• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Kinerja Pamong Belajar

Berdasarkan skor pada setiap sub peubah pada kinerja Pamong Belajar dalam pembinaan pengrajin industri kecil (Tabel 22) dapat diurutkan kategorinya dari yang tertinggi ke yang terendah adalah sebagai berikut: pembentukan kemandirian dan keberlanjutan usaha industri kecil berkategori sedang (skor = 2,50), diikuti oleh pelaporan, dan tindak lanjut kegiatan pembinaan industri kecil berkategori sedang (skor = 2,45), penyusunan desain kegiatan pembinaan industri kecil dan pembentukan kelembagaan ekonomi industri kecil keduanya berkategori sedang (skor = 2,12), penumbuhan jejaring dan kemitraan usaha industri kecil berkategori rendah (skor = 1,90), dan penumbuhan dan pengembangan produk industri kecil berkategori rendah (skor = 1,87). Rata-rata kinerja Pamong Belajar dalam pembinaan pengrajin industri kecil adalah berkategori sedang (skor = 2,16).

Tabel 22. Sebaran Kinerja Pamong Belajar dalam Pembinaan Pengrajin Industri Kecil (N=124)

Sub Peubah Gradasi N % Skor Kategori

Y2.1. Penyusunan Desain Kegiatan Pembinaan Industri Kecil Tidak Pernah 33 27.0 2,12 Sedang Kadang-kadang 52 41.7 Sering 30 23.8 Selalu 9 7.5 Y2.2. Penumbuhan dan

Pengembangan Produk Industri Kecil Tidak Pernah 44 35.1 1,87 Rendah Kadang-kadang 57 46.2 Sering 18 15.0 Selalu 5 3.7 Y2.3. Penumbuhan Jejaring dan

Kemitraan Usaha Industri Kecil Tidak Pernah 41 32.9 1,90 Rendah Kadang-kadang 59 47.2 Sering 20 16.2 Selalu 4 3.6 Y2.4. Pembentukan Kelembagaan

Ekonomi Industri Kecil

Tidak Pernah 32 25.7

2,12 Sedang Kadang-kadang 53 43.3

Sering 31 24.9 Selalu 8 6.2 Y2.5. Pembentukan Kemandirian

dan Keberlanjutan Usaha Industri Kecil Tidak Pernah 13 10.3 2,50 Sedang Kadang-kadang 48 38.9 Sering 51 40.8 Selalu 12 10.0 Y2.6. Evaluasi, Pelaporan, dan

Tindak Lanjut Kegiatan Pembinaan Industri Kecil

Tidak Pernah 23 18.8

2,45 Sedang Kadang-kadang 41 33.3

Sering 40 32.0 Selalu 20 15.9

Kinerja Pamong Belajar dalam Pembinaan Pengrajin Industri Kecil 2,16 Sedang

Keterangan :

Selang Skor : 1,00 - 4,00

Berdasarkan urutan skor di atas, kinerja Pamong Belajar dalam penumbuhan dan pengembangan produk industri kecil adalah berkategori rendah dan mempunyai skor paling rendah (skor = 1,87). Terkait dengan itu, pendapat responden Pamong Belajar tentang penumbuhan dan pengembangan produk industri kecil, dominan adalah gradasi kadang-kadang (59 orang = 47.2%), diikuti gradasi tidak pernah (41 orang = 32.9%), gradasi sering (20 orang = 16.2%), dan gradasi selalu (4 orang = 3.6%). Kondisi ini sejalan dengan hasil in-depth interview

dengan beberapa orang Pamong Belajar yang menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai keahlian dalam pembinaan yang berkaitan dengan kualitas produk karena sebagian besar mereka tidak berasal dari latar belakang pendidikan vokasional, lagi pula jenis produk industri kecil beragam dan Pamong Belajar sebenarnya tidak dipersiapkan untuk menjadi instruktur teknis utama dalam proses produksi barang tertentu. Faktor lain yang menghambat adalah terbatasnya waktu dan anggaran yang tersedia.

Kinerja Pamong Belajar dalam penumbuhan jejaring dan kemitraan usaha industri kecil juga berkategori rendah dan merupakan urutan kedua skor terendah (skor = 1,90). Sebagaimana terlihat pada Tabel 22, pendapat responden Pamong Belajar tentang penumbuhan jejaring dan kemitraan usaha industri kecil, dominan adalah gradasi kadang-kadang (59 orang = 47,2%), diikuti gradasi tidak pernah (41 orang = 32,9 %), gradasi sering (20 orang = 16,2%), dan gradasi selalu (4 orang = 3,6%). Berdasarkan hasil pengamatan dan in-depth interview di lapangan diperoleh informasi bahwa Pamong Belajar tidak mempunyai keahlian dan wawasan yang cukup dalam membantu pengrajin industri kecil untuk membangun kemitraan dan jaringan usaha. Kendalanya adalah terbatasnya waktu Pamong Belajar dan anggaran yang tersedia di SKB untuk membentuk sebuah mitra yang baik dalam memajukan industri kecil, baik sebagai bapak angkat dalam permodalan, pemasaran, maupun pembinaan teknis. Disamping itu, Pamong Belajar mengaku belum mempunyai pengalaman pengalaman langsung yang dapat digunakan sebagai bekal dalam koordinasi, negosisasi, dan fasilitasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan usaha atau industri kecil.

Terbatasnya kemampuan Pamong Belajar dalam membantu pengrajin industri kecil untuk membangun kemitraan dan jaringan usaha disebabkan oleh latar belakang akademis yang tidak sesuai dengan tugas yang diemban seorang Pamong Belajar, kurangnya pendidikan dan pelatihan teknis Pamong Belajar tentang public relation, komunikasi bisnis, dan berbagai pendekatan (approach)

dalam membangun usaha. Solusi yang pernah dicoba adalah mengajak warga belajar binaan (pengrajin) untuk ikut mempromosikan produknya pada bebagai kesempatan di pameran atau even-even tertentu. Namun kesempatan ini jarang terjadi karena tebatasnya waktu dan biaya yang tersedia di SKB.

Kondisi di atas sejalan dengan pendapat Romiszowsky (Suciati dan Irawan, 2001:50) yang menyatakan bahwa kinerja (performance) yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar diri seseorang. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan dengan kondisi sebagai berikut: (1) belum menguasai pengetahuan/keterampilan tersebut, (2) sifat atau struktur tugas yang sulit atau tidak menyenangkan, (3) konsekuensi negatif pelaksanaan suatu tugas, dan (4) jarang berlatih menggunakan keterampilan tersebut.

Namun demikian, Firdausy (1997:73) mengemukakan beberapa langkah

yang dapat dilakukan dalam pengembangan perekonomian rakyat, yaitu: (1) memberikan dorongan untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang tidak hanya

untuk kepentingan konsumsi sendiri, tetapi juga untuk peningkatan pendapatan masyarakat itu sendiri (income generating program), (2) memberikan akses terhadap pasar dan fasilitas pemasaran (seperti pasar tradisional dan modern), (3) memberikan akses kepada fasilitas pembiayaan (bank dan lembaga keuangan lain), (4) membangun kerjasama ekonomi baik berupa koperasi maupun kemitraan, dan (5) akses terhadap fasilitas non ekonomi seperti pendidikan, kesehatan, dan legalitas usaha. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan dan latihan kewirausahaan dan bimbingan manajerial sampai mereka dapat berusaha secara mandiri.

Sebagai sebuah kegiatan pembinaan masyarakat maka beberapa pendekatan penyuluhan dapat digunakan oleh Pamong Belajar dalam pembinaan industri kecil. Lippitt etal. (1958:91–122) mengemukakan beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam penyuluhan, yakni: diagnosa masalah klien, motivasi klien, pemilihan alternatif, memilih peran yang sesuai, memelihara hubungan dengan klien, mengarahkan perubahan, dan memilih teknik yang khas sesuai perilaku klien.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka salah satu solusi yang mungkin bisa diambil untuk mengatasi rendahnya kinerja Pamong Belajar dalam pembentukan kelembagaan ekonomi, penumbuhan jejaring dan kemitraan usaha industri kecil adalah dengan membangun kemitran dalam pembinaan bersama pengusaha yang telah berhasil pada bidang usaha tertentu atau mendatangkan tenaga ahli dari lembaga teknis terkait sebagai instruktur program. Persoalan

anggaran mungkin dapat diatasi jika Pamong Belajar dapat melakaukan pendekatan dengan berbagai pihak dengan azas saling menguntungkan. Di samping sebagai instruktur, pengusaha bisa berperan sebagai pemasok bahan baku dan sekaligus pengumpul, bahkan dengan relasi yang sudah terbangun sebelumnya, pengusaha dapat membantu pengrajin dalam menfasilitasi ke pihak perbankan dan organisasi bisnis lainnya.

Meskipun kinerja Pamong Belajar dalam hal pembentukan kemandirian dan keberlanjutan usaha industri kecil berada pada kategori sedang namun mempunyai skor tertinggi (skor = 2,50). Hal ini disebabkan Pamong Belajar sering memberikan motivasi dan dorongan kepada kelompok sasaran industri kecil untuk memanfaatkan sumber daya lokal semaksimal mungkin, baik bahan baku maupun tenaga kerja, kemudian memberikan arahan untuk menjaga ketertarikan konsumen lokal terlebih dahulu sebelum menerobos pasar luar provinsi atau ekspor, serta mendorong kelompok sasaran untuk selalu belajar dengan sesama pengusaha dalam mengatasi persoalan yang ada tanpa selalu didampingi oleh pihak pemerintah.

Meskipun berkategori sedang, kinerja Pamong Belajar dalam hal pelaporan dan tindak lanjut kegiatan pembinaan industri kecil adalah aspek kedua yang mempunyai skor tertinggi (skor = 2,45) dibandingkan aspek lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di SKB, Pamong Belajar selalu membuat laporan kegiatan dan laporan keuangan setelah program selesai dilaksanakan. Hal ini terkait dengan terkait dengan proses administrasi atau pertanggungjawaban program, sekaligus menjadi tolok ukur utama bagi pemerintah dalam menilai keberhasilan sebuah program, meskipun kondisi di lapangan tidak sebaik yang dilaporkan. Sebagai bukti fisik, Pamong Belajar wajib menyusun sebuah sistem evaluasi program, rencana tindak lanjut, dan bebagai data base tentang kelompok sasaran dan instansi terkait. Kegiatan ini merupakan tugas wajib Pamong Belajar, karena itu Pamong Belajar menyatakan bahwa kegiatan pelaporan dan tindak lanjut kegiatan selalu mereka lakukan di akhir kegiatan pembinaan industri kecil.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Pamong Belajar

Pada Tabel 23 disajikan besanya hasil uji korelasi antara peubah kinerja Pamong Belajar dengan peubah lainnya. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut secara berurutan nilai koefisien korelasi antara kinerja Pamong Belajar dengan

faktor lain adalah sebagai berikut: (1) kompetensi Pamong Belajar berhubungan

dengan kinerja Pamong Belajar dengan nilai koefisien sebesar 0,639; (2) lingkungan Pamong Belajar berhubungan dengan kinerja Pamong Belajar

dengan nilai koefisien sebesar 0,371; (3) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan kinerja Pamong Belajar dengan nilai koefisien sebesar 0,334; (4) pengembangan diri Pamong Belajar berhubungan dengan kinerja Pamong Belajar dengan nilai koefisien sebesar 0,265; dan (5) kekosmopolitan Pamong Belajar Pamong Belajar berhubungan dengan kinerja Pamong Belajar dengan nilai koefisien sebesar 0,197. Peubah yang mempunyai hubungan dengan nilai koefisien kecil terjadi antara kinerja Pamong Belajar dengan karakteristik individu Pamong Belajar (masa kerja, jenjang kepangkatan, pendidikan formal, umur, dan kursus).

Besarnya nilai hubungan antara peubah kinerja Pamong Belajar dengan peubah atau sub peubah lainnya secara berurutan ditandai dengan angka yang terdapat pada kolom s pada Tabel 23. Hasil perhitungan korelasi lengkap dengan Program SPSS versi 13.0 dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3.

Tabel 23. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Pamong Belajar dalam Pembinaan Industri Kecil (N=124)

Peubah/Sub Peubah Kinerja

r s Umur .127 6 Masa Kerja .062 9 Jenjang Kepangkatan .107 7 Pendidikan Formal .042 10 Kursus .124 8 Kekosmopolitan .197 5

Pendidikan dan Pelatihan .334 3

Pengembangan Diri .265 4

Lingkungan .371 2

Kompetensi .639 1

r = Nilai koefisien korelasi s = Ranking

Sebagaimana terlihat pada Tabel 23, faktor-faktor yang berhubungan dengan kompetensi juga berhubungan dengan kinerja. Artinya antara kinerja dan kompetensi adalah hal yang sejalan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apabila kompetensi baik, maka kinerja pun menjadi lebih baik. Namun demikian kinerja tidak satu-satunya faktor yang berhubungan nyata dengan kompetensi tetapi berhubungan juga dengan berbagai kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi oleh lingkungan eksternal Pamong Belajar itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Gilley dan Eggland (1989) bahwa kinerja seseorang memiliki kaitan dengan

kebutuhan, baik kebutuhan dasar (basic needs) maupun kebutuhan sekunder

(psychological dan sosiological needs). Terpenuhi dan seimbangnya ketiga kebutuhan ini akan mendorong terjadinya kualitas sumber daya manusia yang baik yang ditunjukkan dengan kinerja yang tinggi.

Sejalan dengan itu, Padmowihardjo (1994:12); Rivai dan Basri (2005:14-15) mengatakan bahwa kinerja adalah pencapaian atau tingkat keberhasilan semua hasil kerja yang dituntut oleh karyawan atau petugas yang berkaitan dengan jabatan atau tugas pekerjaannya dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu atau yang sudah disepakati bersama. Pencapaian kinerja seorang pejabat atau petugas akan menjadi ukuran tinggi atau rendahnya prestasi kerja pejabat tersebut dalam melaksanakan tugas pekerjaannya

Berkaitan dengan kinerja karyawan pada instansi pemerintah, dalam hal ini adalah Sanggar Kegiatan Belajar, Hodgets (Azizy, 2007:121-122) menjelaskan bahwa ada empat hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) standar kinerja, yaitu peristiwa atau kriteria apa yang dapat memberikan bukti yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan tingkat kepuasan yan diinginkan, (2) pengukuran kinerja, yaitu informasi apa saja yang dibutuhkan untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang ditetapkan, (3) evaluasi kinerja, yaitu bagaimana kinerja aktual diukur dengan standar yang menghasilkan perbedaan, dan (4) koreksi dan perbaikan kinerja, yaitu apa yang harus dilakukan agar hasil pekerjaan itu dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.

Untuk menghasilkan kinerja yang tinggi seyogyanya berbagai faktor yang saling terkait tersebut dapat dioptimalkan oleh seorang Pamong Belajar dalam peberdayaan industri kecil. Beberapa aspek pada karakteristik individu relatif sulit diubah meskipun ada beberapa faktor yang dapat ditingkatkan misalnya kursus dan kekosmopolitan, namun hal tersebut juga tetap melalui pendidikan dan pelatihan serta pengembangan diri. Umur, masa kerja, dan jenjang kepangkatan tidak berhubungan nyata dengan kinerja Pamong Belajar dalam pembinaan industri kecil. Artinya proses rekrutmen berdasarkan strata pendidikan yang dilakukan selama ini sudah dapat dikatakan benar karena minimal berasal dari pendidikan S1, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian latar belakang akademik dengan Jabatan Fungsional Pamong Belajar yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan kegiatan pembinaan ekonomi masyarakat atau pengrajin industri kecil.

Agar kinerja Pamong Belajar lebih optimal, maka faktor pendidikan dan pelatihan teknis (in job training) melalui magang, kursus, pengembangan diri yang lebih terbuka, dan dukungan lingkungan organisasi yang lebih luas perlu dipacu karena faktor-faktor tersebut berhubungan dengan kompetensi Pamong Belajar dan pada gilirannya kompetensi tersebut berhubungan pula dengan kinerja.

Persepsi Pengrajin Industri Kecil terhadap