• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbatasan akses serta kualitas layanan pendidikan dan kesehatan

Dalam dokumen MENYONGSONG 2014 2019 MEMPERKUAT INDONES (Halaman 147-152)

Dinamik a Ancaman

1. Keterbatasan akses serta kualitas layanan pendidikan dan kesehatan

Bonus Demografi sebagaimana dinyatakan, selain menjadi kesempatan emas, juga dapat menjadi bencana bagi Indonesia. Surplus penduduk pada usia produktif dapat tidak berarti apa- apa bagi kemajuan Indonesia jika tidak mampu menunjukkan produktivitasnya yang sejalan dengan standar serta kebutuhan global secara menyeluruh. Bahkan jumlah penduduk pada usia produktif dapat menjadi beban negara sebagaimana mereka yang tidak produktif bila dalam kenyataannya mereka memang tidak sungguh-sungguh produktif. Kekhawatiran itu memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia secara umum masih terbilang rendah dibandingkan bangsa lain, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran tersembunyi khususnya yang terselubung di balik sistem kelembagaan formal yang tidak efektif.

Bila kualitas SDM Indonesia memang benar-benar dapat diandalkan, negara ini berpeluang menembus batas untuk menjadi negara maju. Sementara bila SDM tidak dapat

diandalkan, Indonesia akan tertahan sebagai negara mediocre

seperti saat ini. Kunci utama kualitas SDM tersebut adalah pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan. Dalam dua bidang ini berbagai upaya telah dilakukan pemerintah. Namun, secara umum, tingkat kesejahteraan masyarakat yang terukur dari

aspek pendidikan dan kesehatan belum memadai untuk menjadi pendorong Indonesia agar dapat lepas landas seperti beberapa bangsa lain. Secara umum, pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan belum mampu mengangkat bangsa untuk menjadi bangsa yang cerdas dan sehat. Sejumlah realitas menjadi penanda seberapa tingkat pencapaian pembangunan pendidikan dan kesehatan. Praktik korupsi yang masih tinggi dan melemahnya sikap pluralitas dan multikulturalisme menunjukkan bahwa pembangunan pendidikan belum mampu membangun integritas SDM dan keadaban umum yang beradab.

Lemahnya struktur industri juga penanda bahwa pendidikan belum cukup melahirkan profesionalitas bangsa. Tidak hanya itu, rendahnya kualitas pendidikan tercermin pada praktik perkelahian dan demonstrasi pelajar atau mahasiswa. Kedua praktik ini dapat menunjukkan bahwa pendidikan tidak cukup menyenangkan bagi para siswa sehingga harus menyalurkan energi pada hal-hal merusak. Bila pembelajaran berjalan baik, para siswa akan fokus mengembangkan diri, menambah pengetahuan dan ketrampilan, serta menyiapkan berbagai hal terkait dengan tujuannya di masa depan. Demikian pula dengan demonstrasi pelajar atau mahasiswa, mungkin berawal dari kepedulian terhadap suatu hal. Fenomena “Bila kualitas SDM

Indonesia memang benar-benar dapat diandalkan, negara ini berpeluang menembus batas untuk menjadi negara maju. Sementara bila SDM tidak dapat diandalkan, Indonesia akan tertahan sebagai negara mediocre seperti saat ini. Kunci utama kualitas SDM tersebut adalah pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan.”

itu juga menunjukkan bahwa pemberdayaan otoritas lokal oleh Kementerian Pendidikan Nasional juga belum berjalan secara baik. Di sisi lain, keterjangkauan layanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu serta semakin banyaknya kalangan menengah atas yang mencari pengobatan di luar negeri menjadi potret nyata dunia kesehatan. Kondisi ini menjadi cermin dari nilai IPM bangsa. Laporan yang dirilis UNDP pada Mei 2013, nilai IPM Indonesia berdasar perhitungan tahun sebelumnya adalah 0,629 atau peringkat 121 dari 186 negara di dunia yang menggunakan penilaian IPM. Nilai tersebut meningkat dibanding dengan tahun sebelumnya sebesar 0,624 atau secara peringkat naik tiga level dari peringkat 124 dunia.

Pada satu sisi, kenaikan itu adalah suatu keberhasilan pengelolaan pembangunan Indonesia setidaknya di bidang pendidikan dan kesehatan. Di sisi lain, pencapaiannya dipandang belum cukup memadai bagi Indonesia, jika didasarkan pada komposisi sumber daya alam, luas wilayah, dan jumlah penduduk. Perhatikan, misalnya di wilayah-wilayah yang dekat dengan ibukota saja, seperti Banten, Bogor dan Bekasi, kualitas sarana dan pelayanan pendidikan dan kesehatan masih terlihat rendah. Apalagi di wilayah perbatasan antarnegara seperti Sebatik, Singkawang, dan Nusa Tenggara Timur beserta wilayah pedalaman, akses terhadap dua pelayanan itu benar-benar rendah, bahkan tidak ada.

Jika penilaian IPM di atas dijabarkan secara parsial, tampak bahwa nilai bidang pendidikan relatif rendah yakni sebesar

0,577. Hal ini menunjukkan, pembangunan pendidikan di Indonesia selama ini belum cukup berhasil, walaupun terdapat sejumlah kemajuan nyata yang hasilnya baru dapat dirasakan beberapa tahun mendatang. Sementara pengukuran IPM pada aspek kesehatan dikaitkan dengan angka harapan hidup atau rata-rata usia pada akhir hayat setiap orang. Di Indonesia, angka harapan hidup mencapai 69,8 tahun hingga menghasilkan indeks kesehatan IPM sebesar 0,785. Dibanding dengan banyak negara lain yang mencapai lebih dari 70 tahun, angka harapan hidup tersebut relatif rendah namun sudah meningkat secara signifikan dibanding dengan angka harapan hidup pada masa awal pembangunan tahun 1980, yakni 57,6 tahun.

Angka harapan hidup bukan satu-satunya alat pengukur tingkat kemajuan pembangunan kesehatan. Banyak lagi ukuran yang dipakai untuk menilai level pembangunan kesehatan setiap negara, seperti tingkat mortalitas atau kematian ibu melahirkan yang digunakan oleh program Perserikatan Bangsa-Bangsa

untuk Tujuan Pembangunan Milenium atau Millennium

Development Goals (MDGs). Pada 2013, tingkat mortalitas ibu melahirkan adalah 220 orang per 100.000 kasus yang termasuk tertinggi di Asia Tenggara. Kasus kematian umumnya karena pendarahan akibat persalinan yang dilakukan di rumah. Tidak hanya itu, ada juga indikator lain, yaitu: (a) tingkat kematian bayi; (b) prevalensi penyakit yang terkait dengan sanitasi seperti malaria, demam berdarah, dan TBC; (c) tingkat kematian warga akibat gaya hidup yang tidak sehat seperti serangan jantung dan stroke; (d) tingkat ketergantungan pada narkoba dan tingkat gangguan jiwa juga masih cukup tinggi.

Dari kenyataan di atas menunjukkan, posisi Indonesia pada pembangunan pendidikan dan kesehatan dunia masih berada pada peringkat menengah bawah, jauh dari semestinya sebagai sebuah negara besar yang kaya sumber daya alam serta meliliki peran strategis dalam percaturan dunia. Tingkat kemajuan pembangunan pendidikan dan kesehatan berkontribusi pada tingkat kesejahteraan masyarakat secara utuh yang masih relatif rendah, seperti dicerminkan oleh tingkat IPM Indonesia yang termasuk dalam kelompok 10 besar terendah di Asia Timur dan

Pasifik bersama Papua Nugini maupun Kiribati. Bila kondisi ini

terus ada pada tahun-tahun ke depan, maka kesempatan emas dari Bonus Demografi tidak terambil.

Selain itu perlu diperhatikan beberapa ancaman terkait pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan pada periode 2014-2019, yaitu: (a) beban kependudukan yang besar; (b) paradigma pembangunan pendidikan dan kesehatan yang masih didominasi paradigma modern yang menghendaki pendekatan linear, mekanistis, dan serba terukur secara kuantitatif atau ‘eksak’; (c) struktur, sistem dan budaya birokrasi yang tidak efektif melaksanakan pekerjaan nyata dalam menyejahterakan masyarakat; (d) praktik politik dan sistem partai politik nasional yang berorientasi pada politik uang telah mendorong terjadinya korupsi dalam skala massif, sehingga menjadi contoh negatif bagi upaya membangun masyarakat berkarakter, sehat, dan cerdas yang dikehendaki oleh sektor pendidikan dan kesehatan; (e) keberdayaan otoritas lokal yang masih minim; (f) tekanan globalisasi yang di satu sisi menciptakan budaya konsumtif dan hedonistik, walaupun di sisi lain memunculkan peningkatan

aspirasi masyarakat melalui media massa; dan (g) menjamurnya enclave lembaga pendidikan berdasarkan ikatan primordialisme yang dapat menggerus inklusivitas dan multikulturalisme masyarakat secara tradisional. Keberhasilan menjawab ancaman ini yang akan menghadirkan pembangunan yang nyata dalam bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia.

Dalam dokumen MENYONGSONG 2014 2019 MEMPERKUAT INDONES (Halaman 147-152)