• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap pagi dikau di sana untuk menyediakan sarapan pagi dan memastikan bahwa semua orang di rumah

memulai hari dengan tiada kekurangan makan

Setiap siang dikau di sana untuk menyediakan makan siang dan memastikan bahwa semua orang di rumah

tak kelaparan sepanjang hari

Setiap sore dikau di sana untuk menyediakan kudapan sore dan memastikan bahwa semua orang di rumah

telah menjalani hari dengan baik

Setiap malam dikau ada di sana untuk menyediakan makan malam Dan memastikan bahwa semua orang di rumah

akan menikmati istirahat dengan perut kenyang Di mata orang modern dapur tak berharga

Namun dikau memberinya harga yang tinggi sebagai dapur kehidupan Dan tiada kehidupan yang tiada berharga

- 41 -

Dikau mengolah makanan dan minuman kehidupan di sana Otakmu merancangkan menu kehidupan di sana

Jemarimu mencetakkan asupan kehidupan di sana Di panci dan kuali makanan kehidupan dimasak Bersama keringat dan doa

Dan dikau menyajikannya penuh cinta setiap hari Semenjak pagi, siang, sore hingga malam.

Begitu seterusnya siklus kehidupan Berporos di dapur

Di mata orang modern dapur tak berharga

Namun di sana dikau membubungkan setinggi-tingginya asap kehidupan Hingga ke singgasana Illahi

Menyeruakkan aroma rempah nan harum melebihi aroma parfum impor Semua orang terpesona karenanya

Di mata orang modern, dapur tak berharga Namun di sana terdapat meja hidangan cinta Cinta yang tersaji tanpa meminta balas Cinta yang terberi tanpa syarat

Cinta yang teraktakan tanpa banyak kata Maka jika engkau pencinta kehidupan

Jangan seorangpun menghinakan perempuan dan dapur Feri Kairatu-Ambon, 22 Oktober 2017

Kantor Bahasa Maluku, 14 Juli 2020

Puisi tersebut mengisahkan perempuan sebagai coki. Dapur adalah arena masak, ritual, dan sekaligus tempat tonggak kehidupan. Biar pun bagi orang modern dapur sering dianggap remeh, ternyata tempat itu bukan hanya arena masak belaka. Di sana merupakan arena perempuan menunjukkan kesetiaan, keikhlasan, serta memahami hakikat hidup.

Rancang bangun memasak apa dan untuk siapa, terjadilah di dapur. Seorang ibu yang biasanya menjadi juru gastronomi tentu sulit diremehkan. Gastrokritik sastra pun bisa mengangkat derajat perempuan hingga sampai singgasana Illahi.

- 42 -

Berkaiatan dengan hal itu, gastronomi sastra ingin menunjukkan bahwa peristiwa menyiapkan makanan itu memuat aspek-aspek kultural. Maka yang perlu ditekankan dalam gastronomi sastra ialah perspektifnya. Bila antropologi sastra memahami sastra lewat budaya, sosiologi sastra lewat aspek sosial, psikologi sastra lewat kejiwaan, gastronomi sastra lewat simbol-simbol natural makanan, dan makna filosofi makanan. Jadi, gastronomi sastra menurut hemat saya lebih menekankan pemahaman makna sastra dengan mengandalkan: (1) makna simbolik makanan dalam sastra, (2) makna filosofi makanan dalam sastra, dikaitkan dengan kehidupan, (3) makna natural makanan dalam sastra dikaitkan dengan kesehatan (Endraswara, 2018: 4). Seluruh kajian gastronomi sastra akan menghubungkan antara makanan/minuman, tempat, dan peristiwa kultural.

Lebih jauh lagi, pembahasan gastrokritik sastra bisa berkaitan dengan kritik sastra secara komprehensif. Gastrokritik sastra akan mengangkat persoalan makanan/minuman dalam konstelasi estetika sastra. Seluruh fenomena makanan/minuman yang menyangkut tempat, penyaji, bentuk makanan, sering menjadi garapan sastrawan. Kepiawaian sastrawan tentu sulit dilepaskan dari fenomena kesadaran manusia. Pengalaman hidup yang akan menentukan sejauh mana gastronomi memiliki relevansi dengan kehidupan. Gastrokritik bisa menghubungkan dengan makanan khas suatu wilayah/etnik.

B. Etnobotani Sastra

Membaca Ambon, lewat fenomena realistis dan fantastis. Begitulah aku lakukan.

Fenomena ralistis berarti mengingatkan tanggal 3 Desember 2014. Saya menjejakkan kaki di Ambon Manise. Saat itu, kucicipi gairah segar tumbuhan Ambon, sangat sejuk. Pertama kali yang saya cari, saya tanyakan, dan saya eksplorasi yaitu tanaman pisang bernama pisang Ambon. Pisang itu sebuh fenomena. Pisang itu tumbuhan yang oleh Ratna (2005:93) boleh disebut fenomena. Akhirnya yang saya cari juga tak begitu banyak, tetapi ada. Ada di depan mata, sama antara pisang Ambon dan pisang Ambon di Jawa. Pantun Maluku karya Alikunyo, yang diposting 26 Januari 2017 berikut ini, menandai betapa pentingnya tumbuhan pisang. Mungkin, ini yang dikenal dengan pisang Ambon dalam intuisiku.

4. tanam pisang di muka ruma tujuh daun di para para

- 43 - siapa ganggu tunangan beta

tujuh tahun dalam penjara

Puisi berupa pantun bait empat tersebut menunjukkan tumbuhan pisang etnis Ambon. Tampaknya, pantun ini selain menggunakan unsur botani, yaitu tanaman khas Ambon, juga memberikan nasihat penting. Bagi orang Ambon mempunyai pedoman hidup agar menjaga etika kultural, agar tidak mengganggu keluarga lain. Terlebih lagi orang yang telah bertunangan, apabila diganggu akan mendapat hukuman penjara Selama tujuh tahun lamanya. Kalau begitu pantun tersebut tergolong etnobotani sastra, yang memberikan lukisan etika hidup kultural.

Fenomena pisang Ambon, seperti untaian pantun tersebut tergolong realitas fantastis bagi saya. Saya mengenal pisang Ambon lewat fantasi leluhur. Fenomena fantastis, yaitu realitas bayangan awal. Bayangan berasal dari pengalaman kisah, sejarah, dan buku yang pernah saya baca. Sebelum ke Ambon, saya hanya mendengar dan membaca Ambon secara fiktif. Lewat cerita guru SD, sejarah rempah-rempah, sejarah Jong Ambon, dan makanan sagu. Realitas bayangan itu juga sebuah data. Begitu juga berbagai karya sastra yang pernh saya baca tentang Ambon, jelas menghadirkan sebuah fenomena yang menarik. Bayangan saya, Ambon menyimpan karya-karya sastra tentang rempah, tumbuhan, dan ribuan botani yang unik-unik.

Dunia fantasi dan relisasi tentang beragam tumbuhan, telah menstimulasi naluriku untuk berkarya. Mengolah Ambon menjadi karya sastra, berarti telah membawa kepulauan mutiara ini ke kancah nasional dan bahkan internasional. Ternyata saat saya hadir, Ambon sangat indah, dan penuh pesona. Hingga naluri imajinasiku, harus menorehkan pantun Ambon. Pantun itu hanya saya simpan.

(1)

Pergi ke Ambon naik pesawat Banyak pohon membakar semangat Menengok tidore dari kejauhan Ambon Manise menyimpan kesan (2)

Daun pisang senyum penuh sensasi

- 44 - Datang siang langsung ke Unpati

Pisang Ambon buahnya terbagi-bagi Aku mohon bisa ke maluku lagi

Pantun itu hanya sebagian saja yang kusimpan. Lewat kreasi pantun, Ambon memang penuh kesan. Ambon manise penuh sensasi. Penuh harapan untuk hadir lagi.

Pantun telah menjadi fenomena memori yang jelas, tidak hanya soal tumbuhan, tetapi juga makanan, saat saya ke Ambon harus menjalankan lotisan di pinggir laut. Berpantun, ternyata juga sebuah kreasi.

Saya saksikan tumbuhan di Ambon pada waktu membaca Kitab Sastra, menambah yakin. Kitab itu bernama Theory of Literature, karya Rene Wellek dan Austin Warren. Saya baca terjemahan sahabat sayambak Melani Budianta, dosen FIB UI. Kata yang pertama muncul dari Wellek dan Warren (1989:3), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Pernyataan yang sangat cocok bagi orang yang berjiwa kreatif. Inilah yang menguatkan pikiran saya, saat melirik Ambon. Ambon memang inspiratif.

Ambon memang memiliki daya pikat tersendiri.Maluku menyimpan mutiara tumbuhan serta berbagai spesies yang marik para penyair. Penyair selalu menelusuri jejak beragam tumbuhan Maluku, terlebih tumbuhan yang khas termasuk tumbuhan yang menggiurkan para penjajah masa lalu. Maka saat membaca sebuah puisi berjudul Maluku Tanah Surga, karya Ishak R. Boufakar ada kesan botani rempah,yakni tumbuhan inspiratif yang banyak mewarnai Ambon, mudah terangkat sampai ke tingkat nasional.