1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam darah. Manifestasi klinik DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Hiperglikemi yang berat dan melebihi ambang ginjal, akan menimbulkan glikosuria. Glikosuria ini mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang, dikarenakan glukosa yang ikut dieskresikan bersama urin. Banyaknya kalori yang
hilang inilah yang dapat meningkatkan rasa lapar (polifagia), keadaan ini disertai dengan keluhan pasien yang mudah lelah dan mengantuk (Schteingart, 2009).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010, DM menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular. Prevalensinya lebih dari 170 juta orang di dunia menderita DM, dan diperkirakan pada tahun 2030 akan bertambah menjadi 366 juta, yang kebanyakan terjadi pada negara dengan penghasilan rendah hingga menengah, populasi diantaranya merupakan usia bekerja. Prevalensi nasional DM, berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan, adalah 5,7%. Beberapa kota di Indonesia memiliki prevalensi DM di atas prevalensi nasional, antara lain Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara (RISKESDAS, 2007).
2
perifer (Peripheral Arterial Disease). Hiperglikemia dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskular, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Selain disebabkan oleh kadar gula yang tinggi, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik (DEPKES RI, 2005).
Komplikasi yang terjadi pada kaki pasien DM disebabkan oleh neuropati perifer maupun iskemik perifer (Grace et al, 2006). Neuropati perifer merupakan kerusakan serabut saraf sensorik yang menyebabkan gangguan rasa getar, rasa sakit, rasa kram, kesemutan, rangsang termal/suhu, dan hilangnya refleks tendo pada kaki sehingga akan menyebabkan gangguan mekanisme protektif pada kaki. Pada pasien DM, saraf sensorik merupakan sistem saraf yang pertama kali terganggu sebelum sistem saraf motorik dan otonom. Apabila keadaan neuropati perifer tidak ditangani dengan baik, mengakibatkan munculnya ulkus (borok) pada kaki yang disertai dengan infeksi (Andarwanti et al, 2011). Pada pasien DM mudah terjadi penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah yang sering terjadi pada tungkai bagian bawah (terutama kaki), baik pembuluh darah kecil, pembuluh darah besar, maupun pembuluh darah kapiler, yang menyebabkan defisiensi
oksigen dan nutrisi. Akibatnya perfusi jaringan distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosis atau gangren (Hendromartono, 2003).
3
Di antara orang-orang yang didiagnosa menderita DM, prevalensi gangren adalah 4% sampai 10%, insiden berbasis populasi tahunan adalah 1,0% menjadi 4,1%, dan kejadian seumur hidup mungkin setinggi 25%. Luka gangren yang terinfeksi menyebabkan morbiditas yang besar, dan biasanya amputasi pada ekstremitas bawah merupakan langkah terakhir yang dapat dilakukan (Singh et al, 2005).
Terapi dan tindakan untuk gangren bertujuan untuk menghilangkan jaringan yang terkena gangren dengan operasi (debridema), mencegah timbulnya infeksi namun apabila telah timbul infeksi maka dilakukan pencegahan penyebaran infeksi, untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan gangren berkembang dengan bedah vaskular, yaitu dengan operasi bypass dan angioplasti. Terapi alternatif lainnya yang dapat dilakukan untuk gangren adalah terapi hiperbarik oksigen dan bedah rekonstruksi (NHS, 2012).
Pilihan antibiotik tergantung pada tipe atau tingkat keparahan dari infeksi dan kemungkinan organisme apa yang telah mengalami resisten. Antibiotik yang dipilih harus sesuai dengan hasil tes kultur dan sensitivitas, akan tetapi data ini tidak selalu tersedia. Keterbatasan data inilah yang menyebabkan sulitnya menentukan antibiotik yang dipakai. (Medscape, 2013).
Pada penelitian “Use of antibiotics in people with diabetic foot disease: A consensus statement” golongan kuinolon merupakan terapi antibiotik utama diberikan pada pasien yang terinfeksi Pseudomonas (bakteri Gram negatif) dan banyak digunakan sebagai terapi alternatif antibiotik, apabila ditemui pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap penisilin pada jenis infeksi yang sedang dan berat (Leese et al, 2009).
4
farmakokinetik yang hampir sama, baik diberikan secara intravena maupun per oral (Citron, 2007).
Berdasarkan studi lain “Efficacy and safety of IV/PO moxifloxacin and IV piperacillin/ tazobactam followed by PO amoxicillin/clavulanic acid in the treatment of diabetic foot infections: results of the RELIEF study” golongan kuinolon baru (fluorokuinolon) terbukti lebih aman dan efektif dari amoksisilin-klavulanat untuk digunakan pada terapi infeksi gangren pada tingkat moderate hingga severe infections, terutama pada infeksi polimikrobial (Schaper et al, 2012)
Berdasarkan data di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan kuinolon pada pasien DM dengan luka gangren, sehingga diharapkan dapat mencapai efek terapeutik yang maksimal dan pasien dapat terpantau dengan lebih mendalam, serta mampu meningkatkan tingkat kesembuhan pasien. Penelitian ini dilakukan di RSUD Sidoarjo dengan pertimbangan, rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan, serta merupakan rumah sakit yang menangani pasien DM gangren dengan jumlah yang besar tiap tahunnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan antibiotik golongan kuinolon pada pasien DM gangren di RSUD Sidoarjo?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien DM gangren di RSUD Sidoarjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan kuinolon pada pasien DM dengan luka gangren di RSUD Sidoarjo.
5
pemberian dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik, data laboratorium, dan data mikrobiologi pasien DM di RSUD Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien DM dengan luka gangren sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis dengan variabel yang berbeda.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
1. Sebagai salah satu acuan dalam menjalankan asuhan kefarmasian penggunaan antibiotik golongan kuinolon pada pasien DM gangren bagi farmasi klinik
2. Sebagai masukan bagi klinisi untuk dapat meningkatkan penggunaan antibiotik golongan kuinolon secara rasional.
i
SKRIPSI
NURI LATIVA
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
KUINOLON PADA PASIEN DM GANGREN
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
KUINOLON PADA PASIEN DM GANGREN
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2014
Oleh : NURI LATIVA 201010410311043
Disetujui Oleh : Pembimbing I
Drs. Didik Hasmono, Apt., Ms. NIP 195809111986011011
Pembimbing II
iii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
KUINOLON PADA PASIEN DM GANGREN
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 2 Mei 2014
2014 Oleh : NURI LATIVA 201010410311043
Tim Penguji Penguji I
Drs. Didik Hasmono, MS., Apt. NIP 195809111986011011
Penguji II
Dra. Uswatun Chasanah, Apt., M. Kes NIDN 0703086702
Penguji III
Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS NIDN 0714095802
Penguji IV
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN DM GANGREN (Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo).
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, ridho, dan hidayah kepada umatnya, Rasulullah SAW yang menuntun kita menuju
ke jalan yang lurus dan terang benderang.
2. Bapak Drs. Didik Hasmono, MS., Apt. selaku dosen pembimbing I, dan Ibu Dra. Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt. selaku dosen pembimbing II, disela kesibukan beliau masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing, memberi pengarahan dan motivasi sampai terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS., selaku dosen penguji I dan Ibu Naylis Syifa, S.Farm, Apt., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep, M.Kep., Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
v
6. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur beserta jajarannya bidang penelitian, survey dan research yang telah memberikan rekomendasi penelitian pada penulis di RSUD Sidoarjo. 7. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sidoarjo beserta
jajarannya yang telah memberikan ijin penelitian pada penulis di RSUD Sidoarjo.
8. Direktur RSUD Sidoarjo beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Sidoarjo. 9. Staf pegawai Rekam Medik RSUD Sidoarjo yag banyak membantu
dalam proses pengambilan data skripsi.
10.Bapak Ahmad Shobrun Jamil, S.Si., M.P. selaku doses pembimbing akademik. Terima kasih banyak atas arahan dan motivasi yang bapak berikan selama ini.
11.Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat. Terutama untuk Ibu Arina Swastika Maulita, S.Farm., Apt.
dan Ibu Sendi Lia Yunita, S.Farm., Apt., selaku biro skripsi yang telah susah payah membantu jalannya ujian skripsi sehingga kami dapat melaksanakan ujian dengan baik.
12.Untuk semua anggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu untuk kebutuhan administrasi kelengkapan skripsi.
13.Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Ir. Suwignyo, MT dan Ibu Dra. Lestanti, yang tiada hentinya memberikan motivasi dalam segala hal, yang terus menerus mendoakan untuk kesuksesan anak-anaknya. Terima kasih untuk segala didikan, pengorbanan, dan kerja keras demi ingin melihat putrinya bahagia serta mendapat serta mendapat ilmu yang bermanfaat.
vi
15.Sahabat sekaligus saudara seperjuangan gangren, Rian “nemo” dan Vety
“vetong” terima kasih atas kebersamaan, bantuan, motivasi, semangat
dan kerja samanya selama mengerjakan skripsi, kita saling menguatkan, memberi motivasi hingga akhirnya skripsi ini bisa terwujud, Alhamdullilah.
16.Sahabati tersayang, Bitul, Ratih, Kurnia, Dina, terima kasih untuk dukungan yang kalian berikan selama ini, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.
17.Teman seperjuangan klinis, Rendy, Mimi, Wona, Dipe, Indri, Cahya, Fitri terima kasih sudah memberikaan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
18.Teman-teman Farmasi 2010, terima kasih atas 4 tahun yang kita lewati bersama, terima kasih atas segala pelajaran hidup dalam melewati masa kuliah.
19.Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini
tak luput dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.
Jasa dari semua pihak yang membantu dalam penelitian ini, penulis tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak mendapat
imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Malang, 8 April 2014 Penyusun
vii
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
KUINOLON PADA PASIEN DM GANGREN
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam darah. Komplikasi diabetes terjadi akibat kontrol glukosa darah yang buruk menyebabkan gangguan metabolik akut serta kerusakan makrovaskular dan mikrovaskular. Jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Arterial Disease). Komplikasi mikrovaskular, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati.
Gangren merupakan sebuah komplikasi kronis yang timbul akibat nekrosis jaringan, yang dapat berkembang apabila suplai oksigen dan nutrisi terputus akibat sumbatan di pembuluh darah ke bagian kaki, yang diperparah dengan adanya kerentanan terhadap infeksi. Gangren yang tidak mendapatkan penanganan tepat dapat mengakibatkan kematian jaringan. Gangren disebabkan oleh infeksi polimikrobial, yaitu Gram-positif seperti Staphylococci, Streptococci, Enterococci, Gram-negatif seperti Pseudomonas Aeruginosa, Proteus Vulgaris, Klabsiella, Escherichia Coli, bakteri anaerob seperti Bacteroides Fragilis, Clostridium Perfingens.
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi. Pilihan antibiotik tergantung pada tipe atau tingkat keparahan dari infeksi dan kemungkinan organisme apa yang telah mengalami resisten. Antibiotik yang dipilih harus sesuai dengan hasil tes kultur dan sensitivitas. Antibiotik golongan kuinolon merupakan terapi antibiotik utama diberikan pada pasien yang terinfeksi Pseudomonas (bakteri Gram negatif) dan banyak digunakan sebagai terapi alternatif antibiotik, apabila ditemui pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap penisilin pada jenis infeksi yang sedang dan berat. Antibiotik golongan kuinolon memiliki spektrum yang luas terhadap bakteri aerob, yang dapat diberikan secara intravena maupun per oral. Pemberian terapi dengan menggunakan antibiotik golongan kuinolon tidak dipengaruhi oleh rute pemberian, karena obat tersebut memiliki farmakokinetik yang hampir sama, baik diberikan secara intravena maupun per oral.
Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien DM gangren di RSUD Sidoarjo. Mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan kuinolon terkait jenis, dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, interval pemberian dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik, data laboratorium, dan data mikrobiologi pasien DM gangren di RSUD Sidoarjo.
viii
sampling. Kriteria inklusi meliputi pasien didiagnosis DM gangren di RSUD Sidoarjo, dengan data Rekam Medik Kesehatan (RMK) lengkap meliputi data terapi antibiotik golongan kuinolon dan obat lain yang menyertai.
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Studi Penggunaan Antibiotik
Golongan Kuinolon pada Pasien DM Gangren” di RSUD Sidoarjo periode januari
2012 sampai desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi adalah 42 pasien dengan data demografi jenis kelamin pasien 45,2% laki-laki dan 54,8% perempuan, jumlah terbanyak terdapat pada rentang usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 45,2%, sedangkan berdasarkan status pasien, secara keseluruhan didominasi oleh pasien dengan status umum yaitu sebanyak 50%. Didapatkan data klasifikasi DM gangren berdasarkan tingkat keparahan infeksi terbanyak adalah Moderate Infection (Grade III), dan sebanyak 10% pasien mengalami amputasi.
Pola terapi antibiotik yang diberikan kepada pasien DM gangren terdiri dari terapi tunggal dan terapi kombinasi. Terapi antibiotik golongan kuinolon tunggal sebanyak 15 pola penggunaan dengan jenis, dosis, frekuensi, dan rute paling banyak adalah levofloxacin (1x500mg) secara IV sebanyak 7 pola penggunaan (46,7%). Levofloxacin banyak digunakan pada mild infection, dimana bakteri yang menginfeksi masih terbatas pada bakteri aerob. Levofloksasin memiliki gugus benzoxazine yang meningkatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif. Walaupun golongan kuinolon memiliki bioavaibilatas peroral yang hampir sama dengan rute IV, namun pada penelitian ini rute yang banyak diberikan adalah IV karena onset dari IV lebih cepat daripada rute peroral. Penggunaan kombinasi dua antibiotik sebanyak 39 pola penggunaan dengan jenis, dosis, frekuensi, dan rute paling banyak adalah ciprofloxacin (2x400mg) dengan metronidazol (3x500mg) secara IV sebanyak 18 pola penggunaan (46,2%), penggunaan kombinasi tiga antibiotik sebanyak 15 pola penggunaan dengan jenis, dosis, frekuensi, dan rute paling banyak adalah Ciprofloxacin (2x400mg), Metronidazol (3x500mg) dan Ceftriaxone (2x1g), serta Levofloxacin (1x500mg), Metronidazol (3x500mg) dan Ceftriaxone (2x1g) secara IV yaitu sebanyak 20,0% dan kombinasi empat antibiotik sebanyak 1 pola penggunaan dengan jenis, dosis, frekuensi dan rute paling banyak adalah Levofloxacin (2x500mg), Metronidazol (3x500mg), Ceftriaxone (2x1g) secara IV dan Klindamisin (2x300mg) secara PO. Penggunaan antibiotik golongan kuinolon yang diberikan pada pasien DM gangren di rawat inap RSUD Sidoarjo, terkait dosis, rute, frekuensi, interval dan lama pemberian sudah sesuai dengan guideline yang ada.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Pengujian ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Bagi Peneliti ... 5
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan tentang Pankreas ... 6
2.1.1 Anatomi Pankreas ... 6
2.1.2 Fisiologi Pankreas Dalam Mengatur Metabolisme Glukosa ... 6
2.2 Tinjauan tentang Diabetes Mellitus ... 8
2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus ... 8
2.2.2 Epidemiologi Diabetes Mellitus ... 8
2.2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus... 9
2.2.4 Etiologi Diabetes Mellitus ... 9
x
2.2.6 Manifestasi Klinik Diabetes Mellitus ... 13
2.2.7 Faktor Resiko Diabetes Mellitus ... 14
2.2.8 Komplikasi Diabetes Mellitus ... 14
2.2.8.1 Komplikasi Akut ... 14
2.2.8.2 Komplikasi Kronik ... 16
2.2.9 Penatalaksanaan Terapi Diabetes Mellitus ... 18
2.3 Tinjauan tentang Gangren... 24
2.3.1 Definisi Gangren ... 24
2.3.2 Epidemiologi Gangren ... 24
2.3.3 Klasifikasi Gangren ... 26
2.3.4 Etiologi dan Patofisiologi Gangren ... 27
2.3.5 Manifestasi Klinik Gangren... 29
2.3.6 Penatalaksanaan Terapi Gangren... 29
2.4 Tinjauan Tentang Antibiotik... 31
2.4.1 Definisi ... 31
2.4.2 Klasifikasi Antibiotik ... 31
2.4.3 Pendekatan Terapi Antibiotik Secara Umum ... 33
2.4.4 Pendekatan Terapi Antibiotik pada Gangren... 33
2.5 Tinjauan Tentang Antibiotik Golongan Kuinolon ... 36
2.5.1 Definisi dan Jenis ... 37
2.5.2 Mekanisme Kerja ... 39
2.5.3 Indikasi ... 40
2.5.4 Efek Samping Obat ... 41
2.5.5 Interksi ... 41
2.5.6 Farmakokinetika ... 41
2.5.7 Studi Penggunaan Antibiotik Golongan Kuinolon pada Pasien DM Gangren ... 42
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 44
BAB IV METODE PENELITIAN ... 46
xi
4.2 Populasi Penelitian... 46
4.2.1 Populasi ... 46
4.2.2 Sampel ... 46
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 46
4.2.4 Kriteria Data Ekslusi ... 46
4.3 Bahan Peneltian ... 47
4.4 Instrument Peneltian ... 47
4.5 Tempat dan Waktu Peneltian ... 47
4.6 Definisi Operasional ... 47
4.7 Metode Pengumpulan Data... 48
4.8 Analisis Data ... 49
BAB V HASIL PENELITIAN… ... 50
5.1 Data Demografi Pasien… ... 51
5.1.1 Jenis Kelamin….. ... 51
5.1.2 Usia…. ... 51
5.1.3 Status Pasien….. ... 52
5.2 Klasifikasi DM Gangren….. ... 52
5.3 Diagnosis Penyerta Pasien DM Gangren…... 53
5.4 Kultur Kuman dan Sensitivitas Antibiotik pada Pasien DM Gangren ... 53
5.5 Tindakan pada Pasien DM Gangren ... 54
5.6 Penggunaan Antibiotik Golongan Kuinolon pada Pasien DM Gangren ... 54
5.7 Distribusi dan Pola Terapi Antidiabetes Pasien DM Gangren.. ... 59
5.8 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) ... 60
5.9 Kondisi Keluar Rumah Sakit (KRS) Pasien ... 61
5.10 Profil Pasien DM Gangren dengan Kondisi KRS Meninggal.. ... 62
BAB VI PEMBAHASAN…. ... 63
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN… ... 79
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Klasifikasi Diabetes ... 9
II.2 Farmakokinetik Preparat Insulin ... 20
II.3 Klasifikasi Kaki Diabetik ... 26
II.4 Kriteria Infeksi Menurut IDSA ... 27
II.5 Pola Antibiotik menurut Konsep PK/PD ... 32
II.6 Antibiotik untuk Terapi Gangren Berdasarkan Bakteri Penyebabnya ... 34
II.7 Tabel Pemilihan Antibiotik pada Infeksi Kaki Diabetik ... 35
II.8 Perbedaan antara Kuinolon Lama dan Baru ... 37
II.9 Farmakokinetika Sediaan Ciprofloxacin ... 39
II.10 Farmakokinetika Sediaan Levofloxacin ... 40
II.11 Interaksi Obat dengan Antibiotik ... 42
V.1 Jenis Kelamin Pasien DM Gangren ... 51
V.2 Usia Pasien ... 51
V.3 Status Pasien DM Gangren ... 52
V.4 Klasifikasi DM ... 52
V.5 Diagnosis Penyerta Pasien DM Gangren ... 53
V.6 Kultur Kuman pada Pasien DM Gangren ... 53
V.7 Kultur Kuman dan Sensitivitas Antibiotik ... 54
V.8 Pasien DM yang Mendapat Tindakan ... 54
V.9 Pola Penggunaan Antibiotik Golongan Kuinolon ... 55
V.10 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Golongan Kuinolon Tunggal ... 55
V.11 Pola Penggunaan Kombinasi Dua Antibiotik... 56
V.12 Pola Penggunaan Kombinasi Tiga Antibiotik ... 57
V.13 Pola Penggunaan Kombinasi Empat Antibiotik ... 58
V.14 Pola Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Grade Infeksi ... 59
V.15 Pola Terapi Antidiabetes Pasien DM Gangren ... 60
V.16 Lama Masuk Rumah Sakit (MRS) ... 61
V.17 Kondisi KRS ... 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Anatomi Pankreas ... 6
2.2 Bagian Endokrin Pankreas ... 7
2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe I ... 11
2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II ... 12
2.5 Struktur Proinsulin dan Insulin Manusia ... 19
2.6 Klasifikasi Wagner ... 26
2.7 Bagan Patofisiologi Gangren ... 27
2.8 Struktur Kimia Ciprofloxacin ... 38
2.9 Struktur Kimia Levofloxacin ... 39
3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 44
3.2 Skema Kerangka Operasional ... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ... 91
2. Surat Pernyataan... 92
3. Surat Rokemandasi Penelitian Bakesbangpol Prov. Jatim ... 93
4. Surat Ijin Penelitian Bakesbangpol Sidoarjo ... 96
5. Keterangan Kelaiakan Etik ... 97
6. Daftar Nilai Normal ... 98
7. Lembar Pengumpul Data ... 99
8. Tabel Data Induk ... 116
xv
DAFTAR PUSTAKA
Aamir, Azizul Hasan., Nasir, Ahmed., Jadoon, Mohammad Zahid., Mehmood, Khalid., Ali, Sobia Sabir., 2011. Diabetic Foot Infections and Their Management In A Tertiary Care Hospital. J Ayub Med Coll Abbottabad, Vol. 23 No. 1, p.58-62
Abdelghaffar, Shereen., 2013. Diabetic Ketoacidosis: Clinical Practice
Guidelines. Cairo: Pediatric Endocrinology and Diabetes, Cairo University, p. 293-310
Access Medicine, 2010. McGraw Hill Education.
http://accessmedicine.com/wagner_grading_system diakses 11 November
2013
Alkaff, Raihana N., Febrianti., Wahyuni, Sri., 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Diabetes Mellitus Daerah Perkotaan di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riset Kesehatan Dasar 2007), JMI Vol 6 No. 1, hal 8-12
Andarwanti, Lina., Khasanah, Uswatun., 2011. Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Neuropati Sensorik pada Kaki Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo, JMI Vol. 6 No. 1, hal 3-7
Antimicrobial Agents Chemotherapy. 2005. American Society for Microbiology. http://aac.asm.org/content/49/6/2429/F8.large.jpg diakses tanggal 6 Januari 2014
Beckles, GLA., Thompson-Reid, PE., 2001. Diabetes and Women’s Health Across the Life Stages: A Public Health Perspective. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Division of Diabetes Translation, p. 9-10
Bharadwaj, R., Vidya, A., Dewan, B., Pal, A., 2003. An In Vitro Study To
xvi Bronze, Michael Stuart., 2013. Medscape.
http://emedicine.medscape.com/article/237378-medication diakses 9 Januari
2014
Caudell, Brittany Stapp., 2008. Gangrene: Recognizing and treating cellular necrosis. California: Association of Surgical Technologists, p. 547-549
Chang, Huan J., Lynm, Cassio., Glass, Richard M. 2010. Sepsis. The Journal of the American Medical Association, Jama Patient Page, Vol 304, No. 16
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Anggota IKAPI, hal 538-539
Citron, DM., Goldstein, EJC., Merriam, CV., Lipsky, BA., Abramson, MA., 2007. Bacteriology of moderate-to-severe diabetic foot infections and in vitro activity of antimicrobial agents, J Clin Microbiol. Vol. 45, p. 2819–2828 Conila, Jean-Marie., Georgesa, Bernard., Lussya, Anne de., Khachmanc, Dalia.,
Seguina, Thierry., 2008. Ciprofloxacin Use In Critically Ill Patients: Pharmacokinetic and Pharmacodynamic Approaches. International Journal of Antimicrobial Agents, Vol. 32, p. 505-510
Davey, Patrick., 2006. At a Glance : Medicine. Jakarta: Erlangga, hal 266-269
Decroli, Eva., Karimi, Jazil., Manaf, Asman., Syahbuddin, Syafril., 2008. Profil
Ulkus Diabetik pada Penderita Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 58, hal. 3-7
DEPKES RI., 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
xvii
Fatmawati, Ni Nengah Dwi., Cucunawangsih., 2009. Konsep Terapi Antibiotika dalam Optimalisasi Terapi Penyakit Infeksi, Medicinus, Vol 3 No. 2, hal 26-33
Fauziyah, Siti., Radji, Maksum., A, Nurgani., 2011. Hubungan Penggunaan Antibiotika Pada Terapi Empiris Dengan Kepekaan Bakteri di ICU RSUP Fatmawati Jakarta, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol. 5 No. 3, hal. 150-158
FDA., 2011. Food and Drug Association.
http://www.fda.gov/downloads/medicaldevices/newsevents/workshopsconfe
rences/ucm387625 diakses 4 Maret 2014
Foster, Daniel W., 2000. Harrison: Prinsip-Pinsip Ilmu Penyakit Dalam, Vol 5 Ed. 13. Jakarta: Penerbit buku EGC, hal 2196-2217
Frykberg, Robert G., Zgonis, Thomas., Armstrong, David G., Driver, Vickie R., Giurini, John M., Kravitz, Steven R., Landsman, Adam S., Lavery, Lawrence A., Moore, J. Christopher., Schuberth, John M., Wukich, Dane K., Andersen, Charles., Vanore, John V., 2006. Diabetic Foot Disorders: A Clinical Practice Guideline. Phoenix: American College of Foot and Ankle
Surgeons, p. 32-34
Grace, Pierce A., Borley, Neil R., 2006. At a Glance : Ilmu Bedah, edisi ketiga. Jakarta: Erlangga, hal 150-151
Grayson, M. Lindsay., Crow, Suzanne M., McCarth, James S., Mill, John., Mouton, Johan W. Norrby, S. Ragnar., Patterson, David L., Pfaller, Michael A., 2010. Kutcers’ The Use of Antibiotics. London: Hodder Arnold, p. 1265-1401
Greenstein, Ben., Wood, Diana., At a Glance : Sistem Endokrin, edisi kedua, Jakarta: Erlangga, hal 80-87
xviii
Hermsen, Elizabeth D., Rupp, Mark E., VanSchooneveld, Trevor C., 2010. Double Anaerobic Coverage: What is the role in clinical practice?. Omaha: The Nebraska Mediacal Center, p. 1-4
IDF., 2012. International Diabetic Federation (IDF) Diabetes Atlas Update. http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/what-is-diabetes diakses 23 September 2013
Jude, E. B., Unsworth, P. F., 2004. Optimal Treatment of Infected Diabetic Fot Ulcers. Drugs Aging. Vol 21 No. 13, p. 833-850
Katzung, Bertram G., 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8 buku 2. Jakarta: Salemba Medika, hal 674-689
Katzung, Bertram G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8 buku 3. Jakarta: Salemba Medika, hal 71-88
Koda-Kimble, Mary Anne; Young, Lloyd Yee; Alldredge, Brian K.; Corelli, Robin L.; Guglielmo, B. Joseph; Kradjan, Wayne A.; Williams, Bradley R.., 2009. Applied Therapeutics: The Clinical Use Of Drugs, 9th Edition, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Koh, G. C. K. W., Peacock, S. J., Poll, T. van der., Wiersinga, W. J. 2012. The Impact of Diabetes on The Pathogenesis of Sepsis. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. Vol. 31, p. 379–388
Kumar, Vinay., Cotran, Ramzi S., Robbins, Stanley L., 2007. Robbins: Buku Ajar Patologi, Volume 2, Ed. 7. Jakarta: EGC, hal 727-730
Leese, Graham., Nathwani, Dilip., Young, Matthew., Seaton, Andrew., Kennon, Brian., Hopkinson, Helen., Stang, Duncan., Lipsky, Benjamin., Jeffcoate, William., Berendt, Tony., 2009. Use of Antibiotics in People with Diabetic Foot Disease: A Consensus Statement, The Diabetic Foot Journal, Vol 12 No. 12, p. 1-10
xix
Lipsky, B. A., 2007. Empirical therapy for diabetic foot infections: are there clinical clues to guide antibiotic selection?. CMI, Vol. 13, p. 351–353
Lipsky, Benjamin A., Armstrong, Berendt, Anthony R., Cornia, Paul B., Pile, James C., Peters, Edgar J. G., David G., Deery, H. Gunner., Embil, John M., Joseph, Warren S., Karchmer, Adolf W., Pinzur, Michael S., Senneville, Eric., 2012. Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. IDSA Guideline for Diabetic Foot Infections, No. 54, p. 132-164
Malik, Nagesh., Shinde, Vaibhav., 2013. Antibiotic Susceptibility Patterns of Pathogens Isolated from Diabetic Foot Ulcers. J Emp Bio. Vol 1 (2). p. 49-57
MedlinePlus., 2011. Health Information from the National Library of Medicine.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gangrene.html, diakses 23 September
2013
Mihardja, Laurentia., 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 59, No. 9, p. 418-424
Mohammadhosseini, Negar., Alipanahi, Zahra., Alipour, Eskandar., Emami,
Saeed., Faramarzi, Mohammad Ali., Samadi, Nasrin., Khoshnevis, Nika., Shafiee, Abbass., Foroumadi, Alireza. 2012. Synthesis And Antibacterial Activity of Novel Levofloxacin Derivatives Containing a Substituted Thienylethyl Moiety. Daru Journal of Pharmaceutical Sciences, p. 1-6 Mulla, Rohinton., Villalon, Celia Conde., 2007. Antibiotic Prescribing
Guidelines for Adult Patients. UK: NHS Foundation Trust
Mycek, Mary J., harvey, Richard A., Champe, Pamela C., 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar, Ed. 2. Jakarta: Widya Medika, hal 327-328
News Medical., 2013. Creative Commons Attribution-ShareAlike License. http://www.news-medical.net/health/What-Does-ThePancreas-Do.aspx
xx NHS., 2012. NHS Choices.
http://www.nhs.uk/Conditions/Gangrene/Pages/new_Treatment.aspx
diakses tanggal 13 Desember 2013
Pearce, Evelyn., 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia, Anggota IKAPI, hal 251-253
PERKENI., 2009. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta: Tim Konsensus Insulin
PERKENI., 2011. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Jakarta: Tim Konsensus Insulin
PERMENKES., 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Putri, Corry S., Radji, Maksum., Fauziyah, Siti, 2012. Kerasionalan Penggunaan Antibiotika pada Pasien Gangren Kaki Diabetes di RSAL dr. Mintohardjo pada Tahun 2012. Jakarta : Skripsi Program Sarjana Universitas Indonesia
RISKESDAS., 2007. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
RISKESDAS., 2013. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Schaper, N. C., Dryden, M., Kujath, P., Nathwani, D., Arvis, P., Reimnitz, P., Alder, J., Gyssens, I. C., 2013. Efficacy and Safety of IV/PO Moxifloxacin and IV Piperacillin/Tazobactam followed by PO Amoxicillin/Clavulanic Acid in The Treatment of Diabetic Foot Infection : Results of The Relief Study, Infection, Vol 41, p. 175-186
xxi
Schmits, Gery., Lepper, Hans., Heidrich, Michael., 2009. Farmakologi dan Toksikologi, Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EKG, p. 537-546 Setiabudy, Rianto., 2009. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, hal 718-722
Singh, Nalini., Armstrong, David G., Lipsky, Benjamin., 2005. Preventing Foot Ulcer in Patients with Diabetes, Jama, Vol 293, p, 217-228
Siswandono., Soekardjo, Bambang., 2008. Kimia Medisinal, Ed. 2. Surabaya: Airlangga University press, hal 56-57
Stringer, Janet L., 2009. Konsep Dasar Farmakologi: Panduan untuk Mahasiswa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, p. 270-272
Suherman, Suharti K., 2009. Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hal 481-495
Syaifuddin., 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika, hal 299-300
Thondepu, Naresh., Kumar, P. Ranjith., Suneetha, P., Dhanapal, C. K., Manavalan, R., 2010. Linezolid Versus Ciprofloxacin - Metronidazole In The Treatment of Diabetic Foot Infections. Pharmacie Globale (IJCP), Vol. 01, Issue 04, p. 1-6
Tjokroprawiro, Askandar., Hendromartono., Sutjahjo, Ari., Pranoto, Agug., Murtiwi, Sri., Adi S, Soebagijo., Sony, Wibisono. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Tjay, Tan Hoan., Rahardja, Kirana., 2007. Obat-Obat Penting, edisi keenam.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, hal 738-746
Veves, Aristidis., Giurini, John M., LoGerfo, Frank W. 2006. The Diabetic Foot, Second Ed. New Jersey: Huwana Press, p. 363-389
xxii
Wispelwey, Brian., 2005. Clinical Implications of Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Fluoroquinolones. CID, Vol. 41, No. 2, p. 127-135
Wu, Stephanie C., Driver, Vickie R., Wrobel, James S., Armstrong, David G., 2007. Foot Ulcers In The Diabetic Patient, Prevention And Treatment. Vascular Health and Risk Management, Vol. 3, p. 65–76
Yuwono, Hendro S., 2010. Ilmu Bedah Vaskular: Sains dan Pengalaman Praktis. Bandung: PT Refika Aditama, hal 176