• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sepenggal kenangan aku dan Bidik Misi

Dalam dokumen Kisah inspiratif Bidikmisi 2011 (Halaman 72-87)

BK. Waktu itu memang setiap pengumuman yang berhubungan dengan perguruan tinggi di pajang di BK. 15 orang bernasib sama seperti ku juga tengah menunggu pengumuman USMI ini. Entah hari apa waktu itu ketika pelajaran bahasa Indonesia ibu Yuni guru BK ku datang ke kelas untuk memberikan informasi bahwa seleksi masuk IPB telah datang dan akan diumumkan selepas jam istirahat.

Ketika bel istirahat berbunyi, dengan hati was-was aku dan teman ku Rani berjalan menuju kantor BK. Rasa takut dan penasaran bergabung menjadi satu. Terkadang terlintas dipikiran ku untuk tidak usah saja melihat pengumuman itu. Jujur takut sekali waktu itu namun apa boleh buat dilihat ataupun tidak pengumuman tersebut tidak akan berubah.”Deg -degan ya, To?” , teman ku Rani membuyarkan lamunan ku waktu itu.”Iya Ran, deg -degan banget nih”, nada ku mulai melemas menjawab pertanyaan dia. Tak banyak perbincangan waktu itu, hanya fokus berjalan dan sedikit berdo‟a dalam hati agar aku bisa diterima di IPB.

 Aku melihat ke papan pengumuman belum nampak ada tempelan yang baru disana, sempat bingung dimana sebenarnya pengumuman itu berada. Namun ketika itu aku melihat teman-teman dari kelas yang lain tengah berbaris di ruang konseling. Tanpa komando dan pikir panjang aku sudah tahu bahwa pengumuman berada di dalam. Ibu Yuni guru BK ku seperti biasa datang menyapa kami dengan ramah. Kemudian kami ber 15 dituntunnya masuk ke ruang konseling. Suasana konseling nampak berbeda saat itu. Ada yang tertawa, ada yang terdiam, ada pula yang biasa saja menunggu pengumuman USMI tersebut. Aku termasuk golongan yang terdiam waktu itu. Sempat heran juga waktu itu, bisa-bisanya aku diam membisu padahal seantero SMA pun tahu aku ni orangnya jarang banget terlihat pendiam. Ibu Yuni mulai nampak berjalan menuju kearah kami yang tengah duduk di ruang konseling. Tangan kanannya yang tengah memegang sebuah berkas membuat ku menjadi tambah was-was serasa dalam mimpi bahwa ternyata pengumuman yang ku tunggu-tunggu selama ini sudah di depan mata dan siap untuk diumumkan siang itu.

Harapan yang besar ku taruh di USMI ini, tawaran untuk Harapan yang besar ku taruh di USMI ini, tawaran untuk pergi kuliah ke Turki waktu itu aku tolak, dengan salah satu pergi kuliah ke Turki waktu itu aku tolak, dengan salah satu alasannya adalah karena aku memang masih ingin sekolah di alasannya adalah karena aku memang masih ingin sekolah di dalam negeri khususnya di IPB. Lama sekali terasa prosesi dalam negeri khususnya di IPB. Lama sekali terasa prosesi pengumuman USMI waktu itu. Mungkin kalau bisa aku pengumuman USMI waktu itu. Mungkin kalau bisa aku gambarkan layaknya seorang ayah yang tengah menanti

gambarkan layaknya seorang ayah yang tengah menanti sangsang buah hatinya lahir. Tak jauh beda perasaan ku waktu itu. buah hatinya lahir. Tak jauh beda perasaan ku waktu itu. Was-was, gelisah, takut dan harap bercampur menjadi satu. was, gelisah, takut dan harap bercampur menjadi satu. Sampai-sampai apa yang dikatakan oleh guru BK ku banyak Sampai-sampai apa yang dikatakan oleh guru BK ku banyak yang tak ku gubris.

yang tak ku gubris. “Ah“Ah, mana bisa waktu kaya gini aku, mana bisa waktu kaya gini aku tenang” 

tenang”   dalam hati aku menggumam seolah-olah menolak  dalam hati aku menggumam seolah-olah menolak dengan mentah-mentah saran yang diberikan oleh guru BK ku dengan mentah-mentah saran yang diberikan oleh guru BK ku yang baik hati.

yang baik hati.

Tiba waktu itu ada beberapa kata yang keluar dari mulut Tiba waktu itu ada beberapa kata yang keluar dari mulut guru ku yang sangat aku perhatikan dan menjadi ujung guru ku yang sangat aku perhatikan dan menjadi ujung perkataan yang mebuatku tambah merasa panas dan dingin. perkataan yang mebuatku tambah merasa panas dan dingin. “Tahun ini SMA kita tidak bisa menyumbang ban “Tahun ini SMA kita tidak bisa menyumbang banyakyak mahasiswa di IPB. Hanya 5 orang saja yang lolos masuk ke mahasiswa di IPB. Hanya 5 orang saja yang lolos masuk ke IPB lewat jalur USMI ini”,

IPB lewat jalur USMI ini”,  dengan nada khasnya guru BK ku  dengan nada khasnya guru BK ku menyampaikan berita duka itu pada kami semua. Buat kami menyampaikan berita duka itu pada kami semua. Buat kami berita itu adalah berita duka, karena tahun ini memang berita itu adalah berita duka, karena tahun ini memang mengherankan sekali. Biasanya kita menyumbang 7-11 mengherankan sekali. Biasanya kita menyumbang 7-11 mahasiswa tiap tahunnya di IPB. Namun tahun ini hanya 5 mahasiswa tiap tahunnya di IPB. Namun tahun ini hanya 5 saja, tidak kurang dan tidak lebih.

saja, tidak kurang dan tidak lebih.

Rentetan nama-nama disampaikan oleh guru ku dan tiba Rentetan nama-nama disampaikan oleh guru ku dan tiba saatnya pada nama yang terakhir diucapkan olehnya. Do‟a saatnya pada nama yang terakhir diucapkan olehnya. Do‟a yang tak kunjung berhenti mengalir terucap dalam hati ku yang tak kunjung berhenti mengalir terucap dalam hati ku waktu itu karena dari keempat orang yang disebutkan, tak ada waktu itu karena dari keempat orang yang disebutkan, tak ada satu nama pun namaku disebutkan. Gelisah sekali waktu itu, satu nama pun namaku disebutkan. Gelisah sekali waktu itu, bahkan kalau aku bukan lelaki mungkin aku udah nangis bahkan kalau aku bukan lelaki mungkin aku udah nangis disitu, karena takut namaku tidak disebutkan. Dan ternyata disitu, karena takut namaku tidak disebutkan. Dan ternyata nama yang terakhir disebutkan bukan juga Prawito Hudoro. nama yang terakhir disebutkan bukan juga Prawito Hudoro. Hati ku hancur rasanya, sedih, dan sakit aku rasakan. Hati ku hancur rasanya, sedih, dan sakit aku rasakan. Ternyata harapan yang begitu besar untuk bisa kuliah di Ternyata harapan yang begitu besar untuk bisa kuliah di kampus IPB pupus. Gagal sudah yang terbayang dalam kampus IPB pupus. Gagal sudah yang terbayang dalam pikiran ku waktu itu. Berasa seorang p

pikiran ku waktu itu. Berasa seorang prajurit yang sudah patahrajurit yang sudah patah arang tak mampu

arang tak mampu lagi mengangkat pedangnya untuk berjuang.lagi mengangkat pedangnya untuk berjuang. Terpikir sudah oleh ku aku akan menjadi seorang Terpikir sudah oleh ku aku akan menjadi seorang

pengangguran yang tidak bisa kuliah karena tidak bisa pengangguran yang tidak bisa kuliah karena tidak bisa diterima di IPB.

diterima di IPB.

Berulang kali aku mencoba untuk berfikir bahwa ini Berulang kali aku mencoba untuk berfikir bahwa ini semua adalah mimpi, hanya mimpi. Namun apa daya namaku semua adalah mimpi, hanya mimpi. Namun apa daya namaku Prawito Hudoro memang tidak tertera dalam list mahasiswa Prawito Hudoro memang tidak tertera dalam list mahasiswa baru yang diterima di IPB. Sontak waktu itu aku berusaha baru yang diterima di IPB. Sontak waktu itu aku berusaha tampak tegar dan menyalami teman-teman ku yang diterima di tampak tegar dan menyalami teman-teman ku yang diterima di IPB. Kampus impian ku yang tak kesampaian.

IPB. Kampus impian ku yang tak kesampaian.

Lilin Harapan Lilin Harapan

Hari itu memang sangat menyakitkan buatku,

Hari itu memang sangat menyakitkan buatku, lilin harapanlilin harapan yang telah menyala berbulan-bulan lamanya kini telah padam, yang telah menyala berbulan-bulan lamanya kini telah padam, mati bagai tertiup angin badai dan berasa tidak akan pernah mati bagai tertiup angin badai dan berasa tidak akan pernah menyala lagi. Kesedihanku waktu itu aku curahkan semuanya menyala lagi. Kesedihanku waktu itu aku curahkan semuanya pada penciptaku, Alloh SWT. Aku terus saja bercerita pada penciptaku, Alloh SWT. Aku terus saja bercerita pada-Nya menyesali manangisi dalam hati apa yang telah aku lalui. Nya menyesali manangisi dalam hati apa yang telah aku lalui.  Aku

 Aku masih masih belum belum percaya percaya aku aku tidak tidak diterima diterima di di InstitutInstitut Pertanian Bogor.

Pertanian Bogor.

Waktu itu terlintas pula dalam pikiran ku untuk Waktu itu terlintas pula dalam pikiran ku untuk menceritakan semua ini pada ibu ku dirumah. Waktu itu aku menceritakan semua ini pada ibu ku dirumah. Waktu itu aku menelepon ibuku dengan kondisi sedih dan ingin rasanya aku menelepon ibuku dengan kondisi sedih dan ingin rasanya aku pulang hari itu juga ke daerah ku. Karena memang waktu itu pulang hari itu juga ke daerah ku. Karena memang waktu itu aku bersekolah di luar daerah yang lumayan jauh dari rumah aku bersekolah di luar daerah yang lumayan jauh dari rumah ku. Perjalanan setengah hari lebih bisa habis untuk pulang ku. Perjalanan setengah hari lebih bisa habis untuk pulang kerumah, karena memang jaraknya yang sangat jauh.Waktu kerumah, karena memang jaraknya yang sangat jauh.Waktu itu seperti dugaan ku ibuku pasti khawatir dan menanyakan itu seperti dugaan ku ibuku pasti khawatir dan menanyakan hasil pengumuman seleksi masuk IPB. Ibu ku tak kalah hasil pengumuman seleksi masuk IPB. Ibu ku tak kalah semangatnya berharap agar aku bisa diterima di IPB. Bagi ibu semangatnya berharap agar aku bisa diterima di IPB. Bagi ibu ku yang hanya seorang pedagang nasi pastilah sangat setuju ku yang hanya seorang pedagang nasi pastilah sangat setuju sekali aku bisa diterima disana. Biaya kuliah yang relative sekali aku bisa diterima disana. Biaya kuliah yang relative murah jika dibandikan kampus di dareah SMA ku sekarang murah jika dibandikan kampus di dareah SMA ku sekarang menjadi salah

menjadi salah satu alasan aku masih diperjuangkan untuk bisasatu alasan aku masih diperjuangkan untuk bisa meneruskan jenjang pendidikan ku. Waktu itu aku pun meneruskan jenjang pendidikan ku. Waktu itu aku pun menyadari bahwa jika aku tidak diterima di IPB mungkin aku menyadari bahwa jika aku tidak diterima di IPB mungkin aku tidak dapat melanjutkan pendidikanku di kampus mana pun. tidak dapat melanjutkan pendidikanku di kampus mana pun. Mengingat mau biaya dari mana aku kuliah, untuk sekolah Mengingat mau biaya dari mana aku kuliah, untuk sekolah SMA ku sekarang saja aku masih sangat bergantung dari SMA ku sekarang saja aku masih sangat bergantung dari beasiswa alumni.

Jalur USMI adalah jalur termurah yang aku ketahui untuk Jalur USMI adalah jalur termurah yang aku ketahui untuk masuk ke IPB, maka ketika aku tahu lewat jalur ini saja aku masuk ke IPB, maka ketika aku tahu lewat jalur ini saja aku sudah tidak masuk maka pupus sudah harapanku untuk bisa sudah tidak masuk maka pupus sudah harapanku untuk bisa meneruskan jenjang pendidikan ku ke jenjang yang lebih meneruskan jenjang pendidikan ku ke jenjang yang lebih tinggi. Entah apa yang aku ucapkan waktu itu pada ibu tinggi. Entah apa yang aku ucapkan waktu itu pada ibu ku,yang teringat oleh ku hanyalah permintaan maaf padanya ku,yang teringat oleh ku hanyalah permintaan maaf padanya karena aku gagal masuk universitas. Aku merasa aku gagal, karena aku gagal masuk universitas. Aku merasa aku gagal, dan sudah berakhir sudah perjuangan ku mengenyam bangku dan sudah berakhir sudah perjuangan ku mengenyam bangku pendidikan. Terbayang kembali dalam pikiran ku, usai lulus pendidikan. Terbayang kembali dalam pikiran ku, usai lulus dari SMA ini mungkin aku hanya akan membantu ibuku dari SMA ini mungkin aku hanya akan membantu ibuku berjualan di warung. Dan aku sampaikan pula pikiran ku dan berjualan di warung. Dan aku sampaikan pula pikiran ku dan keputus asaan ku pada Ibu ku. Namun tiba-tiba layaknya keputus asaan ku pada Ibu ku. Namun tiba-tiba layaknya sebuah ruangan yang gelap tanpa ada cahaya sedikitpun,kini sebuah ruangan yang gelap tanpa ada cahaya sedikitpun,kini tiba-tiba saja ada sebuah lilin besar yang menyala sangat tiba-tiba saja ada sebuah lilin besar yang menyala sangat terang sekali menerangi selurh hati ku. Kata-kata terang sekali menerangi selurh hati ku. Kata-kata penyemangat yang diucapkan ibuku menjadi sebuah lilin penyemangat yang diucapkan ibuku menjadi sebuah lilin harapan yang kini

harapan yang kini menyala kembali.menyala kembali. Ibu ku hanya berkata,

Ibu ku hanya berkata, “Semangat ya, jangan bersedih.“Semangat ya, jangan bersedih. Kan masih bisa tes di universitas lain, untuk masalah dana Kan masih bisa tes di universitas lain, untuk masalah dana insyaalloh mamah akan berusaha”.

insyaalloh mamah akan berusaha”.  Sebagai seorang  Sebagai seorang singlesingle  parent 

 parent   dalam pikiranku, aku tak terbayang mau dapat uang  dalam pikiranku, aku tak terbayang mau dapat uang dari mana untuk membiayai tesku di universitas lain. Biaya dari mana untuk membiayai tesku di universitas lain. Biaya kehidupanku di SMA saja susah, mana bisa ku ikut tes lagi. kehidupanku di SMA saja susah, mana bisa ku ikut tes lagi. Tapi ternyata itulah dasyatnya seorang ibu, tak pernah Tapi ternyata itulah dasyatnya seorang ibu, tak pernah sedikitpun ia menginginkan anaknya patah arang, dengan sedikitpun ia menginginkan anaknya patah arang, dengan seribu cara pasti ia akan berusaha untuk dapat mengukir seribu cara pasti ia akan berusaha untuk dapat mengukir kembali s

kembali semangat emangat dan dan senyum senyum anaknya.anaknya.

Hanya air mata saja yang dapat keluar waktu itu. Aku Hanya air mata saja yang dapat keluar waktu itu. Aku berasa bisu tak mampu aku berkata apa-apa. Yang ingin ku berasa bisu tak mampu aku berkata apa-apa. Yang ingin ku lakukan waktu itu hanyalah memeluk ibu ku, meskipun itu lakukan waktu itu hanyalah memeluk ibu ku, meskipun itu tidak mungkin karena jarak yang memisahkan kami. Sempat tidak mungkin karena jarak yang memisahkan kami. Sempat terlontar sepatah kata dari ku, ucapan terima kasih dengan terlontar sepatah kata dari ku, ucapan terima kasih dengan nada yang sangat lemah karena suara ku tertahan oleh isak nada yang sangat lemah karena suara ku tertahan oleh isak tangis yang coba ku tahan sekuat-kuatnya agar aku nampak tangis yang coba ku tahan sekuat-kuatnya agar aku nampak tegar dihadapan ibu ku.

tegar dihadapan ibu ku.

Lambat laun aku mulai bisa menenangkan diri karena Lambat laun aku mulai bisa menenangkan diri karena masalah ini. Seorang ibu yang begitu dasyat telah masalah ini. Seorang ibu yang begitu dasyat telah membangkitkan semangat ku yang telah jatuh dan kini tegak membangkitkan semangat ku yang telah jatuh dan kini tegak

kembali. Tak lama setelah itu aku berpamitan pada ibuku dan memohon do‟anya meskipun hanya melalui telepon genggam.  Aku bertekad dalam hati untuk terus berusaha dan harus bisa membanggakan ibuku yang tengah berjuang mati-matian demi aku seorang anak bungsunya.

Rasanya setelah menelepon Ibu, ribuan lilih harapan kembali menyala meskipun sedih masih tersa dalam hati. Hari itu akan jadi hari bersejarah bagi hidupku dan akan menjadi sebuah catatan kehidupan yang akan selalu aku pegang. Bahwa begitu besar perjuangan seorang ibu dan begitu dasyat seorang ibu membangkitkan semangat anaknya. Bahakan jika diurutkan dalam sebuah majalah, rentetan sebuah nama motivator terhebat di negeri ini layaknya buku karangan Michael H.Hart “Seratus  tokoh paling berpengaruh dalam sejarah”. Pastilah nama ibu ku Lilis Yunaningsih yang akan terpampang paling atas. Motivator terhebat negeri ini. Meminum Susu Di atas Bara

Selang berapa hari setelah masa kehancuran itu menerpa diriku, aku kembali menjadi Prawito yang biasa, Prawito yang selalu ceria dalam setiap kehidupannya. Aku pun kembali mengencangkan ikat pinggang mempersiapkan Ujian Nasional yang mungkin tinggal diitung dengan jari pelaksanaannya.

Belajarku waktu itu sedikit terpecah karena adanya tragedi aku tidak lolos seleksi USMI maka aku pun harus berusaha jalur lain untuk masuk universitas, bukan IPB tentunya. Waktu itu entah kenapa aku mempunyai sebuah kekesalan sendiri kepada IPB, bisa-bisanya aku gak lolos masuk IPB. Secara otomatis aku pun mem black list IPB dalam list daftar perguruan tinggi yang akan aku masuki. Tinggalah waktu itu 2 Universitas unggulan lain yang jadi sasaran ku, satu di daerah Yogyakarta, dan satu lagi di daerah Depok.

Ruang sekretariat rohis dalam sekejap aku rubah layaknya sebuah ruangan laboratorium percobaan. Banyak sekali buku-buku bertebaran dimana-mana. Buku yang bertuliskan Ujian Nasional, buku yang bertuliskan Seleksi masuk Perguruan Tinggi dan lain-lain. Waktu SMA tempat tinggal ku memang di secretariat rohis, selain sebagai

secretariat tempat itu pun berfungsi sebagai tempat kost bagi ku. Sehingga dalam waktu kurang lebih 3 tahun aku mempunyai tempat kost gratis yang sangat membantu sekali keuangan keluargaku yang memang tidak semapan orang-orang disekitar ku waktu itu. Ruangan kost ku sekaligus ruang secretariat rohis bertempat disamping sebelah kanan masjid  At-Tahrim. Masjid ini masih masuk dalam lingkup SMA.

Sehingga kalau malam datang aku pun merasa tidak begitu takut akan hal yang terjadi karena masjid At-Tahrim ini berada tertutup didalam SMA.

SMA Negeri 2 Purwokerto adalah salah satu tempat yang sangat familiar sekali bagi ku. Setiap malam ketika aku jenuh belajar, aku pergi berjalan-jalan mengelilingi SMA ku yang sangat horror dengan banguan cirri khas belandanya. Maklum SMA ku adalah salah satu SMA peninggalan belanda pada waktu itu, sehingga SMA ku yang cukup luas akan nampak seperti lorong-lorong rumah sakit yang panjang dan menyeramkan di malam hari. Namun pada waktu itu ketakutan dan kesunyian sudah menjadi kehidupanku selama 3 tahun menjadi penunggu masjid At-Tahrim itu. Orang bilang SMA ku banyak hantunya, namun rasanya belum sekali pun aku melihat hal-hal aneh terjadi di SMA ku, baik siang maupun malam hari. Semua terasa biasa saja.

Tak kalah hebatnya denga laboratorium-laboratorium di TV, secretariat ku juga dipenuhi dengan tulisan-tulisan target ku. Ada yang bertuliskan masuk universitas ternama, ada yang bertuliskan Lulus Ujian Nasional dan masih banyak lagi yang lainnya. Waktu itu Ujian Nasional masih menjadi momok yang menakutkan bagi ku, meskipun waktu itu SMA ku termasuk SMA terbaik di Jawa Tengah namun tetap saja ketakutan selalu menyelimuti hati ku. Terkadang aku takut mengecewakan orang tua ku yang kedua kalinya, terkadang aku takut juga mempermalukan SMA ku ketika aku tidak lulus Ujian Nasional.

Singkat cerita hidupku, kala itu waktu ujian nasional telah tiba. Materi-materi ujian terasa sudah matang dalam otak ku. Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris terasa sudah menjadi susu-susu yang selalu aku minum

setiap hari. Soal-soal ujiang masuk perguran tinggi layaknya sebuah roti isi coklat yang selalu menemani ku dalam meminum susu-susu ujian nasional itu.

Waktu itu seperti kebiasaanya daerah ku, pengawas datang dari luar sekolah agar tidak terjadi kecurangan-kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional. Tak kalah ketatnya polisi yang berseragam gagah pun selalu siap sedia menjaga naskah ujian nasional yang waktu itu disimpan dalam sebuah ruangan berteralis besi layaknya sebuah penjara. Sudah barang pasti keaslian naskah sangat terjaga di SMA ku.

Ujian nasional berlangusung sangat khitmat dan menegangkan selama kurang lebih satu minggu itu. Cerita-cerita konyol sering kali keluar setelah ujian nasional usai. Tak kalah hebohnya, meskipun belum pengumuman hasil ujian nasional masih saja ada anak yang bergembira dan bersorak karena ujian Nasional telah usai. Ada pula yang menangis dan menyesal ketika teringat ada beberapa soal yang tidak bisa ia

Dalam dokumen Kisah inspiratif Bidikmisi 2011 (Halaman 72-87)