• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI

PEMERINTAH BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Oleh

SAIFAN

097003047/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L AH

P A

S C

(2)

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI

PEMERINTAH BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KABUPATEN PAKPAK BHARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAIFAN

097003047/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI

PEMERINTAH BAGI KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT KABUPATEN PAKPAK BHARAT Nama Mahasiswa : Saifan

Nomor Pokok : 097003047

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) K e t u a

(Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA) (Dr. Ir. Rahmanta. M.Si) Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE

Anggota : 1. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA

2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

3. Irsyad Lubis, SE. M.Sos.Sc.Ph.D

(5)

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAH BAGI

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PAKPAK BHARAT

ABSTRAK

Pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Baharat yang telah diusulkan dengan susah payah, memakan waktu cukup lama dan biaya yang sangat besar adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menghilangkan atau mengurangkan kesenjangan pembangunan. Apabila harapan ini tidak dapat dicapai maka akan menyulitkan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua, bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama pemekaran daerah berlangsung

Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan dari PDRB dan dampak pemekaran wilayah administrasi bagi kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan.

Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan dampak yang positif. Laju pertumbuhan rata-rata sesudah pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2004 sebesar 6,66% mengalami kenaikan sebesar 1,57 % dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi. Sektor konstruksi menunjukkan kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 17,99% atau selisih 15,51% dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2001. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan sebesar 13,11 % atau selisih 7,01 % dari sebelum pemekaran daerah pada tahun 2001. Sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan kenaikan 12,32 % atau selisih 7,09 % dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2002. Dampak pemekaran wilayah administrasi memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, fasilitas pendidikan, kesehatan dan penyerapan tenaga kerja dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah.

(6)

THE IMPACT OF REDISTRICTING ADMINISTRATIVE REGION GOVERNMENT FOR COMMUNITY WELFARE

OF PAKPAK BHARAT REGENCY

ABSTRACT

Regional divisions of government administration Pakpak Bharat that have been proposed with some difficulty, takes a long time and enormous costs is to improve the public service, eliminate or reduce the development gap. If this expectation can not be achieved then it will complicate the government's Pakpak Bharat in managing government and improve the welfare of its people. There are two important issues related to improving the welfare of society, namely first, how governments implement it, and second, how its impact on society after the division is running for ongoing regional expansion

The purpose of this study is to analyze the impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat described on economic growth of GDP and the impact of regional divisions of administration for the welfare of society as seen from people's income, education, health and employment. The method of research used descriptive analysis and different test of the sample pairs.

The impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat on economic growth have a positive impact. The growth rate on average after the expansion areas of government administration in 2004 amounting to 6.66% increased by 1.57% compared to prior administrative regional division. Construction sector showed a very large increase that is equal to 17.99% or 15.51% of the difference before the regional divisions of government administration in 2001. Trade, hotels and restaurants increased by 13.11% or 7.01% difference from prior regional expansion in 2001. Transport and communication sector showed an increase 12.32% or 7.09% difference from prior regional divisions of government administration in 2002. Impact of administrative regional divisions provide a positive impact on community welfare Pakpak Bharat, with rising incomes, educational facilities, health and employment than before the expansion of government administrative areas.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan yang merupakan syarat

dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah

dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis yang berjudul “Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi

Pmeerintah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat”

merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE, selaku Ketua Komisi

Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA., dan Bapak Dr. Ir.

Rahmanta, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran,

dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE. M.Sos.Sc. Ph.D dan Agus Suriadi, S.Sos. M.Si

selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran

bagi kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala

(8)

5. Bapak H. Gatot Pujo Nugroho, ST selaku Pelaksana Gubernur Provinsi

Sumatera Utara yang telah memberikan kami program beasiswa dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah.

6. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan

kerjasama yang telah diberikan selama ini.

7. Ayahanda (Alm) Majlan dan Ibunda Nurchalida yang telah membesarkan,

mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

8. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta

Lismarita atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam

mendampingi penulis serta dorongan dan dukungannya, sehingga tesis ini dapat

diselesaikan. Demikian pula kepada kedua putri penulis, masing-masing: Qonita

Raihana Saifan, dan Athiyah Dwi Majidah Saifan.

Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat,

saran dan masukan dari semu pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Saifan, ST lahir di Medan, 24 Oktober 1972, dari pasangan (Alm) Majlan

dengan Nurchalida, dan merupakan anak kedua dari dua belas bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1985 di Sekolah

Dasar pada Sekolah Dasar Negeri 065854 di Medan. Pada tahun 1988 menyelesaikan

pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Swasta Panca Budi Medan

dan tahun 1991 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di STM

YPT Pangkalan Brandan, Langkat. Kemudian pada tahun 1997 menyelesaikan

Sarjana (S1) Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara di Medan.

Pada tahun 2000 penulis menikah dengan Lismarita dan dikarunia 2 orang

putri : Qonita Raihana Saifan, dan Athiyah Dwi Majidah Saifan. Sejak tahun

2005 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) Kabupaten Pakpak Bharat. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pemekaran Daerah ... 8

2.2. Konsep Pemekaran ... 10

2.3. Produk Domestrik Regional Bruto (PDRB) ... 11

2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 15

(11)

2.6. Perkembangan Wilayah ... 26

2.7. Penelitian Sebelumnya ... 33

2.8. Kerangka Pemikiran ... 35

2.9. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.4. Analisis Data ... 39

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

4.1.1. Letak Geografis ... 42

4.1.2. Wilayah Administrasi ... 43

4.1.3. Kondisi Pemerintah ... 45

4.1.4. Kondisi Demografi ... 45

4.1.5. Kondisi Kesejahteraan Sosial dan Pemerataan Ekonomi 49 4.2. Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 62

4.3 Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat 68 4.3.1. Karakteristik Responden ... 68

(12)

4.3.3. Sarana Kesehatan ... 75

4.3.4. JumlahTenaga Kerja yang Terserap ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 84

(13)

DAFTAR TABEL

Jumlah Sampel Desa dan Sampel Responden ………...

Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Dusun di Kabupaten Pakpak Bharat ………..

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pakpak Bharat 2005-2009 …….

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat 2005-2009 ………...

Jumlah Penduduk Berdasarkan Potensi Produktivitas dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ………

Data PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) …

Data Distribusi PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (%) ……….

Data PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstans Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) ...

Data Distribusi PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2009 (%) ……….

Pendapatan Perkapita Kabupaten Pakpak Bharat dan Perkembangannya Tahun 2005-2009 ………...

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2009 (dalam %) ...

PDRB Kabupaten Pakpak Bharat dan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ………

(14)

4.12.

Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Pakpak Bharat Sebelum Pemekaran Tahun 2002 dan Kabupaten Pakpak Bharat Setelah Pemekaran Tahun 2004 dan 2009 ………

Jumlah Responden Berdasarkan Umur ……….

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………

Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terkahir …………..

Hasil Perhitungan Pendapatan Masyarakat Sesudah dan

Sebelum Adanya Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah..

Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2001-2009 ………..

Rasio Antara Jumlah Sekolah dengan Jumlah Penduduk ………

Rasio Antara Jumlah Sekolah dengan Jumlah Murid …………...

Jumlah Prasarana Kesehatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2001-2009 ………..

Rasio Antara Jumlah Sarana Kesehatan dengan Jumlah

Penduduk ………...

Rasio Antara Tenaga Medis/Paramedis dengan Jumlah

Penduduk ………...

Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pakpak Bharat ..

Indikator Kesejahteraan Sosial dan Kondisi yang Diharapkan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1.

4.1

4.2.

4.3.

4.4.

Kerangka Pemikiran Penelitian ……….

Struktur Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 ………..

Struktur Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 ……….

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2005-2009 ………...

Pertumbuhan Ekonomi Empat Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2009 ………

35

53

56

58

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1.

2

3

4

5

Kuisioner Penelitian ………..

Tabulasi Jawaban Responden ……..………..

Hasil Uji Beda Rata-rata Pendapatan Masyarakat ………

Peta Rencana Lokasi Survey Usulan Revisi Kawasan Hutan Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara …..………...

Peta Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat .………...

88

92

99

100

(17)

DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAH BAGI

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PAKPAK BHARAT

ABSTRAK

Pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Baharat yang telah diusulkan dengan susah payah, memakan waktu cukup lama dan biaya yang sangat besar adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menghilangkan atau mengurangkan kesenjangan pembangunan. Apabila harapan ini tidak dapat dicapai maka akan menyulitkan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua, bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama pemekaran daerah berlangsung

Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan dari PDRB dan dampak pemekaran wilayah administrasi bagi kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan.

Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan dampak yang positif. Laju pertumbuhan rata-rata sesudah pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2004 sebesar 6,66% mengalami kenaikan sebesar 1,57 % dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi. Sektor konstruksi menunjukkan kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 17,99% atau selisih 15,51% dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2001. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan sebesar 13,11 % atau selisih 7,01 % dari sebelum pemekaran daerah pada tahun 2001. Sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan kenaikan 12,32 % atau selisih 7,09 % dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2002. Dampak pemekaran wilayah administrasi memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, fasilitas pendidikan, kesehatan dan penyerapan tenaga kerja dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah.

(18)

THE IMPACT OF REDISTRICTING ADMINISTRATIVE REGION GOVERNMENT FOR COMMUNITY WELFARE

OF PAKPAK BHARAT REGENCY

ABSTRACT

Regional divisions of government administration Pakpak Bharat that have been proposed with some difficulty, takes a long time and enormous costs is to improve the public service, eliminate or reduce the development gap. If this expectation can not be achieved then it will complicate the government's Pakpak Bharat in managing government and improve the welfare of its people. There are two important issues related to improving the welfare of society, namely first, how governments implement it, and second, how its impact on society after the division is running for ongoing regional expansion

The purpose of this study is to analyze the impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat described on economic growth of GDP and the impact of regional divisions of administration for the welfare of society as seen from people's income, education, health and employment. The method of research used descriptive analysis and different test of the sample pairs.

The impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat on economic growth have a positive impact. The growth rate on average after the expansion areas of government administration in 2004 amounting to 6.66% increased by 1.57% compared to prior administrative regional division. Construction sector showed a very large increase that is equal to 17.99% or 15.51% of the difference before the regional divisions of government administration in 2001. Trade, hotels and restaurants increased by 13.11% or 7.01% difference from prior regional expansion in 2001. Transport and communication sector showed an increase 12.32% or 7.09% difference from prior regional divisions of government administration in 2002. Impact of administrative regional divisions provide a positive impact on community welfare Pakpak Bharat, with rising incomes, educational facilities, health and employment than before the expansion of government administrative areas.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

mengatur pembagian daerah di Indonesia. Provinsi dibentuk berdasarkan Asas

Desentralisasi dan Dekonsentrasi serta daerah Kabupaten dan daerah Kota yang

dibentuk berdasarkan Asas Desentralisasi. Daerah yang dibentuk dengan Asas

Desentralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Pemekaran daerah merupakan kesempatan yang terbuka dalam upaya

mempercepat pembangunan daerah sesudah era reformasi, khususnya untuk daerah

tertinggal di Indonesia. Keterlambatan pembangunan antara lain disebabkan oleh

jauhnya fungsi pemerintahan dengan masyarakat, luasnya daerah yang harus dikelola

oleh suatu pemerintahan daerah dan jumlah penduduk yang melebihi angka ideal

untuk dapat berfungsinya kontrol sosial masyarakat.

Niat dan keinginan pemerintah (negara/daerah) untuk membangun dan

mengembangkan sebuah wilayah sangatlah mendapat dukungan dari masyarakat.

realisasi dari niat dan keinginan ini haruslah berbentuk kesejahteraan dan kebanggaan

sebagai anggota masyarakat (negara/daerah). Tidak seorangpun yang tidak bangga

sebagai anggota masyarakat (negara/daerah) jika pembangunan dan pengembangan

(20)

Hasil penelitian yang dilakukan Depdagri menunjukkan bahwa tujuan

pemekaran daerah untuk lebih mensejahterakan masyarakat belum tercapai. Dari 104

daerah (lima provinsi dan 97 kabupaten) ditambah daerah hasil pemekaran yang

terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sekitar 76 di antaranya masih

bermasalah. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di daerah pemekaran,

misalnya, daerah induk belum menyerahkan personel, peralatan, pembiayaan, dan

dokumen kepada daerah otonom baru, belum pindahnya ibu kota daerah sesuai

undang-undang, serta masih belum mampu menghidupi daerahnya sendiri (Makhya,

2008), dan sangat wajar apabila masyarakat mempertanyakan hasil pembangunan

yang terjadi, terutama apabila hasil-hasil pembangunan itu tidak menjangkau dan

bahkan apabila menimbulkan malapetaka ataupun ancaman bagi mereka (Sihombing,

2005)

Adanya isu pemekaran wilayah yang berkembang akhir-akhir ini mendorong

Kabupaten Pakpak Bharat untuk memekarkan wilayahnya. Kabupaten Pakpak Bharat

adalah salah satu daerah pemekaran kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,

Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003, hasil dari pemekaran

Kabupaten Dairi. Pemekaran wilayah tersebut menyebabkan perubahan struktur

ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat secara menyeluruh, yang meliputi: pembagian luas

wilayah administrasi, sumber daya, infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi wilayah,

serta sektor pemerintahan. Dengan adanya pemekaran wilayah tersebut menjadikan

(21)

Kabupaten Pakpak Bharat dalam pembiayaan pembangunannya berasal dari

APBD yang merupakan varibael penting mencerminkan kemampuan daerah untuk

berkembang. Sumber-sumber pendanaan APBD ini meliputi, antara lain Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Sumbangan dan Bantuan

serta Penerimaan Pembangunan.

Hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan dapat diukur melalui, antara

lain, pertumbuhan ekonomi daerah, perluasan kesempatan kerja, distribusi

pendapatan masyarakat dan meningkatan hubungan ekonomi dari sektor primer ke

sektor sekunder dan tersier.

Pembangunan ekonomi adalah suatu cara untuk menambah peralatan modal

dan skill sehingga akan meningkatkan produktivitas, selanjutnya akan menaikkan

pendapatan perkapita, suatu hal yang sangat penting, dimana kenaikan pendapatan

perkapita itu harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting

dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian

akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Karena pada dasarnya aktifitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan

faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh

masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan

(22)

Tujuan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut di atas tentunya berjalan secara

kontroversial mengingat sangat terbatasnya sumber dana pembangunan yang dimiliki

oleh Pemerintah Daerah, padahal di pihak lain adanya keinginan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi.

Perekonomian Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat dari pertumbuhan

ekonomi yang merupakan salah satu indikator sangat penting dalam melakukan

analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah. Pertumbuhan

ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan

tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu indikator

untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data mengenai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar

harga konstan. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam

kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga tetap terus

menerus bertambah.

Laju pertumbuhan PDRB kabupaten Pakpak Bharat disumbang oleh 9

(sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri dan

pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan hotel dan restoran;

pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan

jasa-jasa. Dimana sektor pertanian merupakan kontributor utama dengan pencapaian

mencapai 64,96% pada tahun 2009, selanjutnya diikuti sektor perdagangan, hotel dan

(23)

hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap perekonomian di Kabupaten

Pakpak Bharat (BPS 2010).

Sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar untuk PDRB terlihat

dari beberapa komoditi yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat. Tanaman Gambir

merupakan jenis tanaman perkebunan rakyat yang paling banyak di Kabupaten

Pakpak Bharat. Pada tahun 2009, luas area tanaman gambir sebesar 1.051 ha,

meningkat 18,78% dari tahun sebelumnya yang sebesar 884,80ha. Untuk produksinya

juga meningkat dimana pada tahun 2009 mencapai 1.523 ton, atau meningkat sebesar

35, 80% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.215 ton. Untuk tanaman padi sawah

dan padi ladang, produksinya pada tahun 2009 adalah 18.815 ton, menurun sebesar

3,84% dari tahun sebelumnya yang mencapai 19.567 ton. Selain itu, komoditi yang

mulai dikembangkan di Kabupaten Pakpak Bharat adalah tanaman jeruk dimana

produksinya terus meningkat, yaitu sebesar 670 ton pada tahun 2006, 805 ton tahun

2007, 922 ton pada tahun 2008 dan 1.000 ton pada tahun 2009. Tanaman ini

mempunyai prospek yang bagus jika terus dikembangkan dengan baik. Tanaman

Kopi juga merupakan komoditi yang merupakan tanaman yang diusahakan oleh

masyarakat Pakpak Bharat turun temurun. Untuk tanaman Kopi robusta mempunyai

luas area 644 ha dengan produksi sebesar 358 ton, sedangkan kopi arabika

mempunyai luas 1.371 ha dengan produksi 1.151,4 ton.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat sangat dipengaruhi oleh

(24)

Jasa-jasa sebesar 10,04%. Secara keseluruhan perekonomian Kabupaten Pakpak

Bharat tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,83%.

1.2. Perumusan Masalah

Tujuan pemekaran wilayah administrasi pemerintah kabupaten Pakpak Bharat

yang telah diusulkan dengan susah payah, memakan waktu cukup lama dan biaya

yang sangat besar adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

menghilangkan atau mengurangkan kesenjangan pembangunan. Apabila harapan ini

tidak dapat dicapai maka akan menyulitkan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat

dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Ada dua hal penting yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua,

bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama

pemekaran daerah berlangsung. Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan

masalah yang dikemukan adalah:

1. Bagaimana dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah terhadap

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat yang dijelaskan dari PDRB.

2. Bagaimana dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah bagi

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang dilihat dari pendapatan

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah terhadap pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat yang dijelaskan dari PDRB.

2. Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah bagi kesejahteraan

masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang dilihat dari pendapatan masyarakat,

pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam merumuskan

kebijakan pembangunan.

Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengelolaan keuangan pemerintah Kabupaten

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif

baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum

terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Pemekaran daerah adalah suatu proses membagi satu daerah administratif

(daerah otonom) yang sudah ada menjadi dua atau lebih daerah otonom baru

berdasarkan UU RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hasil

amandemen UU RI nomor 22 tahun 1999. Landasan pelaksanaannya didasarkan pada

PP Nomor 78 tahun 2006. Sedangkan konflik keruangan (spatial conflict) adalah

potensi konflik kewilayahan yang timbul akibat adanya garis batas yang membagi

satu wilayah menjadi dua wilayah yang berbeda.

Prinsip desentralisasi dan otonomi daerah serta pemekaran daerah di

Indonesia sebagai negara kepulauan daerah tropis, memiliki karakteristik tersendiri

ditinjau dari besarnya jumlah penduduk yang tersebar tidak merata, keanekaragaman

sosial budaya, sumberdaya alam, flora dan fauna serta keragaman fisik wilayah.

Berdasarkan keragaman tersebut, dalam perspektif geografi, Indonesia memiliki

(27)

Fenomena tersebut telah menimbulkan sikap pro dan kontra di berbagai

kalangan politisi, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan di antara para pakar.

Mereka memperdebatkan manfaat ataupun kerugian yang timbul dari banyaknya

wilayah yang dimekarkan. Berbagai pandangan dan opini disampaikan untuk

mendukung sikap masing-masing pihak. Pemekaran telah membuka peluang

terjadinya bureaucratic and political rent-seeking, yakni kesempatan untuk

memperoleh keuntungan dana, baik dari pemerintah pusat maupun dari penerimaan

daerah sendiri. Lebih lanjut dikatakan bahwa, karena adanya tuntutan untuk

menunjukkan kemampuan menggali potensi wilayah, maka banyak daerah

menetapkan berbagai pungutan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Hal ini menyebabkan terjadinya suatu perekonomian daerah berbiaya tinggi. Lebih

jauh lagi timbul pula tuduhan bahwa pemekaran wilayah merupakan bisnis kelompok

elit di daerah yang sekedar menginginkan jabatan dan posisi. Euforia demokrasi dan

partai-partai politik yang memang terus tumbuh, dimanfaatkan kelompok elit ini

untuk menyuarakan ”aspirasinya” mendorong terjadinya pemekaran. (Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2008).

Di sisi lain, banyak pula argumen yang diajukan untuk mendukung

pemekaran, yaitu antara lain adanya kebutuhan untuk mengatasi jauhnya jarak

rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi kesempatan pada

daerah untuk melakukan pemerataan pembangunan. Alasan lainnya adalah

diupayakannya pengembangan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada

(28)

hukum dan perundangan yang ada, yaitu Peraturan Pemerintah No. 78/2006 tentang

Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan

Daerah, memang masih dianggap memiliki banyak kekurangan. Hal inilah yang

mengakibatkan mudahnya satu proposal pemekaran wilayah pemerintahan diloloskan

2.2. Konsep Pemekaran

Pemekaran wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah kabupaten baru

pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan kualitas dan intensitas pelayanan pada

masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon kabupaten baru yang akan

dibentuk perlu memiliki basis sumber daya harus seimbang antara satu dengan yang

lain. Hal ini perlu diupayakan agar tidak muncul terjadi disparitas yang mencolok

pada masa datang. Selanjutnya dalam suatu usaha pemekaran wilayah akan

diciptakan ruang publik baru yang merupakan kebutuhan kolektif semua warga

wilayah baru. Ruang publik baru akan mempengaruhi aktivitas orang atau masyarakat

ada merasa diuntungkan dan sebaliknya dalam memperoleh pelayanan dari pusat

pemerintah baru disebabkan jarak pergerakan berubah (P4N, UGM, 1997).

Pemekaran wilayah pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, dengan meningkatkan serta mempercepatkan pelayanan,

kehidupan demokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan

dan ketertiban, dan hubungan yang serasi antar daerah dan pusat. Pada hakekat tujuan

(29)

meningkatkan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sektor, memperkuat

integrasi nasional yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas hidup.

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross

National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu

kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB).

Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor

yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik

pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk

Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh

penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa

penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik

Regional Bruto dapat diartikan sebagai: Estimasi total produk barang dan jasa yang

diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan

faktor-faktor produksi yang dimilikinya.

Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor

tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

Menurut Kusmadi dalam (Prihatin, 1999) produk domestik regional bruto

(PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan

(30)

sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto

atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan

ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu

negara atau wilayah tertentu.

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan

secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai

sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih

merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk

dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.

Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke

dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas

dan air minum serta sektor bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank

dan lembaga keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor

tersier (Sitorus, dkk., dalam Prihatin, 1999).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain:

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor

atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan

nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan

memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara

(31)

jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga

kerja, serta alokator tidak langsung.

Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan

metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Pakpak

Bharat (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2010)

Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain:

1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari

barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap

sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor

produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung

netto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah

suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang

dan jasa yang diproduksi.

Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari

segi Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil

produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double

Countung/Multiple Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah

suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah

(32)

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral

umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .

Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto

masing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal

ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan

dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku

secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai

perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya

harga-harga. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya

faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga

tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya

antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai

berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan

perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga

(inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi

suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi

(33)

Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB

maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi

menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada

masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,

perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan

pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa

dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang

berkembang adalah terjadinya kekurangan modal. Kalau masalah kekurangan modal

ini bisa teratasi, maka proses pembangunan di negara-negara sedang berkembang

akan lebih cepat mencapai sasaran. Namun istilah growth tidak bisa disamakan

dengan pengertian development (pembangunan).

Pembangunan ekonomi adalah: sebagai proses multidimensional yang

melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah

terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan

ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut

(Todaro, 2000).

Pembangunan ekonomi itu pada dasarnya diharapkan mampu

menggambarkan perobahan seluruh keadaan yang terdapat dalam masyarakat serta

(34)

secara individual maupun kelompok yang bernaung di dalam suatu sistem, yang

bergerak maju dari kondisi yang serba kekurangan dan tidak memuaskan menuju

kepada yang jauh lebih baik, material maupun spritual.

Apabila hal ini dihubungkan dengan tujuan pembangunan, yaitu peningkatan

pendapatan perkapita masyarakat, memberantas kemiskinan dan kebiasaan-kebiasaan

lama yang tidak sesuai dengan tujuan pembangunan dan juga untuk mengurangi

ketimpangan-ketimpangan yang terdapat dalam masyarakat.

Selanjutnya ada tiga sasaran pembangunan yang dikemukakan oleh Todaro

(2000) yaitu:

Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan-bahan

pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan, perumahan, kesehatan

dan perlindungan.

Meningkatkan taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi penghasilan,

penyediaan lapangan kerja yang memadai, sarana pendidikan yang lebih baik dan

perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusiawi.

Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi seluruh individu dan nasional

dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan ketenagakerjaan.

Berdasarkan keterangan-keterangan itu, dapatlah diambil suatu kesimpulan

bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana dengan proses tersebut

akan terlihat adanya perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang

(35)

Di samping itu pertumbuhan ekonomi serta pemberantasan kemiskinan dan

pengurangan ketimpangan-ketimpangan dalam pendapatan perkapita melalui

perluasan lapangan kerja yang memadai, mutu pendidikan yang ditunjang oleh sarana

yang lebih meningkat serta memberantas masyarakat dari ketergantungan,

mengangkat kesadaran akan harga diri guna tercapainya tujuan pembangunan yaitu

meningkatkan persediaan dan perluasan pembagian pemerataan bahan-bahan pokok

yang dibutuhkan untuk hidup, meningkatkan taraf melalui penigkatan penghasilan

dan perluasan jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat.

Adapun pengertian pembangunan ekonomi menurut Arsyad (1999) adalah:

suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara

meningkat dalam jangka panjang.

Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat

penting, yaitu: a) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus, b)

Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan c) Kenaikan pendapatan per

kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

Djoyohadikusumo (1994) pembangunan ekonomi adalah suatu usaha

memperbesar pendapatan perkapita dan menekan produktivitas perkapita dengan

jalan menambah peralatan modal dan menambah skill, atau pembangunan ekonomi

adalah menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita yang

lebih tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat (2010)

(36)

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,

pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan

mengusahakan pergesaran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor sekunder

dan tersier. Dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan

agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat pemerataannya semakin

membaik sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 yaitu mencapai

masyarakat adil dan makmur.

Sedangkan Krisnamurthi (1995) pembangunan ekonomi yang berhasil harus

memiliki empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan

kemiskinan, perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan

pembangunan itu sendiri.

Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses yang

saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara faktor-faktor

yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2000).

Menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai

semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi. Syarat

utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus bertumpu

pada kemampuan perekonomian di dalam negeri.

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan

stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara

(37)

mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab

masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang

sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian

pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:

1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan

dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan

wilayah.

2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk

melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata

terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan

dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk

masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan

dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan

pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil

dengan baik.

Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya

dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah

memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

(38)

dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana

tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir. 2002).

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan

yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah

terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,

belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri

dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi

pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha

pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti

pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang peting

dipecahkan adalah: di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya

dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi

dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek

pertambangan dan sebagainya.

Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara

bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan

yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan

kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus

(39)

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam

pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang

lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program

pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan

dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan

proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan

sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena

perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,

kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai

akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran

proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan

perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan

rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju

masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah

pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian

(40)

menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah

tersebut.

Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata,

namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses

pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target

utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.

Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi

ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dalam era

otonomi daerah saat ini. Dengan otonomi daerah dihaarapkan akan terjadi persaingan

yang sehat antar daerah. Pembahasan tentang struktur penentu keberhasilan

pembangunan ekonomi daerah sangat penting artinya bagi pemerintah daerah untuk

menentukan upaya-upaya yang akan dilakukan dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi di daerahnya.

Kemampuan daerah untuk bertumbuh akan sangat ditentukan oleh

faktor-faktor ekonomi yang dimiliki daerah tersebut. Oleh karena itu, daerah harus

mengetahui secara rinci sifat-sifat faktor tersebut agar dapat menentukan besar atau

pengaruh faktor tersebut pada pertumbuhan ekonomi daerah.

Perkembangan ekonomi suatu daerah selama proses pembangunan akan

disertai dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi.

(41)

dana, sehingga pada saatnya akan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan

masyarakat. Daerah harus dapat mempertahankan kesinambungan (kontuinitas)

pertumbuhan ekonomi agar pembangunan di daerah tersebut juga dapat terus

berlanjut (Simanjuntak, 2003).

Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan perubahan

dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi. Perubahan-perubahan ini akan

menyebabkan perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi masyarakat. Tujuan

utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi dan memuaskan segala

aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan produktif ini memiliki

bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan pendapatan, merubah bahan mentah

menjadi barang dan jasa yang siap untuk dikonsumsi.

Inti dari pertumbuhan perekonomian adalah proses untuk melakukan

traansformasi yang menyeluruh dalam bidang ekonomi yang akan dilakukan dengan

melaksanakan proses perencanaan yang baik dan mapan dengan tujuan

mentransformasikan masyarakat ke dalam suatu sistem yang lebih maju dan

diidamkan. Keadaan yang terjadi akan menghasilkan hal yang merugikan apabila

pengaruh trickle-down effect yang sangat diharapkan oleh masyarakat tidak juga

kunjung datang, dan segala kebutuhan-kebutuhan daerah serta pendayagunaan potensi

daerah yang efektif terlewatkan oleh strategi dan kebijakan modernisasi yang terlalu

seragam sehingga tidak mampu mengakomodasikan konsep pertumbuhan

(42)

Mobilisasi sosial bagi pembangunan ekonomi daerah sebaiknya didasarkan

pada partisipasi aktif masyarakatnya, orientasi konsep ke arah sumber-sumber daya

daerah, kondisi dan kebutuhan daerah dalam upaya untuk menghasilkan pertumbuhan

yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik teritorial dalam bidang ekonomi guna

menuju pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan. Masyarakat hendaknya

mampu menterjemahkan keinginan daerah dengan menunjukkan prakarsa sendiri

dalam upaya memperluas kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif

di daerah masing-masing.

Dimensi pertumbuhan ekonomi lainnya yang tidak boleh ditinggalkan adalah

faktor pemerataan (equity) dan partisipasi yang menghendaki adanya akses yang

seimbang dan sama terhadap berbagai ketersediaan sumber daya dan pemanfaatan

peluang atau kesempatan yang ada. Persoalan yang sering disalah artikan disini

adalah bahwa konsep pemerataan bukanlah hanya dilihat dari segi kesamaan dan

keseimbangan distribusi berbagai sumber daya secara harfiah atau pengertian fisiknya

akan tetapi lebih mengarah pada pemberdayaan intrinsik dan peluang bagi

masyarakat untuk mewujudkan potensinya (Simanjuntak, 2003).

Sukardi (2003) dalam upaya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran

suatu daerah, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara umum dikatakan,

perlu pendapatan yang tinggi untuk dapat mencapai kesejahteraan atau meningkatkan

standar hidup. Pertumbuhan ekonomi tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan

(43)

Setelah disadari bahwa pertumbuhan ekonomi adalah penting bagi pencapaian

kesejahteraan maka pembicaraan beralih ke masalah dari mana bisa didapat

pertumbuhan ekonomi tersebut. Secara aritmatika, sumber pertumbuhan dapat

dibedakan menjadi pertumbuhan yang disebabkan oleh modal, tenaga kerja dan

perubahan dalam produktivitas. Perubahan dalam produktivitas ini menjelaskan

adanya perbedaan pertumbuhan antar daerah. Sedangkan yang mempengaruhi

produktivitas adalah kemajuan teknologi (technological progress).

2.5. Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang

dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan

yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan

perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan. Badan Pusat

Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang dapat dipakai

sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatan

dan gizi masyarakat, tingkat pendapatan. pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola

konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial

budaya.

Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yan

gmempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan

(Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahan/tanah

merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan,

(44)

seseorang terutama di daerah pedesaan. Sedangkan pada peternak sapi perah, yang

dijadikan sebagai earning asset adalah sapi perahnya karena sapi perah dapat

menghasilkan pendapatan dari hasil susu yang diperah dan sekaligus dijadikan

penyangga peternak bila kekurangan modal dengan menjual ternaknya. Oleh karena

itu, antara struktur pendapatan dengan jumlah kepemilikan sapi perah terdapat kaitan

yang erat.

Bila kondisi-kondisi yang telah disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka akan

terjadi ketidakmerataan terutama dalam tingkat pendapatan sebab kondisi di atas

dapat dipenuhi jika pendapatan yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhan

tersebut. Menurut Atkinson dalam (Rusli, dkk., 1996) mendefinisikan bahwa

ketidakmerataan pendapatan sebagai perbedaan, persebaran, atau pemusatan

pendapatan, yang keseluruhannya berpangkal pada ketidaksamaan dilihat secara

kumulatif.

Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah

ketimpangan, kesenjangan, dan kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap)

yang semakin besar antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan

semakin meluas. Dengan demikian, orientasi pemerataan merupakan upaya untuk

memerangi kemiskinan.

2.6. Perkembangan Wilayah

Wilayah dapat diartikan suatu ruang geografis dengan fungsi atau batasan

(45)

suatu sistem kompleks yang terdiri dari sistem ekonomi, system ekologi, sistem sosial

politik (Blair dalam Abdurrahman, 2005). Miraza (2005b) wilayah memiliki sumber

daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan

dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif.

Secara normatif, wilayah juga didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan

geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan

berdasarkan aspek administrasi atau aspek fungsional (Undang-Undang Penataan

Ruang No.26, 2007). Adapun pemekaran wilayah merupakan wujud implementasi

otonomi daerah dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat untuk membentuk suatu

kabupaten/kota yang baru, yang terpisah dan tidak berhierarki dengan kabupaten

induk, sedangkan wilayah kecamatan merupakan wilayah kerja perangkat daerah

kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh kepala kecamatan (Undang-Undang

Otonomi Daerah No.32, 2004).

Dalam hal ini, kabupaten merupakan daerah otonom yang terdiri dari

beberapa kecamatan sebagai perangkat perwilayahan. Perkembangan ekonomi adalah

perbaikan terhadap kesejahteraan material yang terus menerus dan berjangka panjang

yang dapat dilihat dari lancarnya distribusi barang dan jasa (Okun dan Richardson

dalam Jhingan, 2010), sedangkan perkembangan suatu wilayah merupakan integral

pertumbuhan setiap sistem yang terdiri dari sosial, ekonomi, infrastruktur,

berkurangnya kesenjangan antarwilayah, serta terjaganya kelestarian lingkungan

hidup pada suatu wilayah (Riyadi, 2002). Perkembangan wilayah menurut

(46)

dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi

keseimbangan yang ada sebelumnya, dimana dapat diasumsikan bahwa indikator

perkembangan wilayah dapat ditinjau dari perkembangan aspak ekonomi, sosial dan

infrastruktur.

Kriteria yang dipilih untuk menyatakan tingkat perkembangan suatu daerah

adalah tingkat kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan

kehidupannya, baik berupa kebutuhan hidup maupun kebutuhan untuk melakukan

kegiatan usaha. Pemakaian kriteria pendapatan daerah perkapita sangat sulit untuk

mencari keterkaitannya dengan mekanisme pengembangan wilayah, karena belum

dapat memberikan gambaran yang memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari

masyarakat, dimana pendapatan tinggi belum berarti merupakan suatu jaminan bagi

masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya.

Menurut Hill dan Williams dalam (Huzain, 2008), untuk memberikan

gambaran yang lengkap tentang perkembangan wilayah, diperlukan variabel yang

cukup banyak macamnya yang berfungsi untuk menilai suatu daerah. Berkaitan

dengan analisis variabel-variabel ekonomi perlu ditambahkan indikator-indikator

yang mengacu pada Kebutuhan Fisik Minimum (Minimum Physical Needs), yang

terdiri dari tiga area kunci indikator-indikator sosial yang mempengaruhi nilai

perkembangan suatu daerah yaitu kesehatan, kemiskinan dan pendidikan.

2.6.1. Aspek Ekonomi

Perkembangan wilayah merupakan integral dari pertumbuhan ekonomi yang

(47)

suatu wilayah. Perkembangan ekonomi yang dapat diukur dan obyektif, adanya

perluasan tenaga kerja, modal, serta volume perdagangan dan konsumsi,

perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor

penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik

produksi, sikap masyarakat dan lembaga lembaga (Jhingan, 2010). Kutnets (dalam

Jhingan, 2010) menunjukkan enam cirri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul

dalam analisis yang didasari pada produk nasional dan komponennya, penduduk,

tenaga kerja dan sebagainya:

a. Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita; laju kenaikan perkapita yang

tinggi diiringi dengan laju pertumbuhan penduduk.

b. Peningkatan produktivitas; pertumbuhan yang ditandai dengan semakin

meningkatnya laju produk perkapita sebagai akibat adanya perbaikan kualitas.

c. Laju perubahan struktural yang tinggi; ditandai dengan peralihan dari kegiatan

pertanian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unitunit

produktif, dan peralihan dari perusahaan perorangan menjadi perusahaan

berbadan hukum, serta perubahan status kerja buruh.

d. Urbanisasi: pertumbuhan yang ditandai dengan semakin banyaknya penduduk di

negara maju yang pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.

e. Ekspansi negara maju; pertumbuhan ini ditandai dengan revolusi teknologi di

bidang transportasi dan komunikasi.

f. Arus barang, modal, dan orang antarbangsa; pertumbuhan yang ditandai dengan

(48)

Aktivitas perekonomian masyarakat pada sektor riil akan meningkatkan

pendapatan keluarga, terutama ekonomi basis (Ricardson dalam Tarigan, 2005). Hal

ini merupakan aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu

wilayah

2.6.2. Aspek Sosial, Penduduk

Potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi, yang umumnya terjadi di negara

yang sedang berkembang akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Hal ini akan

semakin memperberat persoalan kelangkaan modal karena untuk menampung

pertumbuhan tenaga kerja yang terjadi pada setiap tahunnya maka perlu dilakukan

investasi secara besar-besaran (Jhingan, 2010). Laju pertambahan penduduk yang

beragam, dimana pertambahan penduduk yang cepat diiringi dengan tingkat

pendapatan yang rendah dan nihilnya tingkat pemupukan modal merupakan kesulitan

bagi negara berkembang. Output yang meningkat karena teknologi akan tertekan oleh

pertambahan tersebut, akibatnya tidak ada perbaikan taraf hidup.

Pengangguran di kota membengkak seiring dengan urbanisasi dan

meningkatnya pendidikan dan sektor industri yang tidak berkembang seiring dengan

pertumbuhan tenaga kerja. Navarrete dalam (Jhingan, 2010) mengatakan:

penggangguran dapat dilukiskan sebagai suatu keadaan, dimana pengalihan sejumlah

tertentu faktor tenaga kerja ke bidang lain tidak akan mengurangi output keseluruhan

sektor asal. Hal ini sama dengan mengatakan bahwa produktivitas marjinal unit-unit

faktor tenaga kerja tempat asal mereka kerja adalah nol atau menduduki nol atau

(49)

pengangguran tersembunyi diperkirakan 25-30 persen dari tenaga kerja (di dalam

pertanian).

Dalam menentukan betapa penting arti pendidikan di masa pembangunan

ekonomi, suatu negara tidak dapat mengaku dirinya maju, tanpa menyelenggarakan

pendidikan di bidang peradaban industri (Cairncross dalam Jhingan, 2010). Petani

harus di bawah menuju perekonomian moneter dan tidak dibiarkan saja bergerak pada

usaha tani pangan. Para pekerja harus dibiasakan bekerja pada jam kerja yang

ditentukan di pabrik-pabrik untuk mendapat bayaran. Kota-kota harus tumbuh, begitu

juga bank dan usaha bisnis. Hasil ilmu pengetahuan harus diterapkan di seluruh

perekonomian, dimana harus muncul kelompok pemuda bisnis, administrasi dan

politik, sebagai nyawa kehidupan bangsa yang dapat menjadi tumpuan dalam

mempertahankan momentum pembangunan.

Faktor manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi

yang menekankan pada efisiensi. Para ahli ilmu ekonomi modern menyebutkan

pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan

dan kemampuan seluruh penduduk negara yang bersangkutan. Dalam mengetahui

perkembangan suatu wilayah dari aspek sosial, kemiskinan (poverty) merupakan

indikator yang digunakan dalam menilai perkembangan suatu wilayah.

a. Pendidikan

Pembangunan ekonomi tidaklah mungkin tanpa pendidikan. Melalui pendidikan

umum pemerintah dapat meningkatkan persediaan buruh efektif dan kapasitas

(50)

pengajaran kepada ahli mesin, montir listrik, tukang, perawat, guru, penyuluh

pertanian dan lain-lain. Pendidikan tinggi dan lembaga penelitian didirikan untuk

mencetak dan meningkatkan jumlah dokter, administrator, insinyur dan semua

jenis personil terlatih.

Program pendidikan pada usaha menjalin kesatuan bangsa pada umumnya,

memanfaatkan energi rakyat dan membangun bangsa dan sumber daya manusia di

seluruh negeri, investasi dalam mendidik massa sama juga produktifnya. Galbraith

dalam (Jhingan, 2010) berpendapat menolong petani dan pekerja dari kebuta

hurufan mungkin merupakan suatu tujuan tersendiri, tetap juga merupakan langkah

pertama yang sangat diperlukan bagi setiap bentuk kemajuan pertanian. Dipandang

secara demikian, pendidikan menjadi suatu bentuk investasi yang sangat produktif.

Dalam melihat perkembangan suatu wilayah dari segi pendidikan, alternatif yang

digunakan untuk mengukur perkembangan adalah rasio banyaknya pelajar pada

jenjang SLTP, yaitu banyaknya pelajar grup usia (13-15 tahun) sebagai indikator

pendidikan.

b. Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana

Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, kesehatan masyarakat harus

diperbaiki. Langkah tersebut meliputi perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan

pembuangan air kotor dan menggenang, pembenahan daerah kumuh, penyediaan

perumahan yang lebih baik, penyediaan air bersih, penyediaan fasilitas

pembuangan kotoran yang lebih baik, pengawasan penyakit menular, penyediaan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian    Hipotesis
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Desa dan Sampel Responden
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Dusun di Kabupaten Pakpak                   Bharat
Tabel 4.2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pakpak Bharat 2005-2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula halnya dengan implementasi Program Kredit Nduma Pakpak Bharat di Desa Boangmnaalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, ia menjadi suatu proses yang dinamis

Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu adalah sub sektor yang cukup berperan pada sektor pertanian di PDRB Kabupaten Pakpak Bharat, Tanaman Hasil hutan bukan kayu yang tercatat

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana deiksis persona, waktu, dan ruang dalam sastra lisan masyarakat pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat serta makna

Berdasarkan pada indikator keluarga sejahtera menurut BPS 2005, tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat mayoritas berada pada kategori tingkat kesejahteraan

Penelitian ini bertujaun untuk mengetahui implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat sudah berjalan dengan efektif

Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu adalah sub sektor yang cukup berperan pada sektor pertanian di PDRB Kabupaten Pakpak Bharat, Tanaman Hasil hutan bukan kayu yang tercatat

Berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah Kabupaten Pakpak Bharat tahun seharusnya disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi

Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu adalah sub sektor yang cukup berperan pada sektor pertanian di PDRB Kabupaten Pakpak Bharat, Tanaman Hasil hutan bukan kayu yang tercatat