• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model-model layanan holistik terpadu (PAUD HI) dilaksanakan, tetapi modelnya secara umum hanya untuk suatu lokasi tertentu, belum menjangkau mayoritas anak-anak di kabupaten/

Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia saat ini

Tema 1: Model-model layanan holistik terpadu (PAUD HI) dilaksanakan, tetapi modelnya secara umum hanya untuk suatu lokasi tertentu, belum menjangkau mayoritas anak-anak di kabupaten/

kota dan sering dikaitkan dengan LSM atau proyek pemerintah.

Di semua 6 (enam) lokasi studi kasus, Tim Peneliti menemukan model layanan PAUD HI satu atap/satu tempat atau yang terintegrasi secara formal. Walaupun contoh-contoh dari layanan terpadu memang merupakan campuran antara (terutama) pelayanan kesehatan dan pendidikan, tetapi mereka biasanya tidak menawarkan semua layanan inklusif seperti yang dijelaskan dalam Strategi Nasional. Contoh-contoh tersebut juga umumnya merupakan model tertentu yang diselenggarakan di suatu masyarakat, bukan model layanan untuk semua anak di seluruh kabupaten atau desa.

Di satu desa di Probolinggo, campuran layanan PAUD HI dilaksanakan di satu lokasi. Di komunitas tersebut, sebuah bangunan yang terletak di dalam kompleks pemerintahan desa disediakan untuk Kelompok Bermain (KB), sedangkan untuk anak usia 2 – 4 tahun dan bangunan TK disediakan tepat di luar kantor desa. Sebulan sekali, sebuah bangunan di kompleks kantor desa yang sama, digunakan untuk Posyandu, dimana anak-anak dari kelompok bermain berpartisipasi dalam program Posyandu tersebut. Pemantauan pertumbuhan, evaluasi terhadap kesehatan dan perkembangan anak (DIDTK), tindak lanjut imunisasi, mikronutrien, dan layanan lainnya disediakan baik di KB dan di Posyandu.

Di desa lain yang dikunjungi di Probolinggo, sejumlah layanan tambahan telah diberikan di lokasi Posyandu yang tersedia. Posyandu tersebut telah mencapai status mandiri yang berarti realisasi kegiatannya paling sedikit dilaksanakan sekali dalam sebulan, memiliki paling sedikit 5 (lima) kader dan menawarkan semua (lima) pelayanan program Posyandu untuk kelangsungan hidup ibu dan anak, (kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, pengobatan dan pencegahan diare). Dengan bantuan dari UNICEF untuk input dasar dan pelatihan, kegiatan pengembangan dan pendidikan anak usiadini ditambahkan ke dalam program. Perluasan pelayanan (menggabungkan kegiatan Posyandu dengan PAUD), baik di desa tersebut maupun di banyak lokasi lain di Indonesia dimana strategi ini telah diterapkan, diberi nama “Taman Posyandu”. Sejak tahun 2008, dukungan operasional untuk lokasi Taman Posyandu telah disediakan dengan sumberdaya tingkat desa. Dengan adanya program nasional untuk merevitalisasi program pendidikan bagi orangtua, maka pada tahun 2011 program untuk orangtua ditambahkan ke layanan yang tersedia.

Contoh lain dari layanan satu atap/satu tempat ditemukan di Kabupaten Bone, dimana 4 desa melaksanakan program Taman Paditungka (memelihara bersama-sama). Taman Paditungka menyediakan layanan kesehatan ibu, pendidikan, kesehatan, gizi, dan pendidikan orangtua (bekerjasama dengan pegawai Puskesmas) di satu lokasi. Posyandu diberi tempat sebulan sekali di Taman Paditungka dan progam pendidikan pengembangan anak usia dini melayani anak-anak usia 3 sampai 6 tahun. Taman Paditungka dikelola oleh tim pengelolaan daerah yang terdiri dari 8 sampai 10 orang. Infrastruktur dan input dibiayai melalui sistem sumbangan rumahtangga dikombinasikan

37 Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

dengan sumbangan dari bisnis lokal jika memungkinkan. UNICEF memainkan peran penting dalam memulai pengembangan Taman Paditungka melalui sosialisasi, advokasi dan pengembangan kapasitas bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Di Kabupaten Garut ada juga contoh dari layanan satu atap/satu tempat yang dilaksanakan di atau dekat kantor pemerintah desa. Pada contoh ini, Posyandu diintegrasikan ke pos kesehatan masyarakat yang ada (Poskesdes). Pengelolaan kedua layanan tersebut disediakan oleh bidan dan kader yang sama. Satu kegiatan Kelompok Bermain (KB) dioperasikan di gedung sebelahnya untuk anak usia 3 sampai 6 tahun. Penambahan kelompok bermain di dekat lokasi itu telah memperluas jangkauan Posyandu dan anak-anak kelompok bermain juga menerima layanan Posyandu pada hari-hari ketika Posyandu aktif. Seperti halnya dalam contoh-contoh lain di mana Posyandu dan KB yang dikelola bersama, anak-anak yang berpartisipasi menerima berbagai layanan pendukung termasuk imunisasi, pemantauan pertumbuhan, mikronutrien, DIDTK dan pendidikan dini. Menjangkau anak berumur 0 sampai 6 tahun di satu tempat juga memfasilitasi aksesibilitas kepada para ibu, sebagai bagian dari tugas bidan dan integrasi PHBS (pola hidup bersih dan sehat) ke dalam pelayanan yang tersedia. Pengembangan pelayanan satu tempat yang dihubungkan dengan kantor-kantor pemerintah desa itu merupakan inisiatif dari masyarakat dan dukungan keuangan disediakan dalam anggaran desa. Selanjutnya kelompok bermain diperkuat melalui dukungan keuangan dan teknis yang disediakan oleh proyek pengembangan PAUD Kemdikbud/Bank Dunia.

Di dua desa yang dikunjungi di Kabupaten Sambas, Posyandu dan KB digabungkan di lokasi yang sama, dengan beberapa kader berpartisipasi dalam kedua program tersebut. Kontinuitas layanan tersebut merupakan integrasi dari dukungan kesehatan ibu dan kelangsungan hidup anak dengan kegiatan untuk pendidikan dan pengembangan anak usia dini. Di kedua desa tersebut, penambahan KB ke Posyandu memberikan peluang untuk lebih mudah menjangkau anak-anak untuk kampanye imunisasi dan kesehatan masyarakat lainnya. Di salah satu desa, inisiatif untuk menambahkan KB ke Posyandu yang ada dikembangkan melalui kegiatan mobilisasi dan sosialisasi yang didukung oleh LSM Wahana Visi.

Contoh dari penyediaan layanan di satu tempat/satu atap juga ditemukan di dua desa di Kupang oleh para pemangku kepentingan. Seperti pada kasus di beberapa lokasi studi kasus lainnya, kegiatan pendidikan dan pengembangan anak usia dini melalui KB ditambahkan ke dalam program Posyandu. Pemangku kepentingan memberitahu tim peneliti bahwa inisiatif untuk menyediakan kegiatan pendidikan dan pengembangan anak usia dini di desa berasal dari hasil kunjungan seorang pemimpin agama yang menganjurkan tentang pentingnya penyelenggaraan PAUD. Program ini dikelola oleh PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dan pada awalnya dibiayai oleh desa. Selanjutnya dana juga diberikan melalui dana pemerintah (dana dekonsentrasi).

Pemangku kepentingan di lokasi studi kasus juga mengidentifi kasi contoh-contoh pelayanan yang tidak dilaksanakan dalam pengaturan satu tempat/satu atap, tetapi layanan diintegrasikan melalui kerjasama formal. Di dua desa di Kabupaten Probolinggo, TK dan KB disediakan di satu lokasi. Sementara itu, Posyandu disediakan di lokasi terpisah yang dekat. Para guru TK dan KB serta para pengasuh bertemu dengan anak-anak KB dan TK di lokasi Posyandu ketika kegiatan Posyandu sedang dilaksanakan. Posyandu dilaksanakan untuk memberikan pelayanan secara kontinu kepada semua ibu dan anak untuk memantau pertumbuhan, cek kesehatan, DIDTK dan program Posyandu lainnya. Integrasi tersebut juga memfasilitasi penyediaan sesi pendidikan orangtua. UNICEF berperan dalam merancang pendekatan terintegrasi tersebut serta memobilisasi masyarakat dalam pelaksanaannya.

Diskusi dan temuan

Dalam setiap studi kasus, pemangku kepentingan telah mengidentifi kasi contoh-contoh layanan PAUD HI yang diintegrasikan, baik sebagai layanan satu tempat/satu atap maupun melalui layanan yang terintegrasi secara formal di berbagai lokasi. Di sejumlah kasus, layanan terintegrasi merupakan

38 Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

hasil dari kedekatan fi sik dan berbagi bangunan milik kantor pemerintah daerah. Jelas bahwa semua pemerintah desa harus didorong untuk memberikan dukungan, baik untuk menggunakan fasilitas mereka dalam melaksanakan PAUD HI secara terintegrasi, maupun untuk memberikan insentif anggaran yang cukup. Untuk itu akan diperlukan advokasi yang terus menerus, pengembangan kapasitas dan insentif keuangan/dukungan25 bagi pemerintah daerah. Mengingat jumlah desa yang cukup banyak, maka diperlukan investasi keuangan yang signifi kan - bahkan jika mungkin semua biaya operasional disediakan oleh masyarakat. Ukuran banyaknya desa berarti bahwa penyediaan layanan PAUD HI untuk semua anak tidak dapat dicapai secara eksklusif melalui lokasi yang terletak di kantor-kantor pemerintahan desa.26

Aspek penting lain yang diperoleh dari analisis studi kasus adalah perlunya mobilisasi masyarakat. Sejumlah contoh di mana layanan PAUD HI telah terintegrasi, baik sebagai satu atap/satu tempat maupun sebagai integrasi formal di lokasi terpisah, dihasilkan dari kegiatan LSM yang bekerja langsung dengan masyarakat. Terlepas dari kemampuan dan komitmen pejabat lokal (kabupaten/kota dan desa), ada tantangan administrasi dan kelembagaan yang signifi kan untuk bekerja lintas sektor, khususnya langsung dengan masyarakat. Tantangan-tantangan tersebut antara lain setiap pejabat hanya memiliki mandat parsial terkait dengan kementerian (pendidikan orangtua, atau PAUD, atau kesehatan ibu, dll.) dan sumber anggaran yang dialokasikan untuk memberikan satu set output sektoral. “Koordinasi” sering disebutkan dalam FGD dan wawancara. Namun, walaupun berbagai forum, komite, surat keputusan dan mekanisme lain untuk koordinasi tersedia, studi kasus menunjukkan bahwa masyarakat yang didorong untuk melaksanakan PAUD HI tidak akan berkembang tanpa investasi dalam mobilisasi masyarakat.

LSM telah sering berperan dalam memobilisasi masyarakat di lokasi studi kasus (dan juga di banyak kasus PAUD HI di seluruh Indonesia yang diidentifi kasi melalui wawancara dengan pemangku kepentingan). Keberlanjutannya sangat mungkin merupakan hasil dari investasi awal dari kegiatan sosialisasi tentang pentingnya PAUD HI dan mungkin lebih penting lagi tentang pengembangan kepemimpinan masyarakat yang dapat bertahan dan memperluas proses.27

Mobilisasi masyarakat sangat diperlukan dalam mewujudkan PAUD HI yang efektif dan berkelanjutan. Masyarakat yang paling tahu tentang tantangan yang mereka hadapi (geografi , kondisi ekonomi, kapasitas teknis yang tersedia, sikap masyarakat tentang nilai PAUD, dll.). Di lingkungan desentralisasi, masyarakat juga akan diminta untuk menanggung sebagian besar biaya PAUD HI. Penyelenggaraan PAUD HI oleh pihak swasta murni akan mengecualikan anak-anak yang paling membutuhkan yang seharusnya mendapat keuntungan dari PAUD HI. Sementara itu penyelenggaraan PAUD HI oleh masyarakat yang tidak terkoordinasi, kurang perencanaan dan bergantung pada investasi LSM untuk mobilisasi masyarakat, akan menghasilkan layanan untuk anak-anak yang ad hoc dan tidak setara. Cara terbaik untuk mengembangkan dan mendukung keberkelanjutan kepemimpinan masyarakat untuk memerankan mobilisasi dalam PAUD HI, merupakan elemen penting dalam desain strategi untuk memperluas akses yang setara dari PAUD HI.

25 Dalam hal ini dukungan keuangan tidak selalu sama dengan besar transfer center untuk infrastruktur, pelatihan dan materi sehingga desa harus didorong untuk mengembangkan PAUD HI dengan dukungan daerah. Namun, dukungan keuangan yang terstruktur dengan baik berfungsi sebagai insentif bagi desa-desa untuk melakukan tindakan seperti itu harus mengiringi advokasi dengan pemerintah daerah. Banyak calon model dan mekanisme untuk desa-desa untuk mengakses sumber daya keuangan yang ada di Indonesia dan fokus strategi untuk meningkatkan PAUD HI harus fokus pada upaya mendorong dan memfasilitasi pemerintah desa dan masyarakat untuk mengakses sumber-sumber yang ada daripada membuat sistem pembiayaan yang baru sama sekali.

26 Seperti digambarkan sebelumnya, kurang dari 50% desa melaporkan bahwa mereka sekarang memiliki layanan PAUD seperti KB, TPA, Pos PAUD (PODES 2011). Berdasarkan pengamatan di 45 center, diperoleh informasi bahwa hampir dua per tiga center PAUD mempunyai anak didik berasal dari 3 kampung atau lebih. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di sana terdapat masalah distribusi peluang akses ke dalam PAUD HI.

27 Frontiers for Health (F2H) melaporkan bahwa di salah satu kabupaten di mana mereka bekerja memobilisasi masyarakat untuk menyelenggarakan Posyandu gabungan dan perkembangan anak/program pembelajaran dini (Taman Posyandu) sejumlah center Taman Posyandu tidak beroperasi lagi pada penghentian bantuan eksternal yang diberikan. Baru-baru ini F2H diberitahu bahwa sejumlah komunitas-komunitas yang sama sudah memulai layanan Taman Posyandu dengan sumber daya mereka sendiri dan mereka tertarik untuk membangun kembali afi liasi mereka dengan F2H tanpa penyediaan sumber daya eksternal.

39 Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 3 Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaksanaan PAUD di Indonesia Saat Ini

Dalam masyarakat yang dikunjungi, contoh-contoh layanan terpadu sering dikembangkan dengan menambahkan layanan ke lokasi Posyandu yang ada. Hal ini sering menjadi strategi yang digunakan di daerah-daerah lain di luar lokasi studi kasus dan telah dilakukan dalam proyek-proyek pemerintah dan LSM selama dekade terakhir. Seperti dibahas dalam Bab II, Posyandu tersedia secara luas dan telah menjadi titik masuk yang logis untuk mengembangkan sistem PAUD HI berbasis masyarakat.

Garis besar

Dokumen terkait