• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Strategis Regional

Dalam dokumen MENYONGSONG 2014 2019 MEMPERKUAT INDONES (Halaman 68-75)

Kawasan Asia Timur adalah kawasan yang terbuka dan menjadi salah satu pusat interaksi kekuatan-kekuatan besar dunia. Hal ini disebabkan oleh posisinya yang sangat strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Selain itu, kawasan ini juga mewarisi beberapa masalah politik-keamanan dari masa Perang Dingin yang masih belum selesai. Beberapa negara Asia Timur meraih kemajuan ekonomi seperti Jepang, kemudian disusul Taiwan, Korea Selatan dan kini China. Namun di sisi lain, isu-isu keamanan tradisional berupa sengketa kedaulatan masih menjadi sumber ketegangan hubungan antarnegara di kawasan ini. Akibatnya, kawasan ini menjadi salah satu wilayah yang sarat dengan ketegangan dan rivalitas militer. Amerika Serikat telah mengalihkan fokus politik luar negerinya dari Timur Tengah ke Asia Pasifik.Perubahan kebijakan juga berpotensi menimbulkan polemik di kawasan. Berakhirnya perang di Afghanistan dan Irak, perjanjian Amerika Serikat-Iran untuk sementara menghentikan program pengayaan uranium Iran, dan bahwa konflik Syria sepertinya tidak berada dalam kepentingan

strategis Amerika Serikat. Hal tersebut membuat Amerika lebih leluasa untuk memindahkan sumber dayanya dari Timur Tengah ke Asia Pasifik. Hal ini berpotensi meningkatkan ketegangan dengan China dengan kekuatan militer yang makin besar dan asertif dalam berbagai masalah keamanan di kawasan Asia Pasifik.

Asia Tenggara yang dimotori oleh ASEAN juga tumbuh secara ekonomi. Kawasan ini menempati posisi strategis secara ekonomi dan militer karena menghubungkan Pa- sifik dan Samudera Hindia. Dalam dua dasawarsa terakhir, negara-negara ASEAN juga mengembangkan

ke kuatan militer dengan penekanan pada kekuatan laut dan

udara. Asia Tenggara, seperti halnya dengan Asia Timur, masih menghadapi sengketa dan konflik teritorial di kawasan baik yang bersifat multilateral seperti konflik Laut China Selatan maupun yang bersifat bilateral sesama negara ASEAN. Dalam situasi seperti itu, ASEAN terus berusaha untuk mengembangkan modalitas hubungan internal. Juga modalitas untuk mengakomodasi kehadiran negara-negara besar di kawasan ini.

Selain itu, ASEAN sebagai organisasi regional seharusnya berupaya menciptakan mekanisme yang menciptakan lingkungan yang

“Beberapa negara Asia Timur meraih kemajuan ekonomi seperti Jepang, kemudian disusul Taiwan, Korea Selatan dan kini China. Namun di sisi lain, isu-isu keamanan tradisional berupa sengketa kedaulatan masih menjadi sumber ketegangan hubungan antarnegara di kawasan ini. Akibatnya, kawasan ini menjadi salah satu wilayah yang sarat dengan ketegangan dan rivalitas militer.”

nyaman bagi aktor-aktor regional. Jika hal ini tidak dilakukan, pengembangan persenjataan yang dilakukan oleh masing-masing negara dapat memicu konflik. Oleh karena itu, perlu digarisbawahi bahwa ASEAN dibentuk tidak untuk menjadi organisasi regional yang tertutup, tapi sebagai organisasi regional yang mengakui adanya kepentingan negara-negara besar pada wilayah tersebut.

Secara politik, sengketa warisan Perang Dunia masih menjadi penghambat kemajuan bersama kawasan regional yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia sekarang. Luka lama China dan Korea atas penjajahan Jepang belum juga hilang. Hal itu, antara lain, ditandai dengan selalu protesnya kedua negara tersebut atas kunjungan para pemimpin Jepang ke kuil Yasukuni, yang menjadi simbol penghormatan terhadap para martir Jepang. Perebutan kepulauan Senkaku antara Jepang dan China juga merupakan perwujudan dari perselisihan tersebut. Sementara itu, semenanjung Korea juga masih terbelah menjadi dua entitas politik yang berseteru. Sementara itu, China dan Taiwan juga masih ‘status quo’ dan belum menemukan format yang disepakati untuk jangka panjang. Sementara itu, Australia yang mencoba meng-Asia juga tetap lebih merepresentasikan wajah ‘politik Barat’ dibanding dengan Asia. Tak seperti kawasan Eropa Barat yang relatif memiliki format baku yang sama, perbedaan gaya politik di kawasan regional Asia Pasifik barat ini masih sangat tebal. Tidak hanya di Asia Timur yang masih menyimpan bara dendam sisa Perang Dunia II seperti tersebut di atas, tapi juga di kawasan Asia Tenggara. Indonesia dan Filipina yang berupaya menerapkan model ‘demokrasi penuh’ sejauh ini masih berada dalam jebakan negara berpenghasilan menengah

(middle income trap). Singapura berhasil menembus menjadi negara maju dengan sistem politik seperti demokrasi terpimpin. Hal yang diikuti oleh Malaysia yang juga menjadi sangat maju dibanding dengan banyak tetangganya di Asia Tenggara, namun kemudian juga menghadapi guncangan politik. Thailand yang relatif siap menjadi negara industri juga harus terbelah secara politik. Sementara Vietnam masih meneruskan politik lama komunis, dan Myanmar masih menggunakan pendekatan seperti ‘Orde Baru’ Indonesia di masa lampau untuk mempertahankan kekuasaan pemerintah sekarang. Keragaman politik itu rentan bagi upaya membangun kesatuan yang solid kawasan ini. Hal tersebut berkorelasi pula dengan cara masing-masing negara dalam menangani aspek sosial budaya di negaranya masing-masing. China merasa sah dalam pendekatannya terhadap non-Han seperti Tibet dan Xinjiang yang dipandang oleh negara-negara lain, termasuk di kawasan Asia Pasifik barat, diwarnai banyak pelanggaran HAM serius. Penanganan masalah Rohingya oleh Myanmar juga mengusik perasaan anggota ASEAN lainnya. Sementara itu, masalah perlindungan tenaga kerja domestik asing di Singapura, Malaysia, Hongkong, serta Taiwan juga menjkadi hal yang penting dicermati. Persoalan narkotika juga semakin menguat di kawasan regional ini dengan China menjadi pusat peredaran utamanya. Sementara itu, penetrasi budaya secara intensif melalui seni dan kuliner seperti yang dilakukan Amerika Serikat pada masa sebelumnya juga menjadi fenomena di kawasan regional ini. Pemerintah Korea Selatan aktif menyebarkan ‘K-Pop’ ke negara- negara lainnya, sebagaimana halnya Thailand juga aktif mendukung penyebaran kulinernya ke berbagai negara.

Secara ekonomi, kawasan regional Asia Pasifik barat ini juga menjadi kawasan paling dinamis di dunia dalam beberapa tahun terakhir maupun beberapa tahun mendatang. China terus mencatatkan diri sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi. Negara menengah seperti Indonesia dan Filipina juga mencatat per tum buh an ekonomi di atas lima persen. Sedangkan dalam industri, China mulai pula mengikuti jejak Jepang, Korea Selatan, serta Taiwan yang telah menjadi negara industri yang mapan. Thailand dan Malaysia yang beberapa dasawarsa silam masih tertinggal dari Indonesia juga makin kokoh dalam industri. Bersama Singapura, kedua negara tersebut menjadi salah satu produsen penting komputer dunia. Perusahaan kedua negara tersebut juga efektif dalam berekspansi ke negara lain. Thailand selain mengekpor mobil, juga menguasai industri pakan ternak di Indonesia. Sedangkan Malaysia selain berekspansi dalam kebun sawit juga memiliki posisi kuat dalam perbankan di Indonesia. Dengan dinamikanya yang tinggi, kawasan regional Asia Pasifik barat juga melahirkan tingkat kesejahteraan tinggi di beberapa negara. Negara-negara di selatan dan utara Indonesia mencatat peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang baik. Australia, misalnya, di peringkat 2 dunia. Sedangkan Jepang, Korea Selatan, dan Singapura di peringkat 9, 10, dan 18 dunia. Malaysia, Thailand, hingga China yang harus menanggung beban penduduk sangat besar, juga mengalami peningkatan kesejahteraan yang nyata. Meskipun demikian, negara-negara di sebelah timur dan barat Indonesia, justru memiliki kesejahteraan rendah yang tercermin pada peringkat IPM-nya yang tinggi. Negara-negara tersebut adalah negara-

negara Pasifik barat seperti Papua Nugini, serta negara-negara Asia Selatan termasuk India yang sempat didengungkan sebagai salah satu kandidat kekuatan ekonomi penting dunia.

Persoalan sumber daya alam yang paling perlu dicermati adalah energi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta banyaknya jumlah penduduk memerlukan dukungan energi yang memadai. Energi konvensional seperti minyak bumi dan gas masih menjadi tumpuan harapan kawasan regional ini untuk mendukung pertumbuhannya. Kawasan Indonesia merupakan salah satu tumpuan sumber energi tersebut di kawasan ini, memanfaatkan kepentingan negara ini untuk menjualnya guna mendapatkan devisa. Australia menjadi satu-satunya negara maju yang dapat mencukupi energi dari produksinya sendiri.

Perselisihan antara Timor Leste dan Australia menyangkut celah Timor terkait dengan keberadaan sumber energi. Sengketa lama wilayah di Laut China selatan yang melibatkan China dan beberapa negara Asia Tenggara ditengarai bukan hanya persoalan kedaulatan negara, melainkan juga kepentingan mengeksploitasi sumber daya alam. Untuk tidak bergantung sepenuhnya pada minyak bumi dan gas, Jepang dan Korea Selatan banyak mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Jepang sempat mengurangi pemanfaatan PLTN menyusul kebocoran reaktor PLTN Fukushima akibat gempa dan tsunami. Karena harus menanggung beban yang terlalu berat untuk bergantung pada minyak bumi dan gas, Jepang pun mengoptimalkan kembali PLTN-PLTN nya.

Di dalam aspek pertahanan, Asia Pasifik barat adalah wilayah yang tidak memiliki konsep pertahanan bersama sebagai suatu kawasan

tunggal. Setiap negara masih menekankan pada kepentinganya masing-masing dalam berhadapan dengan negara tetangganya di kawasan yang sama. Ketegangan militer menahun antara Korea Utara dan Korea Selatan; antara Korea Utara dan Jepang, antara China dan Jepang,China dan Taiwan, serta China dan negara-negara ASEAN menjadi warna dalam masalah pertahanan dan keamanan regional. Dalam tensi yang lebih rendah terdapat pula ketegangan antara Malaysia dan Filipina serta antara Malaysia dan Indonesia menyangkut klaim wilayah. Peningkatan besar-besaran kekuatan militer China hingga beberapa tahun mendatang akan dapat meningkatkan ketegangan kawasan. Apalagi Amerika Serikat juga mulai mengalihkan sumber dayanya ke Asia Timur dan Tenggara. Aspek hubungan internasional di kawasan regional Asia Pasifik barat ini akan diramaikan dengan isu perdagangan bebas. Dikembangkannya kerja sama perdagangan bebas menjadi hal penting yang perlu dicermati. Beberapa kerja sama tersebut adalah Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN atau AFTA, Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-India, Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China, Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Korea, Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru, Kemitraan Trans Pasifik, Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), serta beberapa lainnya. Selain menyangkut kerja sama ekonomi dan perdagangan, beberapa masalah bilateral juga menghangatkan hubungan antarnegara di kawasan ini seperti masalah imigran gelap antara Australia dan Indonesia, perlindungan tenaga kerja domestik antara Indonesia dan Malaysia, persoalan kabut asap antara Indonesia-Singapura-Malaysia, serta persoalan sengketa wilayah seperti di Laut China Selatan.

Dalam dokumen MENYONGSONG 2014 2019 MEMPERKUAT INDONES (Halaman 68-75)