• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA GENETIK IKAN AIR TAWAR

Banyak ikan air tawar merupakan spesies yang penting secara ekonomi untuk budidaya dan perikanan. Namun, eksploitasi intensif dan perusakan habitat telah menempatkan spesies ini pada risiko kepunahan. Selain potensi dan tantangan di atas, sistematika evolusi atau isu genetik terkait taksonomi dan filogeni sangat mendesak untuk memahami sumber daya ikan yang ada dan punah, serta status IUCN mereka saat ini dan untuk menerapkan CITES.

Dahulu, fokus kegiatan dipusatkan pada identifikasi dan pendokumentasian keanekaragaman jenis ikan di Indonesia. Saat ini sedang dilakukan inventarisasi ulang sumber daya genetik ikan air tawar Indonesia mengenai keabsahan nama ilmiah yang benar dan posisi kelompok yang sesuai (Haryono & Tjakrawidjaja, 2004; Sudarto &

Pouyaud, 2005; Wowor & Ng, 2007; Rachmatika, 2010; Haryono; 2011; Jusmaldi et al., 2017; Hadiaty, 2018; Gustiano, 2018a; 2018b; 2019; 2020; Herawati et al., 2019).

Banyak sektor yang terlibat dalam pengelolaan perairan darat dengan berbagai peran dan target Menurut Nasution (2013) sekitar 32% dari 13,85 juta ha telah dimanfaatkan untuk perikanan.Berdasarkan data produksi, hasil tangkapan ikan air tawar tercatat sebesar 487.621 ton yang mewakili 38 jenis ikan (Gambar 1). Jika dicermati, angka ini

Potensi Sumber Daya Genetik, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ikan Lokal untuk Kegiatan Budidaya

I 5 kemungkinan besar tidak tepat karena pengelompokan spesies di atas kebanyakan berdasarkan kelompok bukan berdasarkan spesies. Misalnya, untuk kelompok lele yang berisi lebih dari sepuluh spesies, serta untuk patin, gabus, baung, dan lais.

Sedangkan kelompok ikan lainnya memiliki anggota yang lebih sedikit.

Dari 38 spesies, 29 spesies telah dimanfaatkan dengan total produksi 307.593 ton yang mewakili tujuh spesies dominan seperti baung, "bilih" (Mystacoleucus padangensis), gabus, lais, tengadak, patin, dan sepat (Gustiano et al., 2021a).

Dibandingkan dengan total produksi ikan air tawar, total hasil tangkapan hanya 10%

dari total produksi ikan air tawar. Sedangkan produksi perikanan budidaya sebesar 3,3 juta ton atau 90% dari total produksi. Lima spesies yang memiliki kontribusi besar terhadap produksi perikanan budidaya, yaitu nila, lele afrika, patin bangkok, mas, dan gurami. Meskipun Indonesia adalah salah satu yang terbesar kelima sebagai produsen akuakultur di dunia, namun produksi utama perikanan budidaya didominasi oleh spesies introduksi (nila, lele, patin, dan mas), hanya gurami yang merupakan spesies asli Indonesia.

Saat ini baru 22 jenis ikan air tawar yang telah dikembangkan untuk kegiatan budidaya dalam mendukung diversifikasi usaha budidaya (Gustiano et al., 2015).

Besarnya potensi sumber daya genetik ikan dan harapan yang tersimpan nampaknya belum dimanfaatkan secara optimal. Sangat ironis bahwa budidaya perikanan air tawar masih didominasi oleh ikan introduksi.

Mengingat kekayaan sumber daya genetik ikan air tawar demikian besar, sudah selayaknya Indonesia memiliki komoditas andalan air tawar yang menjadi ikon Indonesia. Ikan-ikan asli Indonesia seperti sepat, gabus, tambakan, dan betok dapat memainkan peranan yang lebih besar untuk membangun ekonomi masyarakat (Gustiano, 2018a). Dengan ketersediaan sumber daya genetik ikan yang melimpah, rendahnya jumlah jenis dan produksi ikan menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya genetik belum optimal.

6 I Rudhy Gustiano

Gambar 1.1 Total produksi penangkapan ikan air tawar Indonesia tahun 2017 berdasarkan dari statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan 2018 (Gustiano et al., 2021a)

Patut disadari bahwa peningkatan produksi budidaya ikan tidak hanya mengandalkan potensi sumber daya dan pendekatan teknologi pada sistem budidaya, namun telah mengandalkan penggunaan jenis populasi ikan unggul hasil domestikasi dan rekayasa genetika ikan yang telah dibudidayakan. Di Asia, negara yang berhasil dengan rekayasa genetika pada ikan konsumsi air tawar melalui seleksi adalah Taiwan dengan nila merah dan lele dumbo, Thailand dan Filipina untuk beberapa strain ikan nila. Mengingat target nasional konsumsi per kapita pada tahun yang terus dipacu, maka diperlukan teknik/pendekatan tertentu yang menghasilkan ikan-ikan unggul dengan memanfaatkan sumber daya genetik ikan budidaya baru yang potensial.

Pendekatan rekayasa genetika akan menghasilkan produktivitas perikanan secara optimal sebagaimana diterapkan negara-negara yang mengandalkan budidaya sebagai kekuatan ekonomi negaranya.

Potensi Sumber Daya Genetik, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ikan Lokal untuk Kegiatan Budidaya

I 7 BUDIDAYA IKAN LOKAL

Berdasarkan RPJM nasional yang ditindaklanjuti dengan kebijakan KKP, budidaya perikanan air tawar peranannya terfokus pada: 1) pangan terkait dengan konsumsi ikan/nilai gizi yang selalu ditingkatkan targetnya setiap tahun, 2) kearifan ikan lokal berbasis ikan asli terkait perbaikan ekonomi dan kesejahteraan, serta keberlangsungan sumber daya genetik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemanfaatan sumber daya genetik ikan budidaya baru yang potensial untuk mencukupi kebutuhan pangan, diversifikasi produk budidaya dengan keunggulan berbeda, serta meningkatkan peranan dan fungsi kearifan lokal dalam pengembangan budidaya ikan asli air tawar di Indonesia. Langkah strategis yang dilakukan KKP untuk program di atas adalah dengan menindaklanjutinya melalui kebijakan teknis pembentukan kampung budidaya ikan. Pemahaman tentang keanekaragaman ikan asli yang memiliki nilai ekonomi penting seperti patin, baung, lais, lele, dan gabus yang mewakili jenis ikan sungai dan rawa banjiran diharapkan dapat memberikan wawasan ilmiah yang lebih luas kepada masyarakat umum dan seluruh pemangku kepentingan untuk lebih meningkatkan pemanfaatan sumber daya ikan asli dan lebih mendorong upaya konservasinya.

Menurut Gustiano (2009), empat belas jenis ikan patin yang ada di Indonesia adalah Helicophagus typus Bleeker, 1858; H. waandersii Bleeker, 1858;

Pangasianodon hypophthalmus (Sauvage, 1878); Pteropangasius micronemus (Bleeker, 1847); Pangasius nieuwenhuisii (Popta, 1904); P. humeralis Roberts, 1989;

Pangasius lithostoma Roberts, 1989; P. polyuranodon (Bleeker, 1852); P. macronema (Bleeker, 1850); P. kunyit (Pouyaud, Teugels & Legendre, 1999); P. mahakamensis (Pouyaud, Gustiano & Teugels, 2002); P. djambal (Bleeker, 1846); P. nasutus (Bleeker, 1862); P. rheophilus (Pouyaud & Teugels, 2000). Semua spesies patin merupakan spesies ikan yang penting secara ekonomi bagi komunitas nelayan di daerah penangkapan ikan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestarian jenis-jenis ikan di atas dari kegiatan yang mengancam.

Di Indonesia, genus Hemibagrus atau baung memiliki sepuluh spesies (Gustiano et al., 2018b) yang terdiri dari Hemibagrus nemurus (Valenciennes, 1840);

H. planiceps (Valenciennes, 1840); H. hoevenii (Bleeker, 1846); H. wyckii (Bleeker,

8 I Rudhy Gustiano

1858); H. bongan (Popta, 1904); H. fortis (Popta, 1904); H. oliroides (Roberts, 1989);

H. velox (Tan & Ng, 2000); H. caveatus (Ng, Wirjoatmojo & Hadiaty, 2001); H.

lacustrinus (Ng & Kottelat, 2013). Banyak jenis baung yang menjadi makanan favorit dan telah dibudidayakan di Sumatera dan Jawa.

Dari 28 ikan lais dari genus Ompok yang ada di dunia, sebanyak 15 spesies terdapat di Indonesia. Spesies-spesies tersebut adalah O. siuroides (Lacepede, 1803);

O. hypophthalmus (Bleeker, 1846); O. leiacanthus (Bleeker, 1853); O. eugeneiatus (Vaillant, 1893); Ompok borneensis (Steindachner, 1901); O. miostoma Vaillant, 1902; O. jayney (Fowler, 1905); O. weberii (Hardenberg, 1936); O. Javanensis (Hardenberg, 1938); O. fumidus (Tan & Ng, 1996); O. pluriadiatus (Ng, 2002); O.

binotatus (Ng, 2002); O. rhadianurus (Ng, 2003); O. supernus (Ng, 2008); O.

brevirictus (Ng & Hadiati, 2009). Diketahui bahwa ikan lais ini merupakan ikan yang sangat digemari masyarakat di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Ikan lele ada di Indonesia menurut Gustiano et al. (2021b; 2021c) adalah Clarias nieuhofii (Cuvier & Vallenciennes, 1840); Clarias teijsmani (Bleeker, 1857);

Clarias pseudonieuhofii (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2004); Clarias intermedius (Teugels, Sudarto & Pouyaud, 2001); Clarias meladerma (Bleeker, 1846); Clarias leiacanthus (Bleeker, 1851); Clarias olivaceus (Fowler, 1904); Clarias punctatus (Valenciennes, 1840); Clarias microstomus (Ng, 2001); Clarias pseudoleiacanthus (Sudarto, Teugels & Pouyaud, 2003); Clarias kapuasensis (Sudarto, Teugels &

Pouyaud, 2003). Saat ini ikan lele jalan merupakan ikan makanan utama nomor dua di Indonesia. Namun budidaya lele lokal kurang populer dibandingkan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diintroduksi dari Afrika (Gustiano et al., 2020).

Gustiano et al. (2019) mengatakan bahwa ada 10 spesies ikan gabus yang tercatat di Indonesia. Jenis-jenis gabus tersebut adalah Channa bankanensis (Bleeker, 1852), C. cyanopilos (Bleeker, 1853), C. gachua (Hamilton, 1822), C. lucius (Cuvier, 1831), C. marulioides (Bleeker, 1851), C. melasoma (Bleeker, 1851), C. micropeltes (Cuvier, 1831), C. pleurophthalmus (Bleeker, 1851), C. striata (Bloch, 1783), C.

melanopterus (Bleeker, 1855).

Potensi Sumber Daya Genetik, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ikan Lokal untuk Kegiatan Budidaya

I 9 Sebelum pembentukan kampung budidaya ikan, pengembangbiakan adalah salah satu langkah untuk mendukung keberhasilan kampung-kampung yang dibentuk.

Selain itu pengembangbiakan atau pembenihan ikan merupakan langkah yang paling penting dalam mengoptimalkan pemanfaatan dan menjaga keberlangsungan sumber daya genetik ikan yang dimiliki baik dari spesies ikan sungai maupun rawa.

Pengembangbiakan dimulai dari proses domestikasi dengan tindak lanjut kepada pembenihan ikan target Terkait dengan komoditas yang menjadi target pengembangan, perlu dipertimbangkan sasaran yang akan dituju baik target pengguna maupun penggunaan ikan yang dikembangkan seperti untuk pangan, devisa, bahan baku biofarmaka atau pelestarian jenis.

Saat ini, pembudidaya ikan secara tradisional/konvensional telah mendomestikasi beberapa spesies ikan konsumsi ikan air tawar asli seperti ikan tawes, nilem, gurami dan tambakan, mata merah dan lain-lain. Namun produktivitas yang diperoleh oleh para pembudidaya masih relatif rendah dan sulit dipastikan. Di sisi lain, KKP berhasil melepas dan merilis spesies unggul ikan asli yang didomestikasi untuk pengembangan akuakultur (Gambar 1.2).

10 I Rudhy Gustiano

Gambar 1.2 Spesies ikan air tawar konsumsi asli Indonesia hasil rilis dalam proses domestikasi (Kurniawan et al., 2021)

Dalam buku ini akan disampaikan perbenihan sembilan spesies ikan air tawar konsumsi asli Indonesia (tor, baung, tambakan, betok, gabus, uceng, tapah, tapah, dan belida) baik yang telah dirilis/proses rilis atau masih dalam proses akhir domestikasinya.

Potensi Sumber Daya Genetik, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ikan Lokal untuk Kegiatan Budidaya

I 11 DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 1991. A field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen Research Institute, Madang, Papua New Guinea. 1-268. 12 https://catalogue.nla.gov.au/Record/203599

Bachry, S., Solihin, D., Gustiano, R., Soewardi, K., & Butet, N. 2019. Genetic Diversity of the Haliotis diversicolor squamata from Southern Coastal Java (Banten, Pangandaran and Alas Purwo) and Bali Based on Mitochondrial CO1 Sequences. Tropical Life Sciences Research 30 (3), 82-93.

http://www.tlsr.my.30032016_6

Bappenas. 2003. Indonesian Biodiversity Action Plan 2003-2020. National Planning Agency (Bappenas). Jakarta. 140 p. https://www. Bappenasgo.id

Bappenas. 2015. Indonesian Biodiversity Action Plan 2015-2020. National Planning Agency (Bappenas). Jakarta. 289 p. https://www. Bappenasgo.id

Dudgeon, D. 2000. The ecology of tropical Asian rivers and streams concerning biodiversity conservation. Annu. Rev. Ecol. Syst., 31: 239-63.

https://doi.org/10.1146/annurev.ecosyst.31.1.239

Froese, R., & Pauly, D. (eds.). 2020. FishBase. World Wide Web electronic publication.https://www.fishbase.se/search.

Gustiano, R. 2009. Pangasiid catfishes of Indonesia. Bulletin Plasma Nutfah. 15 (2) : 91-100

Gustiano, R., Kusmini, I.I., & Ath-athar, M.H.F. 2015. Mengenal sumber daya genetik ikan spesifik lokal air tawar indonesia untuk pengembangan budidaya. 51 h Gustiano, R. 2018a. Rekayasa genetika dalam pemanfaatan sumber daya ikan air tawar

konsumsi. Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, KKP. 75 h. ISBN 9786025791208

Gustiano, R., Ath-thar, M.H.F., Radona, D., Subagja, J., & Kristanto, A.H. 2018b.

Keanekaragaman dan Budidaya Ikan Baung. IPB Press, Bogor. 73 h

12 I Rudhy Gustiano

Gustiano, R., Ath-thar, M.H.F., & Kusmini, I.I. 2019. Diversiti, Biologi reproduksi dan Manajemen induk ikan gabus. IPB Press. 104 h

Gustiano, R., Prakoso, V.A., Iswanto, B., Radona, D., Kusmini, I.I., & Ath-thar M.H.F.

2020. Biodiversitas, Status dan Tren Budidaya Ikan Lele. IPB Press. 88 h Gustiano, R., Kurniawan, K.., & Haryono. 2021a. Optimizing the Utilization of

Genetic Resources of Indonesian Native Freshwater Fish. Asian Journal of Conservation Biology 10(2) (In press)

Gustiano, R., Prakoso, V.A., Radona, D., Dewi, R.R.S.P.S., Saputra, A., & Nurhidayat.

2021b. A sustainable aquaculture model in Indonesia: multibiotechnical approach in Clarias farming. IOP Conf. Series: Earth and Environmental

Hadiaty, R.K. 2011. Diversity and fish species lost of Ciliwung and Cisadane rivers.

Berita Biologi, 10 (4) : 491-504. (In Indonesia).

https://doi.org/10.32491/jii.v11i2.138

Hadiaty, R.K. 2018. Taxonomy status of endemic freshawater ichthyofauna of

Sulawesi, Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 18(2).

http://doi.org/10.32491/jii.v.812.428

Haryani, G.S., Hidayat, & Samir, O. 2020. Diversity of Fish Caught Using Gill Nets In Lake Sentarum, West Kalimantan – Indonesia. In Proceedings of Tropical Limnology, Research Center for Limnology-LIPI. http://doi:10.1088/1755-1315/535/1/012037

Haryono, & Wahyudewantoro, G. 2020. The alien freshwater fish of Mount Galunggung, West Java, Indonesia. Biodiversitas 21 (4) : 1407-1414.

https://doi.org/10.13057/biodiv/d210419

Potensi Sumber Daya Genetik, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ikan Lokal untuk Kegiatan Budidaya

I 13 Haryono. 2011. Study of ichthyofauna diversity peat-land forest of Indonesia.

Proceeding of The International Workshop on Sustainable Management of Bio-Resources in Tropical Peat-Swamp Forest. P: 78-96

Haryono, & Tjakrawidjaja, A.H. 2004. Studies on: The freshwater fishes of North Sulawesi. Puslitbang Biologi, LIPI, Jakarta. 120 p

Herawati, T., Rohman, A., & Wahyudewantoro, G. 2019. Freshwater fish in West Java dan Its Conservation Status. Unpad Press, Sumedang, Indonesia. 115 p IUCN. 2020. Urgent neededs as 16 freshwater in Southeast Asia declared Extinct in

latest Red List update. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2020-3. http://www.speciesonthebrink.org/news/urgent-action-needed- Jusmaldi, Duryadi, D., Affandi, R., Rahardjo, M., & Gustiano, R. 2017. DNA

Barcoding of Lais catfish Kryptoterus genus from Mahakam river, South Borneo. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 14(3):191-199. http://jurnal-iktiologi.org/index.php/jii/article/view/80/61

Kartamihardja, E.S. 2008. Changes in Fish Community Composition and Important Factors Affecting the Forty Years of the Djuanda Reservoir. Jurnal Iktiologi Indonesia, 8(2):67-78. (In Indonesia). https://doi.org/10.32491/jii.v8i2.289 Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N., Wirjoatmodjo, S. Freshwater fishes of

Western Indonesia and Sulawesi. Singapore, Periplus Edition. 1993: 1-291.

ISBN 0945971605

Kurniawan, K., Gustiano, R., Kusmini, I.I., & Prakoso, V.A. 2021. Genetic resources preservation and utilization of Indonesian native freshwater fish consumption.

Eco. Env. & Cons. 27 (1) :227-233. http//:www.envirobiotechjournals.com Muchlisin, Z. 2012. First report on introduced freshwater fishes in the waters of Aceh,

Indonesia. Archives of Polish Fisheries 20 (2) : 129-135.

https://doi.org/10.2478/v10086-012-0015-1

Nasution, Z. 2013. Fisherman community development for fisheries inland waters management. The Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Jakarta, Indonesia.

77 p

14 I Rudhy Gustiano

Ohee, H.L. 2017. Fish biodiversity of South Papua. Jurnal Biologi Papua 9 (2) : 74-82. https://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JBP/article/view/117

Rachmatika, I. 2010. Taxonomy and habitat of river gouramy, Osphronemus septemfasciatus (Roberts, 1992). Berita Biologi 10 (2) : 145-151.

https://doi.org/10.32491/jii.v10i2.166

Roesma. 2013. Evaluation of Fish Species Diversity in Lake Maninjau. Proceeding Semirata, Faculty of Science, Lampung University, Lampung.

https://jurnal.fmipa.unila.ac.id/semirata/article/view/670/490

Samir, O., Haryani, G.S., Lukman, et al. 2017. Iktiofauna Lake Hanjalutung, Central Kalimantan. Proceedings of the Scientific Meeting of the Indonesian Limnological Society, 158-165. ISBN: 978-602-70157-2-2.

https://drive.google.com/file/d/1xxajW6cBDTZXnYos6z950AXH4HfldDPo/

view

Sudarto, & Pouyaud, L. 2005. Identification key based on morphological characters of the Southeast Asian species of the genus Clarias (Pisces: Clariidae). Jurnal Iktiologi Indonesia 5 (2) : 39–47. https://doi.org/10.32491/jii.v5i2.236 Weber, M., & de Beaufort, L.F. 1913 The fishes of Indo-Australian archipelago II,

Malacopterygii, Myctophoidea, Ostariophysi: I. Siluroidea. E.J. Brill Ltd, Leiden. 1-404. http://kikp.pertanian.go.id/pustaka/opac/detail-opac?id=1083 Widjaja, E.A., Rahayuningsih Y, Rahajoe JS, et al. 2014. Indonesia's biodiversity

today. LIPI Press. 1-344. (In Indonesia). ISBN 978-979-799-801-1

Wowor, D., & Ng, P.K.L. 2007. The giant freshwater prawns of the Macrobrachium rosenbergii species group (Crustacea: Decapoda: Caridea: Palaemonidae). The Raffles Bulletin of Zoology 55 (2) : 321-336. https://lkcnhm.nus.edu.sg/wp-content/uploads/sites/10/app/uploads/2017/06/55rbz321-336.pdf

Potensi Pembenihan Ikan Dewa Tor soro I 15

BAB II.