• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kontrol Lembaga Keluarga

4.7. Makna Dibalik Tindakan Geng Motor

4.7.2. Respon dari Anggota Geng Motor Terhadap Pelebelan Negatif yang Diberikan Masyarakat

Horton dan Hunt (1996 : 206) dalam teorinya tentang pemberian cap (lebeling theory) menyatakan bahwa pemberian cap pada seseorang seringkali mengubah perlakukan masyarakat terhadap orang itu dan jarring - jaringan hubungannya. Hal tersebut mendesak orang yang semula hanya melakukan penyimpangan primer (perbuatan menyimpang yang dilakukan seseorang, bersifat temporer dan orang yang melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima secara sosial), ahirnya melakukan penyimpangan skunder (penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok secara berulang - ulang bukan menjadi kebiasaan yang secara umum tidak bisa ditoleransi oleh masyarakat), sehingga seluruh gaya hidup orang itu diwarnai oleh penyimpangan semata. Sejalan dengan teori lebeling yang diungkapkan oleh Horton dan Hunt (1996 : 206), salah satu orang anggota Geng Motor KPK (Kami Punya Kuasa) yang telah diwawancarai tentang respon anggota Geng Motor terhadap lebel negatif yang diberikan terhadap merka anggota Geng Motor menyatakan bahwa semakin banyak orang yang memberikan penilaian yang negatif terhadap tindakan yang dilakukannya (dalam hal ini adalah tindakan/perilaku Geng Motor), maka anggota Geng Motor justru memiliki kebanggaan tersendiri dan kemungkian besar akan mengulangi tindakan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut hasil wawancara peneliti dengan 3 anggota Geng Motor KPK (Kami Punya Kuasa) yaitu Robin Manalu, Nelson, Aldo.

“... kalau ada yang menilai kami anarkis, maling, perampok ya kami sebagai anggota Geng Motor justru senang kali lah bang..itu berarti geng kami kan dikenal orang bang..kalau orang gak kenal sama kami kan gak mungkin mereka bisa menilai kami..dan sebenarnya penilaian yang seperti itu yang pegen kami cari bang..”

Hasil wawancara dengan Robin Manalu, Nelson, Aldo, pada tanggal 17 Juni 2013

Sejalan dengan hasil wawancara Robin Manalu, Nelson, Aldo, hal yang sama juga diungkapkan oleh Watson dalam Henslin (2006 : 156) yang dalam obeservasi partisipatifnya terhadap para pengendara sepeda motor yang melanggar hukum. Ia merenovasi motor Harley bersama mereka, berkeliaran di sekitar bar dan rumah mereka, dan ikut dalam melakukan ekspedisi bersama mereka. Watson menyimpulkan bahwa para pengandara motor pelanggar hukum memandang bahwa dunia bersifat “mengancam, lemah, dan banci”. Mereka membanggakan diri mereka yang nampak “kotor, jahat, dan pada umumnya tidak disukai” dan memperoleh kesenangan dengan jalan memprovokasi reaksi terkejut orang lain melalui penampilan mereka. Dengan memandang rendah dunia konvensional mereka pun membanggakan diri mereka karena terlibat dalam masalah, menertawakan maut, dan memperlakukan perempuan sebagai mahluk lebih rendah, yang nilai umumnya hanyalah untuk melayani mereka terutama dalam hal seks. Para pengendara motor pelanggar hukum tersebut pun menganggap diri mereka sebagai pencundang, suatu faktor yang terjalin dengan dirangkulnya penyimpangan secara tidak lazim.

Dari hasil wawancara diatas dan juga teori yang diungkapkan oleh Horton dan Hunt (1996 : 206) dalam teori pemberian cap (lebeling theory) serta berdasarkan hasil observasi Watson dalam Henslin (2006:156) yang meneliti

tentang Geng Motor yaitu dengan cara melakukan observasi partisipatif, maka peneliti berasumsi bahwa pemberian cap yang negatif oleh masyarakat terhadap seoarang anak remaja yang masih rental labil dan cendrung perilaku mereka melanggar norma - norma yang ada atau menyimpang, seperti anggota Geng Motor adalah sesuatu hal kurang tepat dalam mengendalikan perilaku yang menyimpang dikalangan remaja seperti Geng Motor.

Menurut pendapat peneliti, dengan memberikan cap negatif pada seorang anak remaja yang sering melanggar suatu aturan tertentu seperti Geng Motor dapat menambah kecendrungan seorang anak (anggota Geng Motor) untuk melakukan tindakan/perilaku yang lebih menyimpang dari tindakan yang sebelumnya mereka lakukan. Asumsi peneliti ini berawal dari teori - teori tentang kontrol sosial, teori lebling, dan juga hasil wawancara peneliti dengan anggota Geng Motor.

Bila hal ini terus - menerus dilakukan, maka masalah tentang perilaku menyimpang dikalangan remaja yang salah satu contohnya adalah masalah perilaku Geng Motor yang semakin meresahakan masyarakat akan terus bertambah jumlahnya. Untuk itu, menurut peneliti bahwa sebagai upaya dalam mengendalikan banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja, seperti Geng Motor adalah dilakukannya sosialisasi, pembujukan dan upaya pengendalian yang baik sesuai dengan teori - teori tentang kontrol sosial yang dikemukan oleh para sosiolog.

Berbeda dengan pernyataan anggota Geng Motor KPK (Kami Punya Kuasa) yang mengatakan bahwa semakin banyak masyarakat menilai bahwa

kelompok Geng Motor meraka adalah kelompok yang menyimpang atau kelompok yang bersifat negatif, sebaliknya Ketua Geng Motor CKR (Cocok Kam Rasa) justru mengatakan bahwa dengan penelaian negatif yang diberikan masyarakat terhadap Geng Motornya menganggap sebagai sesuai yang tidak perlu ditanggapi atau direspon. Untuk lebih jelasnya berikut Hasil wawancara peneliti dengan Ketua anggota Geng Motor CKR (Cocok Kam Rasa) yaitu Adrian.

“..ya kalau ada yang menilai kami jelek, sering buat kekacauan, keributan, sering buat masalah...atau apalah bang..ya kami cuek aja bang..kami ga peduli lah mereka mau bilang apa..yang penting kami ngumpul – ngumpul, minum – minum sama, konvoi sama,.itu semua kan kami lakukan kan demi kesenagan kami bang...asal mereka ga mengganggu kami ya kami ga mengganggu mereka..tapi kalau mereka mengganggu kami ya mau ga mau terpaksa kami serang juga lah bang...apalagi kalau orang itu lebih sedikit dari kami..abislah..polisi saja kami pukuli kalau sendirinya nya dia bang...tapi sepanjang mereka ga mengganggu ya terserah lah mereka mau bilang apa bang..yang penting kami ga mengganggu mereka duluan...”

Hasil wawancara pada tanggal 14 Oktober 2013

Dari hasil wawancara dengan Adrian menunjukkan bahwa teori yang diungkapkan oleh Horton dan Hunt (1996 : 206) yang dalam teorinya tentang pemberian cap (lebeling theory) tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta yang didapat dilapangan, dimana dalam teori pemberian cap Horton dan Hunt menyatakan bahwa pemberian cap pada seseorang seringkali mengubah perlakukan masyarakat terhadap orang itu dan jarring - jaringan hubungannya. Hal tersebut mendesak orang yang semula hanya melakukan penyimpangan primer (perbuatan menyimpang yang dilakukan seseorang, bersifat temporer dan orang yang melakukan penyimpangan tersebut masih dapat diterima secara sosial), ahirnya melakukan penyimpangan skunder (penyimpangan yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok secara berulang - ulang bukan menjadi kebiasaan yang secara umum tidak bisa ditoleransi oleh masyarakat), sehingga seluruh gaya hidup orang itu diwarnai oleh penyimpangan semata. Dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa, bahwa walaupun banyak masyarakat mengatakan bahwa Geng Motor itu adalah sebuah kelompok yang identik dengan anak muda yang nakal, anarkis, namun anggota Geng Motor CKR (Cocok Kam Rasa) mengatakan bahwa, mereka merasa tidak peduli dan tidak perlu menanggapi dengan lebel atau cap negatif yang diberikan oleh terhadap Geng Motor mereka.

Namun meseki begitu peneliti berpendapat bahwa, seharusnya masyarakat tidak serta – merta memberikan pelebelan yang negatif terhadap anggota Geng Motor yang dianggap sering meresahkan dan mengganggu ketertiban masyarakat, sehingga pantas untuk dikendalikan dengan cara – cara yang bersifat kekerasan, seperti; memukuli, mengkroyok, dan berbagai tindakan lainnya yang sering sekali dilakukan oleh masyarakat terhadap anggota Geng Motor karena kekesalnya.

Dari hasil wawancar dengan Ketua Geng Motor CKR (Cocok Kam Rasa) yang menyatakan bahwa akan melakukan tindakan pembalan jika ada yang mengganggu salah satu anggotanya, pernyataan tersebut jikia dianalisis maka dapat diketahui bahwa Geng Motor CKR (Cocok Kam Rasa) yampaknya juga kan melakukan hal yang sama, seperti perilaku Geng Motor KPK (Kami Punya Kuasa) yaitu pembalasan kekerasan terhadap orang yang mengganggu salah satu anggotanya. Jika perkelahian yang bersifat kekerasan terjadi, maka peneliti berpenadapat juga akan terjadi kemungkinan kecendrungan untuk melakan

tindakan yang lebih parah dari yang dilakukan tersebut. Perampokan, pencurian terhadap pengguna jalan pada malam hari juga akan mungkin saja dilakukan.

Melhat keadaaan seperti itu, peneliti berpendapat bahwa seharusnya masyarakat dalam mengandalikan perilaku menyimpang dikalangan remaja, seperti Geng Motor, yaitu dengan cara melakukan upaya – upaya yang bersifat mengarahkan, membujuk, merayu dan berbagai tindakan preventif lainnya, melakukan kompromi, deviasi, yaitu dengan tujuan agar kedepannya anggota Geng Motor tidak akan melakukan tindakan yang tidak diinginkan masyarakat atau mengganggu ketertiban masyarakat.

4.7.3 Alasan Anggota Geng Motor Bergabung Dengan Kelompok Geng