• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Tabel 11 tentang data karakteristik industri kecil berdasarkan profil usaha pada 51 responden diketahui bahwa jenis usaha kecil yang dominan yang dibina oleh Pamong Belajar adalah usaha industri pangan yakni sebanyak 22 unit (43,1%), diikuti industri alat rumah tangga sebanyak 11 unit (21,6%), industri sandang sebanyak 10 unit (19,6%), dan jasa sebanyak delapan unit (15,7%). Nilai aset yang dimiliki industri kecil ini dominan tergolong kecil yakni dengan nilai aset di bawah Rp. 50 juta sebanyak 45 unit (88,2%), diikuti dengan golongan sedang yakni

dengan nilai aset Rp 50-100 juta sebanyak tiga unit (5,9%), dan golongan besar yakni dengan nilai aset lebih dari Rp.100 juta sebanyak tiga unit (5,9%).

Omset per bulan industri kecil yang dibina Pamong Belajar dominan tergolong kecil yakni dengan nilai di bawah Rp 25 juta per bulan sebanyak 44 unit (86,3%), diikuti golongan sedang dengan nilai omset per bulan berkisar Rp. 25-50 juta sebanyak enam unit (11,7%), dan yang beromset besar atau di atas Rp 50 juta per bulan sebanyak satu unit (2,0%). Dengan demikian keuntungan yang diperoleh umumnya juga dominan tegolong kecil yakni di bawah Rp 2 juta sebanyak 37 unit (72,5%), diikuti golongan sedang atau berkisar Rp 2-5 juta per bulan sebanyak 11 unit (21,6%), dan golongan besar atau di atas Rp 5 juta per bulan sebanyak tiga unit (5,9%).

Tabel 11. Profil Usaha Pengrajin Industri Kecil Binaan Pamong Belajar (n=51)

Sub Peubah Kategori n %

Jenis Usaha Industri Pangan dan Obat-obatan 22 43,1 Industri Sandang dan Souvenir 10 19,6 Industri Alat Rumah Tangga 11 21,6

Industri Jasa 8 15,7

Nilai Aset Usaha Kecil ( < 50 juta ) 45 88,2

Sedang (> 50 -100 juta ) 3 5,9

Besar ( >100 juta ) 3 5,9

Omset per Bulan Kecil ( < 25 juta ) 44 86,3

Sedang ( > 25-50 juta ) 6 11,7

Besar ( > 50 juta ) 1 2,0

Keuntungan Rata-rata per Bulan Kecil ( < 2 juta ) 37 72,5 Sedang ( > 2-5 juta ) 11 21,6

Besar ( >5 juta ) 3 5,9

Jumlah Karyawan Kecil ( < 5 orang ) 46 90,2

Sedang ( > 5-10 orang ) 4 7,8

Besar ( > 10 orang ) 1 2,0

Lamanya Berdiri Baru ( < 3 tahun ) 44 86,3

Sedang ( > 3-10 tahun ) 6 11,7

Lama ( < 10 tahun ) 1 2,0

Jenis Utama Bahan Baku Bahan pangan, dan obat-obatan 28 54,9 Plastik, kayu, kain, dan kulit 23 45,1 Bahan logam dan tanah liat 0 0,0 Daerah Utama Asal Bahan Baku Dalam Kabupaten 26 51,0

Dalam Provinsi 22 43,1

Luar Provinsi 3 5,9

Tujuan Utama Daerah Pemasaran

Dekat (Dalam Kabupaten) 33 64,7 Sedang (Dalam Provinsi) 8 15,7

Jauh (Luar Provinsi) 10 19,6

Tenaga kerja yang dipekerjakan pada industri kecil ini umumnya tergolong kecil yakni kurang dari lima orang sebanyak 46 unit (90,2%), diikuti dengan pekerja yang berjumlah 5-10 orang sebanyak empat unit (7,8%), dan dengan pekerja lebih

dari 10 orang sebanyak satu unit (2,0%). Pemilik yang merangkap pekerja juga dihitung sebagai pekerja pada industri kecil tersebut. Pada umumnya industri kecil ini juga tergolong baru yaitu berdiri sekitar tiga tahun yakni sebanyak 44 unit (86,3%), dikuti dengan yang berdiri sekitar 3-10 tahun sebanyak enam unit (11,7%), dan yang berdiri lebih dari 10 tahun sebanyak 1 satu unit (2,0%). Bahan baku yang dominan digunakan oleh industri kecil ini adalah bahan pangan dan obat-obatan yakni sebanyak 28 unit (54,9%), diikuti bahan plastik, kayu, kain, dan kulit sebanyak 23 unit (45,1%), dan tidak ada industri kecil yang berbahan baku dari logam atau tanah liat (0,0%).

Daerah utama asal bahan baku dominan berasal dari daerah lokal atau dari dalam daerah kabupaten atau kota sendiri yakni sebanyak 26 unit (51,0%), diikuti dengan industri kecil yang mendatangkan bahan baku dari daerah luar kabupaten dalam provinsi sebanyak 22 unit (43,1%), dan yang mendatangkan bahan baku dari luar provinsi sebanyak tiga unit (5,9%). Bahan baku yang umumnya didatangkan dari luar provinsi yaitu dari Jakarta adalah bahan baku untuk aneka produk tekstil seperti bed cover, kasur santai, mukena, jilbab, dan lain-lain. Kondisi ini selalu rentan terhadap stabilitas pasokan bahan baku dan menjadi ancaman yang serius terhadap kelangsungan usaha apabila terjadi kelangkaan barang atau kenaikan harga. Tujuan utama daerah pemasaran sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan lokal dalam kabupaten/kota yakni sebanyak 33 unit (64,7%), diikuti untuk tujuan jauh atau di luar provinsi sebanyak 10 unit (19,6%), dan untuk kebutuhan dalam provinsi sebanyak delapan unit (15,7%). Produk industri kecil yang banyak dipasarkan ke luar provinsi bahkan ke luar negeri adalah produk makanan ringan seperti aneka keripik, mukena, jilbab, dan berbagai produk tekstil lainnya.

Berdasarkan deskripsi angka-angka di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik usaha industri kecil yang dibina oleh Pamong Belajar umumnya masih berskala kecil dan pada tingkat pemula dengan modal usaha yang juga masih terbatas. Demikian juga keuntungan rata-rata usaha mereka juga masih sangat terbatas. Artinya pendapatan mereka masih terbatas untuk pemenuhan kebutuhan primer dan dapat dikatakan belum mampu mengangkat keluarga mereka pada taraf hidup yang lebih sejahtera. Namun demikian beberapa produk makanan ringan dan tekstil yang punya prospek pasar ke luar provinsi dan luar negeri sangat memungkinkan untuk dikembangkan melalui peningkatan intensitas pembinaan oleh Pamong Belajar dan instansi terkait. Namun ancaman sekaligus tantangan yang cukup serius adalah masuknya dengan mudah barang-barang sejenis dari

Negeri China sebagai akibat dibukanya kebebasan perdagangan antara China dan Negara-negara Asean berdasarkan perjanjian Asean-China Free Trade Agreement

(ACFTA).

Kondisi industri kecil dengan karakteristik di atas merupakan fenomena umum di Indonesia. Menurut Basri (2002), industri kecil sebagai bagian dari usaha kecil dan menengah (UKM) mempunyai sifat: (1) menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), (2) permintaan terhadap perubahan pendapatan

(income elasticity of demand) yang relatif rendah, artinya peningkatan dan penurunan pendapatan masyarakat tidak berpengaruh terhadap permintaan barang, (3) mayoritas mengandalkan pada non-banking-financial dalam aspek pendanaan usaha, (4) melakukan spesialisasi produksi yang ketat, artinya hanya memproduksi barang tertentu saja disebabkan modal yang terbatas, (5) struktur pasar yang dihadapi adalah struktur pasar yang sempurna (banyak produsen dan banyak konsumen), sehingga mereka terbiasa dengan persaingan yang sangat ketat, dan (6) umumnya terbentuk disebabkan oleh banyaknya terjadi pengangguran dan pemutusan hubungan kerja di industri besar.

Dipilihnya industri kecil dengan karakteristik usaha seperti di atas menjadi kelompok binaan Pamong Belajar didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu: (1) kelompok usaha tersebut sangat jarang diperhatikan oleh pemerintah dan pihak terkait, biasanya pemerintah dan pihak ketiga lebih memperhatikan kelompok usaha yang sudah berjalan dengan baik, dan sudah punya legalitas usaha sehingga usahanya lebih bankable, dan melalui pajak yang ditarik dapat memberikan sumbangan langsung kepada pendapatan asli daerah (PAD), (2) pembinaan pada kelompok usaha skala mikro dan berada pada sektor informal seperti diatas tidak memerlukan penanganan yang sulit, dianggap sesuai dengan kemampuan Pamong Belajar, dan (3) dari segi aspek anggaran yang tersedia juga mampu dilaksanakan dan tidak memerlukan waktu pembinaan yang terlalu lama, dan adanya keberartian pembinaan yang diberikan oleh Pamong Belajar bagi kelompok sasaran.