• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Anak Baru Lahir Hingga 2 tahun

Akses, Kesetaraan, Mutu dan Hasil PAUD HI

2.2 Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Anak Baru Lahir Hingga 2 tahun

Ringkasan temuan

Akses dan Kesetaraan

Lebih dari 99% populasi anak-anak yang tinggal di desa memiliki minimal satu Posyandu aktif di desa mereka

Dilaporkan sekitar 95% desa yang memiliki satu Posyandu aktif di desanya.

Desa tanpa Posyandu cenderung terkonsentrasi di sejumlah kecil kabupaten

Perkiraan sementara menunjukkan bahwa 60-70% anak berpartisipasi dalam program Posyandu - namun umumnya hanya pada 12 bulan pertama

Mutu

Posyandu diklasifi kasikan ke dalam 5 kategori berdasarkan program yang ditawarkan dan jumlah relawan reguler.

Ada peningkatan minat dan aktivitas di revitalisasi Posyandu sebagai sarana untuk mengatasi pertumbuhan anak usia dini dan tantangan pembangunan (gizi, imunisasi, stimulasi, dll.). Hal ini dibuktikan oleh kegiatan LSM nasional dan internasional yang membangun model Posyandu, pembentukan struktur resmi (kelompok kerja) untuk Posyandu melalui Peraturan Departemen Dalam Negeri No. 54 tahun 2007 dan inisiatif lokal seperti Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur (dan rencana kerja) untuk meningkatkan dan memperkuat Posyandu di provinsi tersebut.

Sebagai inisiatif berbasis masyarakat, program yang ditawarkan dan tingkat sumber daya variabel dan kualitas mungkin diperkirakan akan sangat bervariasi bahkan dalam kategori resmi.

Bahan masukan di bidang kesehatan dan gizi dapat bervariasi berdasarkan pada dukungan pemerintah daerah melalui direktorat kementerian rutin (tergantung pada otoritas kesehatan setempat)

Dukungan untuk sukarelawan (kader) bervariasi di beberapa lokasi memberikan insentif langsung dari sumber-sumber anggaran rutin lokal, sementara relawan lainnya tidak secara teratur mendapatkan dukungan atau tidak menerima dukungan sama sekali.

Hasil

Cakupan imunisasi lengkap di Indonesia adalah 59%. Tingkat cakupan menurun setelah periode administrasi imunisasi dengan partisipasi neonatal awal hampir 86% dan turun menjadi hanya 59% untuk imunisasi lengkap. Sejumlah pelaksana pelayanan telah menekankan bahwa memiliki program Posyandu yang menarik dapat mendorong partisipasi anak-anak dan rumah tangga untuk jangka waktu yang lama dan secara nyata dapat meningkatkan tingkat cakupan imunisasi.

Walaupun indikator kekurangan gizi telah membaik selama dua dekade terakhir, malnutrisi kronis berat untuk anak di bawah 5 tahun (tingkat prevalensi stunting 36%) masih lebih tinggi dari yang diharapkan untuk kesejahteraan negara Indonesia dan pengeluaran sektor kesehatan. Seperti indikator lain untuk kesejahteraan anak, terdapat variasi besar menurut wilayah dan kekayaan rumah tangga dan pendidikan

Angka kematian anak umur di bawah 5 tahun juga telah membaik secara konsisten, tetapi masih pada tingkat yang lebih tinggi daripada banyak negara di sekitar Indonesia

11 Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 2 Akses, Kesetaraan, Mutu dan Hasil PAUD HI

Akses dan Kesetaraan

Posyandu adalah lembaga yang berbasis desa, dan secara khusus diberikan mandat untuk memenuhi semua kebutuhan wanita hamil, ibu dan bayi. Program Posyandu meliputi pemantauan kehamilan, pemantauan pertumbuhan bayi, pemantauan bayi baru lahir, imunisasi, dan pemantauan kesehatan anak. Pada umumnya, Posyandu beroperasi sekali atau dua kali sebulan, namun kini terdapat kecenderungan bahwa Posyandu memperluas lingkup kerjanya hingga ke perawatan anak dan pengembangan anak (Pos PAUD). Untuk mengetahui apakah anak-anak memiliki akses ke Posyandu, dapat dilihat apakah desa memiliki setidaknya satu Posyandu aktif (staf desa melaporkan bahwa Posyandu baru-baru ini mengadakan kegiatan). Persentase penduduk yang memiliki akses ke Posyandu adalah jumlah anak 0 - 3 tahun yang berada di desa dengan setidaknya satu Posyandu aktif dibagi dengan total populasi anak berusia 0 – 3 tahun.

Lebih dari 99% populasi anak-anak berumur 0 – 3 tahun memiliki Posyandu aktif di desa mereka, dan sekitar 95% desa melaporkan bahwa setidaknya terdapat satu Posyandu aktif di desanya. Di 92% kabupaten/kota terdapat lebih dari 90 % populasi anak 0 – 3 tahun yang memiliki akses ke Posyandu aktif di desa mereka. Walaupun Posyandu secara luas tersedia, tetapi cakupannya sangat rendah di beberapa kabupaten/kota. Daftar kabupaten/kota dengan tingkat aksesibilitasnya (tinggi dan rendah) dapat dilihat di Lampiran C.

Tabel 4: Akses ke Posyandu Posyandu

Persentase Populasi dari umur 0 - 3 tahun untuk Posyandu di desa lebih dari 90%

Persentase desa-desa dengan Posyandu 95%

Jumlah distrik di mana 90% atau lebih populasi umur 0 - 3 thn yang tinggal di desa dengan posyandu yang aktif

446 (92%) Jumlah distrik di mana 90% atau lebih desa yang memiliki posyandu yang aktif 426 (87%)

Walaupun jumlah Posyandu terbilang banyak, namun berfungsinya Posyandu bergantung pada sukarelawan dari masyarakat. Diperkirakan bahwa partisipasi sukarelawan dalam Posyandu telah menurun dari hampir memenuhi partisipasi secara keseluruhan pada tahun 90-an ke angka partisipasi yang baru yaitu 60 – 70%.6

Mutu

Dari awalnya, Posyandu telah dibentuk sebagai program yang dipimpin oleh komunitas. Fungsi Posyandu adalah untuk mempromosikan kelahiran yang aman dan kesehatan anak melalui serangkaian kegiatan bulanan termasuk: pemantauan pertumbuhan, pemantauan kesehatan anak, pendidikan orang tua dan lainnya. Sebagai lembaga yang bersifat relawan, mutu dari Posyandu adalah fungsi dari kapasitas dan komitmen relawan setempat yang dapat bervariasi antara satu desa dengan desa yang lain. Dukungan dan investasi dari pemerintah daerah juga bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain karena sebagian relawan Posyandu menerima dukungan fi nansial (insentif ), sementara banyak relawan lain yang tidak menerima insentif.

Tanpa basis sumber daya yang reguler untuk pelatihan dan pengembangan kapasitas, maka kualitas Posyandu sering dikaitkan dengan proyek pemerintah atau inisiatif LSM Internasional/nasional yang terikat dengan jangka waktu tertentu. Beberapa ahli telah mengkaitkan kontribusi yang memungkinkan dari rendahnya angka partisipasi dan dukungan yang tidak tetap untuk Posyandu dengan kesulitan dalam memperbaiki angka imunisasi, status gizi dan hasil lainnya dari pelayanan anak usia dini.

12 Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan

Bab 2 Akses, Kesetaraan, Mutu dan Hasil PAUD HI

Saat ini terdapat pertimbangan kepentingan dan kegiatan yang cukup aktif di dalam pemerintahan (termasuk pemerintahan tingkat kabupaten/kota) dan pemangku kepentingan internasional dalam revitalisasi Posyandu, yang dibuktikan melalui pengumuman Peraturan Kementerian Dalam Negeri No. 54 tahun 2007 yang menetapkan kelompok kerja formal untuk Posyandu di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, dan desa. Peraturan tersebut menjelaskan serangkaian kegiatan untuk Posyandu dan menentukan tanggung jawab dari kabupaten/kota (melalui anggaran kabupaten/kota) untuk pendanaan biaya operasional Posyandu dan untuk pelatihan para relawan (Kader). Masing-masing kelompok kerja – nasional, provinsial dan Kabupaten/kota dan desa - dibeban tanggung jawab pengembangan kapasitas dan advokasi.

Hasil

Dengan menggunakan panduan WHO, 59% penduduk Indonesia usia 12 - 23 bulan dianggap sudah mendapatkan imunisasi lengkap.7 Imunisasi lengkap menurut panduan ini termasuk:

• Satu dosis vaksin tuberkolosis (BCG).

• Tiga dosis masing-masing untuk DPT dan vaksin polio dan • Satu dosis vaksin campak.

Panduan WHO yang diterapkan di Indonesia menetapkan program imunisasi dengan dosis yang berurutan untuk diberikan sesuai interval yang diresepkan pada periode sejak lahir (kontak klinis yang pertama kali) sampai setelah usia 9 bulan (campak).

Tabel 5. Cakupan Imunisasi

Cakupan imunisasi (IHDS 2007) persentase anak

BCG DPT Polio Campak Semua Tidak

ada

1 2 3 1 2 3

Waktu survei (12-23 bulan) 85.4 84.4 75.7 66.7 89.2 82.6 73.5 76.4 58.6 8.6

Umur 12 bulan 84.4 82.9 73.7 64.3 87.2 81 71.1 67 50.7 10.7

Walaupun fokus dari bagian ini adalah analisis Posyandu sebagai komponen PAUD HI, semua layanan dukungan perawatan kehamilan dan kelahiran yang aman yang sudah disebutkan sebelumnya mungkin dilibatkan dalam ketersediaan cakupan imunisasi. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi dalam imunisasi menurun dari waktu ke waktu dengan persentase yang lebih kecil untuk anak-anak yang berpartisipasi pada setiap interval administrasi. Sebagai contoh, sekitar 85% anak-anak menerima BCG diberikan pada saat lahir atau kunjungan klinis pertama, sedangkan persentase anak yang menerima administrasi ketiga DPT atau Polio adalah 70% atau kurang. Pola ini konsisten dengan komentar yang dibuat oleh beberapa pejabat Departemen Kesehatan bahwa program Posyandu yang menarik partisipasi reguler selama jangka waktu yang lama akan sangat membantu dalam meningkatkan cakupan imunisasi lengkap - terutama di daerah yang kurang berkembang.

Program Posyandu termasuk pemantauan pertumbuhan dan pemantauan penyakit anak. Salah satu hasil dari dukungan PAUD HI ini adalah ketahanan fi sik dan perkembangan seorang anak. Estimasi angka kematian anak usia di bawah 5 tahun ditampilkan dalam Tabel 6. Saat angka kematian anak bawah 5 tahun di Indonesia membaik, angka laju perbaikan masih tertinggal bagi negara-negara penghasilan yang sebanding8 Sekali lagi, penting untuk diingat bahwa walaupun Posyandu banyak tersedia secara luas, banyak juga inisiatif sektor kesehatan dan lembaga yang berfokus pada kelangsungan hidup anak. Tingkat prevalensi pengerdilan - kegagalan untuk mencapai ketinggian normal untuk suatu periode usia – di Indonesia adalah 36% untuk anak di bawah 5 tahun.9 Tingkat ini - walaupun membaik dari tahun

7 Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia 2007 8 Kajian Sektor Kesehatan Indonesia Bank Dunia 2010 9 Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia 2007

13 Studi Strategi Pengembangan Anak Usia Dini

Bab 2 Akses, Kesetaraan, Mutu dan Hasil PAUD HI

1980-an - masih berada di bawah standar untuk negara yang berpenghasilan sama dan pengeluaran kesehatan yang sama10. Tingkat prevalensi untuk pengerdilan bervariasi secara signifi kan untuk seluruh wilayah, contohnya DKI Jakarta yang memiliki tingkat prevalensi sekitar 27% sementara sejumlah provinsi memiliki angka rendah sampai ke pertengahan 40-an. Tidak mengejutkan jika ada hubungan antara prevalensi pengerdilan untuk anak usia di bawah 5 tahun dengan indikator kesehatan, pekerjaan dan pendidikan begitu juga dengan penduduk desa/kota.

Tabel 6. Angka Kematian Anak Usia di Bawah 5 Tahun – Tren dan Perbandingan Internasional Angka Anak Usia di Bawah 5 Tahun (per 1000 anak)

2007 2008 2009 2010 2011 Indonesia 38 37 35 33 32 Brazil 21 20 18 17 16 India 70 68 66 63 61 Malaysia 8 7 7 7 7 Thailand 14 14 13 13 12 Vietnam 26 25 24 23 22

Tingkat dan tren angka kematian anak. Laporan 2011. Estimasi dikembangkan oleh UN Interagency Group for Child Mortality Estimation (UNICEF, WHO, Bank Dunia, UN DESA, UNDP)

Garis besar

Dokumen terkait