• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Dalam dokumen Kebijakan Daerah dan Tenure Masyarakat A (Halaman 190-198)

SEKITAR/DALAM KAWASAN HUTAN

V. PENUTUP: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Ngata Tuva merupakan suatu wilayah yang memiliki keunikan. Selain sebagai per- temuan beberapa budaya, baik budaya Kulawi, budaya Kaili dan budaya-budaya lain. Warganya juga merupakan gabungan dari sejumlah etnis. Karena masyarakat Ngata Tuva bersifat heterogen, dan pengaruh dunia luar terhadap kampung ini begitu besar. Masyarakat asli Ngata Tuva menyebut dirinya dengan sebutan To (orang) Sinduru. Se- benarnya banyak perubahan-perubahan yang dialami masyarakat hukum adat To Sin- duru, utamanya setelah memasuki kemerdekaan Republik Indonesia. Namun perubahan yang dimaksud tidak sekaligus merubah pondasi atau esensi dari konsep kebudayaan To Sinduru sejak dahulu.

Ada dua landasan nilai yang sangat mempengaruhi hukum adat To Sinduru yaitu Hintuvu dan Katuvua, yang secara langsung mengkontruksikan pola hubungan mereka baik sesama manusia maupun dengan alam. Pengalaman-pengalaman interaksi dalam kehidupan mereka menjadi sebuah hikmah dan pelajaran bagi To Sinduru. Konsep keari- fan lokal berlaku sejak dahulu sebab nilai-nilai tersebut memang lahir dari pengalaman kehidupan dari nenek moyang mereka yang diwariskan secara turun-temurun.

Pada dasarnya sistem tenurial To Sinduru mencakup kawasan hutan, air, sawah, ke- bun dan segala kekayaan alam yang ada di wilayah adatnya. Kepemilikan komunal bi- asa disebut “Tana Totuata”. Seluruh wilayah adat To Sinduru masuk dalam kategori “Tana Totuata”. Namun di wilayah-wilayah tertentu, melekat hak individu yang disebut “Tana Totuaku”. Oleh sebab itu atas tanah-tanah milik pribadi ataupun keluarga tetap akan ber- laku nilai-nilai kearifan lokal To Sinduru tanpa terkecuali. Hal ini menandaskan bahwa kepentingan pribadi jangan sampai merugikan semua kepentingan anggota-anggota masyarakat yang ada di Ngata Tuva.

Memasuki masa Otonomi Daerah sampai saat ini, harapan-harapan masyarakat hukum adat To Sinduru akan adanya kemajuan perlindungan hak-hak atas wilayah adat mereka, belum juga menunjukkan peningkatan grafik dalam jaminan kepastian dari Pemerintah Daerah. Wilayah adat To Sinduru semakin menyempit. Hak-hak baru yang didukung secara legal formal bermunculan, sedang kebutuhan hidup masyarakat akan lahan pertanian dan pemukiman semakin tinggi. Efek dari semua itu berujung pada eksistensi masyarakat hukum adat To Sinduru.

Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah masih saja melanjutkan tradisi sistem pemer- intahan sebelum Otonomi Daerah yang mengabaikan hak dan kepentingan masyarakat hukum adat. Alasan-alasan yang dikemukakan selalu berdasarkan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku di Negara ini, walaupun di beberapa produk hukum Indonesia mengakui hukum dan hak masyarakat hukum adat. Makna Otonomi hanya sekedar dipa- hami sebagai penyerahan sebagian urusan-urusan Pemerintahan Pusat ke Pemerintahan Daerah tanpa menyentuh Otonomi yang diinginkan masyarakat, khususnya masyarakat hukum adat. Kasus-kasus seperti KUD Singgani dan CV Satria Abadi serta Kelompok Tani Lalere Jaya, merupakan cerminan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan Pemerintah Dae- rah Sulawesi Tengah yaitu kebijakan-kebijakan yang rentan menimbulkan konflik tenurial dalam masyarakat hukum adat. Kejelasan pengakuan hak masyarakat hukum adat atas sumber daya alam masih saja dibatasi dengan munculnya hak-hak baru yang diberikan secara langsung oleh Pemerintah Daerah.

V.. Rekomendasi.

Rekomendasi riset ini adalah:

1. Untuk Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah

- Mengakui dan melindungi hak-hak masyarakat hukum adat atas wilayah mer- eka sesuai amanat yang disampaikan Amandemen Undang-undang Dasar 1945, Pasal 18 B ayat (2); “Negara mengakui dan menghormati kesatuan ma- syarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam Undang-undang”.

- Mencabut Kebijakan Daerah berkaitan dengan pernyataan tanah Negara Be- bas karena telah merugikan hak dan kepentingan masyarakat hukum adat To Sinduru.

- Lebih cermat dalam menerbitkan Kebijakan-kebijakan yang bersentuhan dengan kepentingan masyarakat hukum adat To Sinduru.

- Melakukan penataan kembali status kawasan hutan yang telah merugikan hak-hak masyarakat hukum adat To Sinduru.

- Melakukan kontrol atau pengawasan terhadap hak-hak baru para pemodal dan menjamin kepastian hak-hak masyarakat hukum adat To Sinduru di suatu wilayah yang sama.

- Segera mengakomodir kejelasan hak-hak masyarakat hukum adat atas ka- wasan hutan adat dalam bentuk Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. - Membuka ruang partsipasi masyarakat hukum adat dalam pembuatan kebi-

jakan-kebijakan daerah yang berkenaan dengan rencana pengelolaan ruang wilayah adat mereka.

2. Untuk masyarakat hukum adat

Meningkatkan posisi tawar masyarakat hukum adat To Sinduru melalui transfor- masi pengetahuan dalam hal:

- Mengintensifkan pelatihan-pelatihan hukum kritis bagi masyarakat hukum adat To Sinduru.

- Mengintensifkan diskusi-diskusi tingkat kampung.

- Konsolidasi dan penyadaran rasa senasib-sepenanggungan antar komunitas- masyarakat hukum adat di Sulawesi Tengah.

- Membangun konsorsium yang meliputi seluruh masyarakat hukum adat di Sulawesi Tengah dalam rangka memperjuangkan pengakuan hak-hak mer- eka khususnya pada kawasan hutan.

5

Lampiran

Salah satu Tapal Batas Taman Nasional yang berada

Tampak sebuah Gubuk Pertanian yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.

Kawasan TNLL telah mencaplok salah satu kebun kakao milik masyarakat hukum adat To Sinduru

Kawasan Hutan sebelah barat Ngata Tuva yang sering menjadi sasaran HPH, IPK dan kegiatan illegal loging oleh para pengusaha dan pihak-pihak lain

Afiff, Suraya (2004) Definisi dan Konsep Tenurial, Makalah disampaikan dalam Lokakarya Peningkatan Kapasitas. Kerjasama Yayasan Kemala dan KARSA. Yogyakarta, 11-16 Mei 2004.

Anwar, Chairul (1997) Hukum Adat Indonesai Meninjau Hukum Adat Minangkabau. Jakar- ta: PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Apeldorn, L.J. Van (1962) Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlance. Pih. Cetakan Ke Dela- pan. Jakarta Noor Komala d/h NOORDHOFF-KOLF-N.V.

A’raf, Al dan Awan Puryadi (2002) Perebutan Kuasa Tanah, Pengantar Munir. Yogyakarta: Lapera.

Badudu-Zain (2001) Kamus Bahasa Indonesia Umum. Jakarta: Sinar Harapan.

Bantaya (2005) Studi Peradilan Adat: Wilayah Studi Ngata Tuva dan Boya Bou Marena Ngata Bolapapu (draft).

Colchester, Marcus, Norman Jiwan, Andiko, Martua Sirait, Asep Yunan F, A.Surambo dan Herbert Pane (2006) Tanah yang Dijanjikan, Minyak Sawit dan Pembebasan Tanah di Indonesia: Implikasi Terhadap Masyarakat Lokal dan Masyarakat Hu- kum Adat”. Bogor: Forest Peoples Programe, Perkumpulan Sawit Watch, HuMa dan The World Agroforestry Centre.

Ebenezer, Acquaye (1984) “Principles and Issues”, dalam Land Tenure and Rural Productivi- ty in the Pacific Island, Ebenezer acquaye dan Ronald G. Crocombe (eds), FAO. 1984.

Fauzi, Noer dan I Nyoman Nurjaya (2000). SDA UNTUK RAKYAT (Modul Lokakarya Penelitian Hukum Kritis-Partisipatif Bagi Pendamping Hukum Rakyat). Cetakan Ke I. Jakar- ta: ELSAM.

Jamal, Mid (Tanpa tahun) Menyigi Tambo Alam Minangkabau, Tropic Bukit tinggi LBH Padang (2005) Kearifan Lokal dalam Pengelolaan SDA. Jakarta: InsistPress.

Muhammad, Bushar Muhammad (1975) Asas-asas Hukum Adat, Suatu Pengantar. Ceta- kan ke 12. Jakarta: Pradnya Paramita.

Nurjaya, I Nyoman Nurjaya (2000) Konflik Dan Budaya Penyelesaian Konflik Dalam Masyarakat;Perspektif Antropologi Hukum”. BSP-Kemala dan LATIN. Jember, Jawa Timur.

gembangan Kebijakan Kementrian Lingkungan Hidup dan Makalah dipre- sentasikan dalam Policy Dialogue Penyusunan Kebijakan Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup, 6 Agustus 2002. Hotel Santika, Jakarta.

Nurjaya, I Nyoman Nurjaya (2003) Hukum dalam Perspektif Antropologi, Makalah dipre- sentasikan dalam Pelatihan Pemikiran Pluralisme Hukum. Diselenggarakan oleh Pusat Studi Hukum dan Otonomi Daerah Fakultas Hukum UNTAD-YBH Bantaya-HuMa, Palu.

Prodjodikoro, Wiryono (1962) Azas-azas Hukum Perdata. Cetakan Ke Empat. Bandung: Pe- nerbit Sumur.

Salim, Peter dan Yenny Salim (1991) Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Edisi I. Jakarta: Modern English Press.

Simarmata, Rikardo (2006) Pengakuan Hukum Terhadap Masyarakat Adat di Indonesia. Jakarta: UNDP.

Wiradi, Gunawan (2001) Prinsip-Prinsip Reforma Agraria, Jalan Penghidupan dan Kemak- muran Rakyat, dalam Noer Fauzi dan Khrisna Ghimire. Yogyakarta: Laprea. Yas, Abdias, Andri Santosa, Dahniar Andriani, Listyana dan Susilaningtias (2007) Potret

Pluralisme Hukum Dalam Penyelesaian Konflik SDA, Pengalaman Dan Pers- pektif Aktivis”. Jakarta: HuMa.

Peraturan

SK KAN No:09 Tentang Penetuan Ulayat Kaum dan Nagari

Perda Nomor 09 Tahun 200 Tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari

Perda nomor 18 tahun 2003 Tentang Pengaturan Pengambilan hasil Hutan Nonkayu

Telp. +62 (21) 788 45 871

Fax. +62 (21) 780 6959

E-mail: huma@huma.or.id, huma@cbn.net.id

Dalam dokumen Kebijakan Daerah dan Tenure Masyarakat A (Halaman 190-198)