• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pamong Belajar

Berdasarkan skor pada setiap sub peubah pada pelaksanaan diklat Pamong Belajar (Tabel 14) dapat diurutkan kategorinya dari yang tertinggi ke yang terendah adalah sebagai berikut: sistem evaluasi diklat berkategori sedang (skor = 2,89), narasumber diklat berkategori sedang (skor = 2,79), materi diklat berkategori sedang (skor = 2,63), metode diklat berkategori sedang (skor = 2,62), sarana prasarana diklat berkategori sedang (skor = 2,57), perencanaan diklat berkategori sedang (skor = 2,26), dan tindak lanjut diklat berkategori sedang (skor = 2,10). Rata-rata pelaksanaan diklat Pamong Belajar adalah berkategori sedang (skor = 2,55).

Berdasarkan urutan skor di atas, meskipun sub peubah tindak lanjut diklat berkategori sedang namun mempunyai skor paling rendah (skor = 2,10). Sebagaimana terlihat pada Tabel 14, pendapat responden Pamong Belajar tentang kegiatan tindak lanjut pasca diklat, dominan adalah gradasi kadang-kadang (71 orang = 57,5%), diikuti gradasi tidak pernah (24 orang = 19,0%), gradasi sering (22 orang =18,1%), dan gradasi selalu (7 orang = 5,4%). Berdasarkan hasil wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa Pamong Belajar tidak dapat menindaklanjuti hasil diklat karena terbatasnya anggaran dan sarana-prasarana yang tersedia di SKB. Ketika seorang Pamong Belajar berkeinginan mengimplementasikan hasil diklat yang telah diperolehnya dengan mewujudkannya dalam bentuk program kecakapan hidup (life skills), dukungan kurang diperoleh dari berbagai pihak. Program yang diutamakan adalah program yang lebih efisien dari aspek anggaran

dan lokasinya lebih dekat dengan kantor SKB. Kurangnya tindak lanjut diklat ini juga disebabkan belum adanya pengkajian bentuk tindak lanjut program pasca diklat yang seyogyannya dijelaskan dalam perencanaan diklat.

Tabel 14. Sebaran Pelaksanaan Diklat Pamong Belajar (N=124)

Sub Peubah Gradasi N % Skor Kategori

X2.1. Perencanaan Diklat Tidak Pernah 36 29.0 2,26 Sedang Kadang-kadang 35 28.4 Sering 38 30.4 Selalu 15 12.1 X2.2. Materi Diklat Tidak Sesuai 3 2.4 2,63 Sedang Kurang Sesuai 45 35.9 Sesuai 72 58.3 Sangat Sesuai 4 3.4 X2.3. Metode Diklat Tidak Sesuai 7 5.6 2,62 Sedang Kurang Sesuai 38 30.4 Sesuai 75 60.8 Sangat Sesuai 4 3.2 X2.4. Narasumber Diklat Sangat Rendah 6 4.7 2,79 Sedang Rendah 29 23.4 Sedang 74 60.1 Tinggi 15 11.8

X2.5. Sarana Prasarana Diklat

Sangat Kurang 13 10.3

2,57 Sedang

Kurang 36 28.7

Cukup 67 54.4

Sangat Cukup 8 6.6 X2.6. Sistem Evaluasi Diklat

Tidak Pernah 11 9.0

2,89 Sedang Kadang-kadang 36 29.2

Sering 32 25.8

Selalu 45 36.0

X2.7. Tindak Lanjut Diklat

Tidak Pernah 24 19.0

2,10 Sedang Kadang-kadang 71 57.5

Sering 22 18.1

Selalu 7 5.4

Pelaksanaan Diklat Pamong Belajar 2,55 Sedang

Keterangan :

Selang Skor : 1,00 - 4,00

Kategori Rendah = Skor 1,00 – 2,00; Sedang = Skor 2,01 – 3,00; dan Tinggi = Skor 3,01 – 4,00

Sub peubah yang mempunyai skor terendah kedua meskipun berkategori sedang adalah perencanaan diklat (skor = 2,26). Sebagaimana terlihat pada Tabel 14, pendapat responden Pamong Belajar tentang perencanaan diklat, dominan adalah bergradasi sering (38 orang = 30,4%), diikuti oleh gradasi tidak pernah (36 orang = 29,0%), gradasi kadang-kadang (35 orang = 28,4%), dan gradasi selalu (15 orang = 12,1%).

Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa perencanaan diklat belum dilakukan secara matang dengan melakukan need assesment terhadap kebutuhan pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi dan kinerja Pamong Belajar. Pamong Belajar merasa belum dilibatkan secara aktif dalam penyusunan perencanaan diklat yang mereka butuhkan dan kurang dimintai informasi oleh pihak terkait termasuk oleh penyelenggara diklat seperti jajaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi tentang kebutuhan pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat/ industri kecil.

Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa Pamong Belajar yang ditugaskan dalam kegiatan pemberdaayaan industri kecil penetapannya belum berdasarkan pertimbangan yang matang. Penetapanya dinilai atas kesukaan atau kesenangan Pamong Belajar dalam memilih program tertentu dan belum didasarkan atas latar belakang diklat yang pernah mereka ikuti atau belum disesuaikan dengan kompetensi yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan beberapa orang Pamong Belajar diperoleh informasi bahwa untuk memikul tanggung jawab sebagai pengelola program pembinaan industri kecil mereka merasa belum begitu siap karena belum mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang memadai. Kalaupun pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tertentu dalam pengembangan ekonomi masyarakat namun pendidikan dan pelatihan tersebut belum menyentuh ilmu dan pengetahuan yang berkaitan khusus dengan strategi pembinaan industri kecil, namun baru diberikan keterampilan teknis yang terbatas dalam proses produksi produk tertentu yang tidak mungkin bisa dikuasai dalam waktu yang relatif singkat. Keterampilan teknis yang diberikan untuk pengembangan produk tersebut hanya sesuai bagi calon instruktur teknis yang dapat ditunjuk sendiri oleh Pamong Belajar. Tugas utama Pamong Belajar bukanlah untuk menjadi instruktur teknis, melainkan sebagai pelaksana pendidikian nonformal, termasuk kegiatan pengembangan model, pembuatan percontohan, serta penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan nonformal.

Sub peubah diklat yang mempunyai skor tertinggi meskipun berkategori sedang adalah sistem evaluasi diklat (skor = 2,89). Sebagaimana terlihat pada Tabel 14, pendapat responden Pamong Belajar tentang sistem evaluasi diklat, dominan adalah bergradasi selalu (45 orang = 36,0%), diikuti gradasi kadang- kadang (36 orang = 29,2%), gradasi sering (32 orang = 25,6%), dan gradasi tidak pernah (9 orang = 11,0%). Hasil wawancara dengan Pamong Belajar membuktikan

bahwa mereka umumnya mengikuti diklat dengan baik dan hadir penuh waktu. Sebelum melakukan diklat panitia juga sering memberikan pretest dan memberikan

posttest setelah selesai diklat, kemudian meminta saran setelah diklat dilaksanakan, namun Pamong Belajar tidak mengetahui apakah hasil pretest,

posttest, dan kesan atau saran tersebut dianalisis oleh panitia diklat dengan baik untuk perbaikan diklat di masa berikutnya.

Pada setiap pelaksanaan diklat oleh instansi terkait, panitia pelaksana selalu memberikan sertifikat pelatihan kepada Pamong Belajar. Sertifikat tersebut umumnya mencantumkan materi yang diajarkan namun jarang mencantumkan nilai atau prestasi yang dicapai oleh seorang Pamong Belajar selama mereka mengikuti diklat yang bersangkutan. Tampaknya standar penilaian diklat tersebut kurang jelas tolok ukurnya dan ada kecenderungan proses penilaian hasil diklat atas perkiraan saja, belum didasarkan pada hasil posttest yang menunjukkan perpaduan hasil penilaian pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan demikian sedikit atau banyaknya sertifikat pelatihan yang diterima Pamong Belajar belumlah dapat dijadikan sebagai suatu tolok ukur yang pasti untuk menilai kompetensi Pamong Belajar dan pada gilirannya sulit pula dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam menetapkan job description Pamong Belajar.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pendidikan dan Pelatihan Pamong Belajar

Pada Tabel 15 disajikan besarnya hasil uji korelasi antara peubah pendidikan dan pelatihan dengan peubah lainnya. Berdasarkan hasil uji korelasi tersebut dapat diurutkan nilai koefisien dari yang terbesar ke yang lebih kecil, yaitu: (1) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan kompetensi Pamong Belajar dengan nilai koefisien sebesar 0,461; (2) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan pengembangan diri dengan nilai koefisien sebesar 0,428; (3) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan lingkungan dengan nilai koefisien sebesar 0,410; (4) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan kinerja dengan nilai koefisien sebesar 0,334; (5) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan kekosmopolitan dengan nilai koefisien sebesar 0,252, (6) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar

berhubungan dengan masa kerja dengan nilai koefisien sebesar -0,210; dan (7) pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar berhubungan dengan kursus dengan

Besarnya nilai koefisien hubungan antar peubah pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar dengan peubah atau sub peubah lainnya secara berurutan ditandai dengan angka yang terdapat pada kolom s pada Tabel 15. Hasil perhitungan korelasi lengkap dengan Program SPSS versi 13.0 dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3.

Hubungan yang negatif antara pendidikan dan pelatihan Pamong Belajar dengan masa kerja dapat diartikan bahwa semakin lama masa kerja Pamong Belajar maka semakin kurang pelatihan yang diikuti. Dengan kata lain pelatihan dan diklat yang diikuti umumnya didominasi oleh Pamong Belajar yang masa kerjanya lebih sedikit. Berdasarkan hasil wawancara (in-depth interview) di lapangan diperoleh informasi bahwa terdapat kecenderungan untuk mengirim Pamong Belajar yang lebih muda untuk mengikuti diklat karena umumnya yang lebih muda lebih bersemangat dalam bekerja dan mempunyai motivasi pengembangan diri yang lebih tinggi pula, sedangkan Pamong Belajar yang masa kerja lebih lama kurang bersemangat mengikuti diklat, bahkan sering menolak dengan alasan tertentu.

Tabel 15. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Diklat Pamong Belajar (N=124)

Peubah/Sub Peubah Pendidikan & Pelatihan

r s X1.1.Umur .014 9 X1.2.Masa Kerja -.210 6 X1.3.Jenjang Kepangkatan .137 8 X1.4. Pendidikan Formal .008 10 X1.5. Kursus .190 7 X1.6. Kekosmopolitan .252 5 X3. Pengembangan Diri .428 2 X4. Lingkungan .410 3 Y1. Kompetensi .461 1 Y2. Kinerja .334 4

r = Nilai koefisien korelasi s = Ranking

Menurut Gilley dan Eggland (1989:7), Hersey dan Blanchard (1990:78), Bernadin dan Russel (1993:297), dan Mangkuprawira dan Hubeis (2007:69), pendidikan (education) diartikan sebagai pembelajaran yang diberikan untuk meningkatkan kinerja seseorang pada sebuah pekerjaan di kemudian hari atau untuk memungkinkan seseorang akan menerima tanggung jawab dan atau tugas- tugas baru. Pelatihan (training) merupakan pembelajaran yang diberikan dalam pekerjaannya untuk meningkatkan kinerja pada pekerjaannya sekarang, bertujuan untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang

menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan pengembangan (development)

merupakan pembelajaran yang tidak terkait dengan pekerjaannya tetapi mempunyai pengaruh pada pekerjaannya di masa sekarang dan masa akan datang.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa orang Pamong Belajar di beberapa Sanggar Kegiatan Belajar, diperoleh informasi bahwa pendidikan dan pelatihan teknis yang berkaitan dengan pembinaan ekonomi masyarakat belumlah menjadi fokus perhatian pada beberapa institusi SKB dan jajaran yang terkait dengan proses pengembangan pendidik pendidikan nonformal. Anggaran untuk pengembangan sumberdaya Pamong Belajar sangat terbatas, baik yang ada pada pemerintah daerah maupun pada pemerintah pusat. Belum tampak perencanaan yang jelas oleh pihak terkait dalam upaya pengembangan sumberdaya Pamong Belajar, padahal kemampuan Pamong Belajar dinilai sangat terbatas dalam merencanakan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi program pembinaan pengrajin industri kecil. Diharapkan Pamong Belajar mampu mengkaji secara komprehensif masalah, kebutuhan, dan potensi yang ada pada kelompok sasaran, sehingga program yang muncul lebih efektif dan efisien dan dapat berhasil guna dalam pengembangan industri kecil di Provinsi Sumatera Barat.