Perubahan beberapa peraturan perundang-undangan sepanjang tahun 2014 dan dampaknya bagi Bank BNI adalah sebagai berikut:
• Peraturan Bank Indonesia No.16/18/PBI/2014 tanggal 17 September 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/8/ PBI/2013 tentang Transaksi Lindung Nilai kepada Bank
Penyempurnaan dimaksud dilakukan dalam rangka harmonisasi dengan pengaturan transaksi valuta asing terhadap rupiah antara Bank dengan pihak domestik di pasar valas domestik. Pokok-pokok pengaturannya meliputi:
1. Transaksi lindung nilai wajib dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai transaksi valuta asing terhadap rupiah antara bank dengan pihak domestik, ketentuan Bank Indonesia mengenai transaksi derivatif, dan ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko bank.
2. Transaksi lindung nilai wajib dilakukan dengan
underlying transaction, dengan jangka waktu
dan nominal transaksi lindung nilai paling lama sesuai dengan jangka waktu dan paling banyak sebesar nominal underlying transaction. 3. Penyelesaian transaksi lindung nilai dilakukan
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak domestik. 4. Sanksi mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah antara Bank dengan pihak domestik, ketentuan Bank Indonesia mengenai transaksi derivatif, ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan harian bank umum dan ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko bank.
5. Pencabutan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/42/DPM tanggal 8 Oktober 2013 perihal Transaksi Lindung Nilai kepada Bank. • Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/17/
PBI/2014 Tanggal 17 September 2014 Tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Asing
Pokok-pokok pengaturan dalam PBI tersebut antara lain:
1. Bank dapat melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah dengan pihak asing atas dasar suatu kontrak dan bank wajib memiliki pedoman internal.
2. Transaksi valuta asing terhadap rupiah yang dilakukan bank dengan pihak asing di atas jumlah tertentu (threshold) wajib memiliki
underlying transaction untuk seluruh kegiatan
78
BNI Laporan Tahunan 2014
Analisis &
Pembahasan
Manajemen
a. perdagangan barang dan jasa di dalam dan di luar negeri; dan/atau
b. investasi berupa foreign direct investment,
portfolio investment, pinjaman, modal, dan investasi lainnya di dalam dan di luar negeri. Namun tidak termasuk untuk penggunaan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk transaksi derivatif dan penempatan dana pada Bank (vostro) antara lain berupa tabungan, giro, deposito, dan Negotiable
Certiicate of Deposit (NCD).
• Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/16/ PBI/2014 Tanggal 17 September 2014 Tentang Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah Antara Bank dengan Pihak Domestik
Pokok-pokok pengaturan dalam PBI tersebut antara lain:
1. Bank dapat melakukan transaksi valuta asing terhadap rupiah untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan pihak domestik atas dasar suatu kontrak dan Bank wajib memiliki pedoman internal tertulis. 2. Dalam melakukan transaksi valuta asing
terhadap rupiah dengan nasabah, bank wajib menggunakan kuotasi harga (kurs) valuta asing terhadap rupiah yang ditetapkan oleh bank. 3. Transaksi valuta asing terhadap rupiah yang
dilakukan di atas jumlah tertentu (threshold) wajib memiliki underlyingtransaction untuk seluruh kegiatan sebagai berikut:
a. perdagangan barang dan jasa di dalam dan di luar negeri; dan/atau
b. investasi berupa direct investment, portfolio investment, pinjaman, modal, dan investasi lainnya di dalam dan di luar negeri. Namun tidak termasuk untuk penempatan dana pada Bank antara lain berupa tabungan, giro, deposito, Negotiable
Certiicate of Deposit (NCD) dan kegiatan
pengiriman uang oleh perusahaan transfer dana.
• Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/10/ PBI/2014 Tanggal 14 Mei 2014 Tentang
Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri
Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini diterbitkan dalam rangka menyempurnakan ketentuan penerimaan devisa hasil ekspor dan penarikan devisa utang luar negeri yang diatur melalui PBI No.14/25/PBI/2012. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pemantauan penerimaan devisa hasil ekspor dan penarikan devisa utang luar negeri melalui perbankan di Indonesia guna mendukung optimalisasi pemanfaatan devisa hasil ekspor dan devisa utang luar negeri. Bank BNI ikut mendukung peraturan ini dengan membentuk Unit
Trust untuk mengelola penerimaan devisa hasil ekspor dan penarikan devisa utang luar negeri melalui perbankan di Indonesia berupa jasa trust
bagi nasabah.
• Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/9/ PBI/2014 tentang Perubahan Keduaatas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/14/ PBI/2005 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank
Penyempurnaan pengaturan ini antara lain: 1. Nilai investasi yang dapat dilakukan hedging
tidak termasuk future income yang belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaan dari investasi dimaksud. Dalam hal future income tersebut berupa dividen, terhadap dividen dimaksud dapat dilakukan hedging
sebelum adanya kepastian jumlah dan waktu penerimaan.
79
BNI Laporan Tahunan 2014
2. Pengaturan hedging atas dividen yang belum dapat dipastikan jumlah dan waktu penerimaannya adalah sebagai berikut: a. Hedging hanya dapat dilakukan melalui
transaksi outrightforward jual valuta asing terhadap rupiah Bank dengan pihak asing dan wajib dilengkapi dengan dokumen pendukung. Nilai hedging tersebut paling banyak sebesar nilai estimasi dividen yang akan diterima pihak asing berdasarkan dokumen pendukung.
b. Memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) minggu dan paling lama sampai dengan jangka waktu penerimaan dividen. c. Bank dilarang menerima pembatalan
transaksi hedging atas dividen yang akan diterima oleh pihak asing.
d. Dalam hal selama periode hedging terdapat keputusan manajemen perusahaan yang dapat memberikan kepastian mengenai jumlah dan waktu pembayaran dividen yang akan diterima pihak asing, Bank wajib melakukan penyesuaian atas jumlah
hedging pihak asing menjadi paling banyak sesuai dengan jumlah dividen yang sudah pasti akan diterima oleh pihak asing dan jangka waktu hedging menjadi sesuai dengan tanggal pembayaran dividen. Penyesuaian hedging tersebut dapat dilakukan dengan penyelesaian secara
netting.
e. Bank wajib memastikan bahwa pihak asing tidak melakukan penjualan saham yang dividennya digunakan sebagai underlying
transactionhedging sampai dengan batas waktu saham masih memiliki hak atas dividen yang dijadikan underlying.
• Peraturan Bank Indonesia No. 16/7/PBI/2014 tanggal 7 April 2014 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/1/PBI/2005 tentang Pinjaman Luar Negeri Bank
Dari sisi ketentuan, perubahan dalam PBI ini merupakan penambahan pengecualian atas Pinjaman Luar Negeri (PLN) Jangka Pendek dari kewajiban menjaga posisi PLN Bank sebesar 30% terhadap modal. Adapun pokok-pokok perubahan yang merupakan penambahan pengecualian tersebut mencakup:
1. Giro milik bukan penduduk yang menampung dana untuk pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan hasil penjualan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
2. Kewajiban bank kepada bukan penduduk yang timbul dari transaksi derivatif lindung nilai. 3. Giro milik bukan penduduk yang digunakan
dalam rangka penyaluran kredit ke sektor riil dan proyek-proyek infrastruktur.
4. Giro milik bukan penduduk yang menampung dana hasil penerbitan obligasi berdenominasi Rupiah oleh lembaga supranasional dalam rangka pembiayaan sektor riil dan proyek- proyek infrastruktur.
80
BNI Laporan Tahunan 2014
Tinjauan
Bisnis
Kegiatan perbankan Business Banking BNI fokus untuk melayani para nasabah di segmen korporasi, menengah dan kecil. Sejalan dengan sasaran BNI untuk tumbuh sebagai bank yang berorientasi kepada nasabah (customer centric), Business Banking menerapkan strategi pertumbuhan pinjaman dengan fokus pada 8 (delapan) sektor unggulan (sectoral-focus), yakni sektor minyak, gas dan pertambangan; telekomunikasi; kimia;
agribisnis; makanan & minuman; perdagangan besar dan eceran; kelistrikan; dan konstruksi. Kebijakan ini terbukti berhasil mempertajam upaya BNI dalam memenuhi kebutuhan nasabah dan peningkatan kualitas secara menyeluruh. Kualitas kredit juga tetap terjaga dengan baik sehingga mampu mendukung pertumbuhan kinerja keuangan yang solid.