• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kegemukan pada Anak Sekolah dan Remaja di Medan dan Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Kegemukan pada Anak Sekolah dan Remaja di Medan dan Jakarta Selatan"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

RADITA DWISEPTIANI ADININGRUM

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Sekolah dan Remaja di Medan dan Jakarta Selatan. Di bawah bimbingan HADI RIYADI.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kegemukan pada anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan. Adapun tujuan khususnya adalah (1) mengidentifikasi karakteristik anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan (2) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga pada anak sekolah dan remaja (3) mempelajari persepsi anak sekolah dan remaja tentang body image (4) mempelajari kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup anak sekolah dan remaja (5) menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, karaktersitik sosial ekonomi keluarga contoh, persepsi tubuh, kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup contoh dengan kejadian overweight dan obesitas di Medan dan Jakarta Selatan (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian overweight dan obesitas pada anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Jenis data adalah data sekunder, yaitu data Penelitian Status Gizi Anak Sekolah dan Remaja di 10 Kota Besar di Indonesia oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan serta Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI tahun 2005. Penelitian dilakukan pada bulan November dan Desember 2005. Jumlah populasi adalah 2849 contoh, terbagi menjadi 1430 contoh di Medan dan 1419 contoh di Jakarta Selatan. Data kemudian dihitung status gizinya menggunakan standar WHO 2007, lalu diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 13.0 for windows. Data dianalisis secara univariat menggunakan crosstabs dan distribusi frekuensi. Metode chi square digunakan untuk mengetahui hubungan bivariat, sedangkan untuk hubungan multivariat menggunakan multiple logistic regression.

Prevalensi contoh yang mengalami kegemukan di Medan adalah sebanyak 3.1% dengan proporsi terbesar terdapat pada contoh laki-laki dan pada tingkatan SMA, sedangkan di Jakarta Selatan sebanyak 7.1% dengan proporsi terbesar pada contoh laki-laki dan pada tingkatan SD. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang mengalami kegemukan secara umum adalah memiliki ibu berpendidikan SLTA, berasal dari keluarga besar (=4), memiliki motor, tidak memiliki mobil, ayah berpendidikan SLTA di Medan dan SLTP ke bawah di Jakarta Selatan, ibu tidak bekerja/tidak tetap di Medan dan dagang/swasta/wiraswasta di Jakarta Selatan, ayah bekerja dagang/swasta/wiraswasta di Medan dan PNS/TNI/POLRI di Jakarta Selatan.

Secara umum contoh di Medan menganggap dirinya tidak gemuk, sedangkan di Jakarta Selatan berpendapat dirinya gemuk. Secara umum aktivitas fisik contoh yang berada di Medan maupun Jakarta Selatan masih kurang, terutama pada kegiatan olahraga dan melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara kegiatan menonton TV yang menunjukkan sedentary life lebih sering dilakukan.

(3)

dengan kejadian kegemukan di Medan, tetapi terdapat hubungan di Jakarta Selatan. Terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara tingkat pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, dan pemilikan mobil dengan kejadian kegemukan di Medan. Sedangkan di Jakarta Selatan, terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pemilikan mobil dengan kejadian kegemukan.

Tidak ada hubungan yang signifikan (P>0.05) antara aktivitas tidur siang, menonton TV, olahraga, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, cara transportasi ke sekolah dan bepergian dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan.

Terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara kebiasaan makan malam bersama keluarga dan frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian kegemukan di Medan. Sedangkan di Jakarta Selatan, terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara frekuensi konsumsi sayuran, konsumsi buah-buahan, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi daging dengan kejadian kegemukan. Tidak ada hubungan yang signifikan (P>0.05) antara kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian kegemukan di Medan adalah pendidikan ibu (OR = 5.171), pemilikan mobil (OR = 2.646), dan aktivitas tidur siang per minggu (OR = 0.471). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kegemukan di Jakarta Selatan adalah jenis kelamin (OR = 0.657), pendidikan ibu (OR = 1.846), jumlah anggota rumah tangga (OR = 1.433), pemilikan mobil (OR = 1.838), dan pemilikan motor (OR = 1.524). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kegemukan di gabungan kedua kota adalah jenis kelamin (OR = 0.631), pendidikan ibu (OR = 2.290), pekerjaan ibu (OR = 1.703), jumlah anggota rumah tangga (OR = 1.477), pemilikan mobil (OR = 1.946), pemilikan motor (OR = 1.501), kebiasaan sarapan (OR = 1.750), kebiasaan makan bersama (OR = 0.561), dan frekuensi konsumsi soft drink dalam seminggu (OR = 1.443).

(4)

Obesity among School-Age Children and Adolescence in Medan and South Jakarta. Under the direction of HADI RIYADI.

The objective of this study was to analyze the characteristics and risk factors of overweight and obesity among school-age children and adolescents in Medan and South Jakarta. This was an analytic study and the design of this study is cross sectional. This study uses the secondary data which collected by Center of Research and Development of Food and Nutrition and Indonesian Ministry of Health, conducted at Medan and South Jakarta in November 2005. The analytical test was done to find univariate, bivariate, and multivariate association by crosstabs, chi square, and multiple logistic regression.

There is a relation between parents’ education, parents’ occupation, car possession, body image, habit of having dinner together with family, and frequency of fried food intake with incident of overweight and obesity in Medan (P<0.05). While in South Jakarta, the relation which is significant with incident of overweight and obesity found in sex, mother’s education, mother’s occupation, car possession, frequency of vegetable intake, frequency of fruit intake, frequency of fatty food intake, and frequency of meat intake (P<0.05).

Some risk factors that influenced overweight and obesity in Medan are mother’s education (OR = 5.171), car possession (OR = 2.646), and frequency of taking a nap for a week (OR = 0.471). The risk factors that found in South Jakarta are sex (OR = 0.657), mother’s education (OR = 1.846), mother’s occupation (OR = 1.703), number of family member (OR = 1.477), car possession (OR = 1.838), and motor cycle possession (OR = 1.524). While the risk factors of overweight and obesity in combination of that two cities are sex (OR = 0.631), mother’s education (OR = 2.290), mother’s occupation (OR = 1.703), number of family member (OR = 1.477), car possession (OR = 1.946), motor cycle possession (OR = 1.501), habit of having dinner together with family (OR = 0.561), habit of having breakfast (OR = 1.750), and frequency of soft drink intake for a week (OR = 1.443).

(5)

DAN REMAJA DI MEDAN DAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RADITA DWISEPTIANI ADININGRUM A54104059

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Adiningrum yang lahir pada tanggal 27 November 1986 dari pasangan Bapak

Ahmad Hamid dan Ibu Sri Noorika Dara Satyawati. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, dan memiliki dua orang kakak bernama Erry dan Angie.

Pendidikan formal pertama penulis terlaksana pada TK Estetika yang kemudian dilanjutkan ke SD Negeri Papandayan 2 Bogor lalu ke SMP Negeri 4 Bogor, serta SMA Negeri 1 Bogor. Penulis kemudian mengikuti Seleksi untuk

masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004, dan diterima di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

Selama kuliah penulis aktif di keorganisasian Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai bendahara divisi pengembangan masyarakat periode 2005-2006, serta aktif sebagai panitia berbagai acara-acara yang berlangsung di program studi maupun fakultas. Penulis juga pernah mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi dan menjadi peringkat ketiga di GMSK, finalis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan, serta finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTM) bidang sosial.

(7)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas nikmat sehat dan karunia-Nya yang telah diberikan. Banyak halangan yang dihadapi dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat pertolongan Allah SWT, serta bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan solusi untuk setiap permasalahan, serta mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi.

2. Dr. Abas Basuni Jahari, M.Sc, yang telah memberikan ide kepada penulis dan mengizinkan penulis mempergunakan data hasil penelitiannya.

3. Megawati Simanjutak, SP dan Muhammad Aries, SP yang banyak membantu penulis dalam pengolahan data.

4. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan serta saran yang membangun untuk perbaikan skripsi. 5. Ir. Melly Latifah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang banyak

membantu penulis dalam kegiatan perkuliahan selama awal semester. 6. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc, selaku dosen pemandu seminar yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

7. Staf Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI yang memudahkan penulis dalam perizinan penggunaan data.

8. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS yang telah bersedia rumahnya diacak-acak setiap bulan ramadhan dan meluangkan waktu untuk mendengarkan curhat penulis. Khusus untuk Ibu Lilik : you’re the best lecturer that I’ve ever had.

9. Sahabat-sahabat penulis di GMSK 41: Gustia “Kuda” Mahardhika (dHenyuk loves kuda always), Fika “Nong” (untuk semua yang tak terungkap), Ceuceu Ima (for all of my tears), Ingah Cici (untuk banyak hal tak terhingga), Vika “Te” Huey (untuk cerita-ceritanya), Lenny (untuk cerita yang tak boleh diceritakan), dan Aini (untuk selalu direpotkan).

(8)

Qq, Arin Cilik, Daroe, Sri, Jeki, Fera, Edo, DeviP, Venoy, Cha2, Novi, Merry, Ahma, Rena, Any, DeviR, Nyo, Prita, Rika, Ipit, Kokom, Retno, Mei, De2w, Ide, Icus, Hono, Ira, Na2d, LiaM, Daus, Lesto, Ni2ng, Noni, Lole, Arti, Eka, Er, Ari, Dvit, Sinta, Tice, LiaR, Yulia. Give the best for the last. Gamasakers GO!!!

11. SADDAMDINDA tercinta : Seto, Akang, Daniez (all I need is you), Daud, Aryo, Maris, Ibon (untuk semua telepon, sms, curhat, semuanya), Mba Dheiya (selalu berdoa untukmu), Notie, dan Ama. All of you are my happy life, glad to have you in my life.

12. Soulmate tersayang Pamz dan Niko.

13. Orang-orang yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materi : Tante Dani dan keluarga, Oom Tonni, Eyang, Mas Abbas dan keluarga, serta Kel. H. Uki Djunaedi, khususnya untuk Mamam Uki, yang selalu baik hati, selalu berdoa, dan selalu membesarkan hati penulis.

14. Seluruh staf PS GMSK : Mas Rena, Teh Popon yang selalu penulis ganggu sebelum bertemu pembimbing, Bu Yati, Teh Yati, dan Pak Ugan.

15. Teman-teman GMSK angkatan 39 dan 40 serta GIZ 42.

16. Seseorang yang selalu sabar menghadapi sifat galak penulis selama ini, memberikan hiburan dan liburan serta selalu membuat penulis tertawa : Ltd. Psk. Wahyu Kurniawan, sukses untukmu dan untukku.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Mba Angie Buli (untuk jatah bulanan dan ajaran kepribadian gandanya), Popi (untuk hidangan tengah malamnya), Mba Rie, Abang Alex, serta Muhammad Jordan Aulia (my lovely nephew yang membuat rumah ceria, hingar-bingar, dan banyak semut). Terakhir dan paling penting untuk Momi sayang, the best mommy on earth, yang tak pernah putus berdoa, penuh kesabaran dan ketulusan dalam mendidik dan membesarkan penulis. Tak pernah hati ini berhenti bersyukur memiliki kalian semua di dalam hidup ini.

Bogor, April 2008

(9)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Pengertian Overweight dan Obesitas ... 5

Anak Sekolah ... 6

Remaja ... 6

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri ... 7

Jenis Kelamin ... 8

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga... 8

Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 9

Pekerjaan Orang Tua ... 9

Jumlah Anggota Keluarga ... 9

Persepsi Tubuh ... 10

Aktivitas Fisik ... 11

Perilaku dan Kebiasaan Makan ... 13

Kebiasaan Sarapan Pagi ... 13

Frekuensi Makan Harian ... 14

Kebiasaan Makan Keluarga ... 15

Kebiasaan Ngemil ... 15

Konsumsi Sayur dan Buah ... 16

Konsumsi Daging dan Makanan Berlemak ... 16

Konsumsi Fast Food ... 17

Konsumsi Soft Drink ... 17

Kesukaan Jajan ... 18

Gaya Hidup ... 19

KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

METODE PENELITIAN ... 22

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 22

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 22

Populasi dan Contoh ... 22

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Analisis Univariat ... 25

Analisis Bivariat ... 26

Analisis Multivariat ... 26

Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ... 27

Definisi Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Karakteristik Contoh ... 29

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh ... 32

Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 33

(10)

Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 37

Pemilikan Kendaraan Bermotor ... 39

Persepsi Tubuh ... 40

Aktivitas Fisik ... 42

Kebiasaan Makan ... 51

Kebiasaan Sarapan Pagi ... 51

Frekuensi Makan Harian ... 52

Kebiasaan Makan Bersama Keluarga ... 53

Kebiasaan Ngemil ... 54

Konsumsi Sayuran dan Buah-Buahan ... 57

Konsumsi Fast Food dan Soft Drink ... 59

Konsumsi Makanan Berlemak dan Gorengan ... 62

Kesukaan Jajan ... 66

Gaya Hidup ... 71

Faktor Risiko Kegemukan ... 73

Faktor Risiko Kegemukan di Medan ... 80

Faktor Risiko Kegemukan di Jakarta Selatan ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

Kesimpulan ... 84

Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(11)

RADITA DWISEPTIANI ADININGRUM

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

Sekolah dan Remaja di Medan dan Jakarta Selatan. Di bawah bimbingan HADI RIYADI.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik kegemukan pada anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan. Adapun tujuan khususnya adalah (1) mengidentifikasi karakteristik anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan (2) mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga pada anak sekolah dan remaja (3) mempelajari persepsi anak sekolah dan remaja tentang body image (4) mempelajari kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup anak sekolah dan remaja (5) menganalisis hubungan antara karakteristik contoh, karaktersitik sosial ekonomi keluarga contoh, persepsi tubuh, kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup contoh dengan kejadian overweight dan obesitas di Medan dan Jakarta Selatan (6) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian overweight dan obesitas pada anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Jenis data adalah data sekunder, yaitu data Penelitian Status Gizi Anak Sekolah dan Remaja di 10 Kota Besar di Indonesia oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan serta Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI tahun 2005. Penelitian dilakukan pada bulan November dan Desember 2005. Jumlah populasi adalah 2849 contoh, terbagi menjadi 1430 contoh di Medan dan 1419 contoh di Jakarta Selatan. Data kemudian dihitung status gizinya menggunakan standar WHO 2007, lalu diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 13.0 for windows. Data dianalisis secara univariat menggunakan crosstabs dan distribusi frekuensi. Metode chi square digunakan untuk mengetahui hubungan bivariat, sedangkan untuk hubungan multivariat menggunakan multiple logistic regression.

Prevalensi contoh yang mengalami kegemukan di Medan adalah sebanyak 3.1% dengan proporsi terbesar terdapat pada contoh laki-laki dan pada tingkatan SMA, sedangkan di Jakarta Selatan sebanyak 7.1% dengan proporsi terbesar pada contoh laki-laki dan pada tingkatan SD. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh yang mengalami kegemukan secara umum adalah memiliki ibu berpendidikan SLTA, berasal dari keluarga besar (=4), memiliki motor, tidak memiliki mobil, ayah berpendidikan SLTA di Medan dan SLTP ke bawah di Jakarta Selatan, ibu tidak bekerja/tidak tetap di Medan dan dagang/swasta/wiraswasta di Jakarta Selatan, ayah bekerja dagang/swasta/wiraswasta di Medan dan PNS/TNI/POLRI di Jakarta Selatan.

Secara umum contoh di Medan menganggap dirinya tidak gemuk, sedangkan di Jakarta Selatan berpendapat dirinya gemuk. Secara umum aktivitas fisik contoh yang berada di Medan maupun Jakarta Selatan masih kurang, terutama pada kegiatan olahraga dan melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara kegiatan menonton TV yang menunjukkan sedentary life lebih sering dilakukan.

(13)

dengan kejadian kegemukan di Medan, tetapi terdapat hubungan di Jakarta Selatan. Terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara tingkat pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pekerjaan ayah, dan pemilikan mobil dengan kejadian kegemukan di Medan. Sedangkan di Jakarta Selatan, terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pemilikan mobil dengan kejadian kegemukan.

Tidak ada hubungan yang signifikan (P>0.05) antara aktivitas tidur siang, menonton TV, olahraga, bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, cara transportasi ke sekolah dan bepergian dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan.

Terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara kebiasaan makan malam bersama keluarga dan frekuensi konsumsi gorengan dengan kejadian kegemukan di Medan. Sedangkan di Jakarta Selatan, terdapat hubungan yang signifikan (P<0.05) antara frekuensi konsumsi sayuran, konsumsi buah-buahan, konsumsi makanan berlemak, dan konsumsi daging dengan kejadian kegemukan. Tidak ada hubungan yang signifikan (P>0.05) antara kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian kegemukan di Medan adalah pendidikan ibu (OR = 5.171), pemilikan mobil (OR = 2.646), dan aktivitas tidur siang per minggu (OR = 0.471). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kegemukan di Jakarta Selatan adalah jenis kelamin (OR = 0.657), pendidikan ibu (OR = 1.846), jumlah anggota rumah tangga (OR = 1.433), pemilikan mobil (OR = 1.838), dan pemilikan motor (OR = 1.524). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kegemukan di gabungan kedua kota adalah jenis kelamin (OR = 0.631), pendidikan ibu (OR = 2.290), pekerjaan ibu (OR = 1.703), jumlah anggota rumah tangga (OR = 1.477), pemilikan mobil (OR = 1.946), pemilikan motor (OR = 1.501), kebiasaan sarapan (OR = 1.750), kebiasaan makan bersama (OR = 0.561), dan frekuensi konsumsi soft drink dalam seminggu (OR = 1.443).

(14)

Obesity among School-Age Children and Adolescence in Medan and South Jakarta. Under the direction of HADI RIYADI.

The objective of this study was to analyze the characteristics and risk factors of overweight and obesity among school-age children and adolescents in Medan and South Jakarta. This was an analytic study and the design of this study is cross sectional. This study uses the secondary data which collected by Center of Research and Development of Food and Nutrition and Indonesian Ministry of Health, conducted at Medan and South Jakarta in November 2005. The analytical test was done to find univariate, bivariate, and multivariate association by crosstabs, chi square, and multiple logistic regression.

There is a relation between parents’ education, parents’ occupation, car possession, body image, habit of having dinner together with family, and frequency of fried food intake with incident of overweight and obesity in Medan (P<0.05). While in South Jakarta, the relation which is significant with incident of overweight and obesity found in sex, mother’s education, mother’s occupation, car possession, frequency of vegetable intake, frequency of fruit intake, frequency of fatty food intake, and frequency of meat intake (P<0.05).

Some risk factors that influenced overweight and obesity in Medan are mother’s education (OR = 5.171), car possession (OR = 2.646), and frequency of taking a nap for a week (OR = 0.471). The risk factors that found in South Jakarta are sex (OR = 0.657), mother’s education (OR = 1.846), mother’s occupation (OR = 1.703), number of family member (OR = 1.477), car possession (OR = 1.838), and motor cycle possession (OR = 1.524). While the risk factors of overweight and obesity in combination of that two cities are sex (OR = 0.631), mother’s education (OR = 2.290), mother’s occupation (OR = 1.703), number of family member (OR = 1.477), car possession (OR = 1.946), motor cycle possession (OR = 1.501), habit of having dinner together with family (OR = 0.561), habit of having breakfast (OR = 1.750), and frequency of soft drink intake for a week (OR = 1.443).

(15)

DAN REMAJA DI MEDAN DAN JAKARTA SELATAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RADITA DWISEPTIANI ADININGRUM A54104059

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Adiningrum yang lahir pada tanggal 27 November 1986 dari pasangan Bapak

Ahmad Hamid dan Ibu Sri Noorika Dara Satyawati. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, dan memiliki dua orang kakak bernama Erry dan Angie.

Pendidikan formal pertama penulis terlaksana pada TK Estetika yang kemudian dilanjutkan ke SD Negeri Papandayan 2 Bogor lalu ke SMP Negeri 4 Bogor, serta SMA Negeri 1 Bogor. Penulis kemudian mengikuti Seleksi untuk

masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004, dan diterima di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

Selama kuliah penulis aktif di keorganisasian Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai bendahara divisi pengembangan masyarakat periode 2005-2006, serta aktif sebagai panitia berbagai acara-acara yang berlangsung di program studi maupun fakultas. Penulis juga pernah mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi dan menjadi peringkat ketiga di GMSK, finalis Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan, serta finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTM) bidang sosial.

(17)

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas nikmat sehat dan karunia-Nya yang telah diberikan. Banyak halangan yang dihadapi dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat pertolongan Allah SWT, serta bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan solusi untuk setiap permasalahan, serta mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi.

2. Dr. Abas Basuni Jahari, M.Sc, yang telah memberikan ide kepada penulis dan mengizinkan penulis mempergunakan data hasil penelitiannya.

3. Megawati Simanjutak, SP dan Muhammad Aries, SP yang banyak membantu penulis dalam pengolahan data.

4. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan serta saran yang membangun untuk perbaikan skripsi. 5. Ir. Melly Latifah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang banyak

membantu penulis dalam kegiatan perkuliahan selama awal semester. 6. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc, selaku dosen pemandu seminar yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

7. Staf Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI yang memudahkan penulis dalam perizinan penggunaan data.

8. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc dan Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MS yang telah bersedia rumahnya diacak-acak setiap bulan ramadhan dan meluangkan waktu untuk mendengarkan curhat penulis. Khusus untuk Ibu Lilik : you’re the best lecturer that I’ve ever had.

9. Sahabat-sahabat penulis di GMSK 41: Gustia “Kuda” Mahardhika (dHenyuk loves kuda always), Fika “Nong” (untuk semua yang tak terungkap), Ceuceu Ima (for all of my tears), Ingah Cici (untuk banyak hal tak terhingga), Vika “Te” Huey (untuk cerita-ceritanya), Lenny (untuk cerita yang tak boleh diceritakan), dan Aini (untuk selalu direpotkan).

(18)

Qq, Arin Cilik, Daroe, Sri, Jeki, Fera, Edo, DeviP, Venoy, Cha2, Novi, Merry, Ahma, Rena, Any, DeviR, Nyo, Prita, Rika, Ipit, Kokom, Retno, Mei, De2w, Ide, Icus, Hono, Ira, Na2d, LiaM, Daus, Lesto, Ni2ng, Noni, Lole, Arti, Eka, Er, Ari, Dvit, Sinta, Tice, LiaR, Yulia. Give the best for the last. Gamasakers GO!!!

11. SADDAMDINDA tercinta : Seto, Akang, Daniez (all I need is you), Daud, Aryo, Maris, Ibon (untuk semua telepon, sms, curhat, semuanya), Mba Dheiya (selalu berdoa untukmu), Notie, dan Ama. All of you are my happy life, glad to have you in my life.

12. Soulmate tersayang Pamz dan Niko.

13. Orang-orang yang selalu mendukung penulis baik secara moril maupun materi : Tante Dani dan keluarga, Oom Tonni, Eyang, Mas Abbas dan keluarga, serta Kel. H. Uki Djunaedi, khususnya untuk Mamam Uki, yang selalu baik hati, selalu berdoa, dan selalu membesarkan hati penulis.

14. Seluruh staf PS GMSK : Mas Rena, Teh Popon yang selalu penulis ganggu sebelum bertemu pembimbing, Bu Yati, Teh Yati, dan Pak Ugan.

15. Teman-teman GMSK angkatan 39 dan 40 serta GIZ 42.

16. Seseorang yang selalu sabar menghadapi sifat galak penulis selama ini, memberikan hiburan dan liburan serta selalu membuat penulis tertawa : Ltd. Psk. Wahyu Kurniawan, sukses untukmu dan untukku.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Mba Angie Buli (untuk jatah bulanan dan ajaran kepribadian gandanya), Popi (untuk hidangan tengah malamnya), Mba Rie, Abang Alex, serta Muhammad Jordan Aulia (my lovely nephew yang membuat rumah ceria, hingar-bingar, dan banyak semut). Terakhir dan paling penting untuk Momi sayang, the best mommy on earth, yang tak pernah putus berdoa, penuh kesabaran dan ketulusan dalam mendidik dan membesarkan penulis. Tak pernah hati ini berhenti bersyukur memiliki kalian semua di dalam hidup ini.

Bogor, April 2008

(19)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Pengertian Overweight dan Obesitas ... 5

Anak Sekolah ... 6

Remaja ... 6

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri ... 7

Jenis Kelamin ... 8

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga... 8

Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 9

Pekerjaan Orang Tua ... 9

Jumlah Anggota Keluarga ... 9

Persepsi Tubuh ... 10

Aktivitas Fisik ... 11

Perilaku dan Kebiasaan Makan ... 13

Kebiasaan Sarapan Pagi ... 13

Frekuensi Makan Harian ... 14

Kebiasaan Makan Keluarga ... 15

Kebiasaan Ngemil ... 15

Konsumsi Sayur dan Buah ... 16

Konsumsi Daging dan Makanan Berlemak ... 16

Konsumsi Fast Food ... 17

Konsumsi Soft Drink ... 17

Kesukaan Jajan ... 18

Gaya Hidup ... 19

KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

METODE PENELITIAN ... 22

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 22

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 22

Populasi dan Contoh ... 22

Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Analisis Univariat ... 25

Analisis Bivariat ... 26

Analisis Multivariat ... 26

Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ... 27

Definisi Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Karakteristik Contoh ... 29

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh ... 32

Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 33

(20)

Jumlah Anggota Rumah Tangga ... 37

Pemilikan Kendaraan Bermotor ... 39

Persepsi Tubuh ... 40

Aktivitas Fisik ... 42

Kebiasaan Makan ... 51

Kebiasaan Sarapan Pagi ... 51

Frekuensi Makan Harian ... 52

Kebiasaan Makan Bersama Keluarga ... 53

Kebiasaan Ngemil ... 54

Konsumsi Sayuran dan Buah-Buahan ... 57

Konsumsi Fast Food dan Soft Drink ... 59

Konsumsi Makanan Berlemak dan Gorengan ... 62

Kesukaan Jajan ... 66

Gaya Hidup ... 71

Faktor Risiko Kegemukan ... 73

Faktor Risiko Kegemukan di Medan ... 80

Faktor Risiko Kegemukan di Jakarta Selatan ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

Kesimpulan ... 84

Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. ... Kate

gori data karakteristik contoh ... 23 2. ... Kate

gori data karakteristik sosial ekonomi keluarga ... 23 3. Kategori data kebiasaan makan contoh ... 24 4. ... Kate

gori data aktivitas fisik contoh ... 25 5. ... Kate

gori data gaya hidup contoh ... 25

6. ... Seba ran contoh yang gemuk dan tidak gemuk di Medan dan

Jakarta Selatan ... 29 7. Sebaran contoh menurut tingkatan sekolah di Medan dan Jakarta

Selatan ... 30 8. ... Seba

ran contoh menurut jenis kelamin dan kejadian kegemukan

di Medan dan Jakarta Selatan... 31 9. ... Seba

ran contoh menurut jenis kelamin dan tingkatan sekolah

dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 32 10. ... Seba

ran contoh menurut pendidikan ibu dan kejadian kegemukan

di Medan dan Jakarta Selatan... 33 11. Sebaran contoh menurut pendidikan ayah dan kejadian kegemukan

di Medan dan Jakarta Selatan... 34 12. Sebaran contoh menurut pekerjaan ibu dan kejadian kegemukan di

Medan dan Jakarta Selatan... 36 13. Sebaran contoh menurut pekerjaan ayah dan kejadian kegemukan di

Medan dan Jakarta Selatan... 37 14. Sebaran contoh menurut jumlah anggota rumah tangga dan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 38 15. Sebaran contoh menurut pemilikan mobil dan kejadian kegemukan

(22)

16. Sebaran contoh menurut pemilikan motor dan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 40 17. Sebaran contoh menurut persepsi tubuh dan kejadian kegemukan

di Medan dan Jakarta Selatan... 41

18. Sebaran contoh menurut aktivitas tidur siang dan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 43 19. Sebaran contoh menurut aktivitas menonton TV dan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 44 20. Sebaran contoh menurut aktivitas olahraga dan kejadian kegemukan

di Medan dan Jakarta Selatan... 45 21. Sebaran contoh menurut aktivitas bermain dan kejadian kegemukan

di Medan dan Jakarta Selatan... 46 22. Sebaran contoh menurut aktivitas pekerjaan rumah tangga dan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 47 23. Sebaran contoh menurut cara transportasi ke sekolah dan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 49 24. Sebaran contoh menurut cara transportasi bepergian dan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 50 25. Sebaran contoh menurut kebiasaan sarapan dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 51 26. Sebaran contoh menurut frekuensi makan harian dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 53 27. Sebaran contoh menurut kebiasaan makan bersama keluarga

dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 54 28. Sebaran contoh menurut kebiasaan ngemil dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 55 29. Sebaran contoh menurut jenis camilan dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 56

30. Sebaran contoh menurut konsumsi sayuran dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 57 31. Sebaran contoh menurut konsumsi buah-buahan dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 58 32. Sebaran contoh menurut frekuensi konsumsi fast food dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 60

(23)

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 61 34. Sebaran contoh menurut frekuensi konsumsi makanan berlemak

dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 63 35. Sebaran contoh menurut frekuensi konsumsi daging dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 64 36. Sebaran contoh menurut frekuensi konsumsi gorengan dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 65 37. Sebaran contoh menurut kesukaan jajan gorengan dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 67 38. Sebaran contoh menurut kesukaan jajan makanan berlemak dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 68 39. Sebaran contoh menurut kesukaan jajan makanan asin dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 68 40. Sebaran contoh menurut kesukaan jajan makanan rebus/kukus

dengan kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 69 41. Sebaran contoh menurut kesukaan jajan makanan manis dengan

kejadian kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan ... 70 42. Sebaran contoh menurut kesukaan merokok dengan kejadian

kegemukan di Medan dan Jakarta Selatan... 71 43. Sebaran contoh menurut kesukaan minum minuman beralkohol

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil analisis chi square ... 89

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang banyak menghadapi masalah

yang berhubungan dengan pangan, gizi, dan kesehatan. Kasus gizi buruk dan busung lapar sangat marak saat ini. Tak luput juga penyebaran wabah penyakit infeksi yang tak kunjung henti bersemai. Kedua masalah tersebut saling berinteraksi satu sama lain sehingga menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak meningkat secara signifikan.

Khususnya dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan akan menghadapi

masalah gizi ganda (double burden). Indonesia harus menanggulangi masalah gizi kurang, tetapi juga waspada terhadap munculnya masalah gizi lebih. Masalah kesehatan utama masyarakat di kota-kota besar Indonesia dipicu dengan adanya kelebihan gizi. Masalah gizi lebih dan obesitas dianggap sebagai sinyal pertama timbulnya penyakit-penyakit non infeksi seperti diabetes, jantung, kanker, ataupun hipertensi. Fenomena ini diberi nama “New World Syndrome” atau sindroma dunia baru dan telah menimbulkan beban sosial ekonomi serta kesehatan masyarakat yang sangat besar (Soekirman 2000; Hadi 2005 ).

Adanya kemajuan teknologi dan ekonomi di negara-negara maju dan sebagian negara berkembang memacu terjadinya transisi pola kebiasaan hidup, yang nantinya akan mempengaruhi kebiasaan makan dan akan menimbulkan pola penyakit. Terdapat anggapan bahwa masalah gizi kurang dan penyakit infeksi hanya ada di negara berkembang dan miskin, sedangkan masalah yang ada pada negara maju dan kaya adalah masalah gizi lebih dan penyakit non infeksi. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena terbukti sebagian penduduk negara berkembang menderita penyakit non infeksi yang disebabkan oleh kebiasaan makannya.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) (1992) dalam Soekirman (2000) mencatat adanya perubahan pola kematian pada negara berkembang. Hal ini sangat berhubungan dengan pola penyakit akibat gizi lebih terutama gemuk dan obesitas. Penelitian di Amerika membuktikan bahwa 15-25% anak-anak dan 15% orang dewasa adalah gemuk, serta 40% anak dan 70% remaja yang gemuk akan menjadi obesitas pada saat mereka dewasa. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Contohnya seperti

(27)

dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue 2000 diacu dalam Hadi 2005).

Bertambahnya jumlah orang gemuk juga diindikasikan dengan maraknya pusat kebugaran, serta berbagai buku dan obat untuk menurunkan berat badan. Prevalensi penderita gizi lebih pada masyarakat di Indonesia dan dunia internasional meningkat. Menurut WHO (2003) dalam Risma (2005) tidak kurang dari 1.2 miliar penduduk dunia mengalami obesitas.

Prevalensi overweight dan obesitas di Australia pada tahun 2004 adalah 25.7% pada anak laki-laki sedangkan pada usia yang lebih dewasa mencapai 26.1%. prevalensi obesitas dan overweight untuk anak perempuan adalah 24.8% pada anak perempuan dan untuk usia yang lebih dewasa prevalensinya mencapai 19.8% (Booth, et al. 2007). Semakin bertambahnya anak muda yang gemuk sekarang ini juga disebabkan karena kemudahan akses menuju tempat-tempat untuk melakukan kegiatan. Khususnya pada daerah perkotaan, adanya perubahan keadaan sosial budaya, ekonomi, dan kemajuan teknologi yang diiringi dengan sarana otomatis menjadikan hidup yang dijalankan sekarang serba mudah.

Kebutuhan zat gizi anak sekolah terus meningkat karena mereka sedang mengalami masa-masa pertumbuhan yang cepat. Asupan zat gizi ke dalam tubuh mereka tidak sesuai dengan kebutuhan, karena golongan ini termasuk ke dalam golongan yang memiliki pengetahuan gizi rendah dan mudah terpengaruh oleh hal-hal baru. Hal tersebut menyebabkan konsumsi pangan, yaitu kandungan gizi dan kuantitas makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dan menyebabkan obesitas akibat kebiasaan makan yang berlebihan (Risma 2005). Selain itu kelompok ini merupakan kelompok yang strategis, karena pada usia ini sedang sangat berkembang pendidikan yang merupakan bekal bagi kualitas sumberdaya

manusia di masa mendatang. Apabila kelompok ini mengalami masalah gizi, maka proses pendidikan dan pembelajaran tidak akan berjalan secara maksimal. Akibatnya ketika tumbuh dewasa, kualitas yang dihasilkan pun tidak maksimal.

(28)

menyertainya diantaranya adalah diabetes mellitus, hipertensi, dan jantung (Suyono 1986).

Dilihat dari bukti-bukti yang ada, secara keseluruhan menunjukkan bahwa kegemukan merupakan masalah yang harus diperhatikan, sama pentingnya dengan penanggulangan gizi buruk. Bahkan di Amerika Serikat, obesitas merupakan penyebab kedua kematian setelah rokok (Wang, et al. 2006).

Sampai saat ini belum ada data nasional tentang obesitas pada anak sekolah dan remaja, tetapi ada beberapa survei yang dilakukan terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja di Indonesia cukup tinggi (Hadi 2005). Angka prevalensi obesitas yang ada sudah merupakan peringatan bagi pemerintah dan masyarakat luas, bahwa obesitas merupakan ancaman serius bagi masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi gemuk. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih jauh lagi apa saja faktor-faktor yang menjadikan seseorang gemuk dan bagaimana karakteristik masalah kegemukan yang terjadi pada anak sekolah dan remaja.

Tujuan Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakteristik kegemukan (overweight dan obesitas) pada anak sekolah dan remaja khususnya di kota Medan dan Jakarta Selatan.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan

2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga pada anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan.

3. Mempelajari persepsi anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta

Selatan tentang body image.

4. Mempelajari kebiasaan makan anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan.

5. Mempelajari aktivitas siswa anak sekolah dan remaja di Medan dan Jakarta Selatan.

(29)

7. Menganalisis hubungan antara karakteristik siswa dengan kejadian overweight dan obesitas.

8. Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga siswa dengan kejadian overweight dan obesitas.

9. Menganalisis hubungan antara kebiasaan makan siswa dengan kejadian overweight dan obesitas.

10. Menganalisis hubungan antara aktivitas siswa dengan kejadian overweight dan obesitas.

11. Menganalisis hubungan antara gaya hidup siswa dengan kejadian overweight dan obesitas

12. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian overweight dan obesitas pada anak sekolah dan remaja.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi peneliti dapat mengaplikasikan teori yang telah dipelajari semasa kuliah serta meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam mengolah dan menganalisis data dan menuangkannya ke dalam bentuk karya ilmiah. 2. Bagi daerah yang terkait (Medan dan Jakarta Selatan), penelitian ini dapat

memberikan gambaran mengenai status gizi anak sekolah dan remaja sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan status gizi dan kesehatan di masa mendatang.

3. Bagi Departemen Kesehatan dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan yang efektif untuk pencegahan kegemukan pada anak sekolah dan remaja khususnya dan masyarakat umumnya, sehingga dapat menekan biaya penanggulangan masalah kesehatan.

4. Bagi masyarakat umum, menyadarkan bahaya masalah kegemukan

(overweight dan obesitas) dan akibatnya.

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Overweight dan Obesitas

Istilah gemuk, dapat dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu overweight dan obesitas. Banyak orang yang menyamakan pengertian overweight dan obesitas, padahal keduanya merupakan hal yang berbeda walaupun sama-sama menggambarkan kelebihan berat badan. Seseorang yang kegemukan jelas menderita kelebihan berat, tetapi seseorang yang menderita kelebihan berat belum tentu kegemukan (Harjadi & Soejono 1986).

Gizi lebih dapat terjadi pada seluruh lapisan umur, dimulai dari bayi hingga lansia, pria dan wanita. Kebiasaan makan yang salah dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang meningkatkan faktor risiko dan berat badan pun akan meningkat. Persatuan ahli gizi RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) dalam Andriyanti (2002) menyatakan gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukan dibagi menjadi dua yaitu berat badan overweight yang berarti berat badan lebih dari 10-20% dari berat badan ideal serta obesitas, yang berarti memiliki berat badan 20% lebihnya dari berat ideal. Overweight adalah kondisi berat badan melebihi berat normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan akibat tertimbunnya lemak, pada pria 20% sedangkan pada wanita 25% (Rimbawan dan Siagian 2004).

Tingkat kegemukan atau obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index). Indeks massa tubuh (IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat tinggi tubuh (m).

IMT = BB = berat badan; TB = tinggi badan

Pengukuran melalui IMT bukan alat ukur yang sempurna mengenai lemak tubuh, ada pula saat-saat dimana IMT dapat meleset perkiraannya. Contohnya, seseorang yang memiliki otot yang padat mungkin akan memiliki IMT yang tinggi

tanpa menjadi overweight. IMT dapat menjadi alat ukur yang sulit untuk menginterpretasikan keadaan tubuh selama masa puber. Harus diingat bahwa IMT merupakan indikator yang baik tetapi bukan pengukuran yang tepat untuk lemak tubuh (Gavin 2005).

(31)

dibandingkan dengan outputnya (Barasi & Mottram 1987). Kandungan normal lemak dalam tubuh dapat dipertahankan tetap apabila isi kalori dalam makanan yang dimakan diimbangi oleh pemakaiannya dalam tubuh. Pemasukan makanan yang berlebihan merupakan langkah pertama dalam serangkaian proses menuju kegemukan (Harjadi & Soejono 1986).

Anak Sekolah

Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak perempuan menunjukkan kematangan lebih awal. Pada usia 9 atau 10 tahun, tinggi dan berat badan anak perempuan melewati anak laki-laki. Selama periode usia ini, seseorang memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dan sangat nyata.

Pada akhir tahun sekolah dasar (11 tahun), 12% dari anak perempuan telah mencapai perkembangan rangka yang bisa dicapai pada saat dewasa., yaitu kepadatan tulangnya sudah kokoh seperti pada saat dewasa. Pada usia ini, anak laki-laki akan berlanjut untuk tumbuh (Hui 1985).

Anak-anak dapat bertambah berat badannya secara signifikan pada semua tingkatan usia, pertumbuhan itu bisa terjadi secara bertahap atau seketika. Penelitian longitudinal pada anak-anak menunjukkan bahwa anak-anak dapat mulai tumbuh ketika bayi. Hal ini akan berlanjut sampai remaja dan sulit dikendalikan, bahkan ketika teknik intervensi seperti penghambat makanan dilakukan. Karena metabolisme seseorang berbeda satu sama lain, asupan kalori anak-anak berhubungan dengan kebutuhannya (Hui 1985).

Remaja

Remaja cenderung memikirkan tentang keadaan tubuhnya dan mengembangkan gambaran individu mengenai bentuk tubuhnya. Mereka bercermin setiap hari bahkan sampai berjam-jam untuk melihat apabila terjadi sesuatu yang berubah pada tubuhnya. Pemikiran tentang gambaran tubuh seseorang menjadi penting ketika melalui masa remaja, tetapi menjadi lebih penting lagi pada masa pubertas dibandingkan pada remaja akhir, suatu waktu

dimana seorang remaja merasa tidak puas dengan kedaan tubuhnya (Wright 1989 diacu dalam Santroct 1997).

(32)

minuman beralkohol, merasa depresi, dan memiliki masalah gangguan makan (eating disorder).

Remaja adalah masa dimana rasa ingin tahu seseorang sangat tinggi, sehingga selalu ingin mencoba sesuatu, yang juga dapat menyebabkan asupan gizi yang buruk. Remaja yang mempertahankan individualismenya akan menolak kebiasaan makan yang berlaku di keluarganya. Peningkatan aktivitas sosial berhubungan dengan penetapan pola makan. Kesadaran diri dan tekanan dari lingkungan menyebakan asupan gizi yang buruk (Hui 1985).

Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Keadaan gizi adalah suatu kondisi dimana terdapat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaannya, atau keadaan fisiologis akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sedangkan status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, Bakri, dan Fajar 2002). Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode penilaian gizi secara langsung adalah dengan cara antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan metode penilaian gizi secara langsung contohnya adalah survei konsumsi makanan, faktor ekologi, dan statistik vital.

Apabila dilihat dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkatan umur dan tingkat gizi. Pengukuran berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan. Hal ini disebabkan pengukuran berat badan memberikan gambaran status gizi sekarang dan apabila dilakukan secara periodik dapat memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan (Supariasa, Bakri, dan Fajar 2002).

Sistem pelaporan indeks BB/U dapat dinyatakan dengan tiga cara, yaitu persen terhadap median, z-skor, persentil. Cara z-skor didefinisikan sebagai hasil pengurangan nilai pengamatan individu dengan nilai median referensi

dibagi standar deviasi dari populasi referensi. Kriteria status gizi menurut indeks BB/U berdasarkan nilai z-skor dibandingkan dengan referensi WHO-NCHS adalah (1) status gizi buruk terjadi jika nilai z-skor < -3, (2) status gizi kurang terjadi jika nilai z-skor < -2, (3) status gizi baik terjadi jika -2 = z-skor = +2, (4) status gizi overweight terjadi jika nilai z-skor > +2, dan (5) status gizi obes terjadi jika nilai z-skor > +3 (Riyadi 2001).

(33)

Jenis kelamin merupakan faktor internal yang menentukan kebutuhan gizi, sehingga terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi (Apriadji 1986). Beberapa cara untuk mengobservasi perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan adalah dalam penentuan body fat dan muscle. Perbedaan kandungan body fat antara jenis kelamin terus berlangsung selama rantai kehidupan. Selama usia prepubescent (8-13 tahun), body fat pada perempuan meningkat sangat cepat, dan sampai pada puncaknya setelah usia 11 tahun (Hui 1985).

Lebih lanjut dikatakan bahwa masa prepubescent untuk anak laki-laki dimulai pada usia 8 sampai 12, ditandai dengan peningkatan body fat. Contohnya, pada usia 12 tahun perempuan memiliki sekitar 25-30% lebih banyak body fat dibandingkan laki-laki. Pada usia 14.5, perempuan pada umumnya memiliki 70-80% body fat lebih banyak dibandingkan dengan laki. Pada laki-laki, peningkatan kedua berkisar antara usia 14 dan 16 tahun, dan sampai pada puncaknya pada 19 tahun.

WHO (2000) menyatakan bahwa perempuan cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengonsumsi sumber karbohidrat yang lebih kuat sebelum masa pubertas, sementara laki-laki lebih cenderung mengonsumsi makanan yang kaya protein. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Proper et al. (2006) menyatakan bahwa laki-laki secara signifikan lebih berkemungkinan untuk menjadi overweight atau obesitas daripada wanita, karena laki-laki cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk santai pada saat akhir minggu atau waktu senggang dibandingkan wanita.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Kelas sosial dan status sosial ekonomi mempengaruhi prevalensi terjadinya overweight. Pada beberapa negara di dunia, status sosial ekonomi yang rendah berhubungan dengan peningkatan berat badan (Molarius et al., diacu dalam Institute of Medicine of the National Academies 2001). Pada beberapa negara berkembang dan masyarakat awam, obesitas merupakan suatu tanda kemakmuran.

(34)

obesitas. Sedangkan pada negara berkembang, kelompok orang dengan status sosial ekonomi rendah jarang yang gemuk. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan kemampuan seseorang dalam pengadaan pangan, yang juga berhubungan dengan pekerjaan yang berat dan memiliki akses yang sulit dalam menggunakan transportasi (WHO 2000).

Sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita, kecenderungan pola makan pun berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam asupan lemak dan protein hewani serta gula, diikuti dengan penurunan lemak dan protein nabati serta karbohidrat. Peningkatan pendapatan juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi makan di luar rumah yang biasanya tinggi lemak (WHO 2000).

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Seseorang yang hanya tamat SD belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, apabila orang tersebut rajin mendengarkan siaran dan selalu ikut serta dalam penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja memang perlu dipertimbangkan, faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi (Apriadji 1986).

Hasil penelitian Padmiari dan Hadi (2001) di Denpasar menyatakan bahwa anak sekolah yang memiliki ayah berpendidikan SMA dan pendidikan tinggi berisiko 1.3 kali untuk menjadi obes dibandingkan dengan anak yang memiliki ayah berpendidikan SMA ke bawah. Hal ini ditimbulkan oleh adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pendapatan. Semakin tinggi pendidikan ayah, makan semakin tinggi pendapatan dan konsumsi pangan pun akan meningkat.

Pekerjaan Orang Tua

Status ibu bekerja dapat mempengaruhi perilaku makan anak. Terdapat

(35)

Biasanya pilihan terbatas pada fast food yang dijual di restoran cepat saji atau di tempat penjualan lainnya (WHO 2000).

Jumlah Anggota Keluarga

Program Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya membenahi dan memperbaiki kesejahteraan keluarga yang patut dilihat dalam hubungannya dengan masalah gizi. Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Dalam acara makan bersama seringkali anak-anak yang lebih kecil akan mendapatkan jatah makan yang kurang mencukupi karena kalah dengan kakaknya yang makannya lebih cepat dan dengan porsi sekali suap lebih banyak pula (Apriadji 1986).

Lebih lanjut Apriadji (1986) menyatakan bahwa anak yang terlalu banyak selain menyulitkan dalam mengurusnya, juga kurang bisa menciptakan suasana tenang di rumah. Lingkungan keluarga yang selalu ribut akan mempengaruhi ketenangan jiwa dan ini secara tidak langsung akan menurunkan nafsu makan anggota keluarga lain yang terlalu peka terhadap suasana yang kurang mengenakkan. Apabila pendapatan keluarga hanya cukup dan tidak berlebih sedangkan anak banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan di dalam keluarga kurang bisa dijamin dan bisa juga disebut keluarga rawan.

Persepsi Tubuh

Menurut perkiraan WHO saat ini terdapat satu milyar penduduk dunia yang mengalami kegemukan dan 300 juta diantaranya menderita obesitas. Di Amerika terdapat sekitar 97 juta penduduk mengalami kegemukan, tetapi hanya 15% dari mereka yang beranggapan dirinya gemuk (University of North Carolina 2006 diacu dalam Hardinsyah 2007). Sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 30 juta orang mengalami kegemukan.

Penelitian di kota Bogor menunjukkan sekitar 20% perempuan dewasa yang memiliki status gizi normal beranggapan dirinya gemuk (Hardinsyah 1998

diacu dalam Hardinsyah 2007). Sedangkan data survei IMT yang dilakukan oleh Depkes (2003) dalam Hardinsyah (2007) menunjukkan bahwa seperenam jumlah perempuan yang bergizi baik merasa mengalami kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kekhawatiran mengalami kegemukan dan ada usaha untuk mencegah peningkatan prevalensi kegemukan.

(36)

Foster, dan Wadden 2004). Ketidakpuasan ini seringkali berimplikasi pada sikap yang merugikan. Seseorang yang mengalami overweight dilaporkan memiliki kesadaran diri yang ekstrim, penyamaran yang berlebihan, dan penolakan untuk beraktivitas sebagai hasil dari berat badan dan kedaan bentuk tubuhnya (Rosen, Orosan, & Reiter 1995; Sarwer et al. 1998 diacu dalam Sarwer, Foster, & Wadden 2004). Ketidakpuasan mengenai bentuk tubuh akan memegang peranan signifikan dalam memotivasi usaha penurunan berat badan (Sarwer & Thompson 2002 diacu dalam Sarwer, Foster, & Wadden 2004). Menurut WHO (2000), bagi wanita bentuk tubuh yang kurus menandakan kesuksesan dan menarik untuk dilihat, sedangkan gemuk memperlihatkan rasa malas dan lemah.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan komponen penting dari pengeluaran energi yang tidak tetap. Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk penggunaan energi dalam tubuh, disamping metabolisme basal dan specific dynamic action pada jenis-jenis makanan (Suyono 1986). Aktivitas fisik merupakan komponen yang penting dalam manajemen pengaturan berat badan. Walaupun penghambatan konsumsi energi dalam diet merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap penurunan berat badan, aktivitas fisik yang teratur juga membantu hal ini dan untuk mencegah peningkatan kembali berat badan (Klein et al. 2004 ).

Aktivitas fisik melibatkan peningkatan energi expenditure, oleh karena itu dapat menghambat pertambahan berat badan. Dewasa ini ada penurunan aktivitas fisik pada populasi yang mengkontribusi peningkatan kegemukan (Barasi & Mottram 1987). Frekuensi berolahraga empat kali seminggu dengan waktu sekitar 10 menit per hari lebih efektif untuk menurunkan berat badan daripada berolahraga sesekali selama 30 – 40 menit (Institute of Medicine of the National Academies 2001).

Kemajuan teknologi berkontribusi pada meningkatnya prevalensi kegemukan. Tersedianya sarana pengangkutan, misalnya, membuat orang lebih

(37)

peningkatan aktivitas sedentary. Salah satu contohnya yang diungkapkan dalam WHO (2000) adalah jumlah waktu menonton televisi serta jumlah kepemilikan mobil dalam rumah tangga.

Penurunan aktivitas fisik yang terjadi pada masa kini sangat berpengaruh pada perubahan keseimbangan energi positif dan peningkatan berat badan pada masyarakat industri (Institute of Medicine of the National Academies 2001). Hal yang terjadi pada anak-anak masa kini adalah dengan adanya sedentary life. Anak-anak menghabiskan waktu yang cukup banyak bermain dengan peralatan elektronik, dari mulai komputer hingga video game, daripada bermain di luar. Anak yang berusia di bawah delapan tahun mengahabiskan rata-rata 2.5 jam untuk menonton televisi, dan anak yang berusia diatas delapan tahun menghabiskan 4.5 jam di depan televisi atau video game. Anak-anak yang menonton televisi lebih dari empat jam sehari lebih mudah menjadi gemuk daripada anak-anak yang menonton televisi dua jam sehari atau kurang (Gavin 2005). Penelitian lain di Amerika pada anak-anak menunjukkan bahwa anak dengan lama waktu menonton televisi 5 jam per hari memiliki risiko obesitas sebesar 5.3 kali lebih besar daripada anak dengan lama waktu menonton 2 jam per hari (Hidayati et al. 2006).

Selain aktivitas menonton TV, jumlah waktu tidur juga berhubungan dengan kegemukan. Anak dengan waktu tidur lebih sedikit berisiko lebih tinggi untuk mengalami kegemukan (Chaput et al. 2006). Kemungkinan tersebut disebabkan karena orang yang gemuk memiliki kualitas tidur yang buruk, hal ini berhubungan dengan gangguan dari hormon dan kelenjar neuroendokrin (Vioque et al. 2000).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa hubungan antara aktivitas fisik dan berat badan tidak begitu kuat. Penelitian yang lain menyatakan bahwa tingkatan aktivitas fisik yang kuat berhubungan dengan berat badan yang lebih rendah (Bali, Owen, Salmon, Bauman, & Gore 2001; Dipietro 1995; Grilo 1995;

Kromhout, Saris, & Horst 1988; Westerterp 1998 diacu dalam Sztainer & Haines 2004).

(38)

Selain aktivitas fisik dalam bentuk olahraga dan exercise, ada juga aktivitas fisik rumah tangga (household and other chores), yaitu aktivitas yang dilakukan sebagai bagian dari aktivitas dalam rumah. Tetapi dalam kehidupan modern saat ini, sudah diciptakan berbagai macam perlengkapan rumah tangga yang dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga lebih mudah, cepat, dan ringkas. Pada dasarnya pekerjaan rumah tangga apabila dikerjakan secara manual akan memberikan kontribusi besar pada pembakaran kalori (WHO 2000).

Perilaku dan Kebiasaan Makan

Suhardjo (1989) dalam Andriyanti (2002) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah suatu gejala budaya dan sosial yang dapat memberi gambaran perilaku dengan nilai-nilai yang dianut seseorang atau suatu kelompok dalam masyarakat. Selanjutnya Khumaidi (1994) dalam Andriyanti (2002) menyatakan bahwa kebiasaan makan adalah bagaimana tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan apa yang dirasakan serta persepsi tentang hal tersebut.

Pola makan memberi andil yang besar terhadap kegemukan atau obesitas. Pola makan yang tinggi kalori dan lemak menyebabkan keseimbangan energi positif (terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak). Pola makan yang sesuai untuk gaya hidup aktif dapat berlanjut setelah seseorang berubah menjadi gaya hidup lebih sedentary (Institute of Medicine of the National Academies 2001). Berperilaku makan sehat berarti mengonsumsi pangan secara seimbang dan mengurangi lemak (maksimum 30% dari kecukupan energi). Terlalu membatasi konsumsi karbohidrat bukan upaya yang tepat. Protein hanya menyebabkan kegemukan pada keadaan yang tidak lazim, yaitu pada konsumsi yang sangat berlebihan, serta tidak hanya memfokuskan pada konsumsi karbohidrat, lemak, dan protein saja, tetapi juga konsumsi vitamin dan mineral (Rimbawan dan Siagian 2004).

Remaja memiliki beberapa kebiasaan makan yang buruk, seperti melewati waktu makan, terutama sarapan, dengan alasan tidak ada waktu yang cukup untuk makan. Selain itu juga kebanyakan dari mereka tidak menyukai makanan bergizi seperti susu, terlalu sering makan di luar rumah dan sangat memperhatikan berat badan. Masalah rambut dan kulit, terutama jerawat, dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan (Hui 1985).

(39)

Beberapa contoh gaya hidup sehat yang akan mencegah seseorang menjadi gemuk adalah membiasakan sarapan pagi dan mengonsumsi makanan sehat. Para peneliti dari Divisi Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Massachussets melalui publikasinya pada American Journal of Epidemiology edisi Agustus 2003 mengungkapkan bahwa kebiasaan sarapan secara teratur menurunkan risiko menderita obesitas. Orang yang tidak pernah sarapan atau mengonsumsi makanan pada pagi hari berisiko menderita obesitas 4,5 kali lebih tinggi daripada orang yang sarapan secara teratur. Diketahui juga bahwa asupan energi cenderung meningkat ketika sarapan dilewatkan (Siagian 2004).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena orang yang tidak sarapan merasa lebih lapar pada siang dan malam hari daripada mereka yang sarapan. Mereka akan mengonsumsi lebih banyak makanan pada waktu siang dan malam hari. Asupan makanan yang banyak pada malam hari akan berakibat pada meningkatnya glukosa yang disimpan sebagai glikogen. Karena aktivitas fisik pada malam hari sangat rendah, glikogen kemudian disimpan dalam bentuk lemak.

Publikasi pada Journal of Nutrition terbitan Januari (2004) dalam Siagian (2004) menemukan bahwa melalui penelitiannya pada 375 pria dan 496 wanita, proporsi asupan pangan pagi hari berkorelasi negatif dengan asupan pangan total selama satu hari. Ini berarti, sarapan pagi menurunkan asupan pangan dan energi total. Hal tersebut terjadi karena melewati pagi hari tanpa sarapan mengakibatkan perubahan pada ritme, pola, dan siklus waktu makan. Orang cenderung lebih banyak makan pada siang dan malam hari apabila mereka tidak sarapan. Penjelasan kedua, yang juga berkaitan dengan penjelasan pertama, adalah makanan pada pagi hari lebih mengenyangkan daripada makanan pada siang dan malam hari. Sarapan pagi berperan mengurangi rasa lapar pada siang dan malam hari.

Frekuensi Makan Harian

(40)

frekuensi makanan yang rendah berkaitan dengan sekresi insulin yang tinggi. Insulin dapat berperan sebagai penghambat enzim lipase (enzim yang memecah lemak). Semakin banyak insulin dieksresikan, semakin besar hambatan pada aktivitas enzim lipase. Akibatnya semakin banyak lemak yang ditimbun tubuh (Siagian 2004).

Seseorang yang menderita obesitas cenderung untuk menukar waktu makan ke waktu yang berikutnya dan biasanya melangkahi sarapan (Berteus, Forslund, Lindroos, Sjostrom, & Lissner 2002; Ortega et al. 1998 diacu dalam Phelann & Wadden 2004). Seseorang yang melangkahi waktu makan utama atau memiliki pola makan yang berubah-ubah cenderung untuk mempunyai rasa lapar yang lebih besar.

Kebiasaan makan keluarga

Kebiasaan makan keluarga juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas pada seseorang. Penderita obesitas ternyata sering berasal dari keluarga yang punya kebiasaan makan dalam porsi besar, frekuensi lebih sering, selalu punya persediaan makanan kecil di dapur, dan makan di luar waktu makan (Taviano 2005).

Makan adalah aktivitas sosial yang dilakukan berulang, dan banyak kebiasaan makan didapatkan dari keluarga atau tradisi. Anak cenderung untuk mengikuti pola makan orangtuanya, oleh karena itu kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan cenderung sudah terbentuk dari awal (Bhadrinath 1990 & Root 1990 diacu dalam Institute of Medicine of the National Academies 2001). Kebiasaan Ngemil

Kebiasaan ngemil pada anak telah menjadi isu yang kontroversial pada bidang gizi. Telah diketahu bahwa peningkatan kegiatan ngemil terutama ketika mendekati waktu makan akan menurunkan selera makan. Tidak ada bantahan bahwa beberapa jenis camilan termasuk bergizi dan beberapa yang lain tidak. Pendidikan gizi yang agresif pada anak-anak dan orang tua dapat menjadi

percontohan pola ngemil yang sehat (Hui 1985).

(41)

membantu penyediaan energi yang dibutuhkan untuk menjaga mereka dari kelelahan.

Saat ini, kebiasaan ngemil yang dilakukan oleh remaja semakin meningkat. Apabila diestimasi, camilan per hari sampai dengan ¼ kebutuhan kalori remaja. Walaupun begitu, kebiasaan ngemil dikatakan baik atau buruk tergantung dari asupan makanannya. Beberapa jenis camilan menyumbangkan sejumlah zat gizi yang signifikan tanpa menurunkan selera makan utama.

Fortifikasi yang dilakukan pada beberapa camilan untuk mengatasi masalah kekurangan dari asupan makanan. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa para remaja yang terbiasa ngemil tidak tercukupi asupan kalsium dan zat besi (Hui 1985).

Konsumsi sayur dan buah

Sayur dan buah dapat mencegah kejadian obesitas karena dapat mengurangi lapar tetapi tidak menimbulkan kelebihan lemak dan sebagainya. Sayur dan buah juga mengandung serat kasar yang dapat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi(Hui 1985).

Penelitian Newby et al. (2005) juga menyatakan bahwa pola makan tinggi serat, seperti konsumsi sayuran, buah-buahan, sereal, dan kacang-kacangan berhubungan terbalik dengan IMT, overweight, dan obesitas. Dikatakan pula bahwa seorang vegan secara signifikan berisiko lebih rendah untuk mengalami overweight dan obesitas. Selain itu penelitian Drapeau et al. (2004) menyatakan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang tinggi dapat menurunkan berat badan atau mencegah kenaikan berat badan.

Konsumsi Daging dan Makanan Berlemak

Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebanyak 1.46 kali. Hal ini disebabkan karena makanan berlemak memiliki energy density yang lebih besar dan tidak mengenyangkan, selain itu makanan berlemak memiliki rasa yang lezat

sehingga akan meningkatkan selera makan dan akan terjadi konsumsi yang berlebihan (Hidayati et al. 2006).

(42)

biasanya rendah serat, sehingga lebih lembut dan hanya memerlukan sedikit waktu untuk dikunyah dan ditelan daripada jenis makanan lain (Atkinson 2005).

Penelitian lain mengemukakan bahwa konsumsi makanan yang digoreng berhubungan positif dengan kegemukan (baik itu general maupun central obesity). Hal ini terjadi hanya pada subjek dimana asupan tertinggi dari energinya berasal dari makanan gorengan. Seseorang yang mengonsumsi makanan gorengan lebih banyak berisiko 1.26 kali (pria) dan 1.25 kali (wanita) lebih tinggi untuk mengalami kegemukan (Castillon et al. 2007)

Konsumsi Fast Food

Maraknya restoran fast food mempermudah pula akses memperoleh makanan ini bagi masyarakat. Makanan yang dijual biasanya mengandung kalori tinggi dan terbentuk sebagian besar dari lemak. Faktor utama yang berkontribusi pada epidemi obesitas sekarang ini adalah meningkatnya proporsi makanan dari luar rumah (eating out) bersamaan dengan kemudahan akses mendapatkan makanan di bebagai lokasi.

Perubahan ini disebabkan oleh banyak keluarga dimana kedua orangtuanya bekerja, sehingga menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah dan tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan makanan seperti yang dahulu biasa dilakukan (Institute of Medicine of the National Academies 2001). Penelitian Young dan Nestle (2003) dalam Institute of Medicine of the National Academies (2001) menyatakan bahwa makanan yang dikonsumsi di restoran biasanya memiliki porsi yang lebih besar dan mengandung kalori lebih tinggi apabila dibandingkan dengan makanan yang ada di rumah.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa konsumsi fast food tidak memenuhi kebutuhan asupan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal bagi anak. Kalori yang berlebih yang tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik, akan menghasilkan peningkatan berat badan dan lemak tubuh. Peningkatan konsumsi fast food akan berkonstribusi pada peningkatan prevalensi overweight pada anak.

Seseorang yang mengonsumsi fast food dibandingkan dengan yang tidak akan menyebabkan peningkatan asupan kalori, lemak dan lemak jenuh, jumlah karbohidrat, gula tambahan, peningkatan pada konsumsi minuman rigan, serta berkurangnya konsumsi susu, serat, serta sayuran (Asche 2005).

(43)

Penelitian yang dilakukan oleh Cornell University (2003) menyatakan bahwa anak-anak yang minum lebih dari 12 ons soft drink meningkat berat badannya secara signifikan dibandingkan dengan anak-anak dengan konsumsi kurang dari 6 ons per hari. Hal ini disebabkan oleh anak-anak tidak mengurangi makanan utama yang dimakan dan ditambah dengan peningkatan kalori yang berasal dari minuman tersebut. Semakin banyak minuman yang dikonsumsi, maka semakin besar asupan kalori dan semakin tinggi pertambahan berat badannya.

Soft drink berkarbonasi adalah salah satu sumber terbesar asupan kalori pada makanan di Amerika Serikat. Perusahaan minuman di negara itu memproduksi minuman soda untuk memenuhi kebutuhan setiap pria, wanita, dan anak-anak sekitar 52 galon. Tidak ada yang mengklaim bahwa soft drink merupakan satu-satunya penyebab masalah obesitas, namun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan soft drink di daftar utama penyebab kegemukan (Vartanian, Schwartz, & Brownell 2007).

Lebih lanjut dinyatakan terdapat salah satu penemuan yang menerangkan bahwa terdapat hubungan antara asupan soft drink dengan peningkatan konsumsi kalori. Kasus yang terjadi dari 21 penelitian, 19 diantaranya menunjukkan bahwa seseorang yang minum lebih banyak soft drink, maka semakin tinggi pula konsumsi kalori. Beberapa penelitian menemukan bahwa selain kandungan kalori yang tinggi, konsumsi soft drink juga akan meningkatkan rasa lapar. Penemuan lain mengatakan bahwa hanya ada hubungan yang lemah antara konsumsi soft drink dengan berat badan, karena masih banyak sumber kalori lain dalam makanan. Bersamaan dengan itu, ditemukan juga hubungan yang lemah antara konsumsi soft drink dengan penurunan asupan susu, kalsium, buah dan serat.

Kebiasaan Jajan

Kebiasaan konsumsi makanan jajanan bertujuan untuk menghilangkan

rasa lapar yang biasanya muncul 3 atau 4 jam setelah makan pada waktu-waktu tertentu. Konsumsi makanan jajanan akan meningkatkan kadar gula darah sehingga semangat dan konsentrasi belajar akan pulih. Hal positif lain dari jajan adalah membentuk keanekaragaman selera makan anak, sehingga pada saat dewasa nanti anak dapat menikmati beragam macam makanan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran karakteristik masalah kegemukan pada anak usia
Tabel 1 Kategori data karakteristik contoh
Tabel 3 Kategori data kebiasaan makan contoh
Tabel 4 Kategori data aktivitas fisik contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi sindrom depresif pada anak dan remaja di sekolah favorit Kota Medan dengan menggunakan kuesioner CDI 27- item

Variabel yang diteliti meliputi karakteristik sosial ekonomi keluarga (pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan besar keluarga), karakteristik contoh (usia, jenis

Adapun tujuan khususnya (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan, pendapatan keluarga), karakteristik demografi (umur,

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil keluarga remaja putus sekolah di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung Kota Medan, untuk mengetahui pelaksanaan

Tujuan khususnya adalah (1) mengidentifikasi karakteristik ibu hamil (tingkat sosial ekonomi, umur, tingkat pendidikan, besar keluarga, pekerjaan), (2) menganalisis pola

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan karakteristik smartphone pada perubahan budaya komunikasi remaja di RT 12 Kelurahan Sempaja Selatan, karakteristik

Adapun tujuan khususnya adalah (1) Mengetahui karakteristik penjaja PJAS, (2) Mengidentifikasi penerapan peraturan yang dibentuk oleh sekolah mengenai PJAS, (3)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Pendidikan Keluarga Miskin Pada Remaja Putus Sekolah Di Desa Lalosingi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan