PENGARUH JENIS PENSTABIL DAN LAMA PEMASAKAN
TERHADAP MUTU JELLI MELON
AGUSTINUS BARUS
060305022
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH JENIS PENSTABIL DAN LAMA PEMASAKAN
TERHADAP MUTU JELLI MELON
SKRIPSI
Oleh :
AGUSTINUS BARUS
060305022
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH JENIS PENSTABIL DAN LAMA PEMASAKAN
TERHADAP MUTU JELLI MELON
SKRIPSI
Oleh :
AGUSTINUS BARUS
060305022/ TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Pengaruh Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan terhadap Mutu Jelli Melon
Nama : Agustinus Barus NIM : 060305022
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :
Ir. Sentosa Ginting, MP Ir. Lasma Nora Limbong
Ketua Anggota
Mengetahui
(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) Ketua Departemen
ABSTRAK
AGUSTINUS BARUS : Pengaruh Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan terhadap
Mutu Jelli Melon, dibimbing oleh Ir. Sentosa Ginting, MP dan Ir. Lasma Nora Limbong.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis penstabil dan lama pemasakan terhadap mutu jelli melon.Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu jenis penstabil (P) : gum arab, karagenan, pektin dan agar-agar dan lama pemasakan (L) : 20, 30, 40, 50 menit. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total soluble solid (TSS) dan nilai organoleptik warna, aroma dan rasa dan kekenyalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis penstabil memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Lama pemasakan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap TSS, uji organoleptik warna, aroma dan rasa. Jenis penstabil pektin dan lama pemasakan selama 30 menit memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu jelli melon.
Kata kunci : Jelli Melon, Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan.
ABSTRACT
AGUSTINUS BARUS : The Effect of Different Kinds of Stabilizer and Cooking
Time on the Quality of Melon Jelly, supervisedby Ir. Sentosa Ginting, MP and Ir. Lasma Nora Limbong.
This research was conducted to find the effect of different kinds of stabilizer and cooking time on the quality of melon jelly. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors, kinds of stabilizer (P) : gum arabic, carrageenan, pectin and agar-agar, and cooking time (L) : 20, 30, 40, 50 minutes. Parameter analyzed were moisture content, ash content, vitamin C content, total acid , total soluble solid (TSS) and organoleptic values (colour, flavor and taste, and texture).
The result showed that the kind of stabilizer caused highly significant effect on all parameters. Cooking time caused highly significant effect on all parameters. The interaction of the two factors had highly significant effect on total soluble solid (TSS), organoleptic values of colour, flavor and taste. The pectin stabilizer and cooking time 30 minutes produced the best quality of melon jelly.
RIWAYAT HIDUP
Agustinus barus, lahir di Deli tua pada tanggal 5Agustus 1988.
Anakpertama dari empat bersaudara dari ayahanda R. Barusdan ibunda M. br. Ginting, beragama Kristen Katolik.
Pada tahun 2003 penulis memasuki jenjang pendidikan SMA di
SMA Negeri 13 Medan dan lulus pada tahun 2006. Penulis memasuki Departemen Teknologi Pertanian dengan Program Studi Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB
pada tahun 2006.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus IMTHP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah ”Pengaruh Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan terhadap
Mutu Jelli Melon”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Sentosa Ginting, MP, selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Lasma Nora Limbong selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan bimbingan yang diberikan selama penyusunan
skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang tersayang Ayahanda R. Barus, Ibunda M. Br Ginting, kepada adik-adik saya Dodi P. Barus, Bobi Barus, dan Jesy br Barus yang mendo’akan dengan tulus dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang
terkhusus untuk rekan-rekan THP angkatan 2006 seperjuangan, asisten Laboratorium Teknologi Pangan dan Mikrobiologi serta semua pihak yang telah
ikut menyukseskan pelaksanaan penelitian penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Oktober 2010
Penentuan uji organoleptik warna ... 22 Penentuan uji organoleptik kekenyalan ... 22 Skema Penelitian ... 23 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Penstabil terhadap Parameter yang Diamati ... 24 Pengaruh Lama Pemasakan Terhadap Parameter yang Diamati ... 25 Kadar Air (%) Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)
Pengaruh jenis penstabil dengan kadar vitamin C jelli melon Uji Organoleptik Aroma dan Rasa
Pengaruh jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma dan rasa ... 43 Pengaruh Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Aroma dan
Rasa Jelli Melon ... 45 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan
dengan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa Jelli Melon ... 46 Uji Organoleptik Warna
Pengaruh jenis penstabil dengan uji organoleptik warna ... 47 Pengaruh Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Warna
Jelli Melon ... 49 Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan
dengan Uji Organoleptik Warna Jelli Melon ... 50 Uji Organoleptik Kekenyalan
Pengaruh Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Kekenyalan
Jelli Melon ... 53
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Kekenyalan Jelli Melon ... 55
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 56
Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Komposisi Kimia Buah Melon per 100 g bahan... 5
2. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa ... 22
3. Skala uji hedonik terhadap warna ... 22
4. Skala uji hedonik terhadap kekenyalan ... 22
5. Pengaruh jenis penstabil terhadap parameter yang diamati ... 24
6. Pengaruh lama pemasakan terhadap parameter yang diamati ... 25
7. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan kadar air jelli melon (%) ... 27
8. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan kadar air jelli melon (%)... 28
9. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan kadar abu jelli melon (%) ... 30
10. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan kadar abu jelli melon (%) ... 31
11. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan kadar vitamin C jelli melon (mg/100 g bahan) ... 32
12. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan kadar vitamin C jelli melon (mg/100 g bahan) ... 34
13. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan total asam jelli melon (%) ... 36
14. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan total asam jelli melon (%) ... 37
15. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan TSS jelli melon (0Brix) ... 39
17. Uji LSR efek utama interaksi antara jenis penstabil dan lama
pemasakan dengan TSS jelli melon (0Brix) ... 42
18. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma
dan rasa jelli melon ... 43
19. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma
dan rasa jelli melon ... 45
20. Uji LSR efek utama interaksi antara jenis penstabil dan lama
pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon ... 46
21. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan uji organoleptik
warna jelli melon ... 48 22. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan uji organoleptik
warna jelli melon ... 49 23. Uji LSR efek utama interaksi antara jenis penstabil dan lama
pemasakan dengan uji organoleptik warna jelli melon ... 51 24. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan uji organoleptik
kekenyalan jelli melon ... 52 25. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan uji organoleptik
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Skema pembuatan jelli melon... 23
2. Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar air jelli melon... 27
3. Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar air jelli melon... 29
4. Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar abu jelli melon... 30
5. Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar abu jelli melon... 32
6. Hubungan antara jenis penstabil dengan KVC jelli melon... 33
7. Hubungan antara lama pemasakan dengan KVC jelli melon... 35
8. Hubungan antara jenis penstabil dengan total asam jelli melon... 36
9. Hubungan antara lama pemasakan dengan toal asam jelli melon... 38
10. Hubungan antara jenis penstabil dengan TSS jelli melon... 39
11. Hubungan antara lama pemasakan dengan TSS jelli melon... 40
12. Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan TSS jelli melon... 42
13. Hubungan antara jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon... 44
14. Hubungan antara lama pemasakan dengan ujinorganoleptik aroma dan rasa jelli melon... 45
15. Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon... 47
16. Hubungan antara jenis penstabil dengan uji organoleptik warna jelli melon... 48
18. Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan uji organoleptik warna jelli melon... 52
19. Hubungan antara jenis penstabil dengan uji organoleptik kekenyalan jelli melon... 53
ABSTRAK
AGUSTINUS BARUS : Pengaruh Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan terhadap
Mutu Jelli Melon, dibimbing oleh Ir. Sentosa Ginting, MP dan Ir. Lasma Nora Limbong.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis penstabil dan lama pemasakan terhadap mutu jelli melon.Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu jenis penstabil (P) : gum arab, karagenan, pektin dan agar-agar dan lama pemasakan (L) : 20, 30, 40, 50 menit. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total soluble solid (TSS) dan nilai organoleptik warna, aroma dan rasa dan kekenyalan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis penstabil memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Lama pemasakan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap semua parameter. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap TSS, uji organoleptik warna, aroma dan rasa. Jenis penstabil pektin dan lama pemasakan selama 30 menit memberikan pengaruh yang terbaik untuk mutu jelli melon.
Kata kunci : Jelli Melon, Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan.
ABSTRACT
AGUSTINUS BARUS : The Effect of Different Kinds of Stabilizer and Cooking
Time on the Quality of Melon Jelly, supervisedby Ir. Sentosa Ginting, MP and Ir. Lasma Nora Limbong.
This research was conducted to find the effect of different kinds of stabilizer and cooking time on the quality of melon jelly. The research had been performed using factorial completely randomized design with two factors, kinds of stabilizer (P) : gum arabic, carrageenan, pectin and agar-agar, and cooking time (L) : 20, 30, 40, 50 minutes. Parameter analyzed were moisture content, ash content, vitamin C content, total acid , total soluble solid (TSS) and organoleptic values (colour, flavor and taste, and texture).
The result showed that the kind of stabilizer caused highly significant effect on all parameters. Cooking time caused highly significant effect on all parameters. The interaction of the two factors had highly significant effect on total soluble solid (TSS), organoleptic values of colour, flavor and taste. The pectin stabilizer and cooking time 30 minutes produced the best quality of melon jelly.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu sifat bahan-bahan mentah yang paling tidak disukai adalah sifatnya yang mudah busuk. Hal ini disebabkan dari komponen-komponen penyusunnya, terutama pada kadar air yang relatif tinggi. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan pengolahan khususnya untuk komoditi buah-buahan yang mudah rusak dan jika pada panen raya tidak laku dipasarkan. Untuk itu perlu
dicari terobosan baru dalam mendapatkan penganekaragaman produk olahan dengan masa simpan yang lebih lama dan lebih baik seperti pembuatan jelli.
Buah melon memiliki keunggulan dimana buah ini tidak rentan mengalami
proses pencoklatan karena tidak mengandung enzim polifenol oksidase serta tekstur yang renyah sehingga banyak disukai kosumen.Kelemahan yang ditemui
pada melon adalah singkatnya masa simpan yang dimiliki. Kesegaran buah melon yang dapat dipertahankan hanya bertahan kurang lebih 2 hari pada suhu kamar setelah dipotong. Perubahan yang terjadi antara lain perubahan kadar air yang
menyebabkan melon akan terlihat keriput, penampilannya menjadi kurang menarik, perubahan kandungan gula dan juga perubahan kadar vitamin C,
sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk mengatasi masalah tersebut.
Melon yang memiliki masa simpan yang singkat, sangat merugikan petani pada saat panen melon melimpah.Untuk memperpanjang masa simpan melon,
Pada umumnya jelli dibuat dari buah-buahan yang manis dan segar
sehingga dapat menyejukkan tenggorokan apabila dimakan pada hari yang panas. Ciri-ciri buah yang akan digunakan pada pembuatan jelli adalah mudah didapat,
murah dan berkualitas baik. Selain itu kandungan pektinnya juga harus tinggi seperti jambu biji, wortel, pepaya, apel, nenas, dan melon.
Bahan-bahan yang termasuk kedalam bahan pengental diantaranya adalah
gum, pati, dekstrin, turunan-turunan dari protein dan bahan-bahan lainnya yang dapat menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampur
dengan air untuk membentuk kekentalan tertentu atau gel. Beberapa makanan misalnya jelli adalah makanan yang mengandung bahan pengental misalnya gum arab, CMC (carboxymethyl cellulose), karagenan, pektin, amilosa dan gelatin.
Bahan-bahan pengental tersebut biasanya ditambahkan kedalam jelli melon untuk memperoleh mutu melon yang baik. Bahan-bahan pengental tersebut
mudah didapat dengan harga yang relatif murah.
Pemasakan pada pembuatan jelli juga sangat mempengaruhi dari mutu jelli yang akan didapat. Pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan jelli
memiliki warna kecokelatan (terjadi browning) dan teksturnya menjadi sangat kental. Sedangkan jika pemasakan yang dilakukan terlalu cepat maka jelli yang
akan dihasilkan menjadi encer dan tidak dapat membentuk gel. Suhu yang digunakan juga harus konstan dan tidak terlalu tinggi agar dapat terbentuk jelli yang bagus.
Dengan alasan tersebut, saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan Terhadap Mutu Jelli
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh jenis penstabil dan lama pemasakan terhadap mutu jelli melon.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber informasi tentang pengaruh jenis penstabil dan lama pemasakan terhadap mutu jelli melon dan sebagai sumber data dalam penyusunan
skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hipotesis Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Melon
Tanaman melon (Cucumis melo L.) termasuk famili Cucurbitaceae. Tanaman melon berasal dari Turki dan India. Melon termasuk tanaman semusim yang bersifat merambat. Melon memiliki akar tunggang dan akar cabang yang
menyebar pada kedalaman lapisan tanah antara 30 hingga 50 cm. Batang tanaman biasanya mencapai ketinggian (panjang) antara 1,5 sampai 3 meter, berbentuk segi
lima, lunak, berbuku-buku sebagai tempat melekatnya tangkai daun. Helai daun berbentuk bundar bersudut lima dan berlekuk, diameternya antara 9 sampai 15 cm dan letak antara satu daun dengan daunnya saling berselang (Tjahjadi, 1995).
Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai
lonjong atau selindris. Warna kulit buah antara, putih krem, hijau krem, hijau kekuning-kuningan, hijau muda, kuning, kuning muda, hingga kombinasi dari warna lainnya. Bahkan ada yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit
antara berjala (berjaring), semi berjala hingga tipis dan halus (Rukmana, 1994). Kandungan vitamin C pada melon akan mencegah terjadinya sariawan dan
Adapun kandungan gizi buah melon/ 100 g bahan yang dapat dimakan
dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Komposisi kimia buah melon per 100 g bahan
Komposisi Jumlah
Energi (kal) 21,00
Protein (g) 0,60
Lemak (g) 0,10
Karbohidrat (g) 5,10
Kalsium (mg) 15,00
Sumber : Wirakusumah, (2000).
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan vitamin C-nya, makin tua buah
makin berkurang kandungannya (Winarno, 1997). Gelatin
Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan.Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan
dibuang di rumah pemotongan hewan.Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam
penganekaragaman produk (Indohalal, 2010).
Penggunaan gelatin sangatlah luas dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat,
tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat, kemudian sifat
penting lainnya yaitu daya cernanya yang tinggi (Rahmi Fauzi, 2010)
Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena
nilai gizinya yang tinggi yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak. Gelatin kering mengandung kira-kira 84-86 % protein, 8-12 % air dan 2-4 % mineral.Dari 10 asam amino essensial yang
dibutuhkan tubuh, gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan (Indohalal,
2010). Gum Arab
Gum arab dihasilkan dari getah bermacam-macam pohon Acasia sp. di
Sudan dan Senegal. Gum arab padadasarnya merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat dan L-ramnosa.Berat
molekulnya antara 250.000-1.000.000. Gum arab jauh lebih mudah larut dalam air dibanding hidrokoloidlainnya. Pada olahan pangan yang banyak mengandung gula, gum arab digunakan untuk mendorong pembentukanemulsi lemak yang
mantap dan mencegah kristalisasi gula. Gum dimurnikan melalui prosespengendapan dengan menggunakan etanol dan diikuti proses elektrodialisis.
Gum arab stabil dalam larutan asam. pH alami gum dari Acasia Senegal ini berkisar 3,9-4,9 yangberasal dari residu asam glukoronik. Emulsifikasi dari gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya(protein).Gum arab dapat
meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas padaproses yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya
terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasidan
viskositas (Setyawan, 2010).
Gum arab dapat dipergunakan untuk dapat memperbaiki kekentalan atau
viskositas, tekstur dalam bentuk makanan. Selain itu gum arab dapat mempertahankan flavor dari bahan yang dikeringkan dengan pengeringan semprot. Dalam hal ini gum arab membentuk lapisan yang dapat melapisi partikel
flavor, sehingga melindungi dari oksidasi, evaporasi dan absorbsi air dari udara. Dalam industri pangan gum arab digunakan sebagai pengikat aroma, penstabil,
pengemulsi dalam pembuatan es krim (Tranggano, 1991).
Fungsi gum arab di dalam produk bahan pangan adalah sebagai perekat, alat pengikat, alat penjernih, alat penguat, alat pelapis, alat pembusa, alat penyatu
atau penggabung dan sebagainya. Namun fungsi yang umum dari gum arab adalah pengental dan penstabil (Blansard, 1979).
Karagenan
Karagenan larut dalam air dan membutuhkan panas supaya mencapai kondisi kelarutan yang sempurna.Suhu yang dibutuhkan agar karagenan larut
adalah 50-80 0C (tergantung pada kation pembentuk gel nya). Kehadiran kation logam seperti potassium, kalsium, kalium dan amonium akan menyebabkan
karagenan membentuk gel yang kaku dan termoreversible, baik pada suhu panas atau dingin (Dwiyati Pujimulyani, 2009).
Karagenan sama seperti agar-agar, karena diolah dari rumput laut, tentu
halal dan aman bila digunakan dalam produk makanan. Fungsi utama karagenan sebagai bahan penstabil.Artinya produk makanan tersebut menjadi stabil sistem
dendeng dibuat dari tetelan daging. Tidak seperti: agar-agar yang sifat gelling nya
kuat. Karagenan sifat gelling agak lemah dari agar-agar (Wikipedia, 2008).
Pektin
Pektin adalah campuran polisakarida yang kompleks terdapat pada berbagai buah-buahan dan sayuran asal akar. Buah apel dan kulit jeruk kaya akan pektin. Pentingnya senyawa ini adalah sebagai agensia pembentuk gel
khususnya pada pembuatan selai buah-buahan. Penambahan asam misalnya sari buah lemon dapat meningkatkan kemampuan terbentuknya gel oleh pektin
(Gaman dan Sherrington, 1992).
Pektin adalah senyawa yang dengan gula dapat membentuk gel.Kira-kira 75% gugus karboksilnya terestifikasi dengan methanol. Pektin tersebut akan dapat
membentuk gel dengan baik pada 65% larutan gula serta asam pada pH 3,1. Dengan hidrolisa, metal ester putus dan menghasilkan methanol dan asam pektat
yang dapat membentuk gel dengan ion kalsium dengan kadar gula sangat rendah (Winarno, 1980).
Pembentukan gel dari pektin dengan derajat metilasi tinggi dipengaruhi
juga oleh konsentrasi pektin, persentase gula, dan pH. Makin besar konsentrasi pektin, makin keras gel yang terbentuk. Konsentrasi 1% telah menghasilkan
kekerasan yang cukup baik.Gula yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar terbentuknya Kristal-kristal dipermukaan gel dapat dicegah (Winarno, 1992).
Untuk memperoleh gel yang baik maka diperlukan pemanasan yang tepat.
Mekanisme pembentukan gel adalah pektin merupakan koloid yang bermuatan negatif, bila dipanaskan senyawa ini akan berubah menjadi senyawa pektin yang
kimia senyawa pektin yang disebabkan proses pemasakan sehingga pektin larut
dab berikatan dengan air. Penambahan asam akan menetralkan muatan pektin sehingga pektin akan menggumpal dan membentuk suatu serabut halus dan
bersifat kenyal (Nugraha,1977). Agar-agar
Agar-agar sebenarnya adalah
yang mengisi merupakan suat
dibentuk sebagai dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk
kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam
menghambat pergerakan molekul obyek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil
sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam
(Wikipedia, 2010).
Histeresis adalah gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan sejumlah bahan
gel lainnya, yang berhubungan dengan suhu transisi fase padat-cair.Agar-agar mulai mencair pada suhu 85 °C dan mulai memadat pada suhu 32-40 °C. Jadi tidak seperti air yang memadat dan mencair pada titik suhu yang sama.Apabila
dilarutkan dalam air panas dan didinginkan, agar-agar bersifat seperti padatan lunak dengan banyak pori-pori di dalamnya sehingga bertekstur 'kenyal'.
agar-agar: pengental sup, puding (jelly), campuran es krim, anmitsu (di Jepang).
Agar-agar dikenal luas di daerah Asia Tropika sebagai makanan sehat karena mengandung
serat lunak yang tinggi membantu melancarkan pembuangan sisa-sisa makanan di
Gula
Total gula pada buah-buahan selalu meningkat karena terjadinya degradasi dari karbohidrat dan menurun pada hari tertentu karena gula digunakan untuk
proses respirasi akan diubah menjadi senyawa lainnya. Total gula tersebut selanjutnya digunakan untuk melakukan aktivitas seluruh sisa hidup dari buah tersebut (Winarno, et al, 1980).
Pola penimbunan gula pada sebangsa semangka sangat penting untuk menegakkan peraturan pemasaran. Gula total pada PMR 45 dan honneydew boleh
dikatakan tetap (4 sampai 6%) sampai 4 minggu setelah mekarnya bunga kemudian meningkat cepat sampai 1% setelah 1 minggu. Bertambahnya jumlah gula dengan cepat terutama disebabkan adanya peningkatan sintesis sukrosa.
Jumlah glukosa dan frukstosa berkurang dengan bertambahnya sukrosa (Pantastico, 1997).
Penambahan gula pada produk bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi, gula bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa juga memberikan kekentalan. Daya larut yang tinggi dari gula,
memiliki kemampuan mengurangi kelembaban relatif (ERH) dan daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam pengawetan pangan
Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena
hampir setiap produk mempergunakan gula.Fungsi gula sebagai bahan penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan untuk memperbaiki susunan
dalam jaringan (Subagjo, 2007). Jelli
Pengolahan berbagai komoditas tanaman buah-buahan menjadi berbagai
produk olahan, merupakan salah satu cara yang umum dilakukan untuk mengantisipasi limpahan produksi yang tidak laku terjual atau afkiran yang masih
baik, yang seringkali terjadi pada saat musim panen raya. Pengolahan produk pertanian salah satunya juga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah maupun nilai jual.Salah satu bentuk olahan yang saat ini dapat dikembangkan adalah
pembuatan minuman jelli (Sinartani, 2010).
Mungkin telah banyak orang mengenal jelli, sebagai teman makan roti
atau dimakan langsung begitu saja. Jelli merupakan produk makanan bersifat semi padat yang terbuat dari sari buah-buahan yang dimasak dalam gula. Perbandingan berat sari buah dan berat gula adalah 45:55. Adapun gula dalam pembuatan jelli
ini, selain berfungsi sebagai bahan pengawet alami dalam jelli, juga berperan sebagai pengendap pektin yang diperlukan dalam pembuatan jelli
(Astawan dan Astawan, 1991).
Jelli buah merupakan satu diantara produk makanan yang dibuat dengan cara menggodok buah-buahan dengan atau tanpa air, lalu sarinya disaring,
ditambahkan gula dan kemudian dimasak sehingga terjadi gelatinisasi seperti agar dan secara umum jelli mengandung beberapa substansi yang essensial seperti
Buah yang akan diolah menjadi jelli adalah yang matang dan tidak busuk.
Dengan blender daging buah dihancurkan menjadi bentuk bubur.Penambahan gula pada bubur buah dilakukan sebelum pemanasan dimulai. Bila penambahan
gula dilakukan sesudah pemanasan maka kemungkinan yang terbentuk bukan jelli tetapi kristal gula. Bila digunakan pektin tambahan, setelah ditimbang pektin dicampur kedalam gula.Gula yang sudah tercampur dengan pektin kemudian
ditambahkan kedalam sari buah.Buah bubur kemudian dimasak selama 30 menit. Lama pemasakan tergantung banyak sedikitnya buah yang diolah. Tujuan
pemasakan adalah untuk mengekstraksi pektin yang ada pada buah sebanyak-banyaknya. Apabila buah yang akan diolah kurang asam maka dapat ditambahkan asam sitrat pada saat pemasakan. Pemasakan dilakukan dengan api sedang sampai
titik kekentalan jelli dicapai (Satuhu, 1994).
Untuk menentukan titik akhir pembuatan jelli dapat dilakukan dengan dua
cara. Cara pertama dilakukan dengan mencelupkan sebuah sendok kedalam sari buah, kemudian diangkat.Bila masakan sari buah meleleh tidak lama, dan terpisah menjadi dua bagian, hentikan pemasakan, artinya jelli telah terbentuk. Cara
penentuan yang kedua adalah dengan”fork test”, yaitu sebuah garpu dicelupkan kedalam masakan sari buah kemudian diangkat. Bila garpu diselimuti dengan
masakan sari buah yang kemudian jatuh meninggalkan suspense pada sisi garpu maka jelli telah terbentuk (Gladys, et al, 1978)
Minuman jelli dibuat dengan cara mengekstrak buah dan menambahkan
dikatakan sebagai minuman fungsional, yaitu minuman yang berkhasiat menjaga
kesehatan (Sinartani, 2010).
Jelli sayuran dan buah-buahan adalah minuman yang dibuat dari
bahan-bahan alami seperti mentimun atau durian yang diberi tambahan-bahan tepung jelli sebagai pengental, gula tebu sebagai pemanis, garam dan asam sitrat.Sesuai dengan tuntutan pasar saat ini, maka produk jelli yang dihasilkan tanpa
menggunakan bahan pengawet dan pewarna buatan menarik untuk disuguhkan Jelli sayuran dan buah-buahan mengandung nutrisi yang berguna bagi
kesehatan.Jelli ini dapat dikatakan sebagai minuman fungsional, yaitu minuman yang berkhasiat menjaga kesehatan dan mencegah penyakit tertentu, membersihkan pencernaan, dan meremajakan kulit dan lainnya (Litbang, 2008).
Jelli mengandung vitamin C yang mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas dan alkali.Karena itu agar vitamin C tidak banyak hilang
Hasil analisis permen jelli berdasarkan SNI 01-3547-1994, didapatkan
data sebagai berikut:
Komposisi Keterangan
Bentuk normal
Rasa normal
Bau normal
Kadar Air 9,15 % b/b dengan standar Maks 20%
Kadar Gula reduksi 1,33 % b/b dengan standar Maks. 20% Kadar Gula total 28,57 % b/b dengan standar Min. 30 %
Kadar Abu 2,94 % b/b dengan standar Maks 3,0%
Bahan Tambahan Pangan, tidak ditambahkan Pemanis dan pewarna buatan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustussampai September2010 di Laboratorium Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini melon, gula, garam, esense, asam malat, asam sitrat,gelatin, pektin, gum arab, karagenan, dan agar-agar.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades,NaOH 0,02 N, I2 0,01 N, pati 1%, dan indikator phenolptalein 1%.
Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, gelas beker,hot plate, gelas ukur, erlenmeyer, blender, kertas saring, buret, oven, corong dan pipet tetes,handrefraktometer,pipet skala, desikator,
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
faktor I : Jenis penstabil (P) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: P1 = Gum Arab
P2 = Karagenan
P3 = Pektin P4 = Agar-agar
faktor II: Lama pemasakan (L) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: L1 = 20 menit
L2 = 30 menit
L3 = 40 menit L4 = 50 menit
Banyaknya kombinasi perlakuan atau Treatment Combination(Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n) minimum adalah sebagai berikut:
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15 16 n ≥ 30
n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor Ppada taraf ke-i
βj : Efek faktor Lpada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor P pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j
Εijk : Efek galat dari faktor P pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j dalam
ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range (LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Buah melon yang matang morfologi disortasi dan ditimbang. Lalu dibersihkan dengan air bersih, kemudian dikupas kulitnya. Daging buah
dipisahkan dengan biji lalu dipotong dengan ukuran kecil-kecil. Setelah itu buah dihancurkan dengan blender sampai berbentuk seperti bubur. Bubur buah yang
tetes dan esense 10 tetes. Setelah gula larut dengan sari buahditambahkan
penstabil sesuai perlakuan dan gelatin dengan perbandingan penstabil dan gelatin 1%:3%.Dilakukan pengadukan selama pemanasan sesuai dengan lama
pemasakan. Dicetak dan kemudian didinginkan dalam lemari pendingin. Dilakukan pengamatan dan pengukuran data.
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap parameter sebagai berikut:
1. Kadar Air
2. Kadar Abu 3. Kadar vitamin C
4. Total Asam
5. Total Soluble Solid (TSS)
6. Uji organoleptik aroma dan rasa
Parameter Penelitian
Kadar air (%) (Metode Oven) (AOAC, 1984)
Analisa kadar air ditentukan dengan menggunakan oven. Bahan ditimbang
sebanyak 5 gr dalam cawan alumunium yang telah diketahui beratnya. Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC selama 4 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Selanjutnya dipanaskan kembali
dalam oven selama 30 menit lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.Perlakuan ini dilakukan sampai di dapat berat yang konstan.
Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang diuapkan dari bahan dengan perhitungan :
Kadar abu (Sudarmadji, dkk., 1989)
Penentuan kadar abu dilakukan dengan menggunakan muffle. Bahan ditimbang sebanyak 5 gr kemudian dikeringkan dalam oven terlebih dahulu
selama 5 jam dengan suhu 105oC lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Kemudian bahan yang sudah kering dimasukkan ke dalam muffle dengan
suhu 300oC selama 1 jam dan dinaikkan suhu menjadi 500oC selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang berat nya. Kadar abu dihitung dengan rumus :
Kadar abu =
Penentuan Kadar Vitamin C (Jacobs, 1958)
merata dan disaring dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml lalu
ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1 % dan dititrasi segera dengan larutan Iodium 0,01 N.Titrasi dianggap selesai bila timbul warna biru stabil.
ml iodine 0,01 N x 0,88 x FP x 100 Kadar vitamin C (mg/ 100 g bahan) =
Berat contoh (g) FP = Faktor Pengencer (10)
Penentuan Total Asam (Ranganna, 1978)
Ditimbang contoh sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass
dan ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml. Diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas saring. Diambil filtratnya sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan phenolpthalen 1% sebanyak 2-3 tetes
kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan setelah timbul warna merah jambu yang stabil. Dihitung total asam dengan rumus :
Total Asam = 100%
FP = Faktor Pengencer
Asam dominan = Asam Sitrat (C6H8O7), BM = 192 g/mol, Valensi = 3
Penentuan Total Soluble Solid (TSS) (AOAC, 1978)
Jelli yang dihasilkan diencerkan terlebih dahulu. Kemudian diteteskan pada lensa alat hand-refraktometer. Angka yang terbaca antara batas terang dan
Uji Organoleptik Aroma dan Rasa (Numerik) (Soekarto, 1985)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang terhadap aroma dan rasa dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan
sebagai berikut:
Tabel 2. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka Uji Organoleptik Warna (Numerik) (Soekarto,1985)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang terhadap warna dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3. Skala uji hedonik terhadap warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat bening Uji Organoleptik Kekenyalan (Numerik) (Soekarto,1985)
Penentuan nilai organoleptik dilakukan oleh panelis sebanyak 10 orang
terhadap tekstur dengan uji kesukaan secara hedonik, dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 4. Skala uji hedonik terhadap kekenyalan
Skala Hedonik Skala Numerik
Gambar 1. Skema pembuatan jelli melon
Buah Melon
Pencucian dan trimming
Pemisahan daging buah dan biji, biji dibuang
Dipotong kecil-kecil
Penghancuran daging buah
Pemanasan dengan suhu 1000C
Penyaringan
Penambahan gula 50%, asam sitrat dan asam malat (1:1) 20 tetes dan essence melon 10
tetes
Pengemasan - Kadar Air (%)
- Kadar Abu (%)
- Kadar Vitamin C (KVC) - Total Asam (TA)
- Total Soluble Solid (TSS) - Uji Organoleptik Aroma
dan Rasa
- Uji Organoleptik Warna - UjiOrganoleptik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis Penstabil terhadap Parameter yang Diamati
Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa jenis penstabil memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total soluble solid(TSS), uji organoleptik (aroma dan rasa), uji
organoleptik warna dan uji organoleptik kekenyalan seperti pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Pengaruh jenis penstabil terhadap parameter yang diamati
Jenis
dan Rasa Warna Kekenyalan
P1= Gum Arab
Tabel 5 memperlihatkan bahwa jenis penstabil memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P1
(gum arab) yaitu sebesar 56,39% dan terendah pada perlakuan P3 (pektin) yaitu sebesar 50,00%. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (gum arab) yaitu
sebesar 1,05% dan terendah pada perlakuan P2 (karagenan) yaitu sebesar 0,57%. Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (agar-agar) yaitu sebesar 40,15 mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan P1 (gum arab) yaitu sebesar
37,14 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (gum arab) yaitu sebesar 0,19% dan terendah pada perlakuan P4 (agar-agar) yaitu sebesar
yaitu sebesar 23,31Obrix dan terendah pada perlakuan P2 (karagenan) yaitu
sebesar 19,25Obrix.Uji organoleptik aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (agar-agar) yaitu sebesar 3,03 dan terendah pada perlakuan P2
(karagenan) yaitu sebesar 2,57. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan P3(pektin) yaitu sebesar 2,83 dan terendah pada perlakuan P2 (karagenan) yaitu sebesar 2,50. Uji organoleptik kekenyalan tertinggi terdapat
pada perlakuan P3 (pektin) yaitu sebesar 3,05 dan terendah pada perlakuan P2 (karagenan) yaitu sebesar 1,93.
Pengaruh Lama Pemasakan Terhadap Parameter yang Diamati
Secara umum hasil penelitian menunjukan bahwa lama pemasakanmemberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C,
total asam, total soluble solid, uji organoleptik (warna, aroma, rasa dan tekstur) seperti pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Pengaruh lama pemasakan terhadap parameter yang diamati
Lama
dan Rasa Warna Kekenyalan
L1= 20 menit
Tabel 6 memperlihatkan bahwa lama pemasakan memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati.Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L1
(20 menit) yaitu sebesar 54,86% dan terendah pada perlakuan L4 (50 menit) yaitu sebesar 51,20%. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu
Kadar vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu sebesar
40,26 mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan L4 (50 menit) yaitu sebesar 37,33 mg/100 g bahan. Total asam tertinggi terdapat pada perlakuan L1(20 menit)
yaitu sebesar 0,17% dan terendah pada perlakuan L4 (50 menit) yaitu sebesar 0,14%. Total soluble solid (TSS) tertinggi terdapat pada perlakuan L4 (50 menit) yaitu sebesar 21,38Obrix dan terendah pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu sebesar
19,69O brix. Uji organoleptik aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L2 (30 menit) yaitu sebesar 2,91dan terendah pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu
sebesar 2,72. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan L1(20 menit) yaitu sebesar 2,76 dan terendah pada perlakuan L4(50 menit) yaitu sebesar 2,49. Uji organoleptik kekenyalan tertinggi terdapat pada perlakuan L4 (50 menit)
yaitu sebesar 2,78 dan terendah pada perlakuan L1 (20 menit) yaitu sebesar 2,51.
Kadar Air (%)
Pengaruh jenis penstabil dengan kadar air jelli melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa jenis penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2, P3 dan P4.Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4.Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan P4.Kadar air tertinggi diperoleh pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 56,393% dan terendah pada perlakuan P3 yaitu sebesar 50,004%.
Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar air jelli melon dapat dilihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan menggunakan penstabil gum arab maka kadar air jelli melon tinggi. Hal ini dikarenakan gum arab memiliki sifat
hidrofilik yang baik mengikat air sehingga produk yang menggunakan penstabil gum arab memiliki kadar air yang tinggi (deMan, 1997).
Gambar 2. Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar air jelli melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) diketahui bahwa lama
pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pemasakan terhadap
kadar air jelli melon dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8 Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan kadar air jelli melon (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pemasakan 0,05 0,01
- - - L1=20 Menit 54,862 a A
2 0,742 1,021 L2= 30 Menit 53,295 b B
3 0,779 1,073 L3= 40 Menit 52,726 bc BC
4 0,799 1,101 L4=50 Menit 51,200 d D
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan L2, L3 dan L4.Perlakuan L2 berbeda tidak nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4.Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.Kadar air
tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 yaitu sebesar 54,862% dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 51,200%.
Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar air jelli melon dapat dilihat pada Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin lama pemasakan maka kadar air jelli melon semakin menurun. Hal ini dikarenakan proses pemasakan akan
Gambar 3.Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar air jelli melon (%)
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan Kadar Air Jelli Melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air jelli melon yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Kadar Abu (%)
Pengaruh jenis penstabil dengan kadar abu jelli melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa jenis penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
abu jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis penstabil terhadap kadar abu jelli melon dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan kadar abujelli melon (%)
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2, P3 dan P4.Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3 dan
P4.Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan P4.Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 yaitu sebesar 1,053% dan terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar 0,571%.
Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar abu jelli melon dapat dilihat pada Gambar 4 menunjukkan bahwa jelli melon yang menggunakan penstabil
gum arab maka kadar abu jelli melon tinggi. Karena penstabil gum arabmengandung unsur mineral Ca (Winarno, 1997), sehingga dengan penambahan penstabil akan meningkatkan unsur mineral Ca dan Na sehingga
Pengaruh Lama Pemasakan dengan Kadar Abu Jelli Melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa lama pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
abu jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pemasakan terhadap kadar abu jelli melon dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan kadar abujelli melon (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pemasakan 0,05 0,01
- - - L1 =20 Menit 0,792 a A
2 0,020 0,027 L2= 30 Menit 0,770 ab AB
3 0,021 0,028 L3= 40 Menit 0,753 b B
4 0,021 0,029 L4=50 Menit 0,704 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan L2 dan berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.Perlakuan L2 berbeda tidak
nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4.Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.Kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 yaitu sebesar 0,792% dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar 0,704%.
Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar abu jelli melon dapat dilihat pada Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin lama pemasakan maka kadar
abu jelli melon semakin menurun. Hal ini dikarenakan mineral atau abu yang dikandung dari bahan akanikut teruapkan bersama air karena penstabil digliserida yang digunakan bersifat non polar (Winarno, 1992) dapat mengikat air dengan kuat, dimana semakin lama pemasakan maka penstabil yang mengikat air dan
Gambar 5.Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar abu jelli melon (%)
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan Kadar Abu Jelli Melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi
jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu jelli melon yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan)
Pengaruh jenis penstabil dengan kadarvitamin C jelli melon (mg/100 g bahan)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 3) diketahui bahwa jenis penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis penstabil
terhadap kadarvitamin C jelli melon dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan kadar vitamin Cjelli melon (mg/100 g bahan)
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
0,05 0,01 Penstabil 0,05 0,01
- - - P1=Gum Arab 37,144 c B
2 0,965 1,329 P2=Karagenan 39,338 ab A
3 1,013 1,396 P3=Pektin 39,001 a A
4 1,039 1,431 P4=Agar-agar 40,150 a A
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan P2, P3 dan P4.Perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan P3 dan
P4.Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan P4.Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 yaitu sebesar 40,150 mg/100 g bahan dan terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 37,144 mg/100 g bahan.
Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar vitamin C jelli melon dapat dilihat pada Gambar 6 menunjukkan bahwa dengan menggunakan penstabil
agar-agarmaka kadar vitamin C jelli melon meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan deMan (1997) yang menyatakan bahwa agar-agar memiliki gel yang tahan panas, sehingga mampu mempertahankan kadar vitamin C yang mudah
Gambar 6. Hubungan antara jenis penstabil dengan kadar vitamin C jelli melon (mg/100 g bahan)
Pengaruh Lama Pemasakan dengan Kadar Vitamin C Jelli Melon (mg/100 g bahan)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 2) diketahui bahwa lama pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar vitamin C jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pemasakan
terhadap kadar vitamin jelli melon dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan kadar vitamin Cjelli melon(mg/100 g bahan)
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
diperoleh pada perlakuan L1 yaitu sebesar 40,624 mg/100 g bahan dan terendah
pada perlakuan L4 yaitu sebesar 37,331 mg/100 g bahan.
Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar vitamin C jelli melon
dapat dilihat pada Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin lama pemasakan maka kadar vitamin C jelli melon semakin menurun.Hal ini dikarenakan vitamin C sangat mudah rusak akibat pemanasan.Hal ini sesuai dengan literatur Winarno
(1995) yang menyatakan bahwa vitamin C yang mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas dan alkali.
Gambar 7.Hubungan antara lama pemasakan dengan kadar vitamin C jelli melon (mg/100 g bahan)
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan Kadar Vitamin C Jelli Melon (mg/100 g bahan)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
Total Asam (%)
Pengaruh jenis penstabil dengan total asam jelli melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa jenis
penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis penstabil terhadap total asam jelli melon dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13 Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan total asamjelli melon (%)
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
0,05 0,01 Penstabil 0,05 0,01
- - - P1=Gum Arab 0,185 a A
2 0,010 0,014 P2=Karagenan 0,148 b B
3 0,011 0,015 P3=Pektin 0,153 b B
4 0,011 0,015 P4=agar-agar 0,135 b B
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
dengan P2, P3 dan P4.Perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan P3 dan P4.Perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan P4. Total asam tertinggi diperoleh
pada perlakuan P1 yaitu sebesar 0,185% dan terendah pada perlakuan P4 yaitu sebesar 0,135%.
Hubungan antara jenis penstabil dengan total asam jelli melon dapat
dilihat pada Gambar 8 menunjukkan bahwa dengan penambahan gum arab menghasilkan total asam paling tinggi. Hal ini disebabkan gum arab merupakan
Gambar 8. Hubungan antara jenis penstabil dengan total asam jelli melon (%)
Pengaruh Lama Pemasakan dengan Total Asam Jelli Melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 4) diketahui bahwa lama
pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap total asam jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pemasakan
terhadap total asam jelli melon dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini.
Tabel 14 Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan total asamjelli melon (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan L2, L3 dan L4.Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.Total asam tertinggi diperoleh
Hubungan antara lama pemasakan dengan total asam jelli melon dapat
dilihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin lama pemasakan maka total asam jelli melon semakin menurun. Hal ini dikarenakan adanya proses
pemasakan, dimana proses ini akan menyebabkan asam-asam yang dikandung dari bahan akan rusak.
Gambar 9.Hubungan antara lama pemasakan dengan total asam jelli melon (%) Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan Total Asam Jelli Melon (%)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi
jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap total asam jelli melon yang dihasilkan, sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
TSS (0Brix)
Pengaruh jenis penstabil dengan TSS jelli melon (0Brix)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa jenis penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
TSSjelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis penstabil terhadap
TSS jelli melon dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15 Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan TSSjelli melon (0Brix)
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
0,05 0,01 Penstabil 0,05 0,01
- - - P1 = Gum Arab 19,563 b B
2 0,419 0,577 P2 = Karagenan 19,250 b B
3 0,440 0,607 P3= Pektin 23,313 a A
4 0,451 0,622 P4 = Agar-agar 19,500 b B Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata
dengan P2dan P4dan berbeda sangat nyata dengan P3.Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3 dan berbeda tidak nyata dengan P4.Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan P4.
TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 yaitu sebesar 23,3130Brix dan terendah pada perlakuan P4 yaitu sebesar 19,2500Brix.Hal ini disebabkan karena
dengan penambahan gula, asam sitrat, dan konsentrasi pektin yang cukup maka proses terbentuknya gel akan semakin cepat, artinya padatan terlarut yang dapat diikat oleh pektin adalah semakin besar. Hal ini sesuai dengan literatur Ali (1999)
yang menyatakan bahwa penstabil pektin memiliki struktur serabut yang kuat untuk menahan air sehingga padatan terlarut yang diikat akan semakin besar.
Gambar 10. Hubungan antara jenis penstabil dengan TSS jelli melon (0Brix)
Pengaruh Lama Pemasakan dengan TSS Jelli Melon (0Brix)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 5) diketahui bahwa lama
pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap TSS jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pemasakan terhadap
TSS jelli melon dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16 Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan TSSjelli melon (0Brix)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4.Perlakuan L2 berbeda tidak nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4.Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.TSS tertinggi diperoleh pada perlakuan L4 yaitu sebesar 21,375 0Brix dan terendah
pada perlakuan L1 yaitu sebesar 19,6880Brix.
Hubungan antara lama pemasakan dengan TSS jelli melon dapat dilihat
pada Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin lama pemasakan maka TSS jelli melon semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Desrosier (1989)
yang menyatakan bahwa selama pemanasan larutan sukrosa dengan adanya asam akan terjadi proses hidrolisis menjadi gula reduksi. Semakin lama waktu pemanasan semakin besar gula reduksi yang dihasilkan. Selain itu lama
pemasakan akan menyebabkan kadar air dari jelli menjadi berkurang sehingga total padatan terlarut akan semakin besar karena air akan menguap sehingga yang
tertinggal adalah padatan terlarut.
Gambar 11.Hubungan antara lama pemasakan dengan TSS jelli melon (0Brix)
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan TSS Jelli Melon (0Brix)
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 5) dapat dilihat bahwa interaksi
jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
Tabel 17 Uji LSR efek utama interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan TSSjelli melon (0Brix)
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
terhadap TSS. TSS tertinggi terdapat pada perlakuan P3L4 yaitu sebesar
23,750Brix dan terendah pada perlakuan P1L1 yaitu sebesar 18,25 0Brix.
Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan terhadap
TSS dapat dilihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa jenis penstabil pektin dengan lama pemasakan 50 menit menghasilkan TSS tertinggi. Hal ini disebabkan karena pektin dapat mengikat air dan komponen-komponen padatan terlarut pada
bahan dan dengan semakin lama pemasakan maka air yang diikat oleh pektin semakin berkurang sehingga komponen-komponen padatan terlarut semakin besar
Gambar 12.Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan TSS jelli melon (0Brix)
Uji Organoleptik Aroma dan Rasa
Pengaruh jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma dan rasa
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa jenis penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh
jenis penstabil terhadap uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18 Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma dan rasa
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
dengan P2, P3 dan P4.Perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4.Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan P4.Uji organoleptik aroma dan rasa
tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 yaitu sebesar 3,025 dan terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar 2,575.
Hubungan antara jenis penstabil dengan uji organoleptik aroma dan rasa
jelli melon dapat dilihat pada Gambar 13 menunjukkan bahwa dengan menggunakan penstabil agar-agar maka uji organoleptik aroma dan rasa jelli
melon meningkat.Hal ini diakibatkan karena agar-agar termasuk golongan manis sehingga organoleptik aroma dan rasa yang dihasilkan juga disukai panelis.
Hal ini sesuai literatur Wikipedia (2010) yang menyatakan agar-agar termasuk golonga
yang tersusun dari monomer
Pengaruh Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa Jelli Melon
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 6) diketahui bahwa lama pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh
lama pemasakan terhadap uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19 Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasajelli melon
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan L2 dan L3 dan berbeda tidak nyata dengan L4.Perlakuan L2 berbeda tidak
nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4.Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.Uji organoleptik aroma dan rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan L2 yaitu sebesar 2,906dan terendah pada perlakuan L1 yaitu
sebesar2,719.
Hubungan antara lama pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasa
jelli melon dapat dilihat pada Gambar 14 menunjukkan bahwa semakin lama pemasakan maka nilai uji orgaoleptik aroma dan rasa jelli melon semakin menurun. Hal ini dikarenakan proses pemasakan yang terlalu lama sehingga
Gambar 14.Hubungan antara lama pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon
Pengaruh Interaksi antara Jenis Penstabil dan Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Aroma dan Rasa Jelli Melon
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 6) dapat dilihat bahwa interaksi
jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
(P<0,01) terhadap uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon yang dihasilkan, dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini.
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan antara jenis penstabil dan lama pemasakan memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
terhadap uji organoleptik aroma dan rasa.Uji organoleptik aroma dan rasa tertinggi terdapat pada perlakuan P4L2 yaitu sebesar 3,125dan terendah pada
Tabel 20 Uji LSR efek utama interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasajelli melon
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan terhadap uji organoleptik aroma dan rasa dapat dilihat pada Gambar 15 menunjukkan
bahwa seperti gula sehingga rasanya lebih enak juga.Hal ini sesuai dengan pernyataan pada penstabil agar-agar dan waktu pemasakan 30 menit aroma dan
rasa dari jelli melon yang dihasilkan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pada pemasakan 30 menit aroma dan rasanya masih bagus, dengan semakin lama pemasakan maka akan tercium bau gosong, disamping itu agar-agar bersifat
Gambar 15.Hubungan interaksi antara jenis penstabil dan lama pemasakan dengan uji organoleptik aroma dan rasa jelli melon
Uji Organoleptik Warna
Pengaruh jenis penstabil dengan uji organoleptik warna
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 7) diketahui bahwa jenis penstabil memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik warna jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh jenis penstabil terhadap uji organoleptik warna jelli melon dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.
Tabel 21 Uji LSR efek utama jenis penstabil dengan uji organoleptik warna
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 21 dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata
P4.Perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan P4.Uji organoleptik warna tertinggi
diperoleh pada perlakuan P3 yaitu sebesar 2,825 dan terendah pada perlakuan P2 yaitu sebesar 2,500.
Hubungan antara jenis penstabil dengan uji organoleptik warna jelli melon dapat dilihat pada Gambar 16 menunjukkan bahwa dengan menggunakan penstabil pektin maka uji organoleptik warna jelli melon meningkat.Hal ini sesuai
dengan pernyataanWinarno (1995) yang menyatakan bahwa reaksi karamelisasi timbul bila gula dipanaskan membentuk warna cokelat.
Gambar 16. Hubungan antara jenis penstabil dengan uji organoleptik warna jelli melon
Pengaruh Lama Pemasakan dengan Uji Organoleptik Warna Jelli Melon
Dari daftar analisa sidik ragam (Lampiran 7) diketahui bahwa lama
pemasakan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji organoleptik warna jelli melon yang dihasilkan. Hasil uji LSR pengaruh lama pemasakan terhadap uji organoleptik warna jelli melon dapat dilihat pada Tabel
Tabel 22 Uji LSR efek utama lama pemasakan dengan uji organoleptik warna jelli melon
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pemasakan 0,05 0,01
- - - L1 =20 Menit 2,763 a A
2 0,057 0,079 L2= 30 Menit 2,719 a A
3 0,060 0,082 L3= 40 Menit 2,575 b B
4 0,061 0,085 L4=50 Menit 2,488 c C
Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata dengan L2 dan berbeda sangat nyata denganL3 dan L4.Perlakuan L2 berbeda sangat
nyata dengan L3 dan L4.Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.Uji organoleptik warna tertinggi diperoleh pada perlakuan L1 yaitu sebesar 2,763dan terendah pada perlakuan L4 yaitu sebesar2,488.
Hubungan antara lama pemasakan dengan uji organoleptik warna jelli melon dapat dilihat pada Gambar 17 menunjukkan bahwa semakin lama
pemasakan maka nilai uji orgaoleptik warna jelli melon semakin menurun. Hal ini dikarenakan proses pemasakan yang terlalu lama sehingga mengakibatkan karamelisasi pada bahan yang mengakibatkan warna alami yang ada pada bahan