• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN

B. Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Dalam Hal

1. Perlindungan Hukum Terhadap Profesi Kurator Berdasarkan

Perundang-Undangan

Perlindungan hukum dapat berarti perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak dicederai oleh aparat penegak hukum dan juga dapat berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap sesuatu.129 Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakan hukum harus memperhatikan 4 (empat) unsur perlindungan hukum:130

a. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit) b. Kemanfaatan hukum (Zeweckmassigkeit) c. Keadilan hukum (Gerechtigkeit)

d. Jaminan hukum (Doelmatigkeit)

Bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu Negara memiliki dua sifat, yaitu bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).131 Prinsip perlindungan hukum di Indonesia adalah berlandaskan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechstaat dan Rule of The Law. Menggunakan konsepsi Barat sebagai kerangka berpikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip

128 Hasil wawancara dengan Bapak Nurdin Sipayung selaku kurator di Medan, tanggal 21 Agustus 2019.

129 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Sditya Bakti, 2009), hal. 38

130 Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 43

131 Rafael La Porta, Investor Protection and Corporate Governance, Jurnal Of Financial Economics, No.58, 1999, hal. 9

perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila.132

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadap hak asasi manusia di mata hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep negara hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, berdasarkan teori perlindungan hukum dimaksudkan agar kurator mendapatkan jaminan perlindungan hukum dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit.

Kurator dalam menjalankan tugasnya mempunyai tugas yang banyak, hal tersebut bisa menjadi rumit karena tidak jarang kurator menghadapi hambatan-hambatan yang dilakukan oleh para pihak yang tidak suka terhadap kepailitan yang terjadi. Hambatan tersebut dapat berbentuk secara fisik dengan menghalang-halangi kurator masuk ke perkarangan debitor pailit dan juga kekerasan, bisa juga secara mental dengan menggunakan ancaman kekerasan atau dengan ancaman pidana.133

Berdasarkan hasil wawancara Peneliti dengan Jamaslin James Purba, Kurator serta Ketua Umum AKPI, bahwa tanggung jawab Kurator dan perlindungan hukum terhadap kurator harus diperkuat dan jelas. Sejauh mana batasan kesalahan dan

132 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hal. 38

133 Ida Bagus Adi, dan Ida Ayu Sukihana, “Perlindungan Hukum Terhadap Kurator Dalam Melaksanakan Tugas Pengurusan dan Pemberesan Harta Debitor Pailit”, Jurnal Hukum Universitas Udayana, (Bali: 2018), hal. 6

77

kelalaian kurator dalam melaksanakan tugas pengurusan atau pemberesan harta pailit.

Disamping kurator diberi tanggung jawab, juga harus ada perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas kurator. Dengan demikian perlu adannya revisi UU Kepailitan agar memberikan kepastian hukum bagi kurator dalam melaksanakan tugasnya khususnya dalam mengimplementasikan Putusan Mahkamah Konstitusi No 67 /PUU-XI/2013.

Dengan demikian, perlu adanya aturan khusus yang melindungi kurator dalam melaksanakan tugasnya, mengingat besarnya tanggung jawab dan tugas yang diemban oleh kurator. Namun hingga sekarang belum ada aturan yang melindungi kurator selayaknya advokat yang memiliki hak imunitas. Profesi advokat tidak hanya diberikan hak imunitas, selain itu apabila melakukan kesalahan atau kelalaian akan disidang oleh Dewan Kehormatan PERADI. Sementara Asosiasi Kurator (AKPI) memiliki dewan kehormatan tetapi tidak berjalan seperti Dewan Kehormatan PERADI.

Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik untuk pembelaan klien dalam sidang pengadilan yang tertulis dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Sedangkan kurator masih dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya. Oleh karena itu, sebaiknya ada perlindungan kurator karena bekerja demi melindungi hak kreditor dan debitor.

Namun begitu, menurut Bapak Rony sesuai dengan Pasal 72 UU Kepailitan, apabila kurator melaksanakan tugasnya berdasarkan penetapan Hakim maka akan

terlindungi. Tetapi apabila kurator bertindak sendiri tanpa ada atau tidak berdasarkan penetapan maka dia bertanggung jawab sendiri. Dengan demikian, segala sesuatu yang berdasarkan ketetapan kepada uu, maka tidak bertentangan dengan hukum.134

Sama seperti pendapat Bapak Jamaslin James bahwa kedudukan kurator sebagai perwakilan pengadilan yang menjalan kekuasaan kehakiman maka ketika Kurator menjalankan tugasnya dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan,135 ditambah lagi selama menjalankan tugasnya kurator tidak melanggar ketentuan dalam kode etik profesi kurator dengan bersikap independen dalam menjalankan tugas profesinya tidak berpihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh siapapun.

2. Tidak Adanya Hak Imunitas Terhadap Profesi Kurator

Secara bahasa imunitas atau immunity berarti kekebalan.136 Imunitas dapat juga dijumpai dalam Kamus Hukum Indonesia, ialah hal atau keadaan tidak dapat diganggu gugat (kekebalan).137 R. subekti mendefinisikan imunitas sebagai kekebalan tidak tunduk kepada hukum yang berlaku di suatu negara.

Hingga saat ini belum ada aturan yang melindungi kurator selayaknya advokat yang memiliki hak imunitas. Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata

134 Hasil wawancara dengan Bapak Seven Rony Sianturi selaku kurator yang berdomisili di Medan, tanggal 21 Agustus 2019.

135 Hasil wawancara dengan Bapak Jamaslin James Purba selaku kurator yang berdomisili di Jakarta, tanggal 11 Agustus 2019.

136 I.P.M Ranuhandoko, Terminologi Hukum, Cetakan IV, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal.

329

137 B.N. Marbun, Kamus Hukum Indonesia, Cetakan I, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009), hal. 120

79

maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik untuk pembelaan klien dalam sidang pengadilan sesuai dengan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat. Sementara kurator masih dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya.

Terhadap tindakan kurator yang melanggar atau tidak namun debitor tidak dapat langsung melapor ke organisasi melainkan langsung melaporkan ke polisi.

Tidak seperti melaporkan seorang notaris yang dapat dilaporkan ke asosisasinya.

Sedangkan Kurator kembali ke penetapan Hakim, apabila kurator berbuat telah sesuai dengan penetapan Hakim maka tidak dapat dikenakan sanksi pidana ataupun perdata terhadapnya dan tidak pula akan dikenakan sanksi dari Asosiasi Kurator (AKPI).

Laporan manapun dapat dihadapi karena bekerja berdasarkan penetapan hakim dan ada cap dari pengadilan setempat.

Menurut kurator Jamaslin James Purba yang menjabat sebagai Ketua AKPI Periode 2016-2019 bahwa, hak imunitas profesi kurator dan Pengurus lahir secara otomatis karena kedudukannya sebagai perwakilan pengadilan yang menjalan kekuasaan kehakiman selama bertindak dalam kewajiban hukum (statutory obligations). Hak imunitas profesi kurator dan pengurus lahir secara otomatis karena

kedudukannya sebagai perwakilan pengadilan yang menjalan kekuasaan kehakiman selama bertindak dalam statutory obligations.

Hak imunitas profesi kurator dan pengurus lahir secara otomatis karena kedudukannya sebagai perwakilan pengadilan yang menjalan kekuasaan kehakiman selama bertindak dalam statutory obligations-nya. Ketika kurator menjalankan

tugasnya dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit sesuai dengan UU yang berlaku maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.138

Namun karena tidak adanya hak imunitas untuk kurator, maka pada praktiknya kurator mencari aman dengan selalu mengikuti UU Kepailitan dan melaksanakan tugas sesuai dengan penetatapan Hakim. Adanya Hakim pengawas yang mengawasi kurator walaupun tetap ada saja kurator yang main sendiri. Contoh kasus kurator Asuransi Bumi Asih Jaya yang menggunakan harta pailit debitor untuk kepentingan pribadi.139

138 Hasil wawancara dengan Bapak Jamaslin James Purba selaku kurator yang berdomisili di Jakarta, tanggal 11 Agustus 2019.

139 Hasil wawancara dengan Bapak Nurdin Sipayung selaku kurator yang berdomisili di Medan, tanggal 21 Agustus 2019.

BAB IV

KEDUDUKAN NEGARA SEBAGAI KREDITOR PREFEREN PASCA PUTUSAN MK NOMOR 67/PUU-XI/2013

A. Kreditor Preferen dalam Kepailitan Berdasarkan UU Kepailitan dan Putusan MK

1. Klasifikasi Kreditor dalam Kepailitan

Kepailitan merupakan suatu upaya hukum yang dilakukan baik oleh debitor maupun kreditor dengan maksud untuk menyelesaikan permasalahan utang piutang antara kreditor dengan debitor. Sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan yang menyatakan bahwa debitor telah pailit atau disebut juga dengan Debitor Pailit, maka Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit.140

Permohonan pailit ini selanjutnya diajukan ke Pengadilan Niaga dimana perusahaan tersebut berada. Permohonan ini harus memenuhi syarat seperti pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan. Sehingga dengan adanya lembaga kepailitan ini diharapakan dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan pihak kreditor yang memaksa dengan berbagai cara agar debitor membayar utangnya. Dengan adanya upaya hukum kepailitan memungkinkan debitor membayar utang-utangnya itu secara tertib dan adil yaitu:

a. Dengan dilakukannya penjualan atas harta pailit yang ada yakni seluruh harta kekayaan yang tersisa dari debitor

140 Syamsudin M. Sinaga., Op.Cit., hal. 5.

b. Membagi hasil penjualan harta pailit tersebut kepada sekalian kreditor yang telah diperiksa sebagai kreditor yang sah masing-masing sesuai dengan:

1) Hak prefrensinya; dan

2) Proporsional dengan hak tagihnya dibandingkan dengan besarnya tagihan kreditor konkuren lainnya.141

Terdapatnya jumlah kreditor lebih dari satu tersebut sehingga pada saat akan dilakukan pembagian dari harta debitor tersebut, kurator akan melakukan rapat kreditor yang salah satu tujuan rapat ini untuk menentukan kedudukan para kreditor.

Debitor pailit yang memiliki lebih dari seorang kreditor dan diantara kreditor tersebut terdapat satu atau lebih kreditor yang merupakan kreditor preferen, maka perlu diatur oleh hukum cara membagi hasil penjualan aset debitor diantara para kreditor tersebut.

Cara pembagian itu diatur dalam hukum kepailitan (Bankruptcy law atau Insolvency law).142 Sehingga para kreditor tidak ada yang merasa dicurangi dan hak mereka

untuk mendapat pembayaran utang dari si debitor dapat dilaksanakan.

Terkait dengan adanya beberapa kreditor dalam perusahaan pailit, KUH Perdata mengatur tentang hak dan kedudukan masing-masing kreditor. Pasal 1132 KUH Perdata menyatakan bahwa:

“harta kekayaan debitor menjadi agunan bersama-sama bagi semua kreditornya hasil penjualan harta kekayaan itu dibagi-bagi menurut kesimbangan, yaitu menurut perbandingan besar-kecilnya tagihan masing-masing kreditor, kecuali

141 Rahayu Hartini, Op,Cit, hal 22

142 Sutan Remy Sjahdeini, Op, Cit, hal 9

83

apabila di antara para kreditor itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan dari pada kreditor lainnya”.

Pasal ini mengisyaratkan bahwa setiap kreditor memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditor lainnya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan daripada kreditor-kreditor lainnya.

Pembagian hasil penjualan harta pailit dilakukan berdasarkan urutan prioritas, dimana kreditor yang kedudukannya lebih tinggi mendapatkan pembagian lebih dahulu dari kreditor lain yang kedudukannya lebih rendah , dan antara kreditor yang memiliki tingkatan yang sama memperoleh pembayaran dengan asas prorata (pari passu prorata parte).143 Berkaitan dengan kedudukan kreditor, dasar hukum kedudukan dalam kepailitan diatur dalam KUH Perdata dan UU Kepailitan, yaitu sebagai berikut:

a. Kreditor Separatis

Berdasarkan Pasal 1134 ayat (2) KUH Perdata, kreditor separatis sebagai kreditor pemegang jaminan kebendaan yaitu gadai dan hipotek yang dapat bertindak sendiri. Golongan kreditor ini tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit Debitor, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dijalankan seperti tidak ada kepailitan

143 Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan, , Kreditor

Preferen Dalam Pajak, Apakah Sama Dalam Versi Kepailitan?, diakses dari

https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/19557-kreditor-preferen-dalam-pajak,-apakah-sama-dalam-versi-kepailitan, diakses pada 12 September 2019.

Debitor.144 Kreditor golongan ini dapat menjual sendiri barang-barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Berdasarkan hasil penjualan tersebut, mereka mengambil sebesar piutangnya, sedangkan kalau ada sisanya disetorkan ke kas kurator sebagai boedel pailit. Sebaliknya bila hasil penjualan tersebut ternyata tidak mencukupi, kreditor tersebut untuk tagihan yang belum terbayar dapat memasukkan kekurangannya sebagai kreditor bersaing (concurrent).145

Berdasarkan UU Kepailitan, kreditor separatis diatur pada Pasal 55 ayat (1) UU Kepailitan yang menyebutkan setiap kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Meskipun ketentuan Pasal 55 ayat (1) UU Kepailitan memberikan kedudukan istimewa namun Pasal 56 UU Kepailitan menentukan hak eksekusi tersebut dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan debitor pailit atau kurator, ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan pailit diucapkan.146

Penjelasan dari Pasal 56 ayat (1) UU Kepailitan mengemukakan bahwa penangguhan yang dimaksud dalam pasal tersebut memiliki tujuan, antara lain :

1) Untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian, atau 2) Untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit atau

144 Imran Nating, “Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan pemberesan Harta Pailit”, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 48.

145 Erman Rajagukguk, “Latar Belakang dan Ruang Lingkup UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan”, dalam Rudy A. Lontoh (ed), Penyelesaian Utang Piutang, (Bandung: Alumni,2001), hal.

192-193.

146 Sunarmi, Op, Cit, hal 174.

85

3) Untuk memungkinkan kurator melaksanakan tugasnya secara optimal.147 Hal ini mengarahkan bahwa walupun terjadinya pertentangan antara Pasal 55 dan 56a UU Kepailitan, namun tujuannya dilakukan penangguhan atas jaminan kreditor tersebut adalah agar dalam hal pengurusan harta debitor pailit dapat dilaksanakan dengan baik dan tertib. Terkait dengan jaminan yang dilakukan penangguhan, di Indonesia mengenal 4 sisitem jaminan, yakni:148

a) Gadai

Pengertian gadai menurut Pasal 1150 KUH Perdata, yakni suatu hak yang diperoleh seorang kreditor atas suatu barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan kepadanya oleh debitor atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditor untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditor-kreditor lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biayabiaya mana harus didahulukan. Dalam sistem jaminan gadai ini, seorang pemberi gadai (debitor) wajib melepasakan penguasaan atas benda yang akan dijaminkan tersebut kepada penerima gadai (kreditor).

147 Sutan Remy Sjahdeini, Op, Cit, hal 284

148 Andhika Mopeng, “Hak-Hak Kebendaan Yang Bersifat Jaminan Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata”, Lex Privatum, Vol. V, No.9, 2017., hal.94.

b) Hipotek

Hipotek merupakan suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan yang diatur dalam Pasal 1162 KUH Perdata. Begitu juga menurut ketentuan pada Pasal 314 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang berlaku untuk kapal laut yang memiliki ukuran minimal dua puluh meter kubik (20m3) dan sudah didaftar di Syahbandar Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Departemen Perhubungan, sehingga memiliki kebangsaan sebagai kapal Indonesia dan diperlakukan sebagai benda tidak bergerak. Sedangkan yang tidak terdaftar dianggap sebagai benda bergerak, sehingga berlaku ketentuan Pasal 1977 KUH Perdata.

c) Hak Tanggungan

Hak tanggungan ini diatur dalam Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah berserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang merupakan jaminan atas hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang melekat di atas tanah.

d) Jaminan Fidusia

Jaminan ini diatur secara tegas pada Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal 3 Undang-undang Jaminan Fidusia, menetapkan bahwa jaminan fidusia tidak berlaku terhadap:

(1) Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan

87

jaminan atas bendabenda tersebut wajib didaftar. Namun demikian bangunan di atas tanah milik orang lain yang tidak dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dapat dijadikan objek Jaminan Fidusia;

(2) Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20m3 atau lebih;

(3) Hipotek atas pesawat terbang; dan

(4) Gadai dalam hal ini memperlihatkan bahwa jaminan fidusia meliputi seluruh kebendaan yang tidak dapat dijaminkan dengan tiga jenis jaminan kebendaan tersebut diatas. Sehingga antara fidusia dan hak tanggungan, hipotek, dan gadai tidak akan terjadi saling bersinggungan karena masing-masing memiliki aturan sendiri.

b. Kreditor Prefren

Kreditor yang karena sifat piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan mendapat hak untuk memperoleh pelunasan lebih dahulu dari penjualan harta pailit.

Kreditor istimewa berada di bawah pemegang hak tanggungan dan gadai. Pasal 1133 KUH Perdata mengatakan bahwa hak untuk didahulukan diantara orang-orang berpiutang terbit dari hak istimewa dari gadai dan hipotek. Dijelaskan lebih lanjut maksud dari hak istimewa dalam Pasal 1134 KUH Perdata adalah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.

Gadai dan hipotek adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hal-hal dimana oleh undang-undang ditentukan sebaliknya.

Kreditor Preferen terdiri dari kreditor preferen khusus dan umum. Kreditor preferen khusus yakni piutang-piutang yang didahulukan atas barang-barang tertentu tertera dalam Pasal 1139 KUH Perdata yaitu:

1) biaya perkara yang semata-mata timbul dari penjualan barang bergerak atau barang tak bergerak sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan. Biaya ini dibayar dengan hasil penjualan barang tersebut, lebih dahulu daripada segala utang lain yang mempunyai hak didahulukan, bahkan lebih dahulu daripada gadai hipotek;

2) uang sewa barang tetap, biaya perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa serta segala sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan perjanjian sewa penyewa itu dibayar;

3) biaya untuk menyelamatkan suatu barang;

4) biaya pengerjaan suatu barang yang masih harus dibayar kepada pekerjanya;

5) apa yang diserahkan kepada seorang tamu rumah penginapan oleh pengusaha rumah penginapan sebagai pengusaha rumah penginapan;

6) upah pengangkutan dan biaya tambahan lain;

7) apa yang masih harus dibayar kepada seorang tukang batu, tukang kayu dan tukang lain karena pembangunan, penambahan dan perbaikan barang-barang tak bergerak, asalkan piutang itu tidak lebih lama dari tiga tahun, dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap ada pada si debitor;

8) penggantian dan pembayaran yang dipikul oleh pegawai yang memangku jabatan umum karena kelalaian, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya.

Kreditor preferen umum menyatakan piutang-piutang atas segala barang bergerak dan barang tak bergerak pada umumnya adalah yang disebut di bawah ini, dan ditagih menurut urutan sesuai Pasal 1149 KUH Perdata, yakni:

a) biaya perkara yang semata-mata timbul dari penjualan barang sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan penyelamatan harta benda; ini didahulukan daripada gadai dan hipotek;

89

b) biaya penguburan, tanpa mengurangi wewenang Hakim untuk menguranginya, bila biaya itu berlebihan;

c) segala biaya pengobatan terakhir;

d) upah para buruh dari tahun yang lampau dan apa yang masih harus dibayar untuk tahun berjalan, serta jumlah kenaikan upah menurut Pasal 160 cq; jumlah pengeluaran buruh yang dikeluarkan/dilakukan untuk majikan; jumlah yang masih harus dibayar oleh majikan kepada buruh berdasarkan Pasal 1602 v alinea keempat Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini atau Pasal 7 ayat (3) Peraturan Perburuhan Di Perusahaan Perkebunan; jumlah yang masih harus dibayar oleh majikan pada akhir hubungan kerja berdasarkan Pasal 1603 s bis kepada buruh; jumlah yang masih harus dibayar majikan kepada keluarga seorang buruh karena kematian buruh tersebut berdasarkan Pasal 13 ayat (4) Peraturan Perburuhan Di Perusahaan Perkebunan; apa yang berdasarkan Peraturan Kecelakaan 1939 atau Peraturan Kecelakaan Anak Buah Kapal 1940 masih harus dibayar kepada buruh atau anak buah kapal itu atau ahli waris mereka beserta tagihan utang berdasarkan Peraturan tentang Pemulangan Buruh yang diterima atau dikerahkan di luar Negeri;149 e) piutang karena penyerahan bahan-bahan makanan, yang dilakukan

kepada debitor dan keluarganya selama enam bulan terakhir;

f) piutang para pengusaha sekolah berasrama untuk tahun terakhir;

g) piutang anak-anak yang masih di bawah umur atau dalam pengampuan wali atau pengampuan mereka berkenaan dengan pengurusan mereka, sejauh hal itu tidak dapat ditagih dari hipotek-hipotek atau jaminan lain yang harus diadakan menurut Bab 15 Buku Pertama Kitab Undang-undang Hukum Perdata ini, demikian pula tunjangan untuk pemeliharaan dan pendidikan yang masih harus dibayar oleh para orangtua untuk anak-anak sah mereka yang masih di bawah umur.

Adapun ketentuan lain juga ditegaskan pada:

(1) Pasal 1137 KUH Perdata

(2) Pasal 21 ayat (1) Undang-undang 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan (KUP), yang menyebutkan negara mempunyai hak mendahului untuk tagihan pajak atas barang-barang milik penanggung pajak.

149 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 46 K/PDT/2014, Piutang-Piutang Atas Segala Barang Bergerak dan Barang Tak Bergerak, hal. 5

Ketentuan tentang hak mendahului sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) UU KUP meliputi pokok pajak, bunga, dengan, administrasi, kenaikan, dan biaya penagihan.150 Artinya dalam kreditor preferen ini, hak mereka didahulukan dibanding dengan kreditor lainnya, sehingga kreditor ini mendapat pembayaran didahulukan.

c. Kreditor Konkuren

Dikenal juga dengan istilah kreditor bersaing. Kreditor konkuren memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, setelah

Dikenal juga dengan istilah kreditor bersaing. Kreditor konkuren memiliki kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, setelah