• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN

B. Kewenangan Kurator Dalam Pengurusan dan Pemberesan

2. Kewenangan Kurator Dalam Pemberesan Harta Pailit

Kurator memulai pemberesan harta pailit setelah harta pailit tidak mampu membayar dan usaha debitor dihentikan. Kurator memutuskan cara pemberesan harta pailit dengan selalu memerhatikan nilai terbaik pada waktu pemberesan. Pemberesan dapat dilakukan sebagai satu atau lebih kesatuan usaha (going concern) atau atas masing-masing harta pailit.100

Kurator melakukan pemberesan dengan penjualan di muka umum atau apabila di bawah tangan, dengan persetujuan hakim pengawas.101 Dalam melaksanakan penjualan harta debitor pailit, kurator harus memerhatikan hal sebagai berikut:

a. Harus menjual untuk harga yang paling tinggi;

b. Harus memutuskan apakah harta tertentu harus dijual segera dan harta yang lain harus disimpan terlebih dahulu karena nilainya akan meningkat di kemudian hari;

c. Harus kreatif dalam mendapatkan nilai tertinggi atas harta debitor pailit.102 Kurator dalam melaksanakan pemberesan harta pailit memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:103

1) Setelah kepailitan dinyatakan dibuak kembali, kurator harus seketika memulai pemberesan harta pailit

100 Moch Zulkarnain Al Mutfi, “Tanggung Jawab Kurator Dalam Penjualan Harta Di Bawah Harga Pasar”, Lex Renaissance, Vol.1, No.1, 2016, hal. 104.

101 Standar Profesi Kurator dan Pengurus Indonesia AKPI

102 Timur Sukirno, Tanggung Jawab Kurator Terhadap Harta Pailit dan Penerapan Actio Paulina, dalam Rudy A. Lontoh, Op. Cit., hal. 371-372.

103 Ibid

2) Memulai pemberesan dan menjual harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitor

3) Memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap benda yang tidak lekas atau sama sekali tidak dapat dibereskan

4) Menggunakan jasa bantuan debitor pailit guna keperluan pemberesan harta pailit, dengan memberikan upah.

Setelah debitor berada dalam keadaan insolvensi, Pasal 178 ayat (1) UU Kepailitan mengatur dimana insolvensi baru dapat terjadi bila:

a) Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian.

b) Apabila ada penawaran perdamaian oleh si pailit maupun oleh kurator, tetapi tidak disetujui oleh para kreditor dalam rapat verifikasi (pencocokan piutang).

c) Apabila terdapat perdamaian dan disetujui oleh para kreditor dalam rapat verifikasi tetapi tidak mendapat homogolasi (pengesahan) oleh hakim pemutusan kepailitan.

Kewenangan-kewenangan kurator lainnya dalam tahap pemberesan harta pailit adalah sebagai berikut:104

(1) Mengusulkan agar perusahaan debitor pailit dilanjutkan

Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian atau jika rencana perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, kurator atau kreditor yang hadir dalam rapat dapat mengusulkan supaya perusahaan debitor pailit dilanjutkan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 179 ayat (1) UU Kepailitan. Usulan untuk melanjutkan perusahaan dalam rapat tersebut wajib diterima, apabila usul tersebut disetujui oleh kreditor yang mewakili lebih dari ½ dari semua piutang yang diakui dan diterima sementara, yang tidak dijamin dengan hak gadai, jaminan

104 Freisy Maria, “Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Kurator Dalam Perkara Kepailitan”, Lex Privatum, Vol. III, No. 2, 2015, hal. 150

59

fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya. Namun, kelanjutan perusahaan dapat dihentikan oleh hakim pengawas atas permintaan kreditor atau kurator yang diatur dalam Pasal 183 ayat (1) UU Kepailitan.

(2) Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta pailit yang diatur dalam Pasal 184 UU Kepailitan.

Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 15 ayat (1) UU Kepailitan disebutkan, kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta pailit, tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitor:

(a) Usul untuk mengurus perusahaan debitor tidak diajukan dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam undang-undang ini atau usul tersebut telah diajukan tetapi ditolak.

(b) Pengurusan terhadap perusahaan dihentikan, namun dalam hal perusahaan dilanjutkan dapat dilakukan penjualan benda termasuk harta pailit, yang tidak diperlukan dalam meneruskan perushaan. Debitor pailit dapat diberikan sekedar perabot rumah dan perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, atau perabot kantor yang ditentukan oleh hakim pengawas.

Terhadap semua harta kekayaan pailit tersebut harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.105 Dalam hal penjualan di muka umum tidak dapat tercapai, maka dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan izin dari hakim pengawas. Sedangkan terhadap semua barang yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan, maka kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan terhadap barang tersebut dengan izin dari hakim pengawas. Hal tersebut diatur dalam Pasal 185 ayat (2) dan (3) UU Kepailitan.

105 Ibid

(3) Mengadakan rapat kreditor106

Setelah harta pailit berada dalam keadaan insolvensi, maka hakim pengawas dapat mengadakan suatu rapat kreditor pada hari, jam dan tempat yang ditentukan untuk mendengar mereka seperlunya mengenai cara pemberesan harta pailit dan jika perlu mengadakan pencocokan piutang. Apabila hakim pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, kurator diperintahkan untuk melakukan pembagian kepada kreditor yang piutangnya telah dicocokkan.

(4) Membuat daftar pembagian107

Mengenai masalah daftar pembagian, maka kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim pengawas sesuai Pasal 189 ayat (1) UU Kepailitan. Kurator membuat daftar pembagian yang berisi jumlah uang yang diterima dan yang dikeluarkan, termasuk didalamnya upah kurator, nama-nama kreditor dan jumlah tagihannya yang telah disahkan, pembayaran-pembayaran yang akan dilakukan terhadap tagihan-tagihan itu atau bagian yang wajib diterimakan kepada kreditor.

Daftar pembagian tersebut dapat dibuat sekali atau lebih dari sekali dengan memperhatikan kebutuhan. Dalam Pasal 192 UU Kepailitan, daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim pengawas wajib disediakan di kepaniteraan pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditor selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh kurator dalam

106 Kurniawan, Pemberesan Harta Pailit Pada Perusahaan Perorangan (Studi Kasus Pada PT.Sierad Produce Tbk), Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2007, hal. 91.

107 Ibid., hal. 93.

61

surat kabar harian. Selain itu, daftar pembagian tersebut dapat dilawan oleh kreditor dengan mengajukan surat keberatan dengan disertai alasan kepada paniteraan pengadilan dengan menerima tanda bukti penerimaan. Hakim pengawas akan menetapkan hari memeriksa perlawanan di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum. Dalam sidang tersebut, hakim pengawas memberikan laporan tertulis, sedangkan kurator dan setiap kreditor atau kuasanya dapat mendukung atau membantah daftar pembagian tersebut dengan mengemukakan alasannya dan pengadilan paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan pertimbagan hukum yang cukup. Terhadap putusan pengadilan tersebut dapat diajukan permohonan kasasi.

Setelah kurator selesai dalam melaksanakan pembayaran kepada masing- masing kreditor berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah kepailitan sesuai dengan Pasal 202 UU Kepailitan. Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam berita negara republik indonesia dan surat kabar harian.

(5) Membuat daftar perhitungan dan pertanggungjawaban pengurusan dan pemberesan kepailitan kepada hakim pengawas.108

Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai pengurusan dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan. Semua buku dan dokumen mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada debitor dengan tanda bukti penerimaannya. Hal tersebut diatur dalam Pasal 202 ayat (3) dan (4) UU Kepailitan.

108 Ibid., hal. 100

Sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila ternyata masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui, maka atas perintah pengadilan, kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar pembagian dahulu. Selanjutnya, kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit yang diatur dalam Pasal 72 UU Kepailitan.109

Tugas dan kewenangan sebagaimana diuraikan di atas dilakukan dengan menganut asas independen dan tidak memihak hanya pada kepentingan kreditor sendiri atau semata-mata untuk kepentingan debitor. Apabila kurator dalam menjalankan tugasnya tidak independen maka para pihak dapat mengajukan penggantian kurator.

Undang-Undang Kepailitan menentukan bahwa segera setelah kepada kreditor yang telah dicocokkan, dibayarkan jumlah penuh piutang-piutang mereka atau segera setelah pembagian penutup memperoleh kekuatan tetap, maka berakhirlah kepailitan.

Pengumuman tentang berakhirnya kepailitan diumumkan kurator melalui berita negara dan surat kabar-surat kabar. Setelah berakhirnya kepailitan, kurator harus memberikan perhitungan tanggung jawab tentang pengurusan yang telah dilakukannya kepada hakim pengawas.

109 Dhua Putra, Dewi Tuti, dan Muhammad Iftar, “Tanggung Jawab Kurator Dalam Pemberesan Terhadap Hak Pekerja Selaku Kreditur Preferen Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 67 Tahun 2013”, Jurnal Universitas Semarang, 2016.

63

Kurator mempunyai wewenang penuh untuk melaksanakan tugasnya, namun untuk hal-hal tertentu harus memperoleh persetujuan izin melalui suatu penetapan dari hakim pengawas. Kurator dalam menjalankan tugas dan kewenangan yang tersebut di atas, kurator wajib memerhatikan perundang-undangan yang berlaku.