• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Rm 11:33)

Dalam dokumen Women and Breast 2. (Halaman 39-51)

T

idak pernah terpikirkan oleh saya cara Tuhan membentuk payudara. Semua orang tahu dan dapat mengenali bentuk payudara. Namun, ada orang-orang yang melihat dengan lebih khusus bahwa payudara memiliki bentuk yang dapat memberi inspirasi dan pengertian yang dalam. Orang biasa hanya dapat melihat payudara dari permukaan yang ditutupi kulit dan pakaian. Ahli anatomi akan berkata lain. Ia dapat melihat keseluruhan kelenjar payudara tanpa kulit. Payudara telah didiseksi dan telah dipetakannya ke dalam bentuk anatomis terlepas dari jaringan di sekitarnya. Ia mengamati dengan penuh pengertian tentang bentuk payudara yang dapat memberi

Women and Breast 1

8

arti lain bagi kehidupan. Seolah-olah bentuk ini bercerita tentang pembentuknya dan perjalanan kehidupannya.

Tuhan membentuk dan menjadikan payudara di dada dengan pola yang telah Dia tentukan. Dia menciptakan payudara dalam keindahan dan pengertian yang tidak dapat diselami oleh hikmat manusia (Rm. 11:33). Kehadiran payudara memberi keindahan bagi dada perempuan. Lihat dan amati gambar payudara di samping, yang telah dilakukan diseksi jaringan pembungkusnya. Kelenjar payudara perempuan dibangun seperti tetesan air mata yang jatuh ke bumi. Jaringan payudara meluas dari tulang iga kedua sampai pelipatan payudara pada tulang iga ke-6 atau 7.

Ia meluas dari arah tepi lateral sternum sampai garis bayangan tengah axilla atau mid axillary line. Payudara berbentuk seperti tetesan air mata, dengan ekstensi jaringan payudara ke daerah ketiak yang dikenal dengan nama “tail of Spence” (Bloom N, Beattie E, Harvery J., 2000). Melihat bentuk anatomi dan ekstensi jaringan payudara, payudara akan terlihat seperti tetesan air mata. Manusia melihat dan menyebutkannya sebagai air mata yang jatuh dari seorang ibu. Gambaran tetesan air mata sangat bermakna bagi seorang ibu.

Ada beberapa jenis cairan yang keluar berupa tetesan dari tubuh seseorang. Cairan ini menetes karena kesusahan, penderitaan, maupun kesakitan dan sukacita. Cairan pertama adalah peluh yang menetes dari tubuh seorang yang bekerja keras. Cairan kedua

adalah air mata karena sukacita atau penderitaan dan kesakitan yang dialaminya. Cairan ketiga adalah air liur yang menetes karena hasrat.

Cairan kempat air susu dari payudara yang menetes untuk kehidupan bayi yang dilahirkan. Cairan kelima adalah darah yang menetes karena terluka.

Aku ada dalam bentuk tetesan air mata dan aku memiliki makna dalam kehidupan. Bagaimana dengan air kencing dan air mani? Ia juga dapat berbentuk tetesan yang memiliki arti tersendiri. Payudara bagaikan tetesan air mata, terletak bebas seperti aliran di

Dibentuk Seperi Tetesan Air Mata dada perempuan. Menempati daerah antara iga kedua bagian atas, ke arah iga ke-6 atau ke-7 bagian bawah. Bagian tepi tengah (medial) mulai dari tepi tulang sternum ke arah garis imaginer “midaxillary line” (Bloom N, Beattie E, Harvery J., 2000).

Benarkah perempuan identik dengan tetesan air mata? Makna apakah yang sesungguhnya terkandung dalam tetesan air mata itu? Penderitaan dan kesusahan perempuan telah terbawa sejak semula karena ialah yang pertama kali melawan perintah Tuhan. Tuhan mengingatkan semua perempuan melalui gambaran ini untuk dikenangnya seumur hidup. Namun, Tuhan memberi kepada mereka sukacita yang besar dan gairah setelah kelahiran anaknya. Dapatkah hal itu menjadi kekuatan perempuan dalam menghadapi kesusahan dalam hidupnya? Setidaknya ada empat makna dari payudara perem- puan yang dapat kita selami, yaitu:

Makna pertama: Kesusahan

Dalam kitab Kejadian 3:16 dikatakan, “Firman-Nya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’” Tetesan air mata mengingatkan kita akan kesusahan perempuan yang mengandung, melahirkan, menyusui, kemudian membesarkan anak-anak.

Perkataan pertama: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak”, demikianlah firman Tuhan kepada Hawa. Susah payah menjadi awal dari penderitaan dalam proses kehamilan dan melahirkan. Dalam terjemahan bahasa Inggris susah payah disebut “sorrow”(“Unto the woman he said, I will greatly multiply thy sorrow andthy conception; in sorrow thou shalt bring forth children; and thy desire shall be to thy husband, and he shall rule over thee”).

Kalimat “I will greatly multiply thy sorrow”, memberikan arti lebih kepada pelipatgandaan susah payah, bukan hanya sangat banyak. Ini berarti bisa 2 kali, 3 kali, atau 4 kali lipat dari kesusahan awal perempuan yang hamil dan melahirkan. Multiply dalam bahasa Ibrani

Women and Breast 1

0

disebutkan sebagai hb”r” (rabah) yang artinya to increase, abundance, enlarge, exceedingly). Sedangkan sorrow diterjemahkan dalam bahasa Ibrani %nEAbc>[i (itsebonek) yang berarti worrisomeness, yaitu, labor or pain:—sorrow, toil (KJV).

Susah payah perempuan akan menjadi nyata setelah ia mengandung. Kesusahan itu dijadikan tanda awal dan bermakna bagi perempuan yang sedang mengandung. Tuhan memberi tanda hadirnya konsepsi dalam diri perempuan. Ada benih kehidupan sedang bertumbuh dalam kandungan ibu. Hasil konsepsi harus dipelihara dan diteruskan serta bertumbuh menjadi ciptaan generasi baru yang akan dilahirkan ke bumi. Kesusahan waktu kehamilan sangat banyak, demikian firman Tuhan. “Banyak” dapat berarti kuantitas atau jumlah dan kualitas kesusahan.

Kuantitas dan kualitas kesusahan waktu kehamilan bertambah sejak benih mengalami konsepsi sampai dilahirkan. Morning sickness

atau sakit pada waktu pagi dapat berupa pusing, mual, dan muntah. Biasanya perempuan yang sedang hamil muda mengalami hal tersebut. Pertumbuhan janin akan mengubah tubuh perempuan baik secara fisik, jiwa, dan rohani. Kesusahan dan sukacita akan berjalan bersama tatkala ia tahu bahwa dirinya mengandung bayi yang sangat ia rindukan dan kasihi.

Perkataan kedua: “Dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu.” Tidak ada kesakitan yang dapat dibandingkan dengan perempuan yang hendak melahirkan. Penderitaan sangat besar itu dapat menyebabkan kehilangan nyawanya, entah ibu atau anak yang dilahirkannya. Kesakitan ini disebabkan oleh gerakan bayi yang sedang membuka jalan lahir. Melahirkan adalah proses aktif progresif, tidak ada kata menunda dan tidak mengenal kata kasihan karena kehidupan dan kematian seseorang ada dalam proses ini. Tuhan telah merancang semua keadaan ini, untuk menggenapi firman-Nya. Kontraksi yang sangat kuat dari rahim, kontraksi otot-otot perut yang serentak, serta tekanan karena mengedan; tiga kekuatan ini menjadi kekuatan utama yang dahsyat untuk mengeluarkan bayi dari kandungan. Bayi pun memiliki peran aktif dengan menemukan jalan lahir. Bayi akan

Dibentuk Seperi Tetesan Air Mata membuat gerakan yang sangat indah dan menakjubkan mengikuti bentuk dan keadaan jalan lahir.

Bayi akan membuat gerakan rotasi, menekuk kepala dan men- julurkannya sampai ia keluar dari rahim dan lahir ke dunia. Perpaduan kekuatan tersebut akan membuat kepala bayi bergerak membuka jalan lahir. Jalan lahir bukan jalan yang lurus dan lebar, melainkan jalan sempit yang harus dibuka, dan jalan yang berbelok yang harus dipatuhi dan diikuti. Saat pelvis dan jaringan pengikatnya meregang dan membuka, timbul nyeri yang hebat. Namun, syukur kepada Tuhan bahwa Tuhan tidak memberi kesakitan kepada perempuan yang sedang melahirkan dalam waktu lama sebab tidak satu manusia pun yang sanggup menahan nyeri yang sedemikian hebat. Satu gelombang kekuatan pendorong kelahiran memiliki pola keteraturan dan dalam hitungan detik dan menit. Artinya, manusia yang kuat sekalipun ketika sakit karena melahirkan hanya akan bertahan dalam hitungan detik atau menit. Kelelahan yang sangat besar akan menyertai proses kelahiran karena begitu besar tenaga dan kalori yang dikeluarkan dalam satu kali mengedan. Kata “jera” dan “putus asa” sering muncul dari mulut ibu yang sedang melahirkan.

Perkataan ketiga: “Namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” Berahi dalam terjemahan Ibrani disebut sebagai : “teshuqah (tesh-oo-kaw’) yaitu stretching out

after; a longing: - desire”. Kesusahan dan penderitaan yang pernah dialami perempuan yang melahirkan biasanya akan memberikan efek jera, takut, dan kapok untuk sementara. Proses melahirkan adalah penderitaan yang tidak dapat dibagikan kepada suami, apalagi kepada orang lain. Ia harus menanggung kesusahan, kesakitan, dan penderitaan sendiri. Sebagai laki-laki saya bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan memberi jalan keluar kepada perempuan. Firman Tuhan tidak berhenti dalam penderitaan dan kesakitan. Firman Tuhan memberi harapan dan kekuatan kepada perempuan untuk dapat mengulang kehamilan dan kelahiran yang kedua, ketiga, keempat, maupun kelima. Saya bersyukur dalam kalimat selanjutnya dikatakan, “Namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu” (Kej. 3:16). Dua kata yang dibutuhkan untuk

Women and Breast 1

memberi harapan bagi kesatuan hubungan intimasi suami istri adalah birahi atau desire, longing, dan berkuasa. Berkuasa dalam bahasa Ibrani adalah mashal (maw-shal’); to rule: - (have, make to have) dominion, governor, reign, have power.

Tuhan memberi “desire” kepada perempuan yang telah me- lahirkan dengan susah payah, penderitaan, dan kesakitan yang hebat. Istri akan berahi kembali kepada suaminya untuk melanjutkan generasi yang akan diberikan Tuhan. Kata “desire” atau keingingan yang kuat akan mematahkan efek jera, takut, dan kapok. Istri akan mempunyai berahi yang kudus kepada suaminya, bukan kepada laki- laki lain. Istri harus menggunakan “desire” atau keinginan yang kuat untuk membangun hubungan intimasi kembali dengan suaminya. Namun, desire ini harus tunduk kapada suaminya, tidak asal berahi.

Sebaliknya, laki-laki tidak melakukan hal jahat kepada istrinya, tetapi mengasihi istrinya. Laki-laki, yaitu suaminya, juga diberikan kuasa “to rule, to reign”, yaitu mengatur dan mengarahkan. Kapan mereka akan merencanakan kembali untuk hamil dan melahirkan harus diatur sedemikian rupa. Atas persetujuan dan kesepakatan bersama, suami istri bisa memutuskan untuk merencanakan kehamilan kedua maupun ketiga.

Seharusnya kesusahan perempuan saat mengandung tidak banyak, tetapi karena manusia tidak menaati firman Tuhan, terjadilah hal yang dialami perempuan sekarang ini. Sejak perempuan jatuh dalam dosa, Tuhan telah berfirman tentang kesakitan yang dialami perempuan saat melahirkan. Firman itu harus digenapi oleh semua perempuan. Kesusahan dalam melahirkan anak akan memberikan banyak tetesan air mata. Dengan susah payah dan derita ibu, anaknya dikandung dan dilahirkan. Dengan kesakitan, seorang ibu melahirkan anaknya. Dengan penuh tanggung jawab, ia memberi kehidupan kepada anak yang dilahirkannya. Tetesan air mata mengingatkan manusia akan dosa yang telah mereka lakukan. Dengan tetesan air mata, ia juga mencari penebus sampai semuanya akan sirna dan diganti sukacita.

Kesusahan terjadi tidak hanya kepada perempuan. Adam juga menerima upah akibat ketidaktaatannya kepada Tuhan. Ia harus

Dibentuk Seperi Tetesan Air Mata meneteskan peluh atau keringat dalam berjuang mencari makanan untuk kehidupannya. Dalam Kitab Kejadian 3:17 dikatakan, “Lalu firman-Nya kepada manusia itu: ‘Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh- tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’” Kesusahan yang terjadi kepada perempuan melalui tetesan air mata juga dialami laki- laki, yaitu melalui peluh. Peluh atau keringat laki-laki akan menetes ke bumi karena kesusahan mencari makan dan minum sampai ia kembali kepada debu. Tetesan air mata perempuan dan tetesan peluh laki-laki menjadi sahabat terus-menerus dalam kehidupan manusia sampai ia kembali menjadi debu.

Payudara memberi banyak keluhan dan kesusahan bagi per- empuan. Sebagaimana wujud atau bentuk payudara bak tetesan air mata, demikianlah ia berfungsi menghasilkan tetesan air susu yang memberi kehidupan bagi bayi. Setiap tetesan ASI sangat bernilai bagi kehidupan sel tubuh, dan menjadikan tubuh bertumbuh dan berkembang.

Makna kedua: Sukacita

Tetesan air mata tidak hanya tanda atau stigma penderitaan ibu, tetapi sukacita yang tak dapat digambarkan oleh siapa pun setelah melahirkan bayinya. Tidak selamanya kesakitan menghasilkan dukacita. Betapa senang dan sukacitanya ibu yang telah melahirkan dan ia melihat anak yang dirindukannya. Yohanes 16:21 mengatakan,

“Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia”. Penderitaan dan kesusahan menghasilkan

Women and Breast 1

sukacita sebab ia telah memberi keturunan bagi Tuhan. Ibu bersukacita karena melihat generasi, keluarga, suku, dan bangsa serta bahasa akan muncul. Sukacita karena ia dapat melahirkan anak bagi keluarganya dan sukacita karena ia telah memberi anak cucu bagi Tuhan, Bapa di surga. Payudara memberikan makna kehidupan melalui keberadaannya sebagai organ pemberi nutrisi bagi pertumbuhan bayi.

Payudara memberi setiap tetesan air susu kepada anak yang dilahirkan. Tetes demi tetes ASI mengalir ke mulut bayi dan men- jadikan makanan bagi kehidupannya. Tuhan sepertinya hendak bercerita mengenai payudara melalui bentuk yang Dia ciptakan bagi perempuan. Bagaimana dengan payudara laki-laki? Payudara itu tidak berfungsi untuk meneteskan air susu. Struktur dan susunan payudara yang kompleks telah ditenun pada seorang perempuan, bukan pada laki-laki. Anak atau bayi selalu berada di pelukan ibunya untuk menerima kehidupan melalui setiap tetesan air susu. Bersukacitalah karena payudara Anda indah dan berfungsi.

Makna ketiga: Kehidupan

Tetesan air susu memberi kehidupan. Tuhan menenun dan membentuk payudara sebagai gambaran tetesan air yang jatuh ke bumi. Tetesan air merupakan bagian terkecil dari himpunan banyak air yang memberikan kehidupan dan pertumbuhan segala makhluk yang hidup di muka bumi. Tidak ada satu pun makanan yang pernah Tuhan siapkan bagi bayi yang baru lahir, selain ASI. Tuhan telah menetapkan hal tersebut dan semua ibu yang sehat harus mematuhinya. Bayi baru lahir tidak memerlukan makanan lainnya.

Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan. (1 Ptr. 2:2)

Ibu seharusnya memberi setiap tetesan air susu yang keluar dari payudaranya. ASI hanya dikeluarkan dari payudara yang sehat. Betapa besar harga dan nilai setiap tetesan air susu bagi bayi yang menjadikan air susu itu sebagai sumber kehidupannya. Ia belajar untuk menghargai

Dibentuk Seperi Tetesan Air Mata setiap tetes air susu yang dikeluarkan ibu. Ibu bertanggung jawab tidak hanya sampai melahirkan, tetapi juga harus memberi kehidupan melalui payudaranya. Ibu harus menyusui bayinya untuk jangka waktu tertentu hingga anak itu disapih.

Makna keempat: Kasih

Melahirkan bukanlah akhir dari kesusahan dan mulainya sukacita. Sukacita barangkali akan berganti kembali dengan kesusahan, yaitu ibu harus memberi ASI yang telah dipersiapkan oleh payudaranya. Ibu dapat memberi segala sesuatu bagi kehidupan anaknya tanpa memperhitungkan untung rugi. Ia mengasihi anaknya sekalipun sering kali anak menyebabkan masalah pada payudaranya. Tidak mudah bagi ibu untuk dengan setia menyusui dalam segala waktu, tempat, dan keadaan. Ada harga yang harus dibayar oleh ibu ketika hamil dan melahirkan, demikian juga ketika menyusui. Jika terlambat memberikan air susu, payudara ibu akan bengkak dan nyeri. Sering ASI akan mengalir keluar dan akhirnya terbuang percuma. Banyak ibu mengalami bukan sukacita pada waktu menyusui, melainkan derita karena permasalahan pada payudaranya. Infeksi menjadi ancaman terbesar bagi payudara yang sedang produktif. Ibu yang menyusui tahu dengan baik seperti ia tahu betul risiko kehamilan.

Kehamilan pertama menciptakan sukacita besar dalam kehidup- an pasangan suami istri. Namun, pertumbuhan bayi dalam kandungan tidak selamanya membuat ibu bersukacita. Pertumbuhan bayi dalam kandungan akan mengubah bentuk tubuh dan hampir semua sistem dalam tubuh ibu. Ibu akan mengalami berat badan bertambah, perut membesar, mual, muntah, gangguan tidur, gangguan jalan, kaki mem- bengkak, gangguan tekanan darah, gangguan emosi, dan banyak lagi.

Semua itu menjadi tanggungan ibu secara pribadi, tidak dapat dibagikan kepada suaminya. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh laki- laki. Kasih ibu menjadi nyata dalam semua keadaan akibat beban yang diberikan oleh bayi itu. Setelah melahirkan, ia harus memberi ASI melalui payudaranya. Sekali lagi karena kasih, ibu sanggup

Women and Breast 1

menanggung kesusahan yang banyak. Payudara juga mungkin terluka akibat gigitan bayi atau infeksi sehingga harus dioperasi. Nah, apa yang dapat kita katakan kepada ibu kita atas semua yang telah ia lakukan karena kasih? Tentu ucapan terima kasih yang tak terkira.

Hampir semua ibu tidak senang dan takut menghadapi saat-saat melahirkan. Kesakitan menjadi sumber ketakutan yang sangat berarti bagi ibu-ibu yang akan melahirkan. Hal yang ditakutkan biasanya adalah ancaman kematian terhadap bayi yang akan ia lahirkan, juga ancaman bagi dirinya. Pendarahan dan kesakitan akibat melahirkan adalah ancaman bagi kehidupan bayi dan ibu. Selain itu, ada juga ketakutan anak yang dilahirkan cacat hidup atau cacat mati. Semua hal ini biasanya akan menyebabkan ibu-ibu berkata: “Aku kapok, dan tidak akan mau melahirkan lagi.”

Ketakutan ini menyebabkan banyak ibu melakukan jalan pintas.

Sectio Caecaria (pembedahan untuk persalinan) menjadi populer bagi ibu-ibu yang takut melahirkan. Ini menjadi bagian penting dari banyak alasan untuk melahirkan bayi tanpa sakit. Sectio caesaria juga menjadi primadona untuk membuat kelahiran bayi sesuai dengan kemauan orangtua, menyesuaikan kelahiran dengan tanggal-tanggal penting atau sejarah.

Pada zaman sekarang, kelahiran bayi bukan karena kerinduan bayi itu sendiri, melainkan kerinduan orangtuanya. Bayi memiliki pola dan aturan sewaktu tinggal dalam kandungan. Ia memiliki sensor penggerak kapan ia harus lahir. Tuhan telah menetapkan waktu maupun tempat ia dilahirkan. Sekalipun demikian, keselamatan menjadi alasan utama bagi ahli medis dan ibu yang akan segera melahirkan.

Makna kelima: Bekerja Keras.

Manusia diperintah Tuhan supaya bekerja keras untuk mem- pertahankan kehidupannya sampai ia kembali kepada debu. Demikian juga ibu-ibu yang telah melahirkan anak berusaha memberi ASI yang keluar dari payudaranya. Namun, ada banyak ibu muda yang tidak

Dibentuk Seperi Tetesan Air Mata dapat mengeluarkan ASI karena berbagai alasan, sekalipun telah mengupayakan segala cara.

Puting susu yang bermasalah sejak awal, baik karena kelainan bawaan maupun penyakit yang diderita, tidak dapat mengalirkan air susu ke mulut bayi sekalipun isapan bayi cukup kuat. Puting susu yang besar dan pendek atau puting susu yang tertarik ke dalam sangat menyulitkan bayi untuk mengisap air susu. Pembedahan pada puting susu dapat berisiko terjadinya kerusakan saluran susu. Infeksi puting susu juga dapat berdampak tidak baik saat proses menyusui pada kemudian hari. Ibu-ibu muda dan pemula banyak mengalami kesulitan untuk menyusui, kebanyakan ASI terbuang sehingga tidak dapat di- konsumsi bayi. Ibu muda dan pemula perlu belajar cara memberi ASI kepada bayinya. Posisi bayi dan posisi payudara akan berdampak terhadap aliran air susu yang masuk ke mulut bayi. ***

4

>>

Kembaran Payudara

Dalam dokumen Women and Breast 2. (Halaman 39-51)