)