• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Hukum untuk PAUD HI

Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia saat ini

3.1 Kerangka Hukum untuk PAUD HI

Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 3

Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di

Indonesia saat ini

Analisis perencanaan dan pengelolaan disajikan dalam tiga bagian yang terpisah. Pertama, kami membuat garis besar strategi nasional untuk PAUD HI, dan kerangka hukum di mana PAUD saat ini sedang diterapkan. Temuan inti dari kunjungan lapangan yang dilaksanakan di enam kabupaten juga disajikan.

Kedua, kami membuat analisis pembiayaan pada pembelanjaan tingkat nasional khususnya untuk aspek Pengembangan Anak Usia Dini. Kami juga membuat analisis biaya normatif dari beberapa pelayanan yang ada.

Ketiga, kami memasukkan untuk diskusi temuan inti dari penelitian yang dilakukan untuk memahami implikasi dari model pengembangan yang didorong oleh lembaga atau masyarakat untuk PAUD HI.

3.1 Kerangka Hukum untuk PAUD HI

Layanan individu yang meliputi sebuah sistem PAUD HI yang harus mengikuti norma mutu dari sektor khusus. Standar mutu pelayanan disesuaikan dengan undang-undang, peraturan menteri, standar-standar, pedoman teknis dan modul/kurikulum pelatihan. Saat ini, sebagian besar defi nisi (standar kualitas pelayanan) adalah defi nisi tingkat nasional (dibuat di tingkat pusat) Komponen ini umumnya komponen yang spesifi k mendefi nisikan “mutu” yang diterapkan pada satu atau lebih strategi berikut ini:

• Mendefi nisikan struktur organisasi untuk perencanaan dan pengelolaan pelayanan

• Pengetahuan atau kapasitas yang harus dimiliki oleh penyedia pelayanan dan/atau penerima

manfaat

• Menjelaskan paket pelayanan yang seharusnya diterima oleh setiap penerima manfaat • Mengidentifi kasi pelaksanaan tugas, peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan

Selain komponen norma mutu tertentu ada peningkatan aktivitas untuk mencapai mutu dalam dukungan untuk anak 0 sampai 6 tahun secara lintas sektor.

Seperti di banyak negara program di Indonesia untuk mendukung anak di bawah 6 secara tradisional telah direncanakan dan dikelola oleh masing-masing sektor (kesehatan, pendidikan, kependudukan dan keluarga berencana, dll.). Pada tahun 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mengembangkan suatu gambaran studi kebijakan menyoroti tantangan dalam menyediakan pengembangan mutu anak usia dini di Indonesia dan menarik perhatian terhadap

32 Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

konsensus nasional dan global yang terus meningkat pada hasil perbaikan untuk anak-anak melalui layanan yang menghubungkan ke satu sistem integratif yang komprehensif . Istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsep ini di Indonesia adalah Pengembangan Anak Usia Dini Terpadu Holistik Integratif (PAUD HI).

Berdasarkan studi kebijakan BAPPENAS, suatu visi menghubungkan pengetahuan global dan praktik/ implementasi terbaik dielaborasi dengan budaya Indonesia dan nilai-nilai, dijabarkan sebagai Strategi Nasional Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. Strategi Nasional menjelaskan visi ini untuk pengembangan anak usia dini di mana dukungan yang tersedia untuk memastikan, kebutuhan perkembangan fi sik, sosial, spiritual dan kognitif dari setiap anak sesuai tahap kehidupan secara tepat.

Sebuah kerangka kerja “ekologi perkembangan anak”23 diterapkan pada saat pengembangan strategi. Kerangka kerja yang ada sudah dengan jelas menunjukkan rumah tangga memiliki peran penting dan melengkapi, komunitas disekitar anak, dan komunitas/negara yang lebih besar dalam mendukung mutu pengembangan anak usia dini yang dibutuhkan Indonesia. Dari sudut pandang ekologi dekungan perencanaan dan organisasi dimulai dengan kebutuhan pengembangan anak daripada perencanaan yang tertutup dan kegiatan sektor per sektor. Pendekatan ini menunjukkan cara berpikir yang baru mengenai dukungan untuk pengembangan anak usia dini di Indonesia dan konsisten dengan pemahaman internasional dan regional akan implementasi terbaik untuk PAUD.

Gambar 6. Strategi dan Tujuan dari Strategi Nasional

Tujuan Terselenggaranya pelayanan pengembangan anak usia dini holistik-integratif menuju terwujudnya anak usia dini Indonesia yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia.

Tujuan Utama

Terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, pendidikan dan pengasuhan sesuai dengan segmentasi umur.

Terlindunginya anak dari perlakuan yang salah, baik pada tataran keluarga maupun lingkungan.

Terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan harmonis antara lembaga pelayanan terkait, sesuai dengan kondisi wilayah.

Terwujudnya komitmen dari semua pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pengembangan anak usia dini.

Tiga dokumen lain menunjukkan kerangka kerja di dalam PAUD yang dikelola secara nasional.

PAUD sebagai komponen PAUD HI diatur oleh Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional No. 58 tahun 2009. Peraturan ini menjelaskan standar untuk PAUD formal dan nonformal. Peraturan No. 58 menjelaskan standar untuk:

• Jenis program dan hasil yang diharapkan, • Standar guru/pengasuh dan pengelola • Isi Program,

• Pendekatan belajar/mengajar dan kriteria penilaian

• Standar fasilitas dan infrastruktur, manajemen dan pendanaan

Garis besar peraturan memisahkan standar untuk PAUD formal dan nonformal. Peraturan tersebut menjelaskan jangkauan usia dan frekuensi/durasi dari berbagai jenis program begitu juga dengan hasil yang diharapkan sebagai langkah awal pengembangan untuk anak berdasarkan kategori usia.

Standar yang terpisah dijelaskan untuk guru dalam sektor formal dan nonformal begitu juga dengan pengasuh di TPA (taman penitipan anak). Guru di sektor PAUD formal yang diharapkan untuk memenuhi

23 Lihat untuk contoh: Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development. Cambridge, MA: Harvard University Press.

33 Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

persyaratan dalam undang-undang guru (lulusan universitas), sementara mereka yang bekerja dengan anak-anak di sektor nonformal diharapkan memiliki setidaknya pencapaian Diploma tingkat pendidikan dan menyelesaikan pelatihan tentang PAUD.

Peraturan tersebut juga menjelaskan proses pengajaran standar yang mengintegrasikan kesehatan, pendidikan, gizi, perlindungan anak dan pendidikan orangtua. Peraturan ini juga menjelaskan proses belajar-mengajar sebagai aktif, berpusat kreatif, interaktif, efektif, dan anak dan pembelajaran yang seharusnya terjadi melalui bermain.

Fasilitas standar untuk PAUD formal mirip dengan standar untuk sekolah, sementara standar untuk PAUD nonformal menggunakan standar dasar dan dalam bentuk ruang minimum per anak dan dengan air dan kebutuhan sanitasi. Fasilitas standar untuk PAUD formal mirip dengan standar untuk sekolah sementara standar untuk nonformal PAUD dasar dan dalam bentuk ruang minimum per anak dan dengan air dasar dan persyaratan sanitasi.Petunjuk administrasi berfokus pada prinsip transparansi dan pedoman pembiayaan hanya digambarkan dalam kemungkinan tipe pembiayaan (pemerintah dan dari berbagai sumber swasta).

Peraturan Menteri No. 58, sebagian besar telah melengkapi visi dijelaskan dalam Strategi Nasional PAUD HI. Strategi ini menggabungkan perspektif perkembangan anak integratif dan menetapkan standar untuk pelaksanaan pelayanan yang mempromosikan PAUD HI daripada perspektif yang lebih sempit mengenai Pendidikan Anak Usia Dini.

Kemdikbud mendukung arah strategis yang diuraikan dalam Peraturan No. 58 dengan investasi dari anggaran PAUD. Menggunakan dana pusat dan dana dekonsentrasi dana operasional per kapita untuk hampir 1,9 juta anak yang dianggarkan di tahun 2011 dan 2012. Sebagai tambahan berbagai investasi dibuat untuk mendukung pembentukan program model, pengembangan dan penyebarluasan materi, dan pelatihan untuk pengelola dan praktisi begitu juga dengan pendanaan lokakarya dan pertemuan/ workshop di tingkat nasional.

Peraturan Kemdagri No. 54 tahun 2007 membentuk kelompok kerja formal untuk Posyandu di tingkat nasional, provinsi, kabupaten dan desa. Peraturan tersebut menjelaskan serangkaian kegiatan untuk Posyandu dan menentukan tanggung jawab dari kabupaten/kota (melalui anggaran kabupaten/kota) untuk pendanaan biaya operasional Posyandu dan untuk pelatihan para relawan (Kader). Masing-masing kelompok kerja– nasional, provinsial dan Kabupaten/desa dibebankan dengan tanggung jawab pengembangan kapasitas dan advokasi.

Draft Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk PAUD merupakan perpanjangan dari kebutuhan di semua sektor pemerintah untuk membentuk, merencanakan, dan memenuhi tingkat pelayanan minimal. Mereka membentuk tolok ukur untuk menilai kemajuan kabupaten/kota, provinsi dan nasional terhadap seperangkat indikator dasar mengenai akses ke PAUD dan mutu. Strategi yang diusulkan juga menentukan peran dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintah lainnya dalam mengelola pengumpulan dan pelaporan data berdasarkan indikator serta menyediakan deskripsi dan contoh

Pengaturan Pelaksanaan Pengembangan Anak Usia Dini

Sebagian besar komponen penting dari sebuah sistem PAUD HI memiliki sejarah panjang kesuksesan pelayanan di Indonesia dan dimulai dalam lingkungan yang kuat dengan perencanaan, pendanaan, dan pelaksanaan. Warisan perencanaan terpusat telah meninggalkan struktur dan lembaga yang bentuknya sangat mirip antara satu kabupaten dengan kabupaten lain, dan antara satu desa dengan desa yang lain. Namun, berkembangnya desentralisasi dari pengambilan keputusan didasarkan pada pengaturan

34 Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

prioritas lokal dapat mengakibatkan perbedaan tingkat dukungan PAUD HI. Selain itu, didukung oleh aktor-aktor non-pemerintah (LSM nasional dan internasional) dan program khusus pemerintah telah memainkan peran penting dalam sejarah perkembangan sektor dan telah menghasilkan sejumlah inovasi di berbagai belahan negara24.

Komponen PAUD dari PAUD HI berbeda dari komponen lain dalam sifat tata kelola dan manajemen. Dukungan Sektor Kesehatan untuk layanan antenatal dan kelahiran aman sebagian besar bergantung pada program dan lembaga (Puskesmas, Pustu, Polindes, dll.) dikembangkan pada masa perencanaan dan pelaksanaan lebih terpusat. Program ini sekarang diterapkan di dalam sistem desentralisasi di mana pemerintah pusat mengasumsikan peran penentu kebijakan dan jaminan mutu serta peningkatan implementasi pengambilan keputusan di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan bahkan desa.

Konteks untuk PAUD sangat berbeda. Peran pemerintah pusat dalam melaksanakan pendidikan awal secara historis cukup kecil sehubungan dengan jumlah lembaga yang dianggap menjalankan negara atau didukung negara. Tantangan dari otoritas pendidikan tingkat pusat adalah bahwa mandat mereka untuk mengembangkan kebijakan dan menetapkan standar kualitas yang mungkin tidak memiliki dampak langsung terhadap jumlah pelayanan pemerintah daerah yang diprioritaskan. Dalam kasus pendidikan dasar adalah mungkin untuk Kemdikbud menyalurkan sumber daya untuk implementasi karena penyediaan pendidikan dasar bagi semua anak diwajibkan oleh hukum. Seperti dijelaskan sebelumnya secara singkat, sumber daya tingkat sentra untuk PAUD nonformal dan formal disalurkan kepada kabupaten/kota untuk pelaksanaan namun tingkat dukungan tidak terkait dengan mandat menyediakan akses universal seperti halnya untuk sumber daya pendidikan dasar.

Di tingkat pusat Kemdikbud mereorganisasi struktur PAUD pada tahun 2010. Baik PAUD formal (TK) maupun nonformal (KB, Pos PAUD, TPA, dll.) digabungkan ke dalam satu direktorat. Upaya ini dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan pendekatan untuk PAUD dalam sektor pendidikan. Dengan struktur baru ini, kebijakan, pedoman, dukungan/pelatihan dapat mencerminkan perkembangan anak pendekatan konsolidasi untuk mendukung sektor pendidikan di PAUD HI.

Layanan dukungan untuk anak di bawah 6 tahun dikelola terutama melalui:

Pemangku Kepentingan PeranPeran

Kementerian Dalam Negeri

Formulasi, adopsi dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pemerintahan dalam negeri Pemantauan teknis implementasi program nasional di daerah.

Kementerian Kesehatan

Kesehatan ibu dan anak (perawatan antenatal, persalinan yang aman, imunisasi, gizi)

Promosi kesehatan masyarakat (penjangkauan oleh relawan kesehatan termasuk kader)

Kementerian Pendidikan

PAUD formal dan non-formal

Program pengembangan, model program, kurikulum, pedoman, pelatihan guru, jaminan kualitas, monitoring dan evaluasi

Departemen Agama

Secara langsung mengelola lebih dari 25.000 RA (PraSekolah Islam) Pengembangan program dan kurikulum, pelatihan guru, jaminan mutu dan pelaporan Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan

Masyarakat

Memfasilitasi koordinasi kegiatan pemerintah mengenai prioritas pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.

24 Pemerintah daerah semakin meningkatkan pengambilan inisiatif dalam PAUD HI. Ini akan mencakup kasus Kota Surakarta dengan penggunaan inovatif sumber daya sektor swasta melalui sistem kartu diskon yang disediakan oleh perusahaan untuk mendukung elemen HI ECD dan Provinsi Jawa Timur di mana rencana tingkat provinsi sektoral multi-telah diuraikan untuk memperluas jenis tersedia di Posyandu.

35 Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

Pemangku Kepentingan PeranPeran

Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Mengembangkan kebijakan dan mensinkronisasi upaya dalam bidang pemberdayaan perempuan dan perlinungan anak

Departemen Sosial

Perumusan kebijakan, program pembangunan dan pengembangan kapasitas di bidang bantuan sosial dan perlindungan bagi populasi khusus seperti anak yatim dan cacat

PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)

Program pengentasan kemiskinan nasional dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat. Beberapa program dapat memberikan potensi dukungan untuk PAUD HI

Mitra Pengembangan multilateral dan bilateral, LSM nasional dan internasional, yayasan, dan organisasi agama

Bantuan teknis, mobilisasi sumber daya, dan pengembangan kapasitas dalam PAUD HI

Sektor swasta

Kolaborasi usaha kecil dan perusahaan, relawan masyarakat, rumah tangga pribadi

Mobilisasi sumber daya, sukarelawan

3.1.1 Peraturan Presiden mengenai PAUD HI

Peraturan Presiden yang mengatur PAUD HI saat ini dalam proses fi nalisasi untuk mendapatkan paraf dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Menteri Kesehatan (Kemenkes), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Menteri Dalam Negeri (Kemdagri) dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra)

Perlu dicatat bahwa peraturan sebelumnya merujuk pada “keputusan”, padahal bukan begitu. Sebagai “peraturan” akan menyediakan kerangka kerja yang luas untuk tindakan selanjutnya, sebagai contoh melalui pembentukan Gugus Tugas Nasional.

Kemenko Kesra akan berperan sebagai ketua dari Gugus Tugas Nasional PAUD HI, dengan Bappenas dan Kemdagri sebagai wakil, Kementerian dan Lembaga berikut ini sebagai anggota:

• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

• Kementerian Kesehatan

• Kementerian Sosial

• Kementerian Agama

• Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

• Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

• Badan Statistik Nasional • Sekretariat Presiden

Gugus Tugas Nasional akan bertanggung jawab kepada presiden, Gugus Tugas Provinsi akan bertanggung jawab kepada Gubernur dan Gugus Tugas Kabupaten/Kota akan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

Peran dari Gugus Tugas di setiap tingkatan pemerintahan adalah menyediakan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk implementasi PAUD HI. Gugus Tugas akan mengadakan pertemuan koordinasi sekali per tiga bulan. Sangat penting untuk dicatat bahwa pembiayaan implementasi PAUD HI akan tetap melalui masing-masing sektor. Tindak lanjut setelah Presiden menandatangani peraturan PAUD HI adalah membuat revisi Pedoman Umum PAUD HI untuk mengharmonisasikan dengan situasi terkini implementasi PAUD HI dan target dari MDG, serta fokus dan tujuan pembangunan jangka panjang. Sekretariat Gugus Tugas juga akan didirikan melalui keputusan Menteri Dalam Negeri.

36 Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

3.2 Penerapan Pengembangan Anak Usia Dini: Hasil dari

Garis besar

Dokumen terkait