• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha

Dalam dokumen Materi Ag. Buddha Utk PT (Halaman 83-89)

BAB IV IPTEK DAN SENI

5. Buddhisme mementingkan kepercayaan, sebab orang diselamatkan bukan karena perbuatan tapi karena imannya

1.1. Beda antara Hukum kesunyataan dengan Hukum yang dibuat oleh manusia

2.1.4. Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha

Kesunyataan Mulia Keempat yaitu Kesunyataan Mulia tentang Jalan untuk melenyapkan Dukkha (Dukkha Nirodha gaminipatipada-Ariyasacca). Kesunyataan keempat ini dikenal sebagai Ariya Magga, yaitu jalan untuk mencapai keariyaan dan menjadi ariya puggala (makhluk suci). Selain dikenal sebagai Ariya Magga, jalan ini juga dikenal sebagai ‘Jalan Tengah’ (Majjhima patipada). Karena dalam mempraktikkan Buddha Dharma Sang Buddha menasehatkan kepada para siswa-nya untuk mengikuti Jalan Tengah dan menghindarikan diri dari dua cara yang ekstrim dan salah yaitu:

1) Mencari kebahagiaan dengan menuruti atau memuaskan nafsu-nafsu indera 2) Mencari kebahagiaan dengan menyiksa diri.

2.1.4.1. Jalan pembebasan dari Dukkha

(Tata cara ekstrim ini tidak akan menghasilkan kebahagiaan yang multak). Orang yang melaksanakan cara –cara ekstrim ini tidak dapat menghentikan roda kehidupan yang berputar terus. Hanya dengan melaksanakan jalan Tengah, maka akan dapat menghentikan perputaran roda kehidupan. Jadi Jalan tengah inilah yang merupakan Jalan Pembebasan dari Dukkha. Kehidupan berulang-ulang kali tanpa hentinya adalah dukkha, Berhentinya perputaran roda kehidupan, berarti dukkha lenyap.

Jalan Tengah ini dikenal sebagai Ariya Atthangika magga (Jalan Ariya “Utama atau Mulia’ Berunsur Delapan) yaitu sebuah jalan yang terdiri dari delapan hal yaitu:

1) Samma Ditthi - Pandangan / Pemahaman / pengertian benar 2) Sama Sankappa - Pikiran Benar

3) Samma Vacca - Ucapan / Pembicaraan Benar 4) Samma Kammanta - Perbuatan / Tindakan Benar

5) Samma Ajiva - Penghidupan / Mata pencaharian Benar 6) Samma Vavama - Usaha / Daya upaya Benar

7) Samma Sati - Perhatian Benar

8) Samma Samadhi - Meditasi / Konsentrasi Benar

Kedelapan hal inilah membentuk jalan untuk melenyapkan dukkha. Secara teoritis kedelapan hal ini diterangkan satu persatu, tetapi di dalam pelaksanaan hal-hal ini merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang. Pelaksanaan dari delapan hal ini yang merupakan inti ajaran Sang Buddha. Karena hanya dengan melaksanakan delapan hal ini maka kita terbebas dari dukkha, sehingga nirvana dapat direalisasikan.

2.1.4.2.1. Pandangan/pemahaman/Pengertian Benar

Pandangan Benar adalah pengetahuan benar tentang Empat Kesunyataan Mulia, yaitu pengetahuan benar tentang dukkha. Sebab munculnya dukkha, lenyapnya dukkha dan jalan melenyapkan dukkha. Pandangan Benar pada tingkat biasa hanya merupakan pengetahuan yang berdasarkan pada penalaran manusia biasa saja. Penalaran ini didasarkan pada kemampuan berpikir seseorang yang masih terbatas pada pengalaman yang dialaminya sehari-hari melalui indera-inderanya.

Dengan mengembangkan pengertian benar, maka kebijaksanaan akan menggantikan ketidak-tahuan kemudian kita dapat melihat – lihat kenyataan seperti apa adanya ( Yatha bhutanana dassana ), kita mengatasi kemelekatan ( nibbida ) pada segala keberadaan samsara, nafsu keinginan terhapus ( Viraga ) dan dengan demikian kita senantiasa puas, tenang dan bebas (Vimutti) ( Samyutta Nikaya III : 6 D )

Dengan pencapaian pengertian sejati, seperti yang dikatakan Sang Buddha, adalah seperti orang buta yang dapat melihat lagi dan oleh karena semua pendiriannya berubah karena dia dapat melihat sekarang dengan jelas.

2.1.4.2.2. Pikiran Benar

Pikiran benar adalah pikiran yang didasari pikiran penghentian, pikiran cinta kasih dan pikiran untuk menolong ( Majjhima Nikaya III : 251 )

a. Pikiran Penghentian ( Nekkhakhama )

Nekkhakhama yang sebenarnya berarti “ melangkah maju “ jadi penghentian yang sejati bukanlah pengingkaran diri ataupun penyiksaan diri, tetapi adalah suatu pelepasan dari segala sesuatu yang mengikuti kita, yang menyebabkan kita tak dapat melangkah maju secara spritual. Salah satu tipe pikiran yang berhubungan dengan penghentian adalah memaafkan ( Khamanasila ) dan hal yang berhubungan dengan pemberian maaf adalah pikiran berterima kasih ( Kata veditta )

b. Pikiran cinta kasih ( Avyapada )

Cinta kasih adalah perpaduan antara pikiran dan perasaan dari persahabatan, kehangatan melindungi dan menyukai seseorang.

c. Pikiran untuk senantiasa hendak menolong ( Avihiwisa ), yang membangkitkan kemauan untuk membantu, melayani dan membagi beban atau tugas pada sesama kita. 2.1.4.2.3. Ucapan Benar / Pembicaraan benar

Ucapan Benar adalah ungkapan kata-kata yang benar, beralasan, berfaedah dan tepat pada waktunya. Dengan kata lain Ucapan Benar adalah bebas dari kata-kata dusta, fitnah, mengadu domba, makian atau kata-kata kasar dan omong kosong.

Berdusta adalah didasarkan pada kehendak atau niat untuk menutupi kebenaran. Berdusta adalah ucapan yang dilakukan dengan sadar. Bila seseorang mengatakan sesuatu yang tidak benar tanpa kehendak, ia tidak melakukan kesalahan. Berdusta adalah suatu perbuatan yang jahat. Tetapi berapa besar kejahatan yang diakibatkan oleh dusta adalah tergantung pada bahaya atau gangguan yang diakibatkannya pada orang lain. Namun orang yang menderita akibat ini perlu dilihat. Misalnya, bila seseorang berdusta kepada orang tuanya atau kepada orang suci maka akibat dusta ini pada diri orang yang berdusta itu akan lebih berat daripada kalau ia berdusta kepada orang lain, seperti percakapan bohong dalam bergurau, akibat buruk yang dihasilkan bohong seperti ini adalah lebih ringan dibandingkan akibat daripada penipuan. Tetapi biasanya akibat buruk dari berdusta ini dialami oleh pendusta sendiri sebab ia tidak dapat dipercayai oleh orang lain.

Memfitnah bertujuan untuk merendahkan atau mempersalahkan seseorang, sedangkan mengadu domba bertujuan untuk menimbulkan perselisihan antara dua orang atau lebih. Tetapi apabila seseorang menceritakan tentang orang-orang lain dengan maksud yang baik, orang ini tidak dapat dikategorikan sebagai memfitnah, walaupun orang-orang yang diceritakannya itu mendengar ceritanya lalu mereka bertengkar.

Makian dari kata-kata kasar biasanya diucapkan dengan tujuan untuk mengejek atau membuat orang lain tidak senang mendengar kata-kata itu. Makian dan kata-kata kasar diucapkan karena orang itu marah atau tidak senang. Tetapi kata-kata kasar dan makian yang diucapkan untuk bergurau, melucu atau melawak tidak termasuk dalam kategori ini, Namun kata-kata kasar atau makian dalam gurauan perlu dikurangi penggunaanya atau dihindarkan pula sebagai latihan, karena mengingat hal ini akan menjadi kebiasaan, sehingga pada suatu waktu tanpa terkendali kita mengeluarkan kata-kata kasar terhadap orang lain dan orang itu marah atau tidak senang.

Omong kosong adalah cerita yang tidak ada manfaatnya. Omong kosong ini hanya membuang-buang waktu. Hal yang perlu diperhatikan pada omong kosong ini adalah keinginan untuk bercerita seperti ini pada orang lain. Omong kosong ini adalah kejahatan yang halus. Omong kosong maupun akibatnya tidak akan disukai masyarakat.

2.1.4.2.4. Perbuatan Benar / Tindakan benar

Perbuatan Benar adalah perbuatan-perbuatan yang berguna dan bermanfaat bagi pembuat dan orang lain, misalnya dengan menolong orang lain dengan bentuk materi maupun moral atau dengan kata lain berusaha membahagiakan orang lain. Pantang membunuh, mencuri, berzinah dan minum-minuman yang mengakibatkan berkurangnya kewaspadaan adalah perbuatan benar.

Untuk pantang membunuh, kita berusaha tidak membunuh manusia maupun binatang. Semua makhluk hidup, manusia atau binatang besar maupun kecil mempunyai keinginan yang sama, yaitu mau hidup. Setiap orang ingin mempertahankan dan melindungi dirinya, hartanya, keluarganya, kawan-kawannya, bangsa dan negaranya. Demikian pula dengan binatang, seekor induk binatang berusaha mempertahankan anaknya dari gangguan atau acaman dari makhluk lain. Seseorang dikatakan melakukan pelanggaran sila (perbuatan salah) bila ia dengan sadar dan berniat untuk melakukan pembunuhan dengan berakhir matinya makhluk itu. Tetapi bila orang itu tanpa niat atau kehendak membunuh namun ada makhluk lain yang mati, maka ia tidak melanggar sila. Misalnya seorang sopir yang tanpa sengaja menabrak seseorang yang tiba-tiba melintas jalan; ada orang yang berlari atau berjalan lalu menginjak binatang kecil hingga mengakibatkan kematian binatang tersebut.

Pantang mencuri dipenuhi bila kita tidak mengambil sesuatu yang bukan milik kita atau mendapat sesuatu karena diberikan oleh pemiliknya. Sesuatu barang atau harta biasanya kita peroleh dengan cara yang sulit, bekerja keras, melakukan tugas atau usaha tertentu, sebagai konsekwensinya kita akan berusaha melindungi dan mempertahankan harta kita itu, supaya kita tidak mencuri, kita harus bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan kita dengan cara-cara yang benar dan bijaksana. Bila hasil usaha kita berlebihan maka kita sebaiknya membagikan hasil kita kepada orang lain agar mereka dapat berbahagia juga.

Berzinah adalah hubungan kelamin yang dilakukan orang yang bukan suami isteri, termasuk perkosaan dan pelecehan sexual. Zinah dalam agama Buddha dianggap prilaku sex yuang salah.

Hubungan dengan pelacur termasuk pelanggaran sila karena yang bersangkutan mengumbar nafsunya yang didasarkan pada kebodohan dan keserakahan yang dilaksanakan dengan jasmani. Di samping itu pula bahaya yang diakibatkan dengan hubungan dengan pelacur dapat menjadi berat sekali dan mengancam kehidupan yang bersangkutan, sebab sementara ini ada dua macam penyakit yang antara lain disebabkan oleh hubungan kelamin yaitu Herpes dan AIDS. Kedua penyakit ini sampai saat ini belum ada obatnya, khususnya untuk AIDS, akibatnya adalah kematian yang lebih cepat.

2.1.4.2.5. Mata Pencaharian Benar

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena tanpa pekerjaan kita akan mengalami kesulitan dalam hidup kita. Kita memiliki akal dan kebijaksanaan, dengan kebijaksanaan kita dapat mengembangkan kemampuan, memperbaiki, membuat sesuatu atau memilih pekerjaan yang kita inginkan. Memilih pekerjaan yang akan kita kerjakan adalah penting sekali sebab bila kita salah memilih pekerjaan, kita akan merasa selalu tidak puas dan menderita.

Mata pencaharian salah yang harus di hindari adalah menipu, ketidak setiaan, penujuman, kecurangan dan memungut bunga yang tinggi ( Majjhima Nikaya 117 ).

Di samping itu Sang Buddha menasihatkan bagi para siswa-Nya untuk menghindari lima macam perdagangan, yaitu:

a) berdagang senjata

c) berdagang binatang (yang akan dibunuh) termasuk daging

d) berdagang alkohol atau minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran

e) berdagang racun. ( Angguttara Nikaya III : 207 )

Orang yang memenuhi syarat-syarat mata pencaharian seperti tersebut di atas ini adalah berpencaharian benar. Bagi seseorang yang berpenghidupan benar walaupun ia menderita dalam mata pencahariaannya, ia hidup dengan cara terhormat. Mungkin ia tidak kaya, tetapi ia merasa bangga dan tenang dengan apa yang dihasilkannya. Namanya tidak terkenal tetapi batinnya damai.

Berpenghidupan benar bukan sekedar masalah yang dikerjakan, tetapi juga bagaimana mengerjakannya. Suatu pekerjaan secara etis adalah baik, tetapi biasa saja kita tidak melaksanakannya dengan cara yang etis. Contoh :

- Praktek kedokteran secara etis adalah pekerjaan baik, namun seorang dokter mungkin saja meminta pembayaran yang terlalu tinggi atau

- Berdagang tidak mesti tidak jujur, tetapi dapat dilakukan secara tidak jujur, seperti menawarkan barang dengan memuji mutunya tetapi menyembunyikan kekurangannya, menggaji pekerja terlalu rendah, membayar gaji tidak senilai hari atau jam kerja.

- Mengambil untung terlalu tinggi ( seperti sistem piramida ) dan sebagainya.

2.1.4.2.6. Usaha/daya upaya Benar

Kata-kata bahasa Pali Vayama dan Viriya adalah sama artinya; usaha atau semangat. Usaha merupakan faktor yang penting sekali untuk kesuksesan. Sedangkan kemalasan merupakan suatu bahaya besar, karena kemalasan adalah dasar dari kejatuhan dan kehancuran. Dari semua sifat buruk manusia yang harus dilenyapkan lebih dahulu adalah kemalasan.

Usaha benar atau semangat untuk maju adalah dasar kemajuan dan ketenangan. Bagi orang yang selalu sibuk dan bersemangat dalam pekerjaannya, maka pikirannya selalu dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang berguna. Dengan demikian bagi orang yang seperti itu keragu-raguan, kekhawatiran serta ketakutan tidak ada tempat dalam pikirannya, karena tidak mungkin dua hal dapat menempati tempat yang sama pada waktu yang sama, begitu pula sesuatu tidak akan muncul sekaligus dua pikiran berbeda dari otak kita.

Dalam Sutta, Usaha Benar diuraikan sebagai berikut:

 Berusaha untuk tidak memunculkan atau membangkitkan pikiran-pikiran buruk yang belum muncul

 Usaha untuk melenyapkan pikiran-pikiran buruk yang telah muncul

 Usaha untuk memunculkan atau membangkitkan pikiran-pikiran baik yang belum muncul

 Usaha untuk mengembangkan pikiran-pikiran biak yang telah muncul agar menjadi kenyataan

Keempat hal ini perlu sekali kita selalu ingat agar kita tetap waspada mengendalikan pikiran, karena bila tidak maka kita akan dikuasai oleh pikiran yang buruk. Kita sebagai manusia telah memiliki sifat baik dan buruk, begitu pula kecendrungan pikiran kita

adalah lebih mudah ke arah hal-hal yang tidak baik. Sehingga untuk menimbulkan pikiran buruk itu sangat mudah. Bila pikiran buruk sangat kuat menguasai kita maka perbuatan buruk akan mudah kita lakukan. Akibat perbuatan buruk pasti tidak menyenangkan; atau sementara nampaknya menyenangkan, tetapi kelak pasti tidak memuaskan.

2.1.4.2.7. Perhatian Benar

 Ada empat cara perhatian benar (samma-sati) yaitu:

 Kayanupassna satipatthana: Perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap tubuh, misalnya memperhatikan pada pernapasan (anapanassati) yaitu perhatian yang ditujukan pada masuk dan keluarnya nafas.

 Vedananupassana satipatthana: Perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap perasaan, misalnya memperhatikan perasaan-perasaan tidak menyenangkan dan perasaan-perasaan menyenangkan yang muncul.

 Cittanupassana satipatthana: Perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap kesadaran, misalnya memperhatikan kesadaran-kesadaran yang muncul dan diliputi oleh nafsu, ketidaksenangan atau marah.

 Dhammanupassana satipatthana: perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap obyek-obyek pikiran, misalnya keinginan untuk memuaskan nafsu-nafsu indera atau ide apa saja yang muncul.

Empat cara perhatian benar merupakan suatu kekuatan dari perhatian, bagaikan seekor sapi dengan empat kakinya, empat kakinya adalah empat cara perhatian benar, sedangkan tubuhnya adalah perhatian itu sendiri. Cara untuk melaksanakan satipatthana (perhatian) ini seseorang sukses dengan cara pertama ini, selanjutnya ia dapat melaksanakan cara yang kedua, begitu seterusnya hingga ia melaksanakan cara yang keempat. Jadi untuk mempermudah pelaksanaan ia tidak boleh langsung mengadakan latihan satthipatana dengan cittanpassana atau yang lain, tetapi ia harus mulai dengan cara pertama secara berurutan.

Tujuan dari perhatian benar ini untuk memperhatikan munculnya dan lenyapnya setiap keadaan, dengan demikian seseorang akan menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang bersyarat/berkondisi adalah kekal (anicca), ketidakkekalan ini menyebabkan perubahan yang tidak disukai (dukkha), perubahan ini terjadi sebab tidak ada suatu pribadi atau aku yang kekal (anatta) sesuai kehendak kita. Menyadari hal-hal ini maka orang itu berusaha meninggalkan segala sesuatu yang tidak kekal untuk mencapai kekekalan (nibbana) dengan melenyapkan semua belenggu.

2.1.4.2.8. Meditasi Benar

Samma Samadhi adalah samadhi atau konsentrasi pikiran yang benar yaitu dengan cara memusatkan pikiran pada sebuah obyek atau suatu perbuatan dengan cara yang benar. Samadhi atau konsentrasi pikiran biasanya dikenal dengan sebutan meditasi atau bhavana yang berarti mengolah atau mengembangkan batin. Jadi dalam pengertian Buddhis meditasi yang benar adalah proses dinamis, dimulai dengan mendisplinkan kemudian menanamkan pengertian, lalu terakhir membebaskan pikiran.

( lihat I:9 ).

4.Hukum buatan manusia.

Dalam kehidupan kita menemukan berbagai hukum yang mengatur kita diantaranya adalah Hukum negara, hukum adat, hukum internasional dan berbagai jenis hukum lainnya, semua hukum ini digolongkan dalam hukum buatan manusia dan bertujuan untuk mencegah manusia melakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai moral.

Hukum buatan manusia dalam lingkungan negara Indonesia secara tertulis merupakan penjabaran UUD 1945 berupa Undang-undang yang ditetapkan oleh lembaga yudikatif dan legislatif. Peran agama dalam perumusan dan penegakkan hukum yang adil melalui tokoh-tokoh agama dalam bidang eksekutif maupun legislatif. Fungsi profetik (masukkan) agama dalam hukum adalah bahwa agama sebagai sarana menuju kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengkondisikan terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang bermoral.

Nilai-nilai agama perlu menjiwai setiap peraturan guna membentuk moral yang baik dari manusia yang seutuhnya, baik lahir maupun batin.

2.2. HUKUM KARMA DAN PURNABHAVA

Dalam dokumen Materi Ag. Buddha Utk PT (Halaman 83-89)