• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENIHAN IKAN DEWA Tor soro

PENETASAN TELUR

Derajat pembuahan hasil pemijahan semi buatan berkisar antara 80-95%.

Evaluasi keberhasilan pembuahan dapat diamati secara visual setelah terjadinya fase pembelahan sel kutub anima. Cahyanti et al. (2019) melakukan pengamatan pada derajat pembuahan dan daya tetas telur tiga spesies ikan tor mendapatkan hasil derajat pembuahan dan derajat penetasan Tor douronensis masing-masing sebesar 76,00±7,21 dan 80,36±6,00, Tor soro 93,33±1,15 dan 93,32±4,57 serta Tor tambroides 91,33±1,15 dan 90,20±2,75. Kusmardani et al. mengemukakan bahwa hasil persilangan antara 3 spesies ikan tor (Tor soro, Tor tambroides dan Tor dourunensis) menghasilkan derajat pembuahan yang tinggi berkisar antara 86,33±2,08 - 93,66±1,15%.

Telur ikan dewa rata-rata menetas pada umur 4 hari pada suhu 23-25℃.

Kecepatan perkembangan embrio selama proses inkubasi telur dipengaruhi oleh fisika

Potensi Pembenihan Ikan Dewa Tor soro I 23 dan kimia air khususnya suhu air. Proses perkembangan embrio pada suhu 21-24°C sampai menetas selama 4 hari (Arifin et al., 2019), sedangkan Cahyanti et al. (2019) mengemukakan bahwa telur ikan torsoro menetas seluruhnya selama 120,39 ± 0,42 jam (5 hari) pada kisaran suhu 23,58-23,68℃. Suhu memberi pengaruh terhadap perkembangan embrio, nilai daya tetas dan tingkah laku larva (Valeta et al., 2013).

Andriyanto et al. (2013) berpendapat, keberhasilan telur untuk menetas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dari dalam yaitu kerja mekanik dari aktivitas larva itu sendiri maupun dari kerja enzimatis yang dihasilkan oleh telur, sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi penetasan telur ikan, yaitu suhu, kelarutan oksigen, intensitas cahaya, pH, dan salinitas.

Hasil penelitian Arifin et al. (2020) menunjukkan bahwa perbedaan suhu inkubasi memberikan pengaruh terhadap lama waktu dan derajat penetasan. Pada suhu 28-30℃, telur ikan Tor soro tidak menetas, sedangkan pada suhu inkubasi 25-27℃, telur menetas setelah 77,33±1,15 jam, pada suhu 22-24℃ selama 103,33±2,31 jam dan suhu 19-21℃ selama 182±3,46 jam untuk menetas. Pada ikan Tor tambroides, Yulianti (2016) menunjukkan hasil penetasan suhu 23-25℃ menetas setelah 5±1,2 hari inkubasi, pada suhu 26-28℃ menetas setelah 6±1,5 hari inkubasi, dan pada suhu 20-22℃ selama 9±1,7 hari inkubasi, sedangkan pada suhu 29-31℃ telur tidak menetas.

Pada derajat penetasan, suhu rendah memberikan nilai derajat lebih tinggi dibanding suhu tinggi. Yulianti (2016) mengemukakan bahwa derajat penetasan tertinggi pada telur ikan Tor tambroides diperoleh pada suhu 20-22℃ dengan nilai sebesar 94,0±2,00%, pada suhu 23-25 sebesar 88,7±6,12% dan pada suhu 26-28℃

sebesar 70,7±9,02%. Derajat penetasan telur persilangan tiga spesies ikan tor berkisar antara 84,33±2,08 - 88,00±1,00% (Kusmardani et al., 2021).

Secara ringkas tahapan perkembangan embrio ikan tor soro berdasarkan Cahyanti et al. (2019) seperti pada Tabel 2.1.

24 I Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, dan Jojo Subagja

Tabel 2.1. Fase perkembangan embrio ikan torsoro pada suhu penetasan air 24-25℃

Jam ke- Gambar Keterangan

0 Prediksi waktu saat terjadi

pembuahan

2 Fase pembelahan sel

5 Fase pembelahan sel

10 Fase morula hingga blastula

20 Fase gastrula hingga neurula

60 Fase awal terbentuknya embrio

80 Tahap akhir terbentuknya embrio

100 Cangkang telur mulai pecah

120 Menetas sempurna

Potensi Pembenihan Ikan Dewa Tor soro I 25 PEMELIHARAAN LARVA

Larva yang telah habis yolk sack dipelihara di akuarium dengan kepadatan 100 ekor/L. Pemberian pakan dimulai dari hari ke 9-11 setelah ikan menetas, diberi pakan alami berupa Nauplii Artemia selama 5-7 hari, selanjutnya dapat diberi pakan komersial berbentuk powder atau pakan alami cacing tubifex segar maupun hidup.

Secara keseluruhan, pemeliharaan larva berlangsung selama 20-21 hari atau sampai benih mencapai ukuran 1,5-2 cm.

Pakan hidup dapat berenang di kolom air sehingga selalu tersedia untuk larva.

Pergerakan pakan hidup di dalam air memungkinkan akan merangsang respons makan larva. Pakan alami memiliki exoskeleton yang tipis dan kadar air yang tinggi, sehingga memiliki rasa yang lebih enak bagi larva, dibandingkan dengan pakan formulasi pelet yang keras dan kering. Redjeki (2007) mengemukakan bahwa larva ikan dewa dapat makan berupa Rotifera, Moina dan Daphnia serta campuran ketiga jenis plankton tersebut menghasilkan pertumbuhan larva tertinggi dibanding jenis pakan lain.

PENDEDERAN

Pendederan adalah aktivitas produksi benih ikan dewa dimulai dari penyiapan kolam pemeliharaan sampai menghasilkan benih ukuran tertentu dalam waktu pemeliharaan tertentu. Pemeliharaan dilakukan di dalam kolam tembok dengan aliran air yang berasal dari aliran sungai atau saluran air lainnya. Pemeliharaan benih dilakukan di dalam ruangan tertutup (hatchery), diawali dengan memindahkan benih dari akuarium penetasan ke dalam akuarium pemeliharaan, akuarium menggunakan sistem resirkulasi biofilter, serta dilengkapi dengan aerasi. Padat tebar sebanyak 15 ekor/L. Qudus & Lili (2012) memperoleh hasil penelitian padat penebaran tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, tetapi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan. Padat tebar 10 ekor/L merupakan padat penebaran terbaik bagi pemeliharaan benih ikan torsoro (Tor soro) dengan menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian sebesar 3,80% hari, biomassa mutlak sebesar 0,39 g, panjang mutlak sebesar 1,405 cm dan tingkat kelangsungan hidup sebesar 100%.

26 I Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, dan Jojo Subagja

Pada awal pemindahan, benih sudah mulai aktif berenang dan mulai responsif pada pakan buatan berbentuk tepung. Pada awal pemeliharaan diberikan pakan tepung selama dua minggu dan selanjutnya pakan tepung diganti dengan pakan crumbel (P1) diberikan selama dua minggu (minggu ke III dan IV) sampai ikan mencapai ukuran 2-3 cm. Wulandari (2021) mengemukakan bahwa penambahan enzim papain dalam pakan buatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan SGR, BM, FCR, EP, dan RP namun tidak berbeda nyata terhadap SR. Dosis optimal enzim papain sebesar 2% pada pakan buatan mampu meningkatkan pertumbuhan benih ikan dewa (T. soro) dan pemberian enzim papain yang lebih efisien.

Frekuensi pemberian pakan memiliki pengaruh yang kuat pada pertumbuhan ikan dan memberikan kuantitas pakan yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan ikan yang baik. Subagja & Radona (2018) memperoleh hasil penelitian perlakuan frekuensi pemberian pakan berbeda dengan nilai pertumbuhan benih ikan Tor tambroides dan Tor douronensis (Radona et al., 2016) yang diperoleh tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan yang lambat dan frekuensi pemberian pakan belum terlalu signifikan pada benih ukuran 2 cm. Efek dari frekuensi pemberian dan efisiensi pakan tergantung pada jenis ikan, ukuran ikan, diet protein, tingkat energi, dan waktu makan (Dwyer et al., 2002). Frekuensi pemberian pakan optimal berbeda pada tiap spesies dan ukuran ikan (Lee et al., 2000).

PENUTUP

Ketersediaan benih baik dalam jumlah, ukuran dan mutu secara berkesinambungan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya. Benih ikan dewa dapat dihasilkan dari hasil pemijahan secara alami, semi buatan dan buatan.

Ketersediaan induk, kondisi lingkungan dan keterampilan sumberdaya manusia yang mendukung serta teknologi yang digunakan merupakan faktor penentu keberhasilan pembenihan.

Potensi Pembenihan Ikan Dewa Tor soro I 27 DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, W., Slamet, B., & Ariawan, I.M.D.J. 2013. Perkembangan embrio dan rasio penetasan telur ikan kerapu raja sunu (Plectropoma laevis) pada suhu media berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 5 (1) : 192-207 Arifin, O.Z., Subagja, J., Asih, S., & Kristanto, A.H. 2019. Budidaya Ikan Dewa. IPB

Press, 98 + 14 halaman romawi

Arifin, O.Z., Mumpuni, F.S., Sofian, S., Cahyanti, W., & Hasan, O.D.S. 2020.

Perkembangan embrio ikan tor soro (Tor soro) pada suhu inkubasi berbeda.

Media Akuakultur, 15 (2), 53-58

Asih, S., Nugroho, E., Kristanto, A.H., & Mulyasari. 2008. Penentuan variasi genetik ikan torsoro (Tor soro) dari Sumatera dan Jawa Barat dengan Metode Analisis Random Amplied Polymorphism DNA (RAPD). Jurnal Riset Akuakultur, 3(1);

91-97

Asih, S., & Setijaningsih, L. 2011. Keberhasilan pembenihan ikan lokal torsoro (Tor soro) koleksi dari Sumatera Utara (Aek Sirambe, Tarutung dan Bahorok) sebagai upaya konservasi ikan lokal. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 1-7

Asih, S., Subagja, J., Kristato, A.H., Nugroho, E., & Gustiano, R. 2011. Naskah akademik permohonan pelepasan jenis Ikan Tor soro hasil domestikasi, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, 28 halaman

Cahyanti, W., Soelistyowati, D.T., Carman, O., & Kristanto, A.H. 2019. Artificial spawning and larvae performance of three Indonesian mahseer species. Bioflux, 12(1); 280-288

Dwyer, K.S., Brown, J.A., Parrish, C., & Lall, S.P. 2002. Feeding frequency affects food consumption, feeding pattern and growth of juvenile yellowtail flounder Limanda ferruginea. .Aquaculture, 213; 279-292

Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. 163 pp

28 I Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, dan Jojo Subagja

Effendi, E.M., Pratama, I., & Subagja, J. 2015. Teknik inkubasi telur menggunakan sistem tray bertingkat untuk meningkatkan daya tetas telur ikan semah (Tor douronensis). Ekologia, 15(1);14-21

Farastuti, E.R., Sudrajat, A.O., & Gustiano, R. 2014. Induksi ovulasi dan pemijahan ikan soro (Tor soro) menggunakan kombinasi hormon. Limnotek, 21(1); 87 Gafar, A.K., Utomo, A.D., & Adjie, S. 1991. Pola pertumbuhan, makanan dan

fekunditas ikan semah (Labeobarbus douronensis) di Sungai Komering bagian hulu, Sum-Sel. Bulletin Penelitian Perikanan Darat, 10(1): 17-21

Gustiano, R., Kontara, E.K., Wahyuningsih, H., Subagja J., Asih S., & Saputra, A.

2013, Domestication of mahseer (Tor soro) in Indonesia. Proceedings 6th Fish and Shellfish Larviculture Symposium, 165-168

Harjamulia, A., Suhenda, N., & Wahyudi, E. 1995. Perkembangan oosit dan ovari ikan semah (Tor douronensis) di Sungai Selabung, Danau Ranau, Sumatera Selatan.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 1(3) 36-46

Harvey, B., & Carolsfeld, J. 1993. Induced breeding in tropical fish culture. Ottawa, Canada, IDCR, 144 p

Haryani, G., Lukman, & Hehanusa, P.E. 1997. Karakteristik habitat ikan kancra (Labeobarbus sp.) di Daerah Kuningan, Jawa Barat. Prosiding Expose Hasil Penelitian 1995/1996; 48-49

Haryono. 2006. Aspek biologi ikan tambra (Tor tambroides Blkr.) yang eksotik dan langka sebagai dasar domestikasi. Biodiversitas, 7(2); 195-198

Haryono, Agus, H.T., Subagja, J., Asih, S., & Wahyudewantoro, G. 2010. Teknik Budididaya Ikan Tambra. 1. Ikan tambra. 2. Budidaya. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor,52 halaman

Ingram, B., Sungan, S., Gooley, G.J., Sim, Y.S., Tinggi, D., & De Silva, S. 2005.

Induced spawning, larval development and rearing of two indigenous Malaysian mahseer, Tor tambroides and Tor douronensis. Aquaculture Research, 36; 1001-1014

Potensi Pembenihan Ikan Dewa Tor soro I 29 Ingram, B., Sungan, S., Tinggi, D., Sim, S.Y., & De Silva, S. 2007. Breeding performance of Malaysian mahseer, Tor tambroides and T. douronensis broodfish in captivity. Aquaculture Research, 38; 809-818

Kusmardani, T.Y., Arifin, O.Z., Soeprijanto, A., & Maimunah, Y. 2021. Hibridisasi interspesifik tiga spesies ikan tor (Tor soro, Tor douronensis, dan Tor tambroides) secara resiprokal pada fase larva. Jurnal Riset Akuakultur, 16 (1), 1-8

Lee, S.M., Cho, S.H., and Kim, D.J., 2000. Effects of feeding frequency and dietary energy level on growth and body composition of juvenile flounder, Paralichthys olivaceus Temminck & Schlegel. Aquaculture Research, 31; 917-921

Muchari, Redjeki, S., & Nofdiyanto. 1999. Penelitian pendahuluan aspek biologi ikan kancra (Labeobarbus douronensis) di Kab. Kuningan, Jawa Barat. Prosiding Hasil Penelitian Puslitbang Limnologi LIPI tahun 1998/1999: 12p

Nugroho, E., Subagja, J., Asih, S., & Kurniasih, T. 2006. Evaluari keragaman genetik ikan kancra dengan menggunakan marker Mt DNA D-Loop dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Jurnal riset Akuakultur,1 (2) ; 211-217

Nugroho, E., Soewardi, K., & Kurniawirawan, A. 2007. Analisis keragaman genetik beberapa populasi ikan batak (Tor soro) dengan Metode Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 14 (1) ; 53-57

Nur, B., Permana, A., Priyadi, A., Mustofa, S.Z., & Murniasih, S. 2017. Induksi ovulasi dan pemijahan ikan agamyxis (Agamyxis albomaculatus) menggunakan hormon yang berbeda. Jurnal Riset Akuakultur, 12 (2): 169-177

Qudus, R.R., & Lili, W. Pengaruh padat penebaran yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan torsoro (Tor soro). Jurnal Kelautan dan Perikanan, 3(4); 253-260

30 I Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, dan Jojo Subagja

Radona, D., Subagja, J., Kusmini, I.I., & Gustiano, R., 2016. Performa ikan semah Tor douronensis dengan frekuensi pakan yang berbeda. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 15-19 Redjeki, S. 2007. Perbenihan ikan kancra bodas (Labeobarbus douronensis) di kolam

petani Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 14 (2) ; 97-102

Redjeki, S., Muchari & Asih, S. 2003. Padat tebar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kancra (Labeobarbus douronensis). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 10 (2) : 93-97

Redjeki, S., Muchari & Supriatna, A. 2003. Penggunaan hormon terhadap pematangan dan pemijahan ikan kancra bodas (Labeobarbus douronensis). Jurnal Aquaculture Indonesia, 4 (1) ; 45-49

Redjeki, S. & Supriatna, A. 2004. Pengaruh padat tebar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup gelondongan ikan kancra bodas (Labeobarbus douronensis). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 10 (1) : 11-14

Rupawan. 1999. Beberapa sifat biologi dan ekologi ikan semah (Tor douronensis) di Danau Kerinci dan Sungai Merangin. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 5 (4) ; 1-6

Subagja, J., Asih, S. & Gustiano, R. 2006. Manajemen dalam pembenihan ikan Tor soro. Media Akuakultur, 1 (1) ; 84-89

Subagja, J. & Gustiano, R. 2006. Pengaruh implantasi hormon HCG pada perkembangan telur, pematangan akhir gonad dan pemijahan ikan Tor soro.

Jurnal Riset Akuakultur, 1 (2) ; 219-225.

Subagja, J. & Juli, M. 2014. Pengembangan teknologi pembenihan ikan torsoro (Tor soro, Valienciennes 1842) di Balai Benih Ikan Sentral, Kerinci, Provinsi Jambi.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 875-883

Potensi Pembenihan Ikan Dewa Tor soro I 31 Subagja, J., Sulhi, M., Asih, S. & Haryono. 2009. Aspek ekologi ikan kancera (Tor soro) Kuningan dan pematangan gonad melalui implantasi hormon gonadotropin (HCG). Jurnal Biologi Indonesia 5 (3) : 259-267

Subagja, J. & Radona, D. 2018. Profitabilitas dan keragaan pertumbuhan benih ikan Tor tambroides dengan frekuensi pemberian pakan berbeda. Berita Biologi, 17 (2) ; 157-164

Valeta, J.S., Likongwe, J.S., Kassam, D. & Maluwa, A.O. 2013. Temperature dependent egg development rates, hatchability and fry survival rate of Lake Malawi Tilapia (Chambo), Oreochromis karongae (Pisces: Chichlidae).

International Journal of Fisheris and Aquaculture, 5 (4) : 5-59

Wahyuningsih, H., Zairin, M., Agus, O.S., Ligaya, I.T.A.T. & Wasmen, M. 2012.

Perubahan plasma darah dan kematangan gonad pada ikan betina Tor soro di kolam pemeliharaan. Jurnal Iktiologi Indonesia. 12 (1) : 25-34

Wulandari, D. 2021. Peningkatan performa pertumbuhan benih ikan dewa Tor soro melalui penambahan enzim papain pada pakan buatan. Skripsi. Fak. Sains Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Yuliyanti, B.E. 2016. Pengaruh suhu terhadap perkembangan telur dan larva ikan tor (Tor tambroides). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Lampung, 42p

32 I Otong Zenal Arifin, Wahyulia Cahyanti, dan Jojo Subagja