• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAHAN TELLI: ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT TANIMBARKEI, MALUKU TENGGARA

Mezak Wakim

Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon

Jalan Ir. M Putuhena Wailela Poka Rumahtiga Ambon e-mail : wakimmezak @gmal.com

Abstrak

Penelitian ini mengkaji arsitektur tradisional masyarakat Tanimbarkei yakni rumah adat Rahan telli, tempat dilaksanakannya ritual adat dan melangsungkan kehidupan keseharian. Rumah Adat Rahan Telli berlokasi di Pulau Tanimbarkei Kabupaten Maluku Tenggara. Konstruksi Rahan Telli berbentuk rumah panggung yang dihuni oleh beberapa keluarga. Orang yang tinggal dalam Rahan Telli memiliki hubungan kekerabatan, dan biasanya melakukan aktivitas secara bersama-sama, termasuk aktivitas di bidang ekonomi, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai penghargaan terhadap Tuhan, leluhur. Adapun permasalahan yang dikaji antara lain; (1) Bagaimana Konsep Struktur bangunan Rahan Telli, (2) Bagaimana Peranan Rahan Telli dalam Kehidupan masyarakat Tanimbarkei, (3) Bagaimana pembagian ruang dan penerapan nilai-nilai filosofis Rahan Telli. Sedangkan tujuan penelitian, ini adalah mengungkap bentuk dan fungsi ruang, struktur bangunan, dan kosmologi dalam asrsitektur Rahan Telli.

Metode penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan pendeketan kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, pengamatan, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa konstruksi bangunan Rahan Telli adalah berbentuk rumah panggung dan terbagi atas susunan antara lain (1) ruang atas (2), tengah, (3) ruang bawah. Rahan Telli, mencakup seluruh aspek keberadaan manusia, seperti sistem kepercayaan manusia, hubungan antarmanusia, hubungan manusia dengan kuasa Ilahi, dan tingkah laku manusia. Misalnya, cara makan manusia, cara berpikir, cara menghuni rumah, cara tidur, cara bekerja; semuanya ditentukan oleh nilai-nilai budaya dalam Rahan Telli. Letak bangunan mengikuti panjang kampung dengan mengikuti garis pantai, Rahan Telli sebagai gambaran dari satu totalitas hidup, dan berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan seluruh kehidupan masyarakat, meliputi kehidupan sosial dan ritual. Artinya kehidupan religi menyatu dengan kehidupan nyata sehari-hari. Tidak ada pemisahan yang tajam antara hal-hal yang transenden dan yang imanen atau yang rohani dan yang jasmani; kehidupan rohani terwujud dan tersosialisasi di dalam kehidupan setiap hari.

Kata kunci : Rahan Telli, Arsitektur Tanimbarkei, dan Padangan Kosmologi

PENDAHULUAN

Arstiketur tradisional berkembang dalam proses, terbentuk oleh interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Wakim Mezak (2005:10) memberi pandangan bahwa alam tidak hanya dipandang secara konkrit, namun juga dipandang secara abstrak termasuk jagad raya (makrokosmos), menciptakan bentuk-bentuk arsitektur yang unik dan berbeda dari suatu tempat dengan tempat lainnya. Konsep dasar biasanya mengandung makna yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, leluhur, manusia dan alam. Rumah juga mengandung nilai sebagai pandangan hidup, sistem sosial dan penghargaan terhadap hidup manusia dari generasi sebelumnya yang dapat diketahui melalui rumah tradisional. Di Maluku sebagai daerah

177

kepulauan, ditemukan banyak suku dan subsuku menyebar mendiami seluruh wilayah Provinsi Maluku yang memiliki keunikan rumah tradisional (Joseph.L.C, 1982: 26)

Realita keragaman suku dan subsuku itu menunjukkan bahwa di Maluku, ada banyak budaya yang terekspresi antara lain dalam banyaknya bahasa dan rumah tradisional di wilayah Maluku dan Maluku Utara Rumah tradisional terancam ‘punah atau hilang’

karena tergeser oleh perkembangan bangunan-bangunan modern yang lebih cenderung dilihat sebagai ciri hidup manusia modern. Kesadaran terhadap ancaman ini mendorong pihak pemerintah untuk mengupayakan pelestarian rumah tradisional (Iwamony Rachel 2012:1).

Secara fisik bentuk keaslian arsitektur yang khas dapat memotivasikan nilai-nilai jati diri dari suatu kelompok etnis tentang latar belakang sejarah budayanya. Hal tersebut dapat dilihat dari arsitektur bagian luar bangunan yang mengandung gaya tipologi dengan penampilan karakter bentuk ciri-ciri khusus yang menonjolkan simbol-simbol identitas suatu kelompok etnis. Dari segi fungsinya, bangunan tradisional arsitektur mempunyai tata ruang yang berfungsi sebagai wadah yang didasarkan pada norma-norma yang mengandung falsafah hidup dan pembentukan karakter serta kepribadian yang mengisyaratkan nilai-nilai aturan, tatakrama antarkeluarga, hubungan sosial antarmasyarakat, saling menghargai dan menghormati bagi tercipta kerukunan dan keharmonisan hidup atas dasar kebersamaan.

Dalam beberapa kajian tentang arsitektur tradisional di Maluku Utara misalnya Sasadu memiliki fungsi sebagai pusat upacara panen, tempat menyelesaikan adat, dan tempat musyawarah adat. Sehingga secara substansial kosmologi orang Sahu di Taraudu, berpangkal dari rumah adat dimaksud. Secara fisik sasadu dibangun dengan sistem kontruksi rangka bahan sederhana, namun memiliki makna penting bagi orang Sahu-Jailolo (Joseph & Rijoli, 2005:49).

Tanimbarkei tepatnya di Kepulauan Maluku Tenggara merupakan satu-satunya etnis di Maluku yang memiliki 23 (dua puluh tiga) rumah adat dengan fungsi yang berbeda-beda baik sebagai tempat hunian, tempat ibadah dan tempat musyawarah. Juga termasuk di dalamnya upacara-upacara ritual, pada saat pendirian bangunan maupun selesai bangunan didirikan, serta ragam hias dan simbol-simbol berupa flora, fauna dan alam sekitarnya, yang memiliki nilai jati diri. Pertimbangan yang bersifat ideologis, sosiologis, praktis dan memiliki makna simbol yang bersifat religius-magis.

178

Arsitektur tradisional di Tanimbarkei, pada saat ini masih ditemukan namun apabila tidak dirawat secara baik lama kelamaan mengalami kepunahannya. Masuk dan berkembangnya pengaruh budaya dari luar dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba cepat, telah pula mengaburkan kaidah-kaidah arsitektur tradisional di Maluku.

Sebagai masyarakat kepulauan, maka di Maluku arsitektur bangunan ataupun ragam hiasnya seringkali melambangkan perahu. Unsur perahu muncul dengan sangat jelas pada bangunan tradisional di Halmahera dan kepulauan Maluku Tenggara. Sedangkan unsur-unsur persekutuan patasiwa patalima lebih menonjol pada bangunan-bangunan komunal di Maluku Tengah (Seram dan Lease). Dilihat dari segi ragam hias pada bangunan maka secara umum menampakan matahari, flora, dan fauna dan simbol-simbol yang berhubungan dengan kesuburan serta pemujaan terhadap arwah leluhur. Rahan Telli Arsitektur Tradisional Tanimbarkei menjadi pusat lumbung dan juga tempat musyawarah dan digunakan sebagai pusat upacara panen, tempat menyelesaikan adat, tempat musyawarah.

Kosmologi orang Tanimbarkei, berpangkal dari rumah adat dimaksud. Secara fisik Rahan Telli dibangun dengan sistem kontruksi rangka bahan sederhana, namun memiliki makna penting bagi orang Tanimbarkei.

Arsitektur Rahan Telli merupakan warisan budaya masyarkaat Tanimbarkei pada umunya dan memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah kajian mendalam yang berhubungan dengan arsitektur tradisional Rahan Telli.

Dalam realitas kebudayaan tentunya arsitektur tradisional Rahan Telli merupakan simbol kejayaan kebudayaan masyarkaat Tanimbarkei yang berhuubungan erat dengan identitas masyarkaat yang masih dipertahankan. Pokok permasalahan yang muncul dari peneltian ini adalah: 1) Bagaimana konsep arsitektur tradisional Rahan Telli. 2) Bagaimana bentuk dan Konstruksi Rahan Telli. 3) bagaimana fungsi ruang dalam konsep Rahan Telli. 4) Bagaimana Penerapan nilai-nilai filosofis dalam Rahan Telli.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap dan mendesripsikan konsep arsitektur Rahan Telli yang berhubungan dengan bentuk, makna dan fungsi Rahan Telli dalam kebudayaan masyarakat Tanimbarkei, Maluku Tengara. Ruang lingkup peneltian juga meliputi dua hal yakni wilayah dan materi. Ruang lingkup wilayah peneltian adalah di Pulau Tanimbarkei, Kabupaten Maluku Tenggara. Sedangkan ruang lingkup materi terdiri atas;

konsep Rahan Telli dalam kebudayaan masyarakat Tanimbarkei Maluku Barat Daya,

179

Arsitektur Rahan Telli yang meliputi konstruksi bangunan, ruang, fungsi dan kosmologi Rahan Telli.

METODE PENELITIAN

Peneltian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif tentang arsitektur Rahan Telli. Data yang di kumpulkan juga menggunakan data primer dan dan data sekunder. Adapun Teknik pengumpulan data di lakukan antara lain:

1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan yang berhubungan dengan model dan gaya arsitektur Rahan Telli. Unsur-unsur yang diamati secara langsung meliputi bangunan, termasuk cara pembuatan bangunan Rahan Telli, fungsi dan makna bangunan Rahan Telli dalam kehidupan masyarakat Tanimbarkei pada umumnya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menyiapkan pedoman wawancara yang telah disusun dan berorientasi pada pokok-pokok masalah yang akan diteliti. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth intervieuw) kepada informan atau ketua adat dan masyarakat yang lebih mengetahui bangunan tradisional arsitektur Rahan Telli.

Melalui wawancara mendalam diharapkan dapat terkumpul data mengenai nilai dan makna simbolis dari setiap ruang serta berbagai informasi yang behubungan dengan arsitektur tradisonal Rahan Telli.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan dengan cara mengkaji tulisan-tulisan dan berbagai konsep serta berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

4. Analisis Data

Tahapan ini merupakan tahap paling akhir yang dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan mulai dari penentuan lokasi, pengamatan dan wawancara serta studi kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang di teliti. Hasil tersebut diolah dan disusun

180

sehingga menjadi sebuah laporan dan merupakan bagian dari rangkaian sutu penulisan ilmiah.

PEMBAHASAN

1. Pengertian Rahan Telli

Kata Rahan, dalam bahasa Kei mempunyai arti, Rumah sedangkan bahasa Tanimbarkei mengartikan Telli berarti lebih; lengkap, genap bilangannya. Istilah ini menunjuka pada oposisi kosmologi masyarakat Tanimbarkei yang memberi pengertian pada Rahan atau rumah sebagai komposisi genap. Artinya mulai dari pembagunannya semuanya menggunakan angka ganjil dan ketika rumah sudah selesai maka diartikan sebagai genap dimana orang yang menempatinya adalah menunjuk pada angka genap atau pelengkap.

Pengertian lain untuk rumah tradisional Rahan Telli, adalah lumbung karena itu konsep genap juga menunjuk pada keunggulan yang melebihi dari rumah adat lainya. Pengertian tersebut dipakai untuk menekankan pengertian Rahan Tellii sebagai rumah tradisional masyarakat Tanimbarkei yang memiliki peranan penting bagi sistem adat yang ada di Tanimbarkei. Pemaknaan lain pada Rahan Telli yang sebenarnya adalah bangunan yang terdapat dibawah atap. Dalam hal Rahan Telli, istilah yang mengartikan rumah tempat berteduh, dan rumah penuh kehidupan. Marga yang menempati Rahan Telli adalah marga Tabalubun dan Singerubun. Kedua marga atau fam ini menjadi keberlangsugan sistem dalam rumah adat Rahan Telli. Beberapa pokok kegiatan yang sangat sakral bagi masyarkaat Tanimbarkei dan berlangsung di Rahan Telli adalah Pelantikan Malind An Kood (Ketua Adat). Sebuah ritual adat yang sangat menentukan masa depan adat dan budaya masyarakat Tanimbarkei. Memahami Rahan atau rumah dalam kebudayaan masyarakat Kei pada umumnya sering di pakai pada bagian depan marga-marga, di mana rumah menunjukan identitas sesuguhnya dari mana orang itu berasal. Di Maluku belum ditemukan satu wilayah dengan satu komunitas yang memiliki dua puluh tiga rumah adat dengan fungsinya yang berbeda-beda. Hal ini hanya ada di Tanimbarkei sehingga sangat menarik untuk dilakukan berbagai kajian-kajian guna mengungkap keunikan dari rumah-rumah adat tersebut.