• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENIHAN IKAN TAMBAKAN Helostoma temminckii

Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

PENDAHULUAN

Ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) adalah ikan air tawar yang berasal dari wilayah tropis khususnya Asia Tenggara (Gambar 9.1). Ikan tambakan juga dikenal dengan nama gurami pencium (kissing gouramy) karena kebiasaannya "mencium" saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Ikan ini mampu bertahan hidup pada kondisi perairan dengan kadar oksigen yang rendah. Pada beberapa Negara Asia Tenggara, ikan tambakan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ikan tambakan merupakan komoditas lokal perikanan air tawar yang berpotensi menjadi komoditas unggulan, karena mempunyai kemampuan dalam mentoleransi ketersediaan oksigen rendah dalam air, bersifat herbivora sehingga mampu menekan ketergantungan akan pakan komersial. Efriyeldi & Pulungan (1995) menyatakan bahwa ikan tambakan berpotensi dibudidayakan karena memiliki keunggulan seperti kemampuan adaptasi terhadap perairan dengan kadar oksigen terlarut rendah dan tergolong ikan dengan nilai fekunditas yang tinggi. Ikan tambakan merupakan jenis ikan yang sejak lama dibudidayakan di wilayah Asia Tenggara, namun masih dipelihara secara tradisional dan belum banyak dibudidayakan secara intensif (Cholik et al., 2005).

Gambar 9.1 Ikan tambakan (Helostoma temminckii) (Arifin et al., (2016) Naskah Akademik Tambakan)

112 I Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto Ikan tambakan merupakan ikan penghuni asli Asia Tenggara, mulai dari Thailand sampai Indonesia. Ikan tambakan telah diintroduksi ke India, Sri Lanka, Denmark, dan Columbia dan Amerika Tengah (Gambar 9.2)

Gambar 9.2 Peta penyebaran ikan tambakan (Helostoma temminckii). Warna pada peta menggambarkan daerah (putih: bersalju; biru: perairan; hijau:

vegetasi; dan kuning hingga coklat: gurun pasir) (www.discoverlife.org 2020)

Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, tetapi mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama "gurami pencium kerdil" atau "balon merah muda". Dari jenis-jenis tersebut, ikan tambakan sangat berpotensi untuk dibudidayakan baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Hal tersebut didukung pula dengan fakta bahwa populasi ikan tambakan mengalami penurunan akibat overfishing. Menurut Kottelat et al. (1993), produksi ikan tambakan masih tergantung pada hasil alam. Ikan ini akan banyak tertangkap oleh nelayan pada musim tertentu. Populasinya saat ini semakin menurun akibat penangkapan yang tidak terkendali.

Helostoma temminckii (Cuvier, 1829) memiliki deskripsi: memiliki duri keras dalam sirip punggung 16-18; bagian lunak 13-16. Duri keras sirip dubur 13-15;

bagian lunak 17-19. Kepala atas dengan sisik sikloid; sisik ctenoid di lokasi lain.

Pembenihan Ikan Tambakan Helostoma temminkii I 113 Bibir dengan gigi kasar. Gillrakers banyak. Panjang maksimum sekitar 30 cm. Filter feeder dan grazer pada ganggang bentik. Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 cm. Mulutnya yang memanjang,dengan karakteristik yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, tetapi gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air.

Adapun secara biologi: Banyak ditemukan di danau dan sungai. Bisa bernafas langsung ke udara. Lebih suka air yang bergerak lambat dengan tumbuh-tumbuhan yang lebat. Biasa makan berbagai tanaman dan hewan, termasuk ganggang hijau dan zooplankton serta serangga air di dekat permukaan air. Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air.Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan.

Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Biasanya memijah di bawah vegetasi terapung.

Gambar 9.3 helostoma (www.fishbase.org 2020)

114 I Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto SELEKSI INDUK

Perawatan dan pematangan induk

Kolam yang digunakan dalam perawatan induk bisa kolam tanah, tembok, dinding tembok dengan dasar tanah bahkan terpal. Ikan Tambakan dipelihara dan dimatangkan gonadnya di kolam terpisah antara jantan dan betina. Ini bertujuan untuk menghindari mijah maling serta meminimalisir pengaruh eksternal lainnya.

Selama pemeliharaan diberi pakan komersial dengan kandungan protein 30-35%

dengan dosis pemberian harian 2-4% dari biomassa, diberikan dua kali pada pukul 08.00 dan 16.00.

Seleksi induk

Ikan Tambakan yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu, pada proses seleksi ini induk ikan yang dipilih benar-benar telah siap untuk dipijahkan alias telah matang gonad, induk ikan jantan dan betina sebelum dipijahkan harus diletakkan pada tempat yang terpisah. Arifin et al. (2016) menyatakan bahwa awal matang gonad induk ikan tambakan dicapai pada umur 7 bulan untuk induk betina dengan bobot rerata sebesar 28,5±5,56 g dan panjang standar 9,6±0,86 cm. Pada induk jantan dicapai pada umur 6 bulan dengan rerata bobot sebesar 18,3±3,45 g dan panjang standar 8,2±0,64 cm.

Individu ikan jantan dan betina dapat dibedakan dengan memperhatikan ciri seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer ditandai oleh bentuk dan warna kelamin (Gambar 9.4). Ikan tambakan betina mempunyai lubang genital di bagian depan dari genital papila dan berwarna kemerahan, sedangkan ikan tambakan jantan memiliki lubang genital di bagian belakang genital papila yang berwarna pucat. Ciri seksual sekunder diketahui berdasarkan bentuk tubuh. Ikan tambakan betina memiliki bentuk tubuh membulat, pada kondisi matang gonad bentuk tubuh lebih gemuk dan bila diraba terasa lunak. Induk jantan memiliki bentuk tubuh lebih ramping, pada kondisi matang gonad bila bagian perut ditekan akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. Selaras dengan pernyataan Raharjo (1980) bahwa ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung kematangan sel telur. Bobot gonad

Pembenihan Ikan Tambakan Helostoma temminkii I 115 bisa mencapai 12% dari bobot tubuh dengan ovari berwarna kuning, sedangkan testes berwarna transparan dan putih (Raharjo, 1980).

Gambar 9.4 Ciri ikan tambakan betina dan jantan, A. Ikan tambakan betina, B. Ikan tambakan jantan, C. Bentuk genital ikan betina dan jantan, D. Tubuh induk bila bagian perut ditekan ke arah tanda panah akan keluar telur atau sperma (Arifin et al., 2016)

PEMIJAHAN

Pemijahan pada ikan tambakan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu pemijahan semibuatan dan buatan.

Pemijahan Semibuatan

Pemijahan semibuatan juga dapat dilakukan pada ikan tambakan. Sebelum dipijahkan, ikan dikanulasi terlebih dahulu, untuk memastikan tingkat kematangan gonadnya. Indukan dengan tingkat kematangan gonad tinggi (III atau IV) kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot serta menghitung dosis hormone yang disuntikkan. Dalam hal ini hormon yang digunakan adalah LHRHa + anti dopamine (merk dagang Ovaprim). Penyuntikan hormon gonadotropin diberikan dengan dosis 0,6 ml/kg induk betina dan 0,4 ml/kg induk jantan. Penyuntikan dilakukan

masing-116 I Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto masing sekali untuk setiap induk. Kemudian, induk ikan tambakan diletakkan di fiber pemijahan (Gambar 9.5) yang diberi aerasi sedang, diberi sedikit shelter berupa tanaman air dan ditutup agar ikan tidak meloncat. Perbandingan jumlah induk antar jantan dan betina adalah 1:1 atau 2:1. Ovulasi betina akan terjadi 8-12 jam setelah penyuntikan (Cahyanti et al., 2021), pada suhu air 27-29oC (Radona et al., 2014).

Gambar 9.5 Contoh Bak fiber untuk pemijahan ikan Tambakan

Pemijahan Buatan

Kegiatan pemijahan dengan sistem induce spawning memerlukan stabilizer (bisa eugenol atau MS22 atau bahan alami), untuk mengurangi tingkat stres pada induk serta memudahkan pada saat dilakukan penimbangan dan penyuntikan. Dosis pembiusan dapat mengikuti aturan yang tertera pada kemasan, namun umumnya dipakai dosis 50 ppm. Induk yang telah dibius dapat disegarkan kembali dengan cara merendam ikan pada air segar.

Pemijahan buatan dilakukan dengan penyuntikan hormon gonadotropin dengan dosis 0,6 ml/kg induk betina dan 0,4 ml/kg induk jantan. Penyuntikan dilakukan masing-masing sekali untuk setiap induk. Induk yang telah siap ovulasi (8-12 jam setelah penyuntikan) dilakukan pengalinan kemudian dilakukan pencampuran dengan spermatozoa, telur diaduk merata menggunakan bulu ayam dan ditambahkan air bersih untuk aktivasi spermatozoa sambil dilakukan pengadukan selama 1 menit, kemudian telur hasil pembuahan dibilas sekali dengan air bersih. Telur yang telah dibilas ditetaskan di dalam akuarium sampai menetas. Proses pemijahan ikan tambakan disajikan pada Gambar 9.6.

Pembenihan Ikan Tambakan Helostoma temminkii I 117

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 9.6 Proses pemijahan buatan; a. Proses kanulasi; b. Penyuntikan; c.

Pengambilan sperma; d. Stripping; e. Fertilisasi; f. Akuarium penetasan (Arifin et al., 2016)

118 I Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto Penetasan

Telur ikan tambakan bersifat mengapung (non adhesive).

Pengeraman/inkubasi telur dilakukan pada akuarium dengan padat tebar rata-rata 10 butir/cm luas permukaan air. Akuarium diberi aerasi sedang sebagai supply oksigen.

Ada sedikit perbedaan perlakuan antara pemijahan semibuatan dengan buatan. Pada pemijahan semi buatan, telur terlebih dahulu dipanen dari wadah pemijahan.

Pemanenan telur dilakukan secara hati-hati menggunakan serokan halus. Pemanenan telur dilakukan ketika telur sudah berubah warna dari kuning jernih menjadi kuning kehitam-hitaman. Sewaktu pemanenan telur sebaiknya dihindari kontak langsung dengan udara terlalu lama sehingga telur ikan tambakan tidak rusak. Pemindahan telur dilakukan hati-hati terutama saat menuangkan telur ke dalam akuarium. Telur mulai menetas (Gambar 9.7b) 18-24 jam setelah pembuahan. Radona et al. (2014) menyatakan rata-rata fekunditas induk tambakan dapat mencapai sebanyak ±30.000 butir/ekor (ukuran induk: 100-150 g). Sedangkan pada pemijahan buatan, telur hasil stripping yang telah dibuahi langsung ditebar pada akuarium dengan kepadatan yang disesuaikan dengan pemijahan semi buatan. Telur yang sudah dibuahi (Gambar 9.7a) berwarna kuning jernih sedangkan telur-telur yang tidak dibuahi berwarna putih susu.

Gambar 9.7 (a) Telur yang baru dibuahi; (b) Telur yang hampir menetas

Pemeliharaan larva

Setelah telur menetas, 3 hari kemudian larva dipindahkan ke wadah (hapa) yang terbuat dari kain organdi yang sudah terlebih dahulu ditancapkan pada kolam untuk dilakukan pemeliharaan. Kolam pemeliharaan larva idealnya dilakukan pada kolam tanah yang berdindingkan semen. Ketinggian air minimal 50 cm. Pengolahan kolam dilakukan sebelum larva ditebar. Pengolahan kolam meliputi pengeringan

Pembenihan Ikan Tambakan Helostoma temminkii I 119 kolam, pemupukan, dan pengisian air kolam. Pengeringan kolam bertujuan untuk membunuh mikroba dan hama yang berpotensi mengganggu proses pemeliharaan.

Pemupukan menggunakan pupuk urea + TSP dengan perbandingan 2:1. Dosis yang digunakan 40 g/m2. Pengisian kolam dilakukan bertahap agar pertumbuhan pakan alami optimal. Setelah kolam siap, larva ikan tambakan baru ditebar dengan kepadatan 100 ekor/m2. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat kondisi udara cukup sejuk. Larva ikan tambakan mengkonsumsi pakan alami yang tersedia dalam kolam pemeliharaan selama satu minggu pertama. Masa pemeliharaan selanjutnya, benih tambakan diberi pakan buatan berupa crumble dengan spesifikasi kandungan protein berkisar antara 30-32% dan lemak berkisar 8-12%. Pemeliharaan dilakukan selama tiga bulan dengan ukuran ikan saat panen sebesar 3-4 cm.

PENDEDERAN

Kolam pendederan bisa lebih fleksibel, bisa kolam tanah, kolam beton (Gambar 9.8c dan 9.8d), kolam terpal maupun karamba. Kolam sebelumnya harus disiapkan sesuai protokol, diantaranya adalah pengeringan, pengapuran dan penyemprotan desinfektan. Setelah 2-3 hari kolam mulai dialiri air. Air didiamkan selama beberapa hari (idealnya tujuh hari) baru kemudian larva siap ditebar. Selama pendederan ikan diberi pakan komersial berupa tepung dengan kandungan protein 41% dilanjutkan dengan pelet terapung kandungan protein 39-41% dan lemak 5%, dosis pakan diberikan sebanyak 5% dari biomassa dengan frekuensi tiga kali sehari.

Pendederan dilakukan selama 1,5 bulan sebelum kemudian dipindahkan pada kolam pembesaran. Penebaran larva disajikan pada Gambar 9.8a dan 9.8b.

120 I Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9.8 Proses pendederan larva Tambakan; a & b. Penebaran larva; c & d.

contoh kolam pendederan (Arifin et al., 2016)

PENUTUP

Ikan tambakan merupakan ikan lokal potensial Indonesia yang cukup mudah dibudidayakan. Pemeliharaan induk dan benih relatif lebih mudah. Yang perlu menjadi perhatian adalah proses penanganan telurnya yang agak sensitif. Pada saat penetasan, telur ikan tambakan umumnya bersifat rentan terhadap gangguan meskipun hanya gangguan kecil. Ikan tambakan termasuk dalam jenis ikan dengan pertumbuhan yang lambat, sehingga untuk bisa mencapai ukuran konsumsi diperlukan kesabaran yang sedikit ekstra.

Pembenihan Ikan Tambakan Helostoma temminkii I 121 DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2019). Helostoma temminckii (Cuvier, 1829). www.fishbase.org.

diakses tanggal 15 Juli 2020 jam 11.00 WIB

Anonymous. (2020). Distribution of kissing gouramy (Helostoma temminckii Cuvier, 1829). www.discoverlife.org. diakses tanggal 20 Juli 2020 jam 14.00 WIB Arifin, O.Z., Subagja, J., Cahyanti, W., & Kristanto, A.H. (2016). Naskah Akademik

Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) Hasil Domestikasi. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (tidak dipublikasikan)

Cahyanti, W., Subagja, J., Kusdiarti, Irawan, D., & Arifin O.Z. (2021). Keragaan bioreproduksi tiga generasi ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829). Media Akuakultur 16 (1): 1-6

Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, P., & Jauzi, A. (2005). Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar

Efriyeldi, & Pulungan, C.P. (1995). Hubungan panjang berat dan fekunditas ikan tambakan (Helostoma temminckii C.V) dari Perairan sekitar Taratak Buluh.

Pusat Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru. (tidak dipublikasikan)

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N., & Wirjoatmodjo, S. (1993). Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hong Kong. 221 p

Radona, D., Cahyanti, W., & Kusmini, I.I. (2014). Teknologi Pembenihan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) di Balai Budidaya Ikan Sentral Provinsi Kalimantan Barat. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2014: 885-891

Rahardjo, M.F. (1980). Ichthyology. Departemen Biologi, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

122 I Wahyulia Cahyanti, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto