• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYOAL ISOLEK SALEMAN DAN ISOLEK SAWAI DALAM KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

Erniati

Kantor Bahasa Maluku

Pos-el: erniatikemdikbud@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tentang hubungan kekerabatan isolek Saleman dan isolek Sawai yang dituturkan oleh masyarakat Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah. kedua isolek ini berada di wilayah yang sangat berdekatan sehingga memungkinkan adanya kekerabatan kosakata. Hal tersebut perlu dibuktikan dengan mendokumentasikan kedua isolek melalui penelitian kebahasaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode leksikostatistik yang bertujuan mendiskripsikan hubungan kekerabatan isolek Saleman dan isolek Sawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua isolek tersebut masih berkerabat dekat sebagai keluarga bahasa dengan persentase kekognatan 75% dengan jumlah kosakata berkerabat sebanyak 149 dari 200 kosakata dasar swadesh yang diperbandingkan. Sementara itu, waktu pisah antara dialek tersebut diperkirakan berpisah sekitar 682 tahun yang lalu.

Kata kunci: isolek Saleman, isolek Sawai, kosakata, kekerabatan, leksikostatistik

PENDAHULUAN

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 559 pulau dan dari sejumlah pulau tersebut, terdapat beberapa pulau yang tergolong pulau besar (BPS Prov. Maluku, 2019). Pulau Maluku namanya mendunia sejak dahulu karena hasil bumi yang melimpah.

Selain hasil bumi kekayaan adat-istiadat juga sangat melimpah. Ini terbukti beragamnya sastra lisan dan jumlah bahasa daerah yang banyak. Keberadaan bahasa daerah dalam setiap etnis sangatlah penting karena bahasa daerah sesuai fungsinya adalah identitas setiat etnis pendukungnya. Melalui bahasa, setiap orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenal perilaku dan kepribadian masyarakat penuturnya. Bahasa merupakan media komunikasi yang menjadi jembatan makna untuk menghubungkannya dengan orang lain. Salah satu fungsi bahasa menurut Kridalaksana dalam Mahsun (2011:21) adalah bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Di Pulau Seram khususnya di Maluku Tengah berkembang beberapa bahasa dari beberapa isolek, diantaranya isolek Saleman dan isolekSawai. Dalam Peta Bahasa, Badan Bahasa, Kemendikbud (2019) disebutkan bahwa jumlah bahasa daerah di Provinsi Maluku sebanyak 61 bahasa. Isolek Saleman disebutkan sebagai bahasa yang berkerabat dengan isolek Sawai karena persentase perbedaan melalui analisis isolektometri dengan

bahasa-- 69 bahasa--

bahasa lain di Pulau Seram, misalnya dengan bahasa Piru, bahasa Loon, dan bahasa Seram sekitar 80-100%.

Ditinjau dari keluarga atau rumpun bahasanya, isolek Saleman dan isolek Sawai tergolong ke dalam rumpun kelas Austronesia, Polenesia, Tengah-Timur, Melayu-Polenesia Tengah, Maluku Tengah Timur, Seram Sawai-Naulu (SIL, 2005:31). Oleh karena berasal dari protobahasa yang sama, maka kedua isolektersebut tentunya juga memiliki hubungan kekerabatan di antara keduanya. Kedua isolekyang berasal dari satu moyang bahasa yang sama memiliki wujud kesamaan (korespondensi/kekerabatan) baik pada tingkat fonologi maupun leksikal. Dengan melihat kesamaan antara kedua isolektersebut maka akan diketahui hubungan kekerabatan di antara kedua isolektersebut. Hubungan kekerabatan di antara kedua isolektersebut dapat diketahui dari adanya kesamaan unsur kosa kata yang ada.

Secara geografis, penutur isolek Saleman dan isolek Sawai dituturkan oleh masyarakat di Kecamatan Seram Utara dan Desa Saleman, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, kedua penutur isolekini berasal dari moyang yang sama. Hal ini dibenarkan dengan fenomena bahwa negeri kedua penutur isolekini berada di teluk yang sama, namun seiring perkembangan penutur kedua isolek ini, banyak penduduk yang beranggapan bahwa antara isolek Sawai dan Saleman adalah dua bahasa yang berbeda. Anggapan ini tentu saja tidak sesuai fakta ilmiah, kadang-kadang hanya dipicu oleh kepentingan-kepentingan lain yang berpengaruh di kedua negeri tersebut, misalnya karena kepentingan politik, kepentingan ekonomi mengingat bahwa kedua negeri tersebut adalah negeri tujuan wisata andal provinsi Maluku. Mahsun (2006:55) mengemukakan bahwa wacana politik dilandaskan pada satu prinsip bahwa persepsi orang terhadap masalah-masalah atau konsep tertentu bisa dipengaruhi oleh bahasa. Biasanya tujuan yang hendak oleh politisi tentang bahasa gara para pendukungnya mengikuti bahasa yang digunakan sesuai kepentingannya. Selanjutanya dikemukakan salah satu terjadinya penyesuaian budaya yang berwujud solidaritas budaya dibentuk oleh bahasa.

Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh para peneliti bahasa di Maluku, baik yang dilakukan oleh universitas maupun oleh peneliti Kantor Bahasa Maluku.

Misalnya, penelitian tentang pengelompokan bahasa-bahasa daerah di Maluku ini dilakukan oleh Wahidah, dkk. (2016). Penelitian ini mengelompokan isolek-isolekyang

- 70 -

diperbandingkan berdasarkan parameter kuantitatif dengan teknik leksikostatistik. Hasil penelitian ini juga menemukan kekerabatan bahasa-bahasa daerah di Maluku berada pada tingkat bahasa, keluarga bahasa, rumpun bahasa, dan mikrofilum. Bahasa daerah di Maluku terbagi atas enam kelompok bahasa kerabat dan satu mikrofilum. Kelompok bahasa tersebut adalah Kelompok Ambon-Lease-Seram (Kel. ALS), Kelompok Malra-MTB-MBD (Kel.

MTBD), Kelompok Maluku Barat Daya Bagian Barat (Kel. MBD-B), Kelompok Aru Tarangan (Kel. ATr), Kelompok Maluku Barat Daya Bagian Timur (Kel. MBD-T), Kelompok Buru-Melayu (Kel. BM)

Hingga saaat ini, isolek Sawai dan Saleman masih digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan dalam kehidupan masyarakat penuturnya. Meskipun masih digunakan secara aktif penuturnya, namun dikategorikan sebagai bahasa daerah yang terancam punah. Rata-rata penduduk Sawai dan Saleman yang berusia 30 tahun ke bawah tidak lagi dapat berbahasa daerah secara aktif. Dominasi pemakaian bahasa Melayu Ambon dalam kehidupan sehari-hari menekan pemakaian penggunaan bahasa daerah tersebut. Hal tersebut semakin melemahkan kedudukannya, yang merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Maluku. Jika hal ini terus berlangsung, tanpa upaya penyelamatan, tidak tertutup kemungkinan, beberapa tahun yang akan datang isolekSaleman dan isolek Sawai akan segera mengalami kepunahan. Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya penyelamatan yang salah satu di antaranya melalui penelitian-penelitian yang kebahasaan. Untuk memperkuat anggapan bahwa isolek Saleman dan isolek Sawai merupakan satu bahasa, maka penulis akan meneliti tentang korespondensi fonemis kedua isolek tersebut.

Beberapa penelitian kekerabatan yang menjadi acuan penelitian ini. Mengingat wilayah tutur isolek Saleman dan isolek Sawai sangat luas, maka penulis juga akan membuktikan hubungan korespondensi fonemis isolek Saleman dan isolek Sawai dengan lokus yang berbeda. Penulis ingin membuktikan asumsi mengenai adanya kekerabatan yang sangat dekat antara isolektersebut. Selain itu, penelitian sebelumnya lebih banyak berfokus mengkaji tentang kekerabatan isolek Saleman dan isolek Sawai secara komprehensif. Secara khusus belum ada penelitian mengenai kekerabatan saja tentang kedua isolektersebut. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk membuktikan kekerabatan kedua isolekdengan teknik leksikostatistik.

- 71 -

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang perkembangan bahasa di Maluku, memberikan sumbangan terhadap ilmu linguistik historis komparatif. Selanjutnya, hasil penelitian ini menambah referensi pengetahuan tentang kekerabatan IsolekSaleman dan IsolekSawai, menjadi acuan terhadap berbagai asumsi yang berkembang di masyarakat tentang perbedaan dan persamaan kedua bahasa tersebut dan yang tidak kalah penting tentunya menjadi salah satu kajian dokumentasi bahasa daerah agar terhindar dari ancaman kepunahan.