• Tidak ada hasil yang ditemukan

Soft skill

Dalam dokumen Buku Filsafat Sains Dasar 2011 (Halaman 141-148)

DAFTAR BACAAN

5.1 Berbagai Kesulitan

5.2.1 Soft skill

Dalam menghadapi persaingan perguruan tinggi (PT) yang makin beragam, pengajaran ilmu pengetahuan di kampus dan perguruan tinggi saja tak cukup untuk menjawab tuntutan dunia kerja terlebih harus berkontribusi pada pembangunan nasional. Seperti halnya yang disampaikan Koordinator Kopertis wilayah III Prof. Dr. Haryoto Kusnoputranto Skm, DrPh, perguruan tinggi mutlak memberikan kemampuan pendukung untuk mahasiswa berupa soft skill dan leadhership untuk bisa beradaptasi dengan dunia kerja. Apalagi pada era perdagangan dan pendidikan global, signifikan bagi perguruan tinggi menyiapkan secara logis dan analisis semua soft skill yang ada baik kemampuan verbal, maupun berkomunikasi dengan berbagai macam bahasa asing. Selain itu para dosen di perguruan tinggi juga harus memberikan bekal kepada mahasiswa berupa keterampilan

130

serta sikap yang baik dan benar. Karena kemampuan iptek yang tinggi juga tak bermanfaat jika tidak dibekali dengan sikap dan etika soft skill yang baik[2].

Soft skill ini sendiri biasanya dikaitkan dengan kecerdasan intelektual atau yang sering kita kenal

dengan IQ dan kecerdasan emosional atau EQ.Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Daniell Golleman berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau IQ, sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi. Daniel Golleman dalam bukunya

EmotionalIntelligence (1994) menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya

sekitar 20%, dan sisanya yang 80% ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional EQ. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan[3].

IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak, yang merupakan organ luar biasa dalam diri kita yang beratnya hanya sekitar 1,5 kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan kita.Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ, memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar.

Kecerdasan emosional (EQ) dapat diartikan dengan kemampuan untuk ‘menjinakkan’ emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain (Golleman, 1999). Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen. Karena itu orang yang EQ-nya baik, mampu mengerjakan segala sesuatuEQ-nya dengan lebih baik.Kecerdasan emosional

131

mengajarkan tentang integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awareness (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal), seperti emphathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik.

Selain IQ dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spiritual

Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ‘Spiritual Intelligence: The Ultimate Intellegence’, Danah Zohar dan Ian Marshall, mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala

intelejensia[4]. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan. Kecerdasan spiritual bukanlah kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-kepentingan manusia yang sudah menjadi “terkapling-terkapling” sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dalam melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Menurut Patrick O’Brien dalam bukunya “Making College Count” terdapat tujuh kelompok soft skill yaitu:

communication skill, organization skill, leadership, logic, effort, group skills dan ethics. Langkah

pertama sebelum mengasah soft skill adalah menentukan tujuan. Definisikan sukses yang ingin anda capai, dan susun langkah-langkah apa yang harus anda lakukan untuk mencapi keinginan atau tujuan tersebut[5].

Sekarang kita bahas kelompok soft skill yang pertama yaitu communication skill. Kemampuan komunikasi disini meliputi kemampuan komunikasi lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan maksudnya adalah bahwa kita harus mampu menyampaikan kepada orang lain apa yang kita maksud dan orang lain bisa menangkap apa yang kita maksud tersebut dengan baik. Begitu pula sebaliknya, kita juga harus bisa memahami atau menangkap apa yang orang sampaikan pada kita. Jadi persepsi dan asumsi bisa mempangaruhi interaksi. Maka diperlukan komunikasi efektif untuk menghindari salah paham. Jika ada yang tidak dimengerti, ajukan pertanyaan yang tepat untuk menghasilkan informasi yang berguna.

132

Tips saat berbicara satu lawan satu : catat pon-poin penting dan sampaikan rangkuman, gunakan alat bantu, bertanya untuk memastikan dan jangan mengajukan pertanyaan yang ambigu. Untuk presentasi beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: persiapan matang, pembukaan yang menarik, tekankan poin-poin penting, gunakan fakta, gunakan alat bantu, libatkan peserta, kontak mata, perhatikan bahasa tubuh dan intonasi, dan yang terkhir adalah perhatikan komentar-komentar dan pertanyaan dari peserta yang hadir. Sedangkan untuk diskusi grup, hal yang harus diperhatikan adalah : ungkapkan ide, fokus, menghargai orang lain, catat poin penting dan ikuti hasil yang telah disepakati bersama.

Sedangkan dalam komunikasi tulisan, tahap yang perlu dilakukan yang pertama adalah mencari dan memahami informasi, menulis draft awal dan yang terakhir merevisi draft. Kemudian hal-hal yang harus diperhatikan saat anda membuat tulisan diantaranya; buat tulisan yang padat dan jelas, tidak perlu “bertele tele”, hilangkan ketidaksukaan, gunakan bentuk poin dan penekanan, jadilah editor mandiri dan biasakanlah dengan teknologi.

Kelompok soft skill selanjutnya adalah organizational skill yang meliputi kemampuan dalam manajeman waktu, meningkatkan motivasi serta menjaga kesehatan dan penampilan. Biasanya orang yang melihat orang lain bekerja lembur, beranggapan bahwa orang yang bekerja lembur itu rajin dan punya loyalitas tinggi. Belum tentu lembur bisa berarti anda tidak bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang diberikan. Hal itu bisa terjadi karena dua kemungkinan, yang pertama karena pekerjaan yang overload. Kemudian yang kedua, kerja kita kurang efisien. Jadi harus ada penjadwalan agar kita bisa menyelesaikan tugas kita tepat waktu. Terdapat beberapa strategi penjadwalan yaitu; buat daftar kegiatan, buat skala prioritas, perkirakan kebutuhan waktu, alokasikan waktu dan yang terakhir lakukan evaluasi. Dalam menejemen waktu ada beberapa tips yang bisa membantu, pertama doing tomorrow’s things; mengerjakan sesegera mungkin apa yang bisa dikerjakan; lakukan trik lima menit, jadi saat kita malas mengerjakan pekerjaan kita, katakanlah pada diri sendiri “kerjakan 5 menit saja”, biasanya kita akan menegerjakan dan itu lebih dari lima menit.

Kadang kadang kita merasa tidak bersemangat atau kehilangan motivasi ketika mengerjakan sesuatu. Hal-hal yang bisa menyebabkan kita kehilangan motivasi adalah: merasa beban terlalu berat, telah berulang kali gagal, mengalami konflik berat yang menghilangkan konsentrasi, jenuh, lingkungan yang pesimis dan terpengaruh lingkungan/teman. Saat kita hendak mengerjakan sesuatu sebaiknya kita tahu apa manfaatnya jika kita melakukan pekerjaan tersebut, sehingga timbul motivasi dalam diri kita. Motivasi penting bagi kita karena dengan adanya motivasi berarti kita

133

mempunyai emosi positif yang bisa meningkatkan kemampuan otak dan membantu kita untuk berhasil sehingga martabat atau harga diri kita akan terangkat dengan keberhasilan kita tersebut. Beberapa hal yang bisa membantu kita agar tetap termotivasi adalah : bagi tugas yang besar manjadi potongan-potongan tugas agar tarasa lebih ringan, tetapkan sasaran dari setiap kegiatan, gunakan aturan lima menit yang telah di bahas di paragraf sebelumnya, cari bantuan bila sudah merasa kewalahan, dan yang terakhir beri penghargaan pada diri sendiri jika telah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan.

Organization skill yang terakhir adalah menjaga kesehatan dan penampilan. Penampilan penting

karena pada tiga sampai tiga puluh detik pertama berjumpa, orang akan berpersepsi melalui penampilan anda tentang status sosioekonomik anda, tingkat keterpelajaran dan menyenangkan atau tidakkah anda. Jadi saat berpenampilan, hendaknya kita bisa menarik perhatian orang, dengan cara memilih pakaian dan aksesoris yang tepat dan sesuai dengan kondisi.

Kelompok soft skill yang ke -3 adalah leadership. Kita tidak harus menjadi pemimpin utuk membuat perubahan, yang terpenting adalah partisipasi aktif dimanapun kita berada. Disini kemampuan

leadership tidak diulas detail karena akan kita bahas di sub bab yang lain.

Kelompok soft skill selanjutnya adalah logic. Logic skill yang dimaksud disini adalah kemampuan dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kreatif. Melatih seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan baik dapat berpengaruh pada kemampuan mereka dalam menghadapi masalah di segala lini kehidupan. Baik mengenai keluarga,pekerjaan dan lain sebagainya (Hasil penelitian psikolog Thomas D’Zurilla & Arthur Nezu ). Langkah-langkah dalam memecahkan masalah : yang pertama rumuskan masalah, kemudian cari alternatif-alternatif solusi yang bisa di lakukan dan analisa tiap alternatif solusi tersebut, lihatlah permasalahan dari berbagai sudut pandang dan lihat kemungkinan-kemungkinan jika kita memilih suatu solusi. Kemudian pilih salah satu alternatif yang terbaik, laksanakan solusi yang dipilih dan yang terakhir lakukan evaluasi. Jika kita melakukan kesalahan, belajarlah dari kesalahan tersebut, jangan hanya mengeluh dan meratapi kesalahan yang kita lakukan.

Berpikir kreatif adalah berpikir di luar kebiasaan dalam proses menemukan jalan keluar dari suatu masalah. Ada beberapa penghalang yang memuat kita tidak bisa berpikir kreatif diantaranya ; tidak adanya kemauan untuk mengubah sudut pandang, enggan menerima perubahan, merasa tidak berdaya, dan yang terakhir adalah adanya ketakutan dicemooh atau di tertawakan orang. Padahal hasil penelitian Prof. Isaac Asimov dalam bukunya “The Brain” mengatakan bahwa otak manusia itu

134

terdiri dari 200 milyar sel yang mana dapat digunakan untuk menyimpan dan mengingat seratus milyar bit informasi atau sama dengan lima ratus ensiklopedia. Jadi kemampuan otak kita itu sangat luar biasa, sehingga bukan hal yang sulit apalagi mustahil bagi kita untuk berpikir kreatif.

Oleh karena itu ada beberapa metode yang bisa membantu agar kira berpikir kreatif : metode yang pertama adalah evolusi, perlu pembaharuan sedikit demi sedikit ide yang kita miliki; metode yang ke dua adalah sintesa, belajarlah mengkombinasikan dua atau lebih ide menjadi satu ide; metode yang ke tiga adalah revolusi, mengemukakan ide yang benar-benar baru; metode yang keempat adalah replikasi, yaitu melihat sesuatu yang sudah ada dengan sudut pandang baru dan berbeda; dan metode yang terakhir adalah insight, artinya mengubah cara pandang pada masalah.

Kelompok soft skill selanjutnya adalah effort. Effort disini meliputi ketahanan menghadapi tekanan, asertif, kemauan dan kemampuan belajar. Banyak orang yang membuat kesalahan – kesalahan yang tidak perlu ketika dalm keadaan tegang. Hal itu tentu sangatlah merugikan. Oleh karena itu perlu ketahanan dalam menghadapi stress, caranya adalah dengan optimisme, semangat yang tinggi membuat kita merasa bisa menghadapi apapun. Hadapi dengan proporsional, ini bukan akhir dari segalanya jadi saat menghadapi masalah jangan membuat masalah tersebut terasa lebih berat. Rasa mengendalikan kedaaan, jangan menganggap diri kita adalah korban karena hidup adalah pilihan. Hidup seimbang, jadi agar kita tidak terpusat pada satu hal saja.

Kemampuan selanjutnya dalam area soft skill “effort” yakni asertif. Pengertian dari asertif itu sendiri adalah sikap antara pasif dan agresif, artinya tidak terlalu pasif tapi juga tidak agresif, berani menyatakan pendapat akan tetapi masih peka terhadap lingkungan sekitar. Tujuan dari sikap asertif ini adalah untuk mewujudkan win-win solution. Dalam sikap asertif ini terdapat tiga komponen utama, yaitu: kemampuan dalam memgungkapkan perasaan, kemampuan mengungkapkan pemikiran secara terbuka dan yang terakhir kemampuan untuk mempertahankan hak pribadi. Beberapa cara agar kita bisa menjadi seorang yang asertif antara lain: kenali diri, analisis keadaan, manfaatkan kesempatan, kendalikan emosi, dan yang terakhir berlatih.

Komponen effort yang terakhir adalah kemauan dan kemampuan belajar. Semakin kita tahu semakin kita merasa tidak tahu apa-apa. Ada peribahasa yang menyebutkan demikian, “ya, pengetahuan di dunia ini sangat luas, jadi jangan pernah merasa bahwa kita sudah pandai, tahu dan bisa dalam segala hal.” Walaupun kita tidak selalu suka dengan apa yang kita pelajari, kendalikanlah diri kita secara professional.

135

Kelompok soft skill yang ke enam adalah group skill atau kemampuan keja sama. Menurut William G. McGowan, MCI Group, kesukaran kita bergantung pada orang lain kecuali kita bercita-cita menjadi pemain bola tunggal. Memang banyak hambatan saat kita melakukan kerja sama atau kerja tim diantaranya ; tidak tahu dan tidak berusaha untuk tahu, ada sebagian yang berkelompok dalam kelompok dan tidak mau membuka diri serta adanya prasangka buruk sehingga menyebabkan kerja sama yang dilakukan tidak sepenuh hati. Jadi dalam bekerja sam diperlukan adanya “sinergi” yaitu memanfaatkan perbedaan, saling melengkapi dalam bekerja, keterbukaan pikiran, mengemukakan cara-cara baru yang lebih baik dan bukan malah cuek/tidak peduli dengan perbedaan, bekerja masing-masing secara mandiri, berpikir diri selalu benar dan pasrah menerima seadannya. Langkah- langkah agar bisa bersinergi yaitu: definisikan masalah dan peluang, sampaikan pendapat, lalu dengarkan saran atau pendapat orang lain, berdiskusi/ berembug dan cari solusi yang terbaik. Kelompok soft skill yang terakhir adalah ethic atau etika kerja. Hasil studi D.P. Beach, 1982, 82 % orang kehilangan pekerjaanya atau macet karirnya karena tidak adanya etika kerja yang baik. Etika kerja adalah belajar membedakan yang salah dan yang benar dan kemudian melakukan yang benar. Etika kerja mempengaruhi citra kita, yang nantinya mempengaruhi apakah orang mau bekerja sama dengan kita atau tidak. Etika terbentuk sesaat atau sebelum bekerja. Karakter seseorang yang dikatakan beretika adalah dapat dipercaya, hormat, bertanggung jawab, perhatian, adil dan taat peraturan.

5.2.2 Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi (Wikipedia)[6]. Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat, atau dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, hal. 23).

136

1. Pemimpin bekerja dengan orang lain. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja

dengan orang lain, atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.

2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas. Seorang

pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses kepemimpinan

dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif dan menyelesaikan masalah secara efektif.

4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus menjadi

seorang pemikir yang analitis dan konseptual, dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat, dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

5. Manajer adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh

karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan

melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit. Seorang pemimpin harus dapat memecahkan

masalah. Lebih lengkap tentang bagaimana mengembangkan dan membangun kepemimpinan akan dibahas pada sub bab berikunya.

Dalam dokumen Buku Filsafat Sains Dasar 2011 (Halaman 141-148)