DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI
PEMERINTAH BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
SAIFAN
097003047/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
S
E K O L AH
P A
S C
DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI
PEMERINTAH BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SAIFAN
097003047/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI
PEMERINTAH BAGI KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT KABUPATEN PAKPAK BHARAT Nama Mahasiswa : Saifan
Nomor Pokok : 097003047
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE) K e t u a
(Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA) (Dr. Ir. Rahmanta. M.Si) Anggota Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE
Anggota : 1. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
2. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si
3. Irsyad Lubis, SE. M.Sos.Sc.Ph.D
DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAH BAGI
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PAKPAK BHARAT
ABSTRAK
Pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Baharat yang telah diusulkan dengan susah payah, memakan waktu cukup lama dan biaya yang sangat besar adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menghilangkan atau mengurangkan kesenjangan pembangunan. Apabila harapan ini tidak dapat dicapai maka akan menyulitkan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua, bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama pemekaran daerah berlangsung
Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan dari PDRB dan dampak pemekaran wilayah administrasi bagi kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan.
Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan dampak yang positif. Laju pertumbuhan rata-rata sesudah pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2004 sebesar 6,66% mengalami kenaikan sebesar 1,57 % dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi. Sektor konstruksi menunjukkan kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 17,99% atau selisih 15,51% dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2001. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan sebesar 13,11 % atau selisih 7,01 % dari sebelum pemekaran daerah pada tahun 2001. Sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan kenaikan 12,32 % atau selisih 7,09 % dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2002. Dampak pemekaran wilayah administrasi memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, fasilitas pendidikan, kesehatan dan penyerapan tenaga kerja dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah.
THE IMPACT OF REDISTRICTING ADMINISTRATIVE REGION GOVERNMENT FOR COMMUNITY WELFARE
OF PAKPAK BHARAT REGENCY
ABSTRACT
Regional divisions of government administration Pakpak Bharat that have been proposed with some difficulty, takes a long time and enormous costs is to improve the public service, eliminate or reduce the development gap. If this expectation can not be achieved then it will complicate the government's Pakpak Bharat in managing government and improve the welfare of its people. There are two important issues related to improving the welfare of society, namely first, how governments implement it, and second, how its impact on society after the division is running for ongoing regional expansion
The purpose of this study is to analyze the impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat described on economic growth of GDP and the impact of regional divisions of administration for the welfare of society as seen from people's income, education, health and employment. The method of research used descriptive analysis and different test of the sample pairs.
The impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat on economic growth have a positive impact. The growth rate on average after the expansion areas of government administration in 2004 amounting to 6.66% increased by 1.57% compared to prior administrative regional division. Construction sector showed a very large increase that is equal to 17.99% or 15.51% of the difference before the regional divisions of government administration in 2001. Trade, hotels and restaurants increased by 13.11% or 7.01% difference from prior regional expansion in 2001. Transport and communication sector showed an increase 12.32% or 7.09% difference from prior regional divisions of government administration in 2002. Impact of administrative regional divisions provide a positive impact on community welfare Pakpak Bharat, with rising incomes, educational facilities, health and employment than before the expansion of government administrative areas.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan yang merupakan syarat
dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis yang berjudul “Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi
Pmeerintah Bagi Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat”
merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE, selaku Ketua Komisi
Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA., dan Bapak Dr. Ir.
Rahmanta, M.Si., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi saran,
dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE. M.Sos.Sc. Ph.D dan Agus Suriadi, S.Sos. M.Si
selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran
bagi kesempurnaan tesis ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan
Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala
5. Bapak H. Gatot Pujo Nugroho, ST selaku Pelaksana Gubernur Provinsi
Sumatera Utara yang telah memberikan kami program beasiswa dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah.
6. Seluruh mahasiswa PWD kelas Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Angkatan 2009 dan staf administrasi atas keakrabannya, bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama ini.
7. Ayahanda (Alm) Majlan dan Ibunda Nurchalida yang telah membesarkan,
mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.
8. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada isteri tercinta
Lismarita atas segala kesabaran dan ketabahannya selama ini dalam
mendampingi penulis serta dorongan dan dukungannya, sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Demikian pula kepada kedua putri penulis, masing-masing: Qonita
Raihana Saifan, dan Athiyah Dwi Majidah Saifan.
Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat,
saran dan masukan dari semu pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua kalangan.
Medan, Agustus 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Saifan, ST lahir di Medan, 24 Oktober 1972, dari pasangan (Alm) Majlan
dengan Nurchalida, dan merupakan anak kedua dari dua belas bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar tahun 1985 di Sekolah
Dasar pada Sekolah Dasar Negeri 065854 di Medan. Pada tahun 1988 menyelesaikan
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SMP Swasta Panca Budi Medan
dan tahun 1991 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di STM
YPT Pangkalan Brandan, Langkat. Kemudian pada tahun 1997 menyelesaikan
Sarjana (S1) Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara di Medan.
Pada tahun 2000 penulis menikah dengan Lismarita dan dikarunia 2 orang
putri : Qonita Raihana Saifan, dan Athiyah Dwi Majidah Saifan. Sejak tahun
2005 sampai sekarang aktif bekerja di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Pakpak Bharat. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Pemekaran Daerah ... 8
2.2. Konsep Pemekaran ... 10
2.3. Produk Domestrik Regional Bruto (PDRB) ... 11
2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 15
2.6. Perkembangan Wilayah ... 26
2.7. Penelitian Sebelumnya ... 33
2.8. Kerangka Pemikiran ... 35
2.9. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 37
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 37
3.3. Populasi dan Sampel ... 37
3.4. Analisis Data ... 39
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42
4.1.1. Letak Geografis ... 42
4.1.2. Wilayah Administrasi ... 43
4.1.3. Kondisi Pemerintah ... 45
4.1.4. Kondisi Demografi ... 45
4.1.5. Kondisi Kesejahteraan Sosial dan Pemerataan Ekonomi 49 4.2. Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 62
4.3 Dampak Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat 68 4.3.1. Karakteristik Responden ... 68
4.3.3. Sarana Kesehatan ... 75
4.3.4. JumlahTenaga Kerja yang Terserap ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
5.1. Kesimpulan ... 83
5.2. Saran ... 84
DAFTAR TABEL
Jumlah Sampel Desa dan Sampel Responden ………...
Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Dusun di Kabupaten Pakpak Bharat ………..
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pakpak Bharat 2005-2009 …….
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat 2005-2009 ………...
Jumlah Penduduk Berdasarkan Potensi Produktivitas dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ………
Data PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) …
Data Distribusi PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (%) ……….
Data PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstans Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah) ...
Data Distribusi PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2009 (%) ……….
Pendapatan Perkapita Kabupaten Pakpak Bharat dan Perkembangannya Tahun 2005-2009 ………...
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2009 (dalam %) ...
PDRB Kabupaten Pakpak Bharat dan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2009 (Milyar Rupiah) ………
4.12.
Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Pakpak Bharat Sebelum Pemekaran Tahun 2002 dan Kabupaten Pakpak Bharat Setelah Pemekaran Tahun 2004 dan 2009 ………
Jumlah Responden Berdasarkan Umur ……….
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………
Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terkahir …………..
Hasil Perhitungan Pendapatan Masyarakat Sesudah dan
Sebelum Adanya Pemekaran Wilayah Administrasi Pemerintah..
Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2001-2009 ………..
Rasio Antara Jumlah Sekolah dengan Jumlah Penduduk ………
Rasio Antara Jumlah Sekolah dengan Jumlah Murid …………...
Jumlah Prasarana Kesehatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2001-2009 ………..
Rasio Antara Jumlah Sarana Kesehatan dengan Jumlah
Penduduk ………...
Rasio Antara Tenaga Medis/Paramedis dengan Jumlah
Penduduk ………...
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pakpak Bharat ..
Indikator Kesejahteraan Sosial dan Kondisi yang Diharapkan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1.
4.1
4.2.
4.3.
4.4.
Kerangka Pemikiran Penelitian ……….
Struktur Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 ………..
Struktur Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 ……….
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2005-2009 ………...
Pertumbuhan Ekonomi Empat Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2009 ………
35
53
56
58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1.
2
3
4
5
Kuisioner Penelitian ………..
Tabulasi Jawaban Responden ……..………..
Hasil Uji Beda Rata-rata Pendapatan Masyarakat ………
Peta Rencana Lokasi Survey Usulan Revisi Kawasan Hutan Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara …..………...
Peta Administrasi Kabupaten Pakpak Bharat .………...
88
92
99
100
DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAH BAGI
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN PAKPAK BHARAT
ABSTRAK
Pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Baharat yang telah diusulkan dengan susah payah, memakan waktu cukup lama dan biaya yang sangat besar adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menghilangkan atau mengurangkan kesenjangan pembangunan. Apabila harapan ini tidak dapat dicapai maka akan menyulitkan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Ada dua hal penting yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua, bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama pemekaran daerah berlangsung
Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan dari PDRB dan dampak pemekaran wilayah administrasi bagi kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari pendapatan masyarakat, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan.
Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi memberikan dampak yang positif. Laju pertumbuhan rata-rata sesudah pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2004 sebesar 6,66% mengalami kenaikan sebesar 1,57 % dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi. Sektor konstruksi menunjukkan kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 17,99% atau selisih 15,51% dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2001. Sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan sebesar 13,11 % atau selisih 7,01 % dari sebelum pemekaran daerah pada tahun 2001. Sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan kenaikan 12,32 % atau selisih 7,09 % dari sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah pada tahun 2002. Dampak pemekaran wilayah administrasi memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, fasilitas pendidikan, kesehatan dan penyerapan tenaga kerja dibanding sebelum pemekaran wilayah administrasi pemerintah.
THE IMPACT OF REDISTRICTING ADMINISTRATIVE REGION GOVERNMENT FOR COMMUNITY WELFARE
OF PAKPAK BHARAT REGENCY
ABSTRACT
Regional divisions of government administration Pakpak Bharat that have been proposed with some difficulty, takes a long time and enormous costs is to improve the public service, eliminate or reduce the development gap. If this expectation can not be achieved then it will complicate the government's Pakpak Bharat in managing government and improve the welfare of its people. There are two important issues related to improving the welfare of society, namely first, how governments implement it, and second, how its impact on society after the division is running for ongoing regional expansion
The purpose of this study is to analyze the impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat described on economic growth of GDP and the impact of regional divisions of administration for the welfare of society as seen from people's income, education, health and employment. The method of research used descriptive analysis and different test of the sample pairs.
The impact of regional divisions of government administration Pakpak Bharat on economic growth have a positive impact. The growth rate on average after the expansion areas of government administration in 2004 amounting to 6.66% increased by 1.57% compared to prior administrative regional division. Construction sector showed a very large increase that is equal to 17.99% or 15.51% of the difference before the regional divisions of government administration in 2001. Trade, hotels and restaurants increased by 13.11% or 7.01% difference from prior regional expansion in 2001. Transport and communication sector showed an increase 12.32% or 7.09% difference from prior regional divisions of government administration in 2002. Impact of administrative regional divisions provide a positive impact on community welfare Pakpak Bharat, with rising incomes, educational facilities, health and employment than before the expansion of government administrative areas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah
mengatur pembagian daerah di Indonesia. Provinsi dibentuk berdasarkan Asas
Desentralisasi dan Dekonsentrasi serta daerah Kabupaten dan daerah Kota yang
dibentuk berdasarkan Asas Desentralisasi. Daerah yang dibentuk dengan Asas
Desentralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pemekaran daerah merupakan kesempatan yang terbuka dalam upaya
mempercepat pembangunan daerah sesudah era reformasi, khususnya untuk daerah
tertinggal di Indonesia. Keterlambatan pembangunan antara lain disebabkan oleh
jauhnya fungsi pemerintahan dengan masyarakat, luasnya daerah yang harus dikelola
oleh suatu pemerintahan daerah dan jumlah penduduk yang melebihi angka ideal
untuk dapat berfungsinya kontrol sosial masyarakat.
Niat dan keinginan pemerintah (negara/daerah) untuk membangun dan
mengembangkan sebuah wilayah sangatlah mendapat dukungan dari masyarakat.
realisasi dari niat dan keinginan ini haruslah berbentuk kesejahteraan dan kebanggaan
sebagai anggota masyarakat (negara/daerah). Tidak seorangpun yang tidak bangga
sebagai anggota masyarakat (negara/daerah) jika pembangunan dan pengembangan
Hasil penelitian yang dilakukan Depdagri menunjukkan bahwa tujuan
pemekaran daerah untuk lebih mensejahterakan masyarakat belum tercapai. Dari 104
daerah (lima provinsi dan 97 kabupaten) ditambah daerah hasil pemekaran yang
terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sekitar 76 di antaranya masih
bermasalah. Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di daerah pemekaran,
misalnya, daerah induk belum menyerahkan personel, peralatan, pembiayaan, dan
dokumen kepada daerah otonom baru, belum pindahnya ibu kota daerah sesuai
undang-undang, serta masih belum mampu menghidupi daerahnya sendiri (Makhya,
2008), dan sangat wajar apabila masyarakat mempertanyakan hasil pembangunan
yang terjadi, terutama apabila hasil-hasil pembangunan itu tidak menjangkau dan
bahkan apabila menimbulkan malapetaka ataupun ancaman bagi mereka (Sihombing,
2005)
Adanya isu pemekaran wilayah yang berkembang akhir-akhir ini mendorong
Kabupaten Pakpak Bharat untuk memekarkan wilayahnya. Kabupaten Pakpak Bharat
adalah salah satu daerah pemekaran kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,
Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003, hasil dari pemekaran
Kabupaten Dairi. Pemekaran wilayah tersebut menyebabkan perubahan struktur
ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat secara menyeluruh, yang meliputi: pembagian luas
wilayah administrasi, sumber daya, infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi wilayah,
serta sektor pemerintahan. Dengan adanya pemekaran wilayah tersebut menjadikan
Kabupaten Pakpak Bharat dalam pembiayaan pembangunannya berasal dari
APBD yang merupakan varibael penting mencerminkan kemampuan daerah untuk
berkembang. Sumber-sumber pendanaan APBD ini meliputi, antara lain Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Sumbangan dan Bantuan
serta Penerimaan Pembangunan.
Hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan dapat diukur melalui, antara
lain, pertumbuhan ekonomi daerah, perluasan kesempatan kerja, distribusi
pendapatan masyarakat dan meningkatan hubungan ekonomi dari sektor primer ke
sektor sekunder dan tersier.
Pembangunan ekonomi adalah suatu cara untuk menambah peralatan modal
dan skill sehingga akan meningkatkan produktivitas, selanjutnya akan menaikkan
pendapatan perkapita, suatu hal yang sangat penting, dimana kenaikan pendapatan
perkapita itu harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
daerah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian
akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Karena pada dasarnya aktifitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh
masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan
Tujuan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut di atas tentunya berjalan secara
kontroversial mengingat sangat terbatasnya sumber dana pembangunan yang dimiliki
oleh Pemerintah Daerah, padahal di pihak lain adanya keinginan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi.
Perekonomian Kabupaten Pakpak Bharat dapat dilihat dari pertumbuhan
ekonomi yang merupakan salah satu indikator sangat penting dalam melakukan
analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu indikator
untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data mengenai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar
harga konstan. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam
kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga tetap terus
menerus bertambah.
Laju pertumbuhan PDRB kabupaten Pakpak Bharat disumbang oleh 9
(sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industri dan
pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan; perdagangan hotel dan restoran;
pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan
jasa-jasa. Dimana sektor pertanian merupakan kontributor utama dengan pencapaian
mencapai 64,96% pada tahun 2009, selanjutnya diikuti sektor perdagangan, hotel dan
hanya memberikan kontribusi yang kecil terhadap perekonomian di Kabupaten
Pakpak Bharat (BPS 2010).
Sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar untuk PDRB terlihat
dari beberapa komoditi yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat. Tanaman Gambir
merupakan jenis tanaman perkebunan rakyat yang paling banyak di Kabupaten
Pakpak Bharat. Pada tahun 2009, luas area tanaman gambir sebesar 1.051 ha,
meningkat 18,78% dari tahun sebelumnya yang sebesar 884,80ha. Untuk produksinya
juga meningkat dimana pada tahun 2009 mencapai 1.523 ton, atau meningkat sebesar
35, 80% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.215 ton. Untuk tanaman padi sawah
dan padi ladang, produksinya pada tahun 2009 adalah 18.815 ton, menurun sebesar
3,84% dari tahun sebelumnya yang mencapai 19.567 ton. Selain itu, komoditi yang
mulai dikembangkan di Kabupaten Pakpak Bharat adalah tanaman jeruk dimana
produksinya terus meningkat, yaitu sebesar 670 ton pada tahun 2006, 805 ton tahun
2007, 922 ton pada tahun 2008 dan 1.000 ton pada tahun 2009. Tanaman ini
mempunyai prospek yang bagus jika terus dikembangkan dengan baik. Tanaman
Kopi juga merupakan komoditi yang merupakan tanaman yang diusahakan oleh
masyarakat Pakpak Bharat turun temurun. Untuk tanaman Kopi robusta mempunyai
luas area 644 ha dengan produksi sebesar 358 ton, sedangkan kopi arabika
mempunyai luas 1.371 ha dengan produksi 1.151,4 ton.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat sangat dipengaruhi oleh
Jasa-jasa sebesar 10,04%. Secara keseluruhan perekonomian Kabupaten Pakpak
Bharat tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 5,83%.
1.2. Perumusan Masalah
Tujuan pemekaran wilayah administrasi pemerintah kabupaten Pakpak Bharat
yang telah diusulkan dengan susah payah, memakan waktu cukup lama dan biaya
yang sangat besar adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
menghilangkan atau mengurangkan kesenjangan pembangunan. Apabila harapan ini
tidak dapat dicapai maka akan menyulitkan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat
dalam mengelola pemerintahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Ada dua hal penting yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat, yaitu pertama, bagaimana pemerintah melaksanakannya, dan kedua,
bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut berjalan selama
pemekaran daerah berlangsung. Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan
masalah yang dikemukan adalah:
1. Bagaimana dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat yang dijelaskan dari PDRB.
2. Bagaimana dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah bagi
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang dilihat dari pendapatan
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:
1. Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat yang dijelaskan dari PDRB.
2. Dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah bagi kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang dilihat dari pendapatan masyarakat,
pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam merumuskan
kebijakan pembangunan.
Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengelolaan keuangan pemerintah Kabupaten
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemekaran Daerah
Pemekaran daerah di Indonesia adalah pembentukan wilayah administratif
baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum
terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Pemekaran daerah adalah suatu proses membagi satu daerah administratif
(daerah otonom) yang sudah ada menjadi dua atau lebih daerah otonom baru
berdasarkan UU RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hasil
amandemen UU RI nomor 22 tahun 1999. Landasan pelaksanaannya didasarkan pada
PP Nomor 78 tahun 2006. Sedangkan konflik keruangan (spatial conflict) adalah
potensi konflik kewilayahan yang timbul akibat adanya garis batas yang membagi
satu wilayah menjadi dua wilayah yang berbeda.
Prinsip desentralisasi dan otonomi daerah serta pemekaran daerah di
Indonesia sebagai negara kepulauan daerah tropis, memiliki karakteristik tersendiri
ditinjau dari besarnya jumlah penduduk yang tersebar tidak merata, keanekaragaman
sosial budaya, sumberdaya alam, flora dan fauna serta keragaman fisik wilayah.
Berdasarkan keragaman tersebut, dalam perspektif geografi, Indonesia memiliki
Fenomena tersebut telah menimbulkan sikap pro dan kontra di berbagai
kalangan politisi, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan di antara para pakar.
Mereka memperdebatkan manfaat ataupun kerugian yang timbul dari banyaknya
wilayah yang dimekarkan. Berbagai pandangan dan opini disampaikan untuk
mendukung sikap masing-masing pihak. Pemekaran telah membuka peluang
terjadinya bureaucratic and political rent-seeking, yakni kesempatan untuk
memperoleh keuntungan dana, baik dari pemerintah pusat maupun dari penerimaan
daerah sendiri. Lebih lanjut dikatakan bahwa, karena adanya tuntutan untuk
menunjukkan kemampuan menggali potensi wilayah, maka banyak daerah
menetapkan berbagai pungutan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hal ini menyebabkan terjadinya suatu perekonomian daerah berbiaya tinggi. Lebih
jauh lagi timbul pula tuduhan bahwa pemekaran wilayah merupakan bisnis kelompok
elit di daerah yang sekedar menginginkan jabatan dan posisi. Euforia demokrasi dan
partai-partai politik yang memang terus tumbuh, dimanfaatkan kelompok elit ini
untuk menyuarakan ”aspirasinya” mendorong terjadinya pemekaran. (Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), 2008).
Di sisi lain, banyak pula argumen yang diajukan untuk mendukung
pemekaran, yaitu antara lain adanya kebutuhan untuk mengatasi jauhnya jarak
rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, serta memberi kesempatan pada
daerah untuk melakukan pemerataan pembangunan. Alasan lainnya adalah
diupayakannya pengembangan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada
hukum dan perundangan yang ada, yaitu Peraturan Pemerintah No. 78/2006 tentang
Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah, memang masih dianggap memiliki banyak kekurangan. Hal inilah yang
mengakibatkan mudahnya satu proposal pemekaran wilayah pemerintahan diloloskan
2.2. Konsep Pemekaran
Pemekaran wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah kabupaten baru
pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan kualitas dan intensitas pelayanan pada
masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon kabupaten baru yang akan
dibentuk perlu memiliki basis sumber daya harus seimbang antara satu dengan yang
lain. Hal ini perlu diupayakan agar tidak muncul terjadi disparitas yang mencolok
pada masa datang. Selanjutnya dalam suatu usaha pemekaran wilayah akan
diciptakan ruang publik baru yang merupakan kebutuhan kolektif semua warga
wilayah baru. Ruang publik baru akan mempengaruhi aktivitas orang atau masyarakat
ada merasa diuntungkan dan sebaliknya dalam memperoleh pelayanan dari pusat
pemerintah baru disebabkan jarak pergerakan berubah (P4N, UGM, 1997).
Pemekaran wilayah pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dengan meningkatkan serta mempercepatkan pelayanan,
kehidupan demokrasi, perekonomian daerah, pengelolaan potensi daerah, keamanan
dan ketertiban, dan hubungan yang serasi antar daerah dan pusat. Pada hakekat tujuan
meningkatkan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sektor, memperkuat
integrasi nasional yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas hidup.
2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross
National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu
kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Nasional Kotor
yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik
pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk
Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh
penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa
penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik
Regional Bruto dapat diartikan sebagai: Estimasi total produk barang dan jasa yang
diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya.
Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor
tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.
Menurut Kusmadi dalam (Prihatin, 1999) produk domestik regional bruto
(PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan
sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto
atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan
ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu
negara atau wilayah tertentu.
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan
secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai
sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih
merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk
dalam sektor ini adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.
Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke
dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air minum serta sektor bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank
dan lembaga keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor
tersier (Sitorus, dkk., dalam Prihatin, 1999).
Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain:
1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor
atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan
nasional.
2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan
memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara
jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga
kerja, serta alokator tidak langsung.
Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan
metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Pakpak
Bharat (BPS Kabupaten Pakpak Bharat, 2010)
Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain:
1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap
sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor
produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung
netto.
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah
suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang
dan jasa yang diproduksi.
Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari
segi Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil
produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double
Countung/Multiple Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah
suatu sektor dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah
Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .
Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto
masing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal
ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan
dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai
perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya
harga-harga. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya
faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga
tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya
antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai
berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan
perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga
(inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.
Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi
suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi
Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB
maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi
menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada
masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri,
perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.
2.4. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan
pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa
dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang
berkembang adalah terjadinya kekurangan modal. Kalau masalah kekurangan modal
ini bisa teratasi, maka proses pembangunan di negara-negara sedang berkembang
akan lebih cepat mencapai sasaran. Namun istilah growth tidak bisa disamakan
dengan pengertian development (pembangunan).
Pembangunan ekonomi adalah: sebagai proses multidimensional yang
melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah
terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan
ekonomi, pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut
(Todaro, 2000).
Pembangunan ekonomi itu pada dasarnya diharapkan mampu
menggambarkan perobahan seluruh keadaan yang terdapat dalam masyarakat serta
secara individual maupun kelompok yang bernaung di dalam suatu sistem, yang
bergerak maju dari kondisi yang serba kekurangan dan tidak memuaskan menuju
kepada yang jauh lebih baik, material maupun spritual.
Apabila hal ini dihubungkan dengan tujuan pembangunan, yaitu peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat, memberantas kemiskinan dan kebiasaan-kebiasaan
lama yang tidak sesuai dengan tujuan pembangunan dan juga untuk mengurangi
ketimpangan-ketimpangan yang terdapat dalam masyarakat.
Selanjutnya ada tiga sasaran pembangunan yang dikemukakan oleh Todaro
(2000) yaitu:
Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan-bahan
pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makanan, perumahan, kesehatan
dan perlindungan.
Meningkatkan taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi penghasilan,
penyediaan lapangan kerja yang memadai, sarana pendidikan yang lebih baik dan
perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusiawi.
Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi seluruh individu dan nasional
dengan cara membebaskan mereka dari sikap-sikap budak dan ketenagakerjaan.
Berdasarkan keterangan-keterangan itu, dapatlah diambil suatu kesimpulan
bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana dengan proses tersebut
akan terlihat adanya perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang
Di samping itu pertumbuhan ekonomi serta pemberantasan kemiskinan dan
pengurangan ketimpangan-ketimpangan dalam pendapatan perkapita melalui
perluasan lapangan kerja yang memadai, mutu pendidikan yang ditunjang oleh sarana
yang lebih meningkat serta memberantas masyarakat dari ketergantungan,
mengangkat kesadaran akan harga diri guna tercapainya tujuan pembangunan yaitu
meningkatkan persediaan dan perluasan pembagian pemerataan bahan-bahan pokok
yang dibutuhkan untuk hidup, meningkatkan taraf melalui penigkatan penghasilan
dan perluasan jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat.
Adapun pengertian pembangunan ekonomi menurut Arsyad (1999) adalah:
suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara
meningkat dalam jangka panjang.
Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat
penting, yaitu: a) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus, b)
Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan c) Kenaikan pendapatan per
kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
Djoyohadikusumo (1994) pembangunan ekonomi adalah suatu usaha
memperbesar pendapatan perkapita dan menekan produktivitas perkapita dengan
jalan menambah peralatan modal dan menambah skill, atau pembangunan ekonomi
adalah menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita yang
lebih tinggi.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat (2010)
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,
pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan pergesaran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor sekunder
dan tersier. Dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan
agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat pemerataannya semakin
membaik sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 yaitu mencapai
masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan Krisnamurthi (1995) pembangunan ekonomi yang berhasil harus
memiliki empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan
kemiskinan, perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan
pembangunan itu sendiri.
Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses yang
saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara faktor-faktor
yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2000).
Menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai
semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi. Syarat
utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus bertumpu
pada kemampuan perekonomian di dalam negeri.
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan
stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara
mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian
pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan
dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan
wilayah.
2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk
melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.
Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata
terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan
dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk
masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan
dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan
pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil
dengan baik.
Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah
memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan
dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah dimana
tempat kegiatan tersebut berlangsung (Munir. 2002).
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah
terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,
belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri
dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha
pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti
pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang peting
dipecahkan adalah: di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
pertambangan dan sebagainya.
Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan
seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara
bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan
yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan
kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus
Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam
pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang
lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan
proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.
Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena
perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai
akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran
proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan
perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan
rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian
menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah
tersebut.
Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata,
namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses
pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target
utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.
Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).
Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dalam era
otonomi daerah saat ini. Dengan otonomi daerah dihaarapkan akan terjadi persaingan
yang sehat antar daerah. Pembahasan tentang struktur penentu keberhasilan
pembangunan ekonomi daerah sangat penting artinya bagi pemerintah daerah untuk
menentukan upaya-upaya yang akan dilakukan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerahnya.
Kemampuan daerah untuk bertumbuh akan sangat ditentukan oleh
faktor-faktor ekonomi yang dimiliki daerah tersebut. Oleh karena itu, daerah harus
mengetahui secara rinci sifat-sifat faktor tersebut agar dapat menentukan besar atau
pengaruh faktor tersebut pada pertumbuhan ekonomi daerah.
Perkembangan ekonomi suatu daerah selama proses pembangunan akan
disertai dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi.
dana, sehingga pada saatnya akan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan
masyarakat. Daerah harus dapat mempertahankan kesinambungan (kontuinitas)
pertumbuhan ekonomi agar pembangunan di daerah tersebut juga dapat terus
berlanjut (Simanjuntak, 2003).
Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan perubahan
dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi. Perubahan-perubahan ini akan
menyebabkan perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi masyarakat. Tujuan
utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi dan memuaskan segala
aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan produktif ini memiliki
bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan pendapatan, merubah bahan mentah
menjadi barang dan jasa yang siap untuk dikonsumsi.
Inti dari pertumbuhan perekonomian adalah proses untuk melakukan
traansformasi yang menyeluruh dalam bidang ekonomi yang akan dilakukan dengan
melaksanakan proses perencanaan yang baik dan mapan dengan tujuan
mentransformasikan masyarakat ke dalam suatu sistem yang lebih maju dan
diidamkan. Keadaan yang terjadi akan menghasilkan hal yang merugikan apabila
pengaruh trickle-down effect yang sangat diharapkan oleh masyarakat tidak juga
kunjung datang, dan segala kebutuhan-kebutuhan daerah serta pendayagunaan potensi
daerah yang efektif terlewatkan oleh strategi dan kebijakan modernisasi yang terlalu
seragam sehingga tidak mampu mengakomodasikan konsep pertumbuhan
Mobilisasi sosial bagi pembangunan ekonomi daerah sebaiknya didasarkan
pada partisipasi aktif masyarakatnya, orientasi konsep ke arah sumber-sumber daya
daerah, kondisi dan kebutuhan daerah dalam upaya untuk menghasilkan pertumbuhan
yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik teritorial dalam bidang ekonomi guna
menuju pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan. Masyarakat hendaknya
mampu menterjemahkan keinginan daerah dengan menunjukkan prakarsa sendiri
dalam upaya memperluas kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif
di daerah masing-masing.
Dimensi pertumbuhan ekonomi lainnya yang tidak boleh ditinggalkan adalah
faktor pemerataan (equity) dan partisipasi yang menghendaki adanya akses yang
seimbang dan sama terhadap berbagai ketersediaan sumber daya dan pemanfaatan
peluang atau kesempatan yang ada. Persoalan yang sering disalah artikan disini
adalah bahwa konsep pemerataan bukanlah hanya dilihat dari segi kesamaan dan
keseimbangan distribusi berbagai sumber daya secara harfiah atau pengertian fisiknya
akan tetapi lebih mengarah pada pemberdayaan intrinsik dan peluang bagi
masyarakat untuk mewujudkan potensinya (Simanjuntak, 2003).
Sukardi (2003) dalam upaya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran
suatu daerah, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara umum dikatakan,
perlu pendapatan yang tinggi untuk dapat mencapai kesejahteraan atau meningkatkan
standar hidup. Pertumbuhan ekonomi tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan
Setelah disadari bahwa pertumbuhan ekonomi adalah penting bagi pencapaian
kesejahteraan maka pembicaraan beralih ke masalah dari mana bisa didapat
pertumbuhan ekonomi tersebut. Secara aritmatika, sumber pertumbuhan dapat
dibedakan menjadi pertumbuhan yang disebabkan oleh modal, tenaga kerja dan
perubahan dalam produktivitas. Perubahan dalam produktivitas ini menjelaskan
adanya perbedaan pertumbuhan antar daerah. Sedangkan yang mempengaruhi
produktivitas adalah kemajuan teknologi (technological progress).
2.5. Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai komponen yang
dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut sudah berada pada kehidupan
yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat dilihat antara lain keadaan
perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan, dan kesehatan. Badan Pusat
Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang dapat dipakai
sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatan
dan gizi masyarakat, tingkat pendapatan. pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola
konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial
budaya.
Di samping komponen yang dikemukakan di atas, ada komponen lain yan
gmempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan
(Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahan/tanah
merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan,
seseorang terutama di daerah pedesaan. Sedangkan pada peternak sapi perah, yang
dijadikan sebagai earning asset adalah sapi perahnya karena sapi perah dapat
menghasilkan pendapatan dari hasil susu yang diperah dan sekaligus dijadikan
penyangga peternak bila kekurangan modal dengan menjual ternaknya. Oleh karena
itu, antara struktur pendapatan dengan jumlah kepemilikan sapi perah terdapat kaitan
yang erat.
Bila kondisi-kondisi yang telah disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka akan
terjadi ketidakmerataan terutama dalam tingkat pendapatan sebab kondisi di atas
dapat dipenuhi jika pendapatan yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhan
tersebut. Menurut Atkinson dalam (Rusli, dkk., 1996) mendefinisikan bahwa
ketidakmerataan pendapatan sebagai perbedaan, persebaran, atau pemusatan
pendapatan, yang keseluruhannya berpangkal pada ketidaksamaan dilihat secara
kumulatif.
Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah
ketimpangan, kesenjangan, dan kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap)
yang semakin besar antara kelompok penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan
semakin meluas. Dengan demikian, orientasi pemerataan merupakan upaya untuk
memerangi kemiskinan.
2.6. Perkembangan Wilayah
Wilayah dapat diartikan suatu ruang geografis dengan fungsi atau batasan
suatu sistem kompleks yang terdiri dari sistem ekonomi, system ekologi, sistem sosial
politik (Blair dalam Abdurrahman, 2005). Miraza (2005b) wilayah memiliki sumber
daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan
dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif.
Secara normatif, wilayah juga didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administrasi atau aspek fungsional (Undang-Undang Penataan
Ruang No.26, 2007). Adapun pemekaran wilayah merupakan wujud implementasi
otonomi daerah dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat untuk membentuk suatu
kabupaten/kota yang baru, yang terpisah dan tidak berhierarki dengan kabupaten
induk, sedangkan wilayah kecamatan merupakan wilayah kerja perangkat daerah
kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh kepala kecamatan (Undang-Undang
Otonomi Daerah No.32, 2004).
Dalam hal ini, kabupaten merupakan daerah otonom yang terdiri dari
beberapa kecamatan sebagai perangkat perwilayahan. Perkembangan ekonomi adalah
perbaikan terhadap kesejahteraan material yang terus menerus dan berjangka panjang
yang dapat dilihat dari lancarnya distribusi barang dan jasa (Okun dan Richardson
dalam Jhingan, 2010), sedangkan perkembangan suatu wilayah merupakan integral
pertumbuhan setiap sistem yang terdiri dari sosial, ekonomi, infrastruktur,
berkurangnya kesenjangan antarwilayah, serta terjaganya kelestarian lingkungan
hidup pada suatu wilayah (Riyadi, 2002). Perkembangan wilayah menurut
dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi
keseimbangan yang ada sebelumnya, dimana dapat diasumsikan bahwa indikator
perkembangan wilayah dapat ditinjau dari perkembangan aspak ekonomi, sosial dan
infrastruktur.
Kriteria yang dipilih untuk menyatakan tingkat perkembangan suatu daerah
adalah tingkat kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan kebutuhan
kehidupannya, baik berupa kebutuhan hidup maupun kebutuhan untuk melakukan
kegiatan usaha. Pemakaian kriteria pendapatan daerah perkapita sangat sulit untuk
mencari keterkaitannya dengan mekanisme pengembangan wilayah, karena belum
dapat memberikan gambaran yang memadai tentang kebutuhan sebenarnya dari
masyarakat, dimana pendapatan tinggi belum berarti merupakan suatu jaminan bagi
masyarakat dalam memperoleh kebutuhannya.
Menurut Hill dan Williams dalam (Huzain, 2008), untuk memberikan
gambaran yang lengkap tentang perkembangan wilayah, diperlukan variabel yang
cukup banyak macamnya yang berfungsi untuk menilai suatu daerah. Berkaitan
dengan analisis variabel-variabel ekonomi perlu ditambahkan indikator-indikator
yang mengacu pada Kebutuhan Fisik Minimum (Minimum Physical Needs), yang
terdiri dari tiga area kunci indikator-indikator sosial yang mempengaruhi nilai
perkembangan suatu daerah yaitu kesehatan, kemiskinan dan pendidikan.
2.6.1. Aspek Ekonomi
Perkembangan wilayah merupakan integral dari pertumbuhan ekonomi yang
suatu wilayah. Perkembangan ekonomi yang dapat diukur dan obyektif, adanya
perluasan tenaga kerja, modal, serta volume perdagangan dan konsumsi,
perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor
penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik
produksi, sikap masyarakat dan lembaga lembaga (Jhingan, 2010). Kutnets (dalam
Jhingan, 2010) menunjukkan enam cirri pertumbuhan ekonomi modern yang muncul
dalam analisis yang didasari pada produk nasional dan komponennya, penduduk,
tenaga kerja dan sebagainya:
a. Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita; laju kenaikan perkapita yang
tinggi diiringi dengan laju pertumbuhan penduduk.
b. Peningkatan produktivitas; pertumbuhan yang ditandai dengan semakin
meningkatnya laju produk perkapita sebagai akibat adanya perbaikan kualitas.
c. Laju perubahan struktural yang tinggi; ditandai dengan peralihan dari kegiatan
pertanian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unitunit
produktif, dan peralihan dari perusahaan perorangan menjadi perusahaan
berbadan hukum, serta perubahan status kerja buruh.
d. Urbanisasi: pertumbuhan yang ditandai dengan semakin banyaknya penduduk di
negara maju yang pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.
e. Ekspansi negara maju; pertumbuhan ini ditandai dengan revolusi teknologi di
bidang transportasi dan komunikasi.
f. Arus barang, modal, dan orang antarbangsa; pertumbuhan yang ditandai dengan
Aktivitas perekonomian masyarakat pada sektor riil akan meningkatkan
pendapatan keluarga, terutama ekonomi basis (Ricardson dalam Tarigan, 2005). Hal
ini merupakan aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu
wilayah
2.6.2. Aspek Sosial, Penduduk
Potensi pertumbuhan penduduk yang tinggi, yang umumnya terjadi di negara
yang sedang berkembang akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Hal ini akan
semakin memperberat persoalan kelangkaan modal karena untuk menampung
pertumbuhan tenaga kerja yang terjadi pada setiap tahunnya maka perlu dilakukan
investasi secara besar-besaran (Jhingan, 2010). Laju pertambahan penduduk yang
beragam, dimana pertambahan penduduk yang cepat diiringi dengan tingkat
pendapatan yang rendah dan nihilnya tingkat pemupukan modal merupakan kesulitan
bagi negara berkembang. Output yang meningkat karena teknologi akan tertekan oleh
pertambahan tersebut, akibatnya tidak ada perbaikan taraf hidup.
Pengangguran di kota membengkak seiring dengan urbanisasi dan
meningkatnya pendidikan dan sektor industri yang tidak berkembang seiring dengan
pertumbuhan tenaga kerja. Navarrete dalam (Jhingan, 2010) mengatakan:
penggangguran dapat dilukiskan sebagai suatu keadaan, dimana pengalihan sejumlah
tertentu faktor tenaga kerja ke bidang lain tidak akan mengurangi output keseluruhan
sektor asal. Hal ini sama dengan mengatakan bahwa produktivitas marjinal unit-unit
faktor tenaga kerja tempat asal mereka kerja adalah nol atau menduduki nol atau
pengangguran tersembunyi diperkirakan 25-30 persen dari tenaga kerja (di dalam
pertanian).
Dalam menentukan betapa penting arti pendidikan di masa pembangunan
ekonomi, suatu negara tidak dapat mengaku dirinya maju, tanpa menyelenggarakan
pendidikan di bidang peradaban industri (Cairncross dalam Jhingan, 2010). Petani
harus di bawah menuju perekonomian moneter dan tidak dibiarkan saja bergerak pada
usaha tani pangan. Para pekerja harus dibiasakan bekerja pada jam kerja yang
ditentukan di pabrik-pabrik untuk mendapat bayaran. Kota-kota harus tumbuh, begitu
juga bank dan usaha bisnis. Hasil ilmu pengetahuan harus diterapkan di seluruh
perekonomian, dimana harus muncul kelompok pemuda bisnis, administrasi dan
politik, sebagai nyawa kehidupan bangsa yang dapat menjadi tumpuan dalam
mempertahankan momentum pembangunan.
Faktor manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi
yang menekankan pada efisiensi. Para ahli ilmu ekonomi modern menyebutkan
pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan seluruh penduduk negara yang bersangkutan. Dalam mengetahui
perkembangan suatu wilayah dari aspek sosial, kemiskinan (poverty) merupakan
indikator yang digunakan dalam menilai perkembangan suatu wilayah.
a. Pendidikan
Pembangunan ekonomi tidaklah mungkin tanpa pendidikan. Melalui pendidikan
umum pemerintah dapat meningkatkan persediaan buruh efektif dan kapasitas
pengajaran kepada ahli mesin, montir listrik, tukang, perawat, guru, penyuluh
pertanian dan lain-lain. Pendidikan tinggi dan lembaga penelitian didirikan untuk
mencetak dan meningkatkan jumlah dokter, administrator, insinyur dan semua
jenis personil terlatih.
Program pendidikan pada usaha menjalin kesatuan bangsa pada umumnya,
memanfaatkan energi rakyat dan membangun bangsa dan sumber daya manusia di
seluruh negeri, investasi dalam mendidik massa sama juga produktifnya. Galbraith
dalam (Jhingan, 2010) berpendapat menolong petani dan pekerja dari kebuta
hurufan mungkin merupakan suatu tujuan tersendiri, tetap juga merupakan langkah
pertama yang sangat diperlukan bagi setiap bentuk kemajuan pertanian. Dipandang
secara demikian, pendidikan menjadi suatu bentuk investasi yang sangat produktif.
Dalam melihat perkembangan suatu wilayah dari segi pendidikan, alternatif yang
digunakan untuk mengukur perkembangan adalah rasio banyaknya pelajar pada
jenjang SLTP, yaitu banyaknya pelajar grup usia (13-15 tahun) sebagai indikator
pendidikan.
b. Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana
Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, kesehatan masyarakat harus
diperbaiki. Langkah tersebut meliputi perbaikan sanitasi lingkungan, perbaikan
pembuangan air kotor dan menggenang, pembenahan daerah kumuh, penyediaan
perumahan yang lebih baik, penyediaan air bersih, penyediaan fasilitas
pembuangan kotoran yang lebih baik, pengawasan penyakit menular, penyediaan