• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIJAHAN Pemijahan Alami

PEMBENIHAN IKAN BELIDA Chitala lopis

PEMIJAHAN Pemijahan Alami

Gambar 3.1 Proses seleksi induk ikan belida untuk pemijahan (A. seleksi berdasarkan ukuran panjang; B. Pengecekan kematangan gonad berdasarkan warna genital; C. Kanulasi untuk mengecek tingkat kematangan gonad betina)

PEMIJAHAN Pemijahan Alami

Pemijahan alami dilakukan secara massal, induk yang terpilih hasil seleksi ditempatkan di kolam pemijahan. Pemijahan secara alami dengan mengunakan 20 induk betina dan 15 induk jantan dapat memenuhi batas minimal untuk menjaga keragaman ikan belida yang ditangkarkan dari alam pada awal pembentukan populasi (Nugroho et al. 2019). Pemijahan alami yang dilakukan di kolam tanah dengan perbandingan 1 jantan : 1 betina atau 1 jantan : 2 betina. Pada kolam pemijahan, ditempatkan substrat sebagai tempat penempelan telur. Substrat yang digunakan dapat berupa papan kayu berbentuk segi empat berukuran 100 x 50 cm. Selama pemeliharaan, induk diberi pakan anak ikan mas/nila. Monitoring benih ikan yang dihasilkan dari pemijahan secara alami ini dilakukan sekitar satu bulan setelah induk dipindahkan ke kolam pemijahan. Pemanenan benih dilakukan pada pagi hari. Benih biasanya berkumpul di tepi kolam. Pemijahan alami yang dilakukan di kolam tanah dengan memasangkan 20 ekor induk betina dan 15 ekor induk jantan secara massal menghasilkan benih ikan belida sebanyak 1.205 ekor dengan ukuran rata-rata panjang total 3,4 cm dan bobot tubuh 0,4 g. Jika mengacu pada fekunditas ikan belida genus Chitala adalah antara 1.194-8.320 butir (Adjie & Utomo dalam Sunarno, 2002) maka dapat diduga bahwa benih-benih tersebut kemungkinan berasal dari satu atau dua induk betina.

A B C

36 I RR Sri Pudji Sinarni Dewi, Estu Nugroho, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto Gambar 3.2. Panen benih ikan belida di kolam pemijahan (A. Proses pemanenan

benih; B. Benih hasil panen berukuran sekitar 3 cm)

Tabel 3.1. Produksi benih induk ikan belida hasil pemijahan secara alami

Parameter Nilai

Jumlah induk betina (ekor) 20

Jumlah induk jantan (ekor) 15

Bobot induk betina (kg) 1,2-3,3

Panjang total induk betina (cm) 56-67

Bobot induk jantan (kg) 0,8-1,6

Panjang total induk jantan (cm) 51-64

Jumlah benih (ekor) 1.205

Panjang total benih (cm) 3,4±0,2

Bobot benih (g) 0,4±0,1

Sumber: Dewi et al. (2019)

Pemijahan Semi Alami

Pada pemijahan semi alami, induk betina ikan belida yang matang gonad (TKG 4) diinduksi dengan hormon HCG dosis 500 IU/kg dan LHRH analog dosis 0,5 mL/kg.

Induksi hormon LHRH analog dilakukan 24 jam setelah induksi HCG. Hormon LHRH analog diberikan dua kali dengan interval waktu dari penyuntikan kesatu ke penyuntikan kedua selama enam jam, proporsi pemberian hormon yaitu 40% pada penyuntikan kesatu dan 60% pada penyuntikan kedua. Induk yang telah diinduksi secara hormonal dipindahkan ke kolam pemijahan. Pemijahan ditandai dengan adanya telur yang menempel pada substrat kayu. Substrat kayu yangsudah ditempeli telur kemudian diangkat dan dibilas dengan air bersih, setelah itu dimasukkan ke dalam

A B

Pembenihan Ikan Belida Chitala lopis I 37 akuarium dan diberi aerasi. Telur diinkubasi pada akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm dengan ketinggian air 20 cm. Suhu air yang digunakan selama inkubasi telur 28°C. Telur yang telah dibuahi berwarna kuning mengkilap, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih keruh. Telur menetas setelah diinkubasi selama tiga hari.

Telur yang menetas ditandai dengan gerakannya yang memutar, sedangkan telur yang tidak menetas berwarna putih keruh, tidak ada gerakan dan tetap menempel pada substrat yang pada akhirnya membusuk.

Gambar 3.3 Telur ikan belida pada hari pertama pengambilan substrat dari kolam pemeliharaan (A. telur yang tidak terbuahi; B. telur yang terbuahi) (Sumber: Setijaningsih et al., 2018)

Tabel 3.2. Produksi benih induk ikan belida hasil pemijahan secara alami

Parameter Nilai

Waktu laten pemijahan (jam) 13 - 15

Fekunditas (butir per ekor) 225 - 932

Diameter telur (mm) 3,2 – 3,8

Derajat pembuahan (%) 21 - 40

Derajat penetasan (%) 56 – 75

Panjang larva yang baru menetas (cm) 1,7 – 1,9

Sintasan (%) 30 - 50

Waktu laten pemijahan (jam) 13 - 15

Sumber: Setijaningsih et al. (2018)

38 I RR Sri Pudji Sinarni Dewi, Estu Nugroho, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto PENDEDERAN

Pendederan I

Benih ikan belida yang digunakan berukuran 3,4±0,2 cm. Benih dipelihara dalam akuarium berukuran 50 × 85 × 25 cm dan dilengkapi dengan aerasi.

Pemeliharaan dilakukan selama satu bulan dengan padat penebaran 1 ekor/L. Selama pemeliharaan, benih diberi pakan cacing tubifex. Nilai rata-rata pertumbuhan panjang spesifik benih ikan belida 1,283%/hari. Setelah satu bulan pemeliharaan, benih ikan belida akan mencapai ukuran 4,9±0,13 cm atau 0,9±0,03 g. Sintasan benih ikan belida pada tahapan pendederan I adalah 96,7±1,33%.

Gambar 3.4 Pendederan I ikan belida di dalam akuarium

Pendederan II

Benih ikan belida ikan yang dipelihara di kolam mempunyai pola pertumbuhan yang bersifat alometrik negatif (-) dengan nilai korelasi sebesar 92,85% (Nugroho et al. 2019). Pada pendederan II, benih yang digunakan berukuran 4,9±0,2 cm.

Pemeliharaan dapat dilakukan dalam akuarium atau waring. Pada tahap ini, benih dapat mulai dilatih untuk diberi pakan buatan. Pakan buatan yang diberikan adalah pakan khusus benih dengan kadar protein 40%. Jika dipelihara dalam akuarium, padat tebar yang digunakan adalah 50 ekor/akuarium untuk akuarium berukuran 50 x 85 x 25 cm. Pemeliharaan dilakukan selama dua bulan. Laju pertumbuhan spesifik panjang pada benih ikan belida yang diberi pakan buatan adalah 0,34%/hari sedangkan yang diberi cacing tubifex adalah 0,66% (tubifex). Panjang total akhir benih ikan belida yang diberi pakan buatan 6,01±0,06 cm, sedangkan yang diberi cacing tubifex

Pembenihan Ikan Belida Chitala lopis I 39 7,34±0,03. Pertumbuhan benih ikan belida yang diberi pakan berupa cacing tubifex lebih cepat dibandingkan pakan buatan. Hal ini diduga karena benih ikan belida lebih menyukai pakan hidup. Namun untuk keperluan domestikasi, penyesuaian pakan dari pakan hidup ke pakan buatan perlu dilakukan agar nantinya pertumbuhan benih ikan belida dapat setara dengan hasil pemberian pakan alami. Nilai sintasan pada akhir pendederan II berkisar antara 29,0-29,50% (Dewi et al. 2019).

Pendederan II ikan belida dilakukan dalam waring dengan kepadatan 20 ekor/m2. Selama pemeliharaan, benih diberi pakan berupa cacing tubifex.

Pemeliharaan dilakukan selama dua bulan. Laju pertumbuhan spesifik panjang benih berkisar antara 0,91 %/hari. Panjang total ikan belida pada akhir pemeliharaan mencapai 8,90±0,38 cm. Sintasan benih mencapai 87,46% (Dewi et al. 2019). Laju pertumbuhan dan sintasan pada benih ikan belida yang ditebar dengan ukuran dan umur yang sama pada waring menunjukkan nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan di akuarium. Hal ini diduga karena adanya ketersediaan pakan alami lainnya di dalam waring pemeliharaan benih yang ditempatkan dalam tanah. Pada kolam tanah tempat pemeliharaan benih ikan belida, didapati udang-udang kecil yang diduga juga menjadi pakan alami bagi benih ikan belida.

Gambar 3.5. Pendederan II ikan belida di dalam waring (A. Waring tempat pemeliharaan benih ikan belida yang ditempatkan di kolam tanah; B.

Benih ikan belida hasil pendederan II)

40 I RR Sri Pudji Sinarni Dewi, Estu Nugroho, Jojo Subagja, dan Anang Hari Kristanto PENUTUP

Keberhasilan pembenihan ikan belida mulai dari tahap pemijahan sampai menghasilkan benih yang siap dibudidayakan membuka peluang pengembangan bisnis pembenihan ikan belida di masyarakat. Pemanfaatan teknologi pembenihan ini selain dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pembudidaya juga mendukung program pelestarian ikan ini di alam melalui program restocking atau culture based fishery dari benih hasil budidaya. Kerjasama antara lembaga riset, pemerintah daerah, dan pembudidaya diharapkan dapat mengatasi permasalahan terancamnya kepunahan ikan belida di alam.