• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME (Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME (Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma) SKRIPSI"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Fidelis Danang Eko Atmojo NIM: 171114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(2)

i

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Fidelis Danang Eko Atmojo NIM: 171114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2021

(3)

ii

SKRIPSI

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma)

Oleh:

Fidelis Danang Eko Atmojo NIM: 171114014

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Bernardinus Agus Arswimba, M.Pd. Tanggal, 20 Juli 2021

(4)

iii

SKRIPSI

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma)

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Fidelis Danang Eko Atmojo NIM : 171114014

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 19 Agustus 2021

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi. ………...

Sekretaris : Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. ………...

Anggota : Bernardinus Agus Arswimba, M.Pd. ………...

Anggota : Dr. Gendon Barus, M.Si. ………...

Anggota : A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. ………...

Yogyakarta, 19 Agustus 2021 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.

(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Hanya ada dua pilihan untuk memenangkan kehidupan: keberanian, atau keikhlasan. Jika tidak berani, ikhlaslah menerimanya. Jika tidak ikhlas,

beranilah mengubahnya.”

(Lenang Manggala)

“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.”

(Albert Einstein)

“Semua impian kita akan terwujud jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya.”

(Walt Disney)

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

yang selalu menyertai, memberkati dan memberikan kekuatan bagi saya di setiap proses kehidupan yang saya alami ini, sehingga akhirnya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Kedua Orangtua dan Adikku

Bapak Lukas Parjiyo, Ibu Yustina Susi Wijiati dan Felix Aditya yang selalu memberikan kepercayaan dan dukungan secara penuh atas segala keputusan dan

selalu mendampingi saya sampai saat ini Dosen Pembimbing

Bapak Bernardinus Agus Arswimba, M.Pd yang telah berkenan memberikan waktu dan pemikiran serta kesabaran dalam membimbing saya selama proses

pengerjaan skripsi

Sahabat, Teman-teman dan Orang Terdekat yang Saya Cintai dan Kasihi yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi selama proses

pengerjaan skripsi

Seluruh Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2017 yang menemani dan memberikan cerita di bangku perkuliahan

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Agustus 2021 Penulis,

Fidelis Danang Eko Atmojo

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fidelis Danang Eko Atmojo Nomor Mahasiswa : 171114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk internet, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Agustus 2021 Yang Menyatakan

Fidelis Danang Eko Atmojo

(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT AGRESIVITAS MAHASISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma)

Fidelis Danang Eko Atmojo Universitas Sanata Dharma

2021

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tingkat agresivitas mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma yang berasal dari keluarga broken home dan (2) Mengidentifikasi butir item pengukuran agresivitas mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma yang berasal dari keluarga broken home yang perolehan skornya tinggi sebagai dasar penyusunan topik bimbingan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang berasal dari keluarga broken home, dengan teknik pengambilan sample purposive non random sampling, dan kriteria yang sudah ditentukan yaitu mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home usia 18-25 tahun, dengan jumlah sampe 35 orang. Pengumpulan data menggunakan skala Agresivitas dengan 37 item valid dan memiliki indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,925. Skala disusun berdasarkan bentuk-bentuk Agresivitas menurut Buss and Perry. Teknik analisis data menggunakan metode statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) terdapat 23 (65,71%) mahasiswa memiliki tingkat agresivitas sangat rendah, 9 mahasiswa (25,71%) memiliki tingkat agresivitas rendah, 3 mahasiswa (8,57%) memiliki tingkat agresivitas sedang, tidak ditemukan mahasiswa dengan tingkat agresivitas pada kategori tinggi dan sangat tinggi. (2) Hasil analisis capaian skor item pengukuran tingkat agresivitas menunjukan tidak terdapat item pada kategori sangat tinggi dan kategori tinggi, ditemukan 1 item (2,70%) pada kategori sedang, 10 item (27,02%) pada kategori rendah, dan 26 item (70,27%) pada kategori sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis item diperoleh topik bimbingan yaitu: “Bersikap Asertif ”

Kata Kunci: Agresivitas, Mahasiswa, Keluarga broken home

(10)

ix ABSTRACT

THE LEVEL AGGRESSIVENESS OF THE STUDENTS WHO IS FROM THE BROKEN HOME FAMILY

(The Descriptive Study on FKIP Students at Sanata Dharma University)

Fidelis Danang Eko Atmojo Sanata Dharma University

2021

The aims of this research are: (1) to describe the level of aggressiveness of the students who is from a broken home family of the Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University and (2) to identify the measuring item of the aggressiveness of students that are from a broken home family, FKIP, Sanata Dharma University, who get a high score as the core for compiling guidance topic.

This type of this research is descriptive quantitative research. The subjects of this research are the students of the FKIP Sanata Dharma University waho are from the broken home family with purposive sampling technique, and the criteria that have been determined are the student who is from the broken home family aged 18-25 years. The data collection used the scale og aggressiveness with 37 items valid dan has Cronbach Alpha reliability index of 0.925. The scales are based on the forms of aggressiveness .

The results show: (1) there are 23 (65.71%) students who have the lowest level of aggressiveness, 9 students (25.71%) have a low level of aggressiveness, 3 students (8.57%) have a middle level of aggressiveness, and there are (0%) students of the Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University who is from the broken home family in the high and highest categories. (2) The results of the item analysis showed that there were no items (0%) in the highest and high categories, 1 item (2.70%) in the medium category, 10 items (27.02%) in the low category, and 26 items (70 ,27%) in the lowest category. Based on the results of the item analysis, the topic of guidance is: "Be assertive"

Keywords: Aggressiveness, Students, Broken Home Families

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerja sama yang baik dari pihak-pihak yang terlibat, maka skripsi ini tidak dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psi. selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd. selaku wakil kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

4. Bernardinus Agus Arswimba, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan membantu memberikan saran dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing dan membagikan ilmunya selama peneliti menempuh pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Stefanus Priyatmoko atas kesabaran dan semangat dalam membantu melayani administrasi selama peneliti menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

7. Bapak Lukas Parjiyo dan Ibu Yustina Susi Wijiati selaku orangtua yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan selama peneliti menempuh pendidikan dan penulisan skripsi.

8. Mahasiswa FKIP USD yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

(12)

xi

9. Sahabat Letter S reborn, Yudana, Varli, Arjun, Sheffi, Mia, Valen, Endry, Tinus, Sita, Kris yang telah memberikan pengalaman dan dukungan selama masa perkuliahan dan selama penyusunan skripsi.

10. Sahabat peneliti dari kontrakan ADA, sahabat Perkap dan Dekor Insadha 2019 yang selalu membantu dan memberikan semangat selama menyusun skripsi.

11. Theresia Ambarwati yang telah menemani dan memberikan motivasi kepada peneliti selama menyusun skripsi.

12. Teman-teman BK Universitas Sanata Dharma angkatan 2017

Meskipun masih banyak kekurangan pada skripsi ini, peneliti berharap semoga tugas akhir ini dapat menambah wawasan bagi pembaca. Akhir kata, atas perhatiannya peneliti mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 19 Agustus 2021 Peneliti,

Fidelis Danang Eko Atmojo

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH MAHASISWA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

(14)

xiii

G. Batasan Istilah dan Definisi Operasional Variabel ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Agresivitas ... 9

1. Pengertian Agresivitas ... 9

2. Bentuk-bentuk Agresivitas ... 10

3. Faktor-faktor Penyebab Agresivitas... 11

4. Aspek-Aspek Agresivitas ... 15

5. Karakteristik Individu yang Agresif ... 16

B. Hakekat Mahasiswa sebagai Dewasa Awal ... 17

1. Pengertian Dewasa Awal ... 17

2. Ciri-ciri Mahasiswa sebagai Dewasa Awal ... 18

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 20

C. Hakekat Broken Home ... 22

1. Pengertian Broken Home ... 22

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Broken Home ... 23

3. Dampak Broken Home Terhadap Agresivitas Mahasiswa ... 26

D. Penelitian yang Relevan ... 26

E. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional ... 31

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 31

1. Teknik Pengumpulan Data ... 31

(15)

xiv

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

F. Validitas dan Reliabilitas ... 33

1. Validitas ... 33

2. Reliabilitas ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

1. Tingkat Agresivitas Mahasiswa Yang Berasal Dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma ... 42

2. Capaian Skor Item Tingkat Agresivitas Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma ... 44

B. Pembahasan ... 46

1. Deskripsi Tingkat Agresivitas Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma. ... 46

2. Usulan topik-topik Bimbingan ... 49

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian... 51

C. Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Subjek Penelitian... 30

Tabel 3. 2 Alternatif Jawaban ... 32

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkat agresivitas mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home pada mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma ... 32

Tabel 3. 4 Hasil Validitas Pengukuran Item Tingkat Agresivitas Mahasiswa Yang Berasal Dari Keluarga Broken Home ... 35

Tabel 3. 5 Reliabilitas Instrumen ... 36

Tabel 3. 6 Kriteria Guiford... 37

Tabel 3. 7 Norma Kategorisasi Tingkat Agresivitas ... 38

Tabel 3. 8 Norma Kategorisasi Tingkat Agresivitas Mahasiswa yang Berasal Dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma... 40

Tabel 3. 9 Norma Kategorisasi Skor Item Tingkat Agresivitas Mahasiswa Yang Berasal Dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma ... 41

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Grafik Agresivitas Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma ... 43 Gambar 4. 2 Grafik Capaian Skor Item Tingkat Agresivitas Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Broken Home FKIP Universitas Sanata Dharma ... 45

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 57

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 58

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Total Instrumen Penelitian... 68

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Setelah Validitas ... 76

Lampiran 5 Tabulasi Data Penelitian ... 79

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan/definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan dikarenakan menurunya moral bangsa di semua strata kehidupan. Krisis moral ini mengakibatkan adanya pola hidup konsumtif, materialistis dan lain sebagainya yang akhirnya memudarnya rasa kemanusiaan, kebersamaan dan kesetiakawanan sosial. Salah satu problema dari dampak menurunya moral bangsa yaitu perilaku agresif. Perilaku agresif disadari maupun tidak disadari sangat dekat dengan kehidupan di sekitar kita. Dimanapun kita berada, pasti terlihat adanya potensi yang memunculkan perilaku agresif. Perilaku agresif dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, tidak terkecuali mahasiswa.

Menurut Tentama (Sumijah, 2016) perilaku agresif adalah perilaku yang menyebabkan pengalaman yang menyakitkan untuk orang lain atau suatu tindakan yang merusak diri sendiri, orang lain maupun barang-barang di sekitarnya. Sejalan dengan pendapat Tentama, Berkowitz (Mangestuti & Aziz, 2006) mengungkapkan bahwa agresi adalah bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara mental. Selanjutnya, Sudrajat (dalam Nauli, 2014) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang terlihat dalam pengrusakan terhadap sesama manusia atau

(20)

2

benda secara sengaja dan diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku (non verbal). Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku agresif adalah tindakan yang dapat menyakiti orang lain atau benda secara verbal maupun non verbal yang dilakukan secara disengaja maupun tidak disengaja.

Perilaku agresif yang dimiliki individu jika dibiarkan akan semakin membawa dampak negatif baik bagi individu itu sendiri atau orang lain disekitarnya. Salmiati (dalam Hardoni dkk., 2019) mengatakan bahwa perilaku agresif membawa dampak negatif dan menimbulkan berbagai macam kerugian, contohnya seperti menurun prestasi belajar pada individu dan timbulnya interaksi sosial yang buruk dengan teman sebaya. Selain itu menurut Hall (dalam Hardoni1 dkk., 2019) dampak lain dari perilaku agresif adalah individu akan mengalami kecemasan, depresi, masalah hukum, reaksi traumatis psikologis, emosional, panik dan interaksi sosial yang buruk.

Pada kenyataanya perilaku agresif masih sering dijumpai pada masyarakat sekitar, seperti pada hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap beberapa mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home. Pertama. peneliti melakukan wawancara terhadap salah satu mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma berinisial X yang memiliki perilaku agresif dengan bentuk tantrum. Hal tersebut, disebabkan karena mahasiswa X kecewa terhadap orangtuanya yang bercerai.

Perilaku agresifnya dilampiaskan kepada saudaranya yang lebih muda dengan memukul dan berkata kasar ketika mengingat orangtuanya ketika bertengkar.

Sebelum kedua orangtuanya memilih untuk bercerai, mahasiswa X seringkali

(21)

3

melihat kedua orangtuanya melakukan tindakan KDRT, bahkan tindakan tersebut dilakukan di depan mahasiswa X dan adiknya.

Observasi selanjutnya yang dilakukan pada salah satu mahasiswa lainya dengan mahasiswa berinisial Y diperoleh hasil bahwa perilaku agresivitas yang dialami mengarah pada dirinya sendiri dan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri, seperti memukul diri sendiri, mengkonsumsi rokok dan minuman keras sehingga prestasi belajar di sekolah menurun. Sikap agresivitas tersebut muncul ketika dia mengingat kejadian ketika ayahnya meninggalkan keluarganya dan memilih untuk berpisah dengan ibunya. Kejadian tersebut juga berdampak pada kehidupan sosialnya dengan teman lawan jenis, yang mana dia menganggap semua laki-laki itu jahat. Ketika mahasiswa Y bertemu dengan lawan jenis yang melakukan tindakan kasar pada perempuan, dia tidak akan segan-segan untuk memarahi dan memukulnya., sehingga dia sangat ditakuti oleh teman-temanya.

Hasil observasi terakhir pada salah satu mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home dengan mahasiswa berinisial Z, diperoleh hasil bahwa perilaku agresi yang dialami berupa kemarahan dan pelampiasan emosi dengan merusak benda di sekitarnya. Hal ini terjadi ketika mahasiswa Z merasa gagal dalam mewujudkan keinginannya dia akan mengingat kejadian perceraian kedua orang tuanya. Mahasiswa Z menganggap bahwa perceraian kedua orang tuanya yang menjadi penyebab dia selalu gagal dalam mewujudkan keinginannya sehingga dia melampiaskanya kemarahannya dengan merusak benda-benda di sekitar seperti merusak kasur, membuang-membuang baju dan membanting kursi belajar.

(22)

4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (Fatimah, 2019) diperoleh data adanya seorang anak desa Sukowati, Kabupaten Bojonegoro yang merasakan kehidupan broken home. Pada bulan Agustus 2019 kedua orang tuanya tersebut telah resmi dinyatakan bercerai oleh pengadilan Agama Kabupaten Bojonegoro. Anak tersebut berjenis kelamin laki-laki dan saat ini telah menginjak kelas 2 SMP. Keadaan anak tersebut awalnya baik-baik saja, namun dirinya kerap melihat kedua orang tuanya bertengkar tepat di depanya. Setelah ayah dan ibunya bercerai ia lebih sering tinggal bersama ibunya. Berdasarkan wawancara dari salah satu narasumber yaitu ibunya, anak tersebut tidak dapat mengontrol emosi dan sering bertindak agresif semenjak orang tuanya bercerai. Tindakan-tindakan secara verbal dan non verbal seringkali disaksikan oleh ibunya seperti berkata kotor, berperilaku kasar kepada orang tua, memukul-mukul kepalanya sendiri ketika marah dan menangis sekencangnya ketika keinginannya tidak dituruti. Perilaku tersebut tidak jarang melukai dirinya sendiri sebagai bentuk kekecewaan terhadap keputusan kedua orang tuanya yang memilih jalan perceraian dalam rumah tangga.

Perilaku agresif dipengaruhi oleh beberapa fakor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi frustasi, gangguan pengamatan dan gangguan berpikir sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga dan faktor lingkungan Kartono (dalam Nauli, 2014). Berdasarkan fenomena yang ada faktor keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak serta, menjadi salah satu faktor terpenting dalam mempengaruhi proses dan perkembangan perilaku pada anak.

Sehingga keluarga juga merupakan sumber bagi timbulnya perilaku agresi. Hasil penelitian Nisfiannoor (dalam Nauli, 2014) diperoleh bahwa remaja yang berasal

(23)

5

dari keluarga bercerai ternyata lebih agresif bila dibandingkan dengan remaja dari keluarga utuh. Perceraian di antara orang tua ternyata membawa dampak yang negatif bagi anak, terutama dalam berperilaku. Anak akan lebih mudah menjadi frustasi, bingung, tertekan dan malu akibat konflik yang ada di dalamnya sehingga akan lebih mudah untuk memunculkan perilaku agresif. Berarti Dapat dikatakan bahwa anak yang berasal dari keluarga broken home memiliki masalah dalam berperilaku terutama dalam perilaku agresifnya.

Setelah melihat dan mengamati fenomena perilaku agresif yang masih sering dijumpai peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai perilaku agresif pada mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home dengan melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Aggresivitas Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Broken Home”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas terkait dengan perilaku agresif mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Individu yang memiliki perilaku agresif akan mengalami penurunan prestasi belajar dan masalah interaksi sosial yang buruk.

2. Individu yang memiliki perilaku agresif akan mengalami traumatis psikologi, emosional dan panik.

3. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada salah satu mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma terdapat mahasiswa yang berperilaku agresif berupa

(24)

6

tantrum atau marah karena kekecewaan terhadap kedua orang tuanya yang berpisah.

4. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada salah satu mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma terdapat mahasiswa yang berperilaku agresif dengan memukul diri sendiri dan memukul lawan jenis ketika dia mengingat kejadian ayahnya berpisah dengan ibunya.

5. Anak yang berasal dari keluarga broken home memiliki masalah dalam berperilaku terutama dalam perilaku agresifnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan berbagai masalah yang dialami mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home, maka dalam penelitian ini peneliti fokus membahas mengenai perilaku agresif mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat agresivitas mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home?

2. Item skala agresivitas mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home manakah yang perolehan skornya tinggi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan topik bimbingan?

(25)

7 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan seberapa tinggi agresivitas mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home.

2. Mengidentifikasi butir item pengukuran agresivitas mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home yang perolehan skornya tinggi sebagai dasar penyusunan topik bimbingan

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan dan penerapan ilmu dalam upaya menangani agresivitas mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu menjadikan wawasan tentang maraknya perilaku agresif yang terjadi pada mahasiswa yang berasal dari keluarga broken home dan menambah wawasan akan bahayanya perilaku agresif jika dilakukan serta sebagai dorongan untuk menghindari perilaku agresif

b. Bagi Peneliti

(26)

8

Penelitian ini dapat menjadi bekal bagi peneliti di kemudian hari untuk mendampingi dan memberikan layanan bimbingan dan konseling baik secara kelompok maupun individu, kepada peserta didik yang sedang memiliki masalah yang berkaitan dengan perilaku agresif

c. Bagi Pembaca

Pembaca dapat menambah wawasan mengenai perilaku agresif dan dapat memperoleh inspirasi dari penelitian ini.

G. Batasan Istilah dan Definisi Operasional Variabel 1. Agresivitas

Tindakan yang bersifat kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya yang dapat membahayakan, menyakiti, atau mencederai orang lain seperti fisik dan non fisik.

2. Mahasiswa

Seseorang yang sedang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi atau universitas.

3. Keluarga Broken Home

Keluarga yang tidak stabil dan berantakan ditandai dengan adanya ketidak harmonisan diantara suami dan istri.

(27)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian mengenai pengertian agresivitas, bentuk-bentuk agresivitas, faktor-faktor agresivitas, aspek-aspek agresivitas, karakteristik individu yang agresif, perkembangan dewasa awal, karakteristik atau ciri-ciri dewasa awal, perilaku agresivitas mahasiswa dan pemicunya, pengertian broken home, faktor- faktor broken home, dampak broken home terhadap agresivitas mahasiswa.

A. Agresivitas

1. Pengertian Agresivitas

Buss and Perry (dalam Sentana & Kumala, 2017) mengatakan bahwa agresivitas adalah keinginan untuk menyakiti individu lain dengan cara mengekspresikan perasaan negatifnya seperti permusuhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sejalan dengan pendapat Buss and Perry, Baron (dalam Hayati, 2016) mengatakan bahwa agresivitas adalah tingkah laku yang dijalankan individu dengan tujuan melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Selanjutnya, Hanito (dalam Febrianti dkk., 2014) mengatakan bahwa agresivitas yaitu perilaku menyerang baik secara fisik (non verbal) maupun kata-kata (verbal). Perilaku ini merupakan suatu bentuk terhadap rasa kecewa karena tidak terpenuhi keinginan dan kebutuhannya.

Berbeda dengan beberapa pengertian di atas, Moore dan Fine (Restu dkk., 2013) mengatakan agresivitas sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain terhadap objek-objek. Sejalan dengan Moore dan Fine, Scheneiders (dalam Febrianti dkk, 2014) mengatakan

(28)

10

bahwa agresivitas merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata verbal maupun non verbal.

Kedua pengertian tersebut jelas menyatakan bahwa perilaku agresi juga dapat dilakukan terhadap benda-benda di sekitar individu.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa agresivitas adalah perilaku yang sengaja dilakukan individu dengan maksud melukai dan mencelakai orang lain atau objek benda disekitar yang dilakukan baik secara fisik maupun mental.

2. Bentuk-bentuk Agresivitas

Buss and Perry (dalam Ferdiansa & Neviyarni, 2020) membagi bentuk- bentuk agresivitas menjadi empat macam yaitu sebagai berikut:

a. Agresi fisik

Agresi fisik merupakan kecenderungan individu untuk melakukan serangan secara fisik sebagai ekspresi kemarahan. Seperti perilaku menyerang, memukul, berkelahi, mendorong, merusak fasilitas di sekitar, bahkan paling parah adalah pembunuhan.

b. Agresi Verbal

Agresi verbal merupakan kecenderungan untuk menyerang orang lain atau memberi stimulus yang merugikan dan menyakitkan orang lain secara mental atau psikis. Bentuk agresi verbal yaitu mencaci, mencela, menghina, mengumpat, dan mengancam orang lain hingga dapat menyebabkan tekanan psikologis.

(29)

11 c. Kemarahan

Kemarahan merupakan salah bentuk representasi emosi atau afektif berupa dorongan fisiologis sebagai tahap persiapan agresi. Kemarahan dapat terjadi karena individu tersinggung. Frustasi maupun kesal terhadap individu apa yang terjadi di kehidupanya. Kemarahan ini tidak memiliki tujuan yang jelas, sehingga sebagai pelampiasan perasaan individu atas apa yang terjadi padanya.

d. Permusuhan

Permusuhan merupakan perasaan sakit hati dan merasakan ketidakadilan sebagai representasi dari proses berpikir atau kognitif seperti perasaan benci dan curiga pada orang lain. Individu Merasa kehidupan yang dialami tidak adil dan mudah iri hati.

3. Faktor-faktor Penyebab Agresivitas

Menurut Anantasari (dalam Nafiah & Handayani, 2014) terdapat empat faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku agresif adalah sebagai berikut:

a. Frustasi

Secara umum frustasi pada individu akan muncul ketika banyak harapan tidak terpenuhi. Frustasi ternyata berkaitan dengan agresif sebuah teori mengatakan bahwa agresif selalu merupakan konsekuensi dari frustasi dan frustasi selalu menimbulkan agresif. Oleh karenanya, situasi menekan

(30)

12

dan tanpa harapan yang dialami individu sangat mungkin memicu terjadinya perilaku agresif.

b. Pembelajaran sosial dan Hadiah

Munculnya agresif juga diungkapkan oleh Bandura (1986) lewat teori belajar sosialnya. Teori ini mengungkapkan bahwa manusia belajar agresif dengan melihat model yang diidolakan, seorang individu akan menganggap dirinya mendapat hadiah atau menjadi hebat seperti tokoh yang diidolakan selain meniru para model, perilaku agresif juga dapat muncul karena individu mendapat hadiah. Misalnya saja seorang individu menjadikan perilaku agresif sebagai mekanisme yang akan selalu ia lakukan ketika lingkungan selalu memberi apa yang diinginkan oleh individu tersebut ketika melakukan perilaku agresif.

c. Pengaruh Kelompok

Penyebab agresifitas berkaitan juga dengan pengaruh kelompok.

Ketika seorang individu masuk dalam kelompok, ada kecenderungan untuk menaati peraturan yang dimiliki kelompok. Ketaatan ini akan diperjuangkan karena akan menimbulkan penerimaan, penghargaan, bahkan pengakuan dari kelompok. Ketaatan ini pada akhirnya juga muncul ketika individu dituntut untuk melakukan perilaku agresif.

d. Pengaruh Lingkungan Fisik

Pengaruh lingkungan fisik yang buruk dalam banyak hal dapat menjadi faktor pemicu munculnya perilaku agresif. Misalnya saja

(31)

13

lingkungan yang sangat bising dan panas dapat mendorong orang bertindak dengan cara-cara yang keras.

Selain beberapa faktor penyebab di atas terdapat pula faktor-faktor penyebab lain yang dapat digolongkan menjadi faktor sosial, personal, kebudayaan, situasional, sumber daya dan media massa (Meinarno &

Sarwono, 2010). Penjelasan masing-masing faktor penyebab tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Sosial

Faktor sosial terdiri dari faktor frustasi, provokasi, dan alkohol.

Frustasi terjadi karena adanya hambatan dalam upaya mencapai tujuan individu. Keadaan semacam ini mampu menyebabkan individu mengambil tindakan untuk berperilaku agresi dengan orang lain. Provokasi menjadi penyebab agresi karena dengan adanya provokasi dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mampu memicu datangnya perasaan balas dendam dan dapat berujung melakukan perilaku pembalasan kepada orang lain.

Sedangkan alkohol mampu memicu perilaku kekerasaan seperti menghadang mobil yang sedang melaju, memalak melempari rumah orang lain dan sebagainya.

b. Personal

Faktor personal meliputi tingkah laku berdasar kepribadian, narsisme dan jenis kelamin. Tingkah laku dikatakan mampu menjadi faktor penyebab agresi daripada tipe-B. Individu dengan kepribadian tipe-A identik dengan karakter tergesa-tergesa dan kompetitif. Oleh sebab itu,

(32)

14

kepribadian dengan tipe-A akan melakukan perilaku agresi daripada kepribadian tiep-B. Penelitiaan Bushman dan Baumeister (dalam Meinarno

& Sarwono, 2010) mengatakan bahwa individu yang narsis memiliki tingkat agresivitas yang lebih tinggi karena dirinya akan merasa terancam ketika ada orang lain yang mempertanyakan dirinya. Oleh sebab itu, hal tersebut mampu mewujudkan perilaku agresi kepada orang lain. Perbedaan jenis kelamin ternyata juga memicu perilaku agresi. Berbagai penelitian membuktikan bahwa laki-laki cenderung memiliki tingkat agresi lebih tinggi daripada wanita. Laki-laki akan cenderung menampakan perilaku agresi dalam bentuk fisik dan verbal sedangkan wanita akan cenderung menampakan perilaku agresi dalam bentuk fisik dan verbal sedangkan wanita akan cenderung menampakan perilaku agresi secara tidak langsung dengan cara menyebar gosip dan menjauhi orang lain.

c. Kebudayaan

Kebudayaan menjadi salah faktor pemicu perilaku agresif karena di dalam kebudayaan mengandung unsur nilai-nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat maupun kelompok. Setiap daerah atau kelompok memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan inilah yang cenderung dapat memicu perilaku agresi jika terjadi penyimpangan pada salah satu nilai dan norma yang dianut. Perilaku agresi tersebut dapat berupa perang antar wilayah maupun kelompok. Dampak terburuknya ialah jatuhnya korban jiwa.

(33)

15 d. Situasional

Situasional yang dimaksud adalah berkaitan dengan suhu udara.

Suhu udara panas dapat meningkatkan kecenderungan individu untuk berperilaku agresif akibat adanya rasa ketidaknyamanan di dalam dirinya.

e. Sumber daya

Kebutuhan individu tidak akan pernah ada habisnya walaupun tak selamanya kebutuhan individu tersebut dapat tercukupi. Hal itu yang kemudian membuat individu ingin selalu memenuhi segala kebutuhan yang ada pada dirinya dengan berbagai cara salah satunya caranya ialah dengan melakukan perilaku agresi. Perilaku agresi yang dilakukan oleh individu biasanya mengandung unsur paksaan dan penyerangan kepada pihak lain/orang lain.

f. Media Massa

Media massa cukup berpengaruh pada perilaku individu yang mengarah pada perilaku agresi. Individu yang terpengaruh dengan tontonan di layar televisi mampu dengan mudah mencontoh perilaku menyimpang tersebut dan diterapkan di lingkungan sekitarnya.

4. Aspek-Aspek Agresivitas

Menurut Schneiders (dalam Aman, 2004) membagi aspek-aspek agresivitas menjadi empat macam yaitu:

(34)

16 a. Otoriter

Otoriter yaitu orang yang memiliki ciri kepribadian kaku dalam memegang nilai-nilai konvesional dan tidak bisa toleransi terhadap kelemahan-kelemahan yang ada di dalam diri sendiri maupun orang lain.

b. Superior

Superior yaitu individu merasa yang paling baik dibanding dengan individu lain.

c. Egosentris

Egosentris yaitu individu mengutamakan keperluan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri.

d. Keinginan untuk menyerang baik terhadap benda maupun manusia

Hal ini yang dimaksud yaitu mempunyai kecenderungan untuk melampiaskan keinginanya dan perasaanya yang tidak nyaman ataupun tidak puas pada lingkungan di sekitarnya dengan melakukan penyerangan terhadap individu ataupun benda di sekitarnya.

5. Karakteristik Individu yang Agresif

Menurut Abdilah (dalam Susantyo, 2017) membagi karakteristik individu yang agresif menjadi tiga macam yaitu:

1. Individu yang agresif akan membahayakan, menyakitkan dan melukai orang lain.

2. Individu yang agresif melukai dan menyakiti orang lain secara sengaja

(35)

17

3. Individu yang agresif tidak hanya melukai korbanya secara fisik, tetapi juga secara psikis (psikologis), misalnya melalui tindakan yang menghina atau menyalahkan.

B. Hakekat Mahasiswa sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Setiap individu menjalani tugas perkembangan yang harus dilalui agar kehidupan setiap individu tidak mengalami permasalahan. Khususnya bagi dewasa awal. Karena masa dewasa awal ini adalah masa puncak perkembangan bagi setiap orang. Dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja ke masa dewasa (Putri, 2018). Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu usia dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Selain itu individu usia dewasa awal juga diharapkan mampu menyesuaikan diri secara mandiri sesuai dengan pendapat Hurlock (Putri, 2018)

Santrock (dalam Putri, 2018) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 25 tahun. Maka dari itu mahasiswa merupakan salah satu individu yang masuk pada tahap dewasa awal. Menurut Hurlock (dalam Adila & Kurniawan, 2020) individu dewasa awal telah menyelesaikan tahap pertumbuhannya sehingga siap berbaur menjalani kehidupan bermasyarakat dengan orang dewasa lainya. Hurlock (dalam Harsanti, 2015) juga mengungkapkan bahwa masa dewasa awal merupakan

(36)

18

suatu masa penyesuain diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperoleh.

2. Ciri-ciri Mahasiswa sebagai Dewasa Awal

Pada masa dewasa awal diharapkan setiap individu sudah bisa menjadi pribadi yang dewasa secara mandiri. Berikut dikemukakan beberapa Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock (dalam Putri, 2018) yang membedakan masa dewasa awal dengan masa kehidupan lainya:

a) Masa Dewasa Awal Sebagai Masa Bermasalah

Pada masa dewasa awal ini banyak masa baru yang harus dihadapi seorang individu, masalah yang dihadapi biasanya berhubungan dengan masalah penyesuaian diri dalam berbagai aspek kehidupan orang dewasa dan biasanya terjadi adalah mereka belum siap untuk menghadapinya.

b) Masa Dewasa Awal Sebagai Masa Ketegangan Emosi

Ketegangan emosional yang ada pada masa ini biasanya tampak pada ketakutan atau kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini biasanya disebabkan oleh kurang mampunya individu yang berada pada masa dewasa awal mengatasi masalah utama dalam hidup mereka dan cenderung membuat mereka terganggu secara emosional.

c) Masa Dewasa Awal Sebagai Masa Keterasingan Sosial

Individu pada masa ini sering merasa terasingkan dengan lingkungan persahabatan mereka sewaktu masa remaja karena biasanya individu pada masa ini sudah masuk pola kehidupan orang dewasa yaitu

(37)

19

fokus untuk memusatkan pemikiran pada karir, perkawinan dan rumah tangga.

d) Masa Dewasa Awal Sebagai Masa Komitmen

Pada awal masa dewasa individu mempunyai tanggung jawab baru, pada masa ini individu mengalami perubahan tanggung jawab dari pelajar yang sepenuhnya bergantung pada orang tua menjadi orang dewasa mandiri.

Perubahan tanggung jawab itu membuat perubahan komitmen.

e) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan

Masa dewasa awal ini memberikan setiap individu status kebebasan untuk mandiri, tetapi masih banyak individu pada masa ini belum mampu untuk mandiri dan sering bergantung pada orang lain.

f) Masa Dewasa Awal Sebagai Perubahan Nilai.

Banyak nilai masa kanak-kanak dan remaja berubah pada masa dewasa karena seiring berjalanya waktu pengalaman dan hubungan sosial yang dialami lebih luas dan dengan orang yang lebih banyak lagi dengan usia yang berbeda-beda pula.

g) Masa Dewasa Awal Sebagai Masa Penyesuaian dengan Cara Hidup Baru Individu yang berada pada masa ini menyesuaikan diri pada suatu gaya hidup yang baru dan sering merasa kesulitan karena pada masa ini seseorang jarang dipersiapkan agar mampu memikul tanggung jawab baru sebagai orang tua atau peran ganda sebagai orangtua sekaligus pencari nafkah.

(38)

20

h) Masa Dewasa Awal Sebagai Masa Kreatif

Bentuk kreativitas pada masa ini akan terlihat tergantung pada minat, kemampuan individu dan kesempatan untuk mewujudkan keinginan serta kegiatan yang memberikan kepuasaan terhadap hidup.

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Dalam menjalani kehidupannya, orang dewasa awal sangat perlu dan penting dalam menyelesaikan tugas perkembangannya agar dalam kehidupannya tidak mengalami masalah yang berarti dan merasa bahagia menjalani kehidupan yang akan dijalani selanjutnya. Hurlock (dalam Putri 2018), membagi tugas perkembangan dewasa awal, antara lain:

a. Mendapatkan suatu pekerjaan.

b. Memilih seorang teman hidup.

c. Belajar hidup bersama dengan suami istri membentuk suatu keluarga.

d. Membesakan anak-anak.

e. Mengelolah sebuah rumah tangga.

f. Menerima tanggung jawab sebagai warga negara.

g. Bergabung dalam suatu kelompok sosial.

Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan pada setiap fase kehidupannya termasuk orang dewasa awal. Setiap tugas perkembangan tersebut akan semakin sulit sesuai tahap perkembangan individu tersebut, oleh karena itu individu harus bisa menyelesaikannya dengan sebaik mungkin. Bagi orang dewasa awal, setiap tugas perkembangan harus bisa dilaksanakan.

Keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan tersebut akan

(39)

21

membawa dan menimbulkan kebahagiaan, serta mengarahkan kepada keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada fase selanjutnya.

4. Perilaku Agresivitas mahasiswa dan pemicunya.

Menurut Buss and Perry (dalam ) mengatakan bahwa perilaku agresif yaitu perilaku yang berniat untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal untuk mengkspresikan perasaan negatifnya. Perilaku agresif sering kali muncul di kalangan mahasiswa. Menurut siswoyo (dalam Hulukati & Djibran, 2018) menyatakan bahwa mahasiswa sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang stingkat dengan perguruan tinggi. Perilaku agresif yang terjadi di kalangan mahasiswa terjadi dikarenakan mahasiswa saat ini yang cenderung lebih bebas dan jarang memperhatikan nilai moral yang terkandung dalam setiap perbuatan yang mereka lakukan sehingga sering kali memunculkan perilaku agresif. Contoh perilaku agresif yang dilakukan mahasiswa dilakukan melalui perilaku kekerasan secara individual maupun secara berkelompok, baik kekerasan fisik maupun psikis, seperti tawuran, penganiyaan dan lain-lain (Guswani & Kawuryan, 2011)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Guswani & Kawuryan, 2011) mengatakan adanya beberapa perilaku agresif yang terjadi di kalangan mahasiswa indonesia, misalnya yang terjadi di Makassar pada tanggal 14 Juni 2010 tawuran antar Fakultas olahraga UNM. Peristiwa ini berawal dari adanya saling ejek di sebuah pertadingan futsal. Peristiwa lain yakni tawuran antara mahasiswa Fakultas

(40)

22

peternakan dengan mahasiswa Fakultas teknik UNHAS. Bermula dari seorang mahasiswi yang diganggu oleh mahasiswa yang berasal dari Fakultas peternakan.

Lalu tanggal 25 Mei 2010 juga terjadi tawuran antara mahasiswa FISIPOL dengan mahasiswa teknik.

Menurut Mundy (dalam Aryani, 2006) menyatakan bahwa pemicu dari perilaku agresif yang terjadi di kalangan mahasiswa disebabkan oleh situasi-situasi atau keadaan yang tidak menyenangkan di dalam lingkungan sehingga mahasiswa memunculkan perilaku agresif. Selain itu mahasiswa yang melakukan perilaku agresif dipicu oleh pengelolaan emosi yang kurang baik. Mahasiswa yang belum stabil dan kurang matang emosinya dapat lebih mudah melakukan perilaku agresif daripada yang telah matang emosinya (Rahayu, 2008)

C. Hakekat Broken Home 1. Pengertian Broken Home

Kata broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Menurut kamus Inggris-Indonesia, broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga (Echols dan Hassan, 2007). Broken home dapat diartikan sebagai rumah tangga yang retak atau keluarga yang retak.

Syamsu Yusuf (dalam Pratama dkk., 2016) mengemukakan bahwa broken home adalah keluarga yang tidak stabil atau berantakan ditandai dengan perceraian orang tua atau mereka yang mempunyai orang tua namun mempunyai orang tua yang single (single parent). Selanjutnya menurut Sofyan S. Wilis (dalam Pratama dkk., 2016) broken home adalah suatu keadaan yang

(41)

23

terjadi apabila struktur keluarga tidak utuh lagi misalnya kematian salah satu orang tua, perceraian dan kehidupan keluarga tidak harmonis lagi.

Menurut paparan dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa broken home adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan di dalam keluarga dimana (ayah dan ibu) sudah tidak utuh lagi akibat perceraian dan kehidupan dalam keluarga tidak harmonis lagi.

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Broken Home

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus pertikain dalam keluarga yang berakhir dengan perceraian. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya broken home menurut Dagun (dalam Pratama dkk., 2016) adalah:

b) Terjadinya Perceraian

Perceraian dalam keluarga biasanya diawali oleh sebuah konflik yang terjadi di dalam keluarga tersebut sehingga kedua orang tua memilih perceraian untuk menjadi jalan keluar. Dagun (dalam Pratama dkk., 2016) mengingatkan bahwa peristiwa dalam perceraian senantiasa membuat dampak yang mendalam bagi anggota keluarga. Perceraian dapat menimbulkan stress, tekanan dan menimbulkan perubahan fisik dan mental.

c) Ketidakdewasaan Sikap Orang Tua

Ketidakdewasaan sikap orang tua juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya keluarga broken home. Saat menghadapi suatu permasalahan, orang tua cenderung untuk menggunakan ego masing-

(42)

24

masing dan enggan untuk membicarakan dengan baik mengenai permasalahan yang sedang dialami.

d) Orang Tua yang Kurang Memiliki Rasa Tanggung Jawab

Kurangnya rasa tanggung jawab dalam keluarga akan memicu permasalahan dalam keluarga tersebut. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab akan berlaku seenaknya dan cenderung untuk lari dari kewajibannya sebagai orang tua, istri atau suami.

e) Jauh dari Tuhan

Relasi terhadap Tuhan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan spiritual manusia. Kedekatan individu dengan Tuhan akan meminimalisir seorang individu untuk berperilaku menyimpang atau tidak sesuai dengan ajaran-Nya.

f) Adanya Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi seringkali menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga. Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rumah tangga menjadikan uang sebagai salah satu faktor penentu kesejahteraan dalam sebuah keluarga. Keadaan ekonomi yang buruk memicu adanya cekcok antara anggota keluarga satu dengan lainya. Ibu menuntut hal-hal di luar penghasilan ayah atau ayah sebagai kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga dapat menjadi pemicu keretakan hubungan keluarga. Hal lain yang dapat menjadi pemicu adalah orang tua lebih fokus mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kurang dapat fokus mengurus keluarga. Komunikasi anggota keluarga menjadi kurang

(43)

25

karena mereka lebih fokus kepada pemenuhan kebutuhan keluarga.

Komunikasi yang kurang dapat menjadi pemicu kesalahpahaman antar anggota keluarga.

g) Kehilangan Kehangatan dalam Keluarga

Relasi yang baik antar anggota keluarga akan menjadi sebuah keluarga lebih harmonis. Apabila ayah dan ibu kehilangan rasa peduli satu sama lain, kasih sayang, tidak adanya keterikatan satu sama lain, dan kurangnya komunikasi, hal tersebut akan menimbulkan dampak yang negatif bagi relasi keduanya serta anggota yang lain

h) Adanya Masalah Pendidikan

Pendidikan atau wawasan merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan diri individu. Individu yang tidak memiliki pendidikan atau wawasan yang baik akan lebih sulit untuk mengelola dirinya karena kurangnya wawasan terhadap pengelolaan diri. Individu dengan pengelolaan diri yang kurang baik akan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang sekitarnya sehingga seringkali memicu terjadinya konflik antara individu satu dengan yang lain.

Dagun (dalam Sari dkk., 2015) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya broken home yaitu persoalan ekonomi, perbedaan usia yang besar, keinginan memperoleh anak, dan persoalan prinsip hidup yang berbeda.

(44)

26

3. Dampak Broken Home Terhadap Agresivitas Mahasiswa

Menurut hasil penelitian yang dilakukan (Muttaqin & Sulistyo, 2019) mengatakan dampak broken home terhadap agresivitas mahasiswa yaitu mahasiswa akan melakukan perilaku agresif dalam bentuk kekerasan secara verbal maupun non verbal. Perilaku agresif ini muncul karena adanya kecemasan dan kesepian yang dialami sebagai bentuk keinginan anak untuk mendapakan perhatian dari orang lain karena ia dapatkan di rumah. Selain itu juga kurangnya pengawasan dan pembinaan akhlak baik dari orang tuanya membuat anak menjadi kurang dalam mengontrol perilaku agresinya.

Selanjutnya menurut hasil penelitian yang dilakukan Nisfianoor (dalam Nauli, 2004) mengatakan bahwa mahasiswa yang broken home akan membawa dampak negatif bagi orang lain maupun diri sendiri, terutama dalam berperilaku agresif individu akan mudah frustasi, stress, bingung, tertekan dan malu akibat konflik yang ada di dalam keluarga sehingga individu melampiaskan dalam bentuk perilaku agresif seperti melakukan kekerasan kepada orang lain secara fisik maupun verbal.

D. Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan penelitian sebelumnya yang kurang lebih memiliki variabel yang sama dengan penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pratama dkk. (Pratama dkk., 2016)

(Pratama dkk., 2016) melakukan penelitian dengan judul Perilaku Agresif Siswa dari keluarga Broken Home di SMA 11 Padang. Peneltiaan yang dilakukan oleh Pratama dkk bertujuan untuk mengetahui perilaku agresif siswa dari keluarga

(45)

27

broken home secara fisik dan verbal dan bagaimana implikasi layanan Bimbingan dan Konseling untuk mengatasi perilaku agresif siswa dari keluarga broken home di SMA 11 Padang. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif, dengan sampel sebanyak 35 orang siswa yang berasal dari keluarga broken home yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian angket. Data analisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah perilaku agresif pada siswa yang berasal dari keluarga broken home SMA 11 Padang sebagian besar berada pada kategori sedang. Adapun rincian yang berkaitan dengan sub variabel menyerang orang secara fisik, menyerang orang secara verbal dan merusak dan menghancurkan harta benda dan kekayaan orang lain dikemukakan beberapa kesimpulan, yakni:

1. Perilaku agresif siswa yang berasal dari keluarga broken home di SMA N 11 Padang untuk sub variabel menyerang secara fisik sebagian besar berada pada kategori rendah.

2. Perilaku agresif siswa yang berasal dari keluarga broken home di SMA N 11 Padang untuk sub variabel menyerang orang secara verbal sebagian besar berada pada kategori sedang.

3. Perilaku agresif siswa yang berasal dari keluarga broken home di SMA N 11 Padang untuk sub variabel merusak dan menghancurkan harta benda dan kekayaan orang lain sebagian besar berada pada kategori sedang.

(46)

28 E. Kerangka Berpikir

Bentuk-Bentuk Agresivitas 1. Agresi Fisik

2. Agresi Verbal 3. Agresi Kemarahan 4. Agresi Permusuhan

Faktor-faktor Agresivitas 1. Frustasi

2. Pembelajaran sosial dan hadiah 3. Pengaruh lingkungan kelompok 4.Pengaruh lingkungan fisik Asumsi Awal

Tingkat Agresivitas Mahasiswa Yang berasal dari Keluarga Broken Home

Tingkat Agresivitas Mahasiswa Broken Home FKIP

Daftar Item Penyusunan Tingkat Agresivitas yang perolehan skornya tinggi

(47)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari uraian jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, devinisi operasional, variabel penelitian, teknik dan istrumen pengumpulan data penelitian, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data penelitian.

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif memecahkan masalah berdasarkan cara menggambarkan obyek penelitian pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya. Fakta-fakta tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dalam bentuk survei dan studi perkembangan.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Sugiyono (2013) mengatakan bahwa metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/sciecentific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka dan analisis menggunakan statistik.

(48)

30 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Sanata Dharma dan dilaksanakan secara online dengan menggunakan google form mengingat sedang adanya pandemi covid- 19 yang mengharuskan mahasiswa belajar di rumah secara online. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Juni 2021.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma yang berasal dari keluarga broken home. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 35 mahasiswa. Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013), purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang sudah ditentukan pada penelitian ini yaitu mahasiswa yang berusia 18 – 25 tahun, berasal dari keluarga broken home.

Tabel 3. 1 Subjek Penelitian

Program Pendidikan Jumlah

BK 10

Pendidikan Matematika 2

Pendidikan Fisika 1

Pendidikan Kimia -

Pendidikan Biologi 1

Pendidikan Bahasa Inggris 9 Pendidikan Bahasa Indonesia 3

PGSD 2

Pendidikan Sejarah 2

Pendidikan Ekonomi 2

Pendidikan Akuntansi 1 Pendidikan Agama Katolik 2

Jumlah 35

(49)

31 D. Definisi Operasional

Agresivitas merupakan tindakan yang bersifat kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya yang dapat membahayakan, menyakiti, atau mencederai orang lain seperti fisik dan non fisik.. Semakin tinggi skor yang dihasilkan pada alat ukur menunjukan bahwa tingkat agresivitas yang dimiliki individu juga tinggi. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh dari alat ukur menunjukan bahwa tingkat Agresivitas yang dimiliki individu juga rendah.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket. Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden. Angket yang dibuat harus berlandaskan pada faktor dalam prinsip penulisan angket.

Sugiyono (2013) dalam bukunya mengatakan bahwa prinsip penulisan angket menyangkut beberapa faktor yaitu isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang digunakan mudah, pertanyaan tertutup terbuka positif negatif. Pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak mengarahkan, panjang pertanyaan dan urutan pertanyaan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial

(50)

32

yang diamati. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup karena pilihan alternatif jawaban untuk setiap item sudah disediakan, sehingga responden hanya perlu memilih salah satu dari keempat alternatif jawaban. Instrumen pengumpulan data diukur menggunakan skala Likert. Sugiyono (2013) mengungkapkan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi agresivitas sekelompok mahasiswa broken home. Jawaban setiap item instrumen dalam skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Subjek penelitian memberikan tanda checklist (√) pada setiap jawaban dan kolom yang tersedia.

Item dalam kuesioner ini terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Adapun empat alternatif jawaban yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Favourable (+) Unfavaourable (-)

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Sebelumnya peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen, setiap butir item dalam angket disajikan berdasar bentuk-bentuk agresivitas menurut Buss and Perry (dalam Ferdiansa & Neviyarni, 2020) sebagai berikut:

Tabel 3. 3

Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Tingkat Agresivitas Mahasiswa Yang Berasal Dari Keluarga Broken Home pada mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma

No Aspek Indikator Item Jumlah

(51)

33

F U

1 Agresi Fisik 1. 1. Melakukan pemukulan dan penyerangan dengan maksud

membahayakan orang lain.

2. 2. Individu terlibat dalam perkelahian dengan individu lain.

10,1,3,7,15,5

16,25,

12,22,14,2,20,8

6,17

12

4

2 Agresi Verbal

1. 1. Menyakiti dan menghina perasaan orang lain dengan kata-kata kasar 2. 2. Membicarakan

keburukan orang lain

11,4,21,19,26,

24,23,35,52,

9,27,13,18,29

30,28,47,43

10

8

3 Kemarahan 1. 1. Individu mengekspresikan kemarahan jika tidak sesuai dengan keinginannya

2. 2. Memiliki perasaan kecewa yang

berubah menjadi kemarahan yang diluapkan kepada objek maupun orang lain

39,45,33,58

48,54,40,42

31,56,41,36

60,46,34,32

8

8

4 Permusuhan 1. 1. Mengekspresikan rasa kebencian dan permusuhan yang sangat dalam kepada orang lain

44,57,55,37,38 51,50,59,49,53 10

Total 30 30 60

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013). Data yang dapat dikatakan valid apabila data yang dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya yang terjadi pada objek penelitian tidak berbeda. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas statistik.

(52)

34

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap alat ukur dengan analisis rasional dengan cara expert judgement (Azwar, 2009).

Validitas isi dilakukan dengan expert judgment oleh dosen pembimbing skripsi.

Pada proses konsultasi, dosen pembimbing memberikan masukan mengenai kesesuaian aspek, indikator dan butir item. Setelah melakukan konsultasi, peneliti kembali merevisi dan melakukan konsultasi lanjutan untuk lebih memantapkan instrumen, sampai mendapatkan final pada instrumen yang sudah dibuat.

Selanjutnya validitas statistik adalah teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item yang digunakan terhadap skor-skor ciri melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment.

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Rumus Pearson Product Moment 𝑟𝑥𝑦 = 𝑁(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2} {𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌 )2} Keterangan:

rxy : Korelasi Produk Moment N : Jumlah Subjek Penelitian

∑X : Jumlah Skor item/pernyataan

∑Y : Jumlah skor total item/pernyataan XY : Jumlah hasil skor x dan skor y

Item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap valid dan jika kurang dari 0,30 item dianggap tidak valid (Azwar, 2009).

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Product dan Service Solution) for windows 21. Berikut ini

Gambar

Gambar 4. 1 Grafik Agresivitas Mahasiswa yang Berasal dari Keluarga Broken  Home FKIP Universitas Sanata Dharma ..............................................................
Tabel 3. 1  Subjek Penelitian
Tabel 3. 2  Alternatif Jawaban
Tabel 3. 6  Kriteria Guilford
+3

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma yang telah mengambil PPL II pada semester genap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki skor

macam sumber stres ( stressor ) dalam bidang akademis pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang dianggap sebagai beban perkuliahan.. Pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa mengenai nilai-nilai Universitas Sanata Dharma. Pertanyaan penelitian ini adalah 1) bagaimana persepsi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa aktivis kampus Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki tingkat aktualisasi diri

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : EVALUASI TINGKAT KESADARAN KEAMANAN

Siswa yang berasal dari keluarga broken home, perhatian orang tua (ibu) terhadap proses kegiatan belajarnya dirumah sangat luar biasa, sang ibu tidak menuntut terlalu