• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyesuaian diri mahasiswa asal NTT (studi deskriptif pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur dan usulan topik-topik pendampingan terkait bimbingan pribadi-sosial) -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyesuaian diri mahasiswa asal NTT (studi deskriptif pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur dan usulan topik-topik pendampingan terkait bimbingan pribadi-sosial) - "

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA ASAL NTT

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2017

Asal Nusa Tenggara Timur Dan Usulan Topik-Topik Pendampingan Terkait Bimbingan Pribadi-Sosial)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :

Zoter Sonata Prilcon Bale Leda Veregrent

NIM: 131114069

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO

“Hidup ini penuh dengan kebebasan. Maka gunakan kebebasan itu sebaik-baiknya karena sebuah kegagalan dan kesuksesan dalam hidupmu ditentukan

dengan pilihanmu itu sendiri

“Fokus apa yang menjadi targetmu dan segera mengesampingkan hal-hal yang tidak berguna dalam hidupmu, terkadang kita terlalu fokus dengan hal-hal

yang tidak penting daripada hal-hal yang penting”

“Perbanyaklah pengalaman daripada berkata-kata. Karena sebagian besar orang akan lebih mengingat sebuah tindakan daripada ribuan kata-kata”

“Hidup di Indonesia ini tidak pernah kekurangan orang baik melainkan kekurangan orang yang teladan dan orang yang memberikan contoh”

“Orang sukses itu tidak pantang menyerah untuk selalu mencari jalan atau menemukan solusi terbaik dalam hidupnya sedangkan orang yang gagal selalu

melibatkan suatu alasan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya”

“Jika ada kesempatan, Ambilah. Karena ketika kamu diberi kesempatan kedua rasanya sudah menjadi beda”

“Jangan terlalu larut dalam kesedihan, apalagi menangisi kejadian yang sudah terjadi, karena hidup ini terlalu singkat untuk menghabiskan hal-hal tersebut.

Terus maju dan hidup dalam harapan”

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjadi landasan dan pedoman serta kekuatan dalam melangsungkan hidupku sehari-hari.

Kedua Orangtuaku tercinta

Bapak Karolus Ben Bale dan Ibu Theresia Niken Wara Sri Widuri yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayangnya dalam menyelesaikan skripsi ini. Saudara-saudariku secara khusus Adik laki-lakiku Agustimus Surya Novelos Bale Leda Veregrent dan Adik perempuanku Maria Agustina Angelina Yustina

Mese Bale Leda Veregrent

Keluargaku yang penuh kasih secara khusus kepada Om Paulus Suhendrasmo beserta sekeluarga yang ikhlas memberikan sarana dan prasarana dalam

proses mengerjakan skripsi ini

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA ASAL NTT

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2017 Asal Nusa Tenggara Timur

Dan Usulan Topik-Topik Pendampingan Terkait Bimbingan Pribadi-Sosial)

Zoter Sonata Prilcon Bale Leda Veregrent

Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan seberapa baik kemampuan penyesuaian diri mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur dan; (2) merumuskan usulan topik-topik pendampingan terkait bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 Asal Nusa Tenggara Timur berdasarkan capaian skor pengukuran penyesuaian diri yang teridentifikasi rendah.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 Asal Nusa Tenggara Timur yang berjumlah 50 orang. Teknik sampel yang digunakan peneliti adalah Probability Sampling dengan model Simple Random Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuisioner Penyesuaian Diri yang dikonstruk dengan empat aspek penyesuaian diri yaitu kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial dan kematangan moral dan tanggung jawab. Kuisioner Penyesuaian Diri ini memuat 112 item diantaranya 81 item valid dan 31 item tidak valid dengan 4 alternatif jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai. Reliabilitas instrumen dihitung menggunakan formula Alpha Cronbach dengan nilai koefisien realibilitas sebesar 0,931.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 Asal Nusa Tenggara Timur memiliki tingkat penyesuaian diri sebagai berikut: ada 16 mahasiswa (32%) sangat baik, ada 27 mahasiswa (54%) baik, ada 7 mahasiswa (14%) cukup baik dan tidak terdapat mahasiswa yang menunjukkan hasil penyesuaian diri yang buruk maupun sangat buruk. Dari hasil perhitungan skor item, terdapat 28 item (35%) yang capaian skornya tergolong sangat tinggi, 37 skor item (46%) tergolong tinggi, 14 item (17%) sedang, 2 item (2%) yang rendah, serta tidak ada item yang capaian skornya termasuk dalam kategori sangat rendah. Diusulkan topik-topik pendampingan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan skor item kuisioner yang capaian skornya rendah untuk meningkatkan Penyesuaian Diri Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 Asal Nusa Tenggara Timur. Judul topik pendampingan bimbingan pribadi-sosial mahasiswa yaitu “Pentingnya Bersikap Asertif di Jaman Kekinian dan Mengambil Keputusan sebagai Langkah Kemajuan Diri Sendiri”. Pendampingan ini dilakukan dengan metode bimbingan klasikal, sharing kelompok, dinamika kelompok, dan refleksi dengan tujuan meningkatkan penyesuaian diri pada mahasiswa.

(9)

ABSTRACT

STUDENT ADAPTATION CAPABILITY FROM NTT

(Descriptive Study on Faculty of Teacher Training and Education from Nusa Tenggara Timur Students of Sanata Dharma University Yogyakarta Academic Year

2017 and it’s Implication to Personal-Social Guidance Topics Proposal)

Zoter Sonata Prilcon Bale Leda Veregrent Sanata Dharma University

2019

This study is a descriptive quantitative with the purposes are (1) to describe how good the adaptation capability on Faculty of Teacher Training and Education from Nusa Tenggara Timur Students of Sanata Dharma University Academic Year 2017 and (2) formulate guidance topics related to personal-social guidance in order to rise up the student adaptation capability on Faculty of Teacher Training and Education from Nusa Tenggara Timur of Sanata Dharma University academic year 2017 based on adaptation score indication identified low.

The object of the study is 50 Nusa Tenggara Timur’s students on Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University Academic Year 2017.The sample technique which is used by the research is Probability Sampling with Simple Random Sampling model. The instrument of the study is Questionnaire about Students Adaptation Capability which is created with 4 aspects of adaptation capability; emotional, intellectual, social, and moral responsibility. The adaptation questionnaire include 112 items with 81 items are valid, 31 items are not valid, with 4 alternative answers; most appropriate, appropriate, inappropriate and most inappropriate. The instrument reliability is calculated with Alpha Cronbach formula with reliability coefficient value 0,931.

The result of this study indicates that Faculty of Teacher Training and Education from Nusa Tenggara Timur of Sanata Dharma University academic year 2017 has adaptation capability level as follows: 16 students (32%) are excellent, 27 students (54%) are good, 7 students (14%) are average, and there are none of them show bad or worse in adaptation capability. From the result item score calculation, there are 28 items (35%) which get very high score, 37 items (46%) get high score, 14 items (17%) are average, 2 items (2%) are low, and none of them belong to very low score. As a proposed, topics implication guidance personal-social based on questionnaire items which has low achievement score to raise up Adaptation Capability on Faculty of Teacher Training and Education of Sanata Dharma University academic year 2017 from Nusa Tenggara Timur. The title of the implication to personal-social guidance topics is “the Important of Assertive Behavior in Nowadays Era and the Decision Making as a self Development”. This guidance is done with classical guidance method, group sharing, working in a group, and reflection to increase adaption for students.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat-Nya akhirnya penelitian yang berjudul “Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2017 Asal Nusa Tenggara Timur Dan Usulan Topik-Topik Pendampingan Terkait Bimbingan Pribadi-Sosial” ini terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta

Karya Ilmiah ini merupakan sebuah karya yang memberikan peneliti pengalaman baru dan berharga, dimana peneliti sendiri telah mengalami berbagai macam persoalan dan kendala selama proses pengerjaan skripsi ini baik dalam suka maupun duka. Pengalaman tersebut membuat peneliti menjadi semakin banyak berusaha dan berdoa serta mengucapkan pujian dan syukur dalam setiap perjalanan hidup.

Peneliti menyadari tanpa adanya bantuan, bimbingan dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terlibat, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, secara khusus pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO ……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………. vii

ABSTRAK……… viii

ABSTRACT……… ix

KATA PENGANTAR……….. x

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……….. 7

C. Pembatasan Masalah………. 8

D. Rumusan Masalah………. 8

E. Tujuan Penelitian………... 8

F. Manfaat Penelitian ……… 9

G. Batasan Istilah ……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 11

A. Hakikat Penyesuaian Diri……….. 11

1. Pengertian Penyesuaian Diri………... 11

2. Karakteristik Penyesuaian Diri……… 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri…………..15

4. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri………... 18

(13)

B. Mahasiswa dan Penyesuaian Diri………. 24

1. Mahasiswa………... 24

2. Mahasiswa FKIP Asal NTT………. 25

3. Penyesuaian Diri pada Mahasiswa FKIP Asal NTT…………... 26

C. Kajian Penelitian yang Relevan………. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 29

A. Jenis dan Desain Penelitian………... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 29

C. Subjek Penelitian………... 30

D. Definisi Variabel Penelitian ……….. 31

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………. 31

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen……….. 35

1. Validitas………... 35

2. Reliabilitas………... 38

G. Teknik Analisis Data………. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 44

A. Hasil Penelitian……….. 44

B. Pembahasan………... 49

BAB V PEMBAHASAN………... 54

A. Simpulan……… 54

B. Keterbatasan………... 55

C. Saran……….. 55 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian……….. 30

Tabel 3.2 Norma Skoring Inventori Penyesuaian Dir i……….. 33

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Penyesuaian Diri……….. 34

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas……… 37

Tabel 3.5 Reliabilitas Item……… 39

Tabel 3.6 Kriteria Guilford……… 39

Tabel 3.7 Penentuan Kriteria Secara Keseluruhan ………41

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru…………42

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Skor Item Penyesuaian Diri Mahasiswa…... 43

Tabel 4.1 Ketegorisasi Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru………... 44

Diagram 4.1 Diagram Kategorisasi Penyesuaian Diri Mahasiswa………… 46

Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Item Penyesuaian Diri Mahasiswa…………... 47

Diagram 4.2 Kategorisasi Skor Item Penyesuaian Diri Mahasiswa ………. 48

Tabel 4.3 Item-Item Pernyataan Yang Tergolong Rendah……… 49

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah yang sangat luas. Tetapi tidak semua wilayah dapat terjangkau sehingga terjadi kesenjangan yang cukup mencolok dalam kualitas pendidikan. Apalagi pendidikan merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh pemerintah. Maka dari itu kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu mendorong calon mahasiswa perguruan tinggi berpindah dari satu daerah ke daerah yang lain.

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah memang sudah terlaksana hampir di seluruh Indonesia sampai ke pelosok, namun Pendidikan Tinggi jarang ada di daerah-daerah yang memiliki mutu dan kualitas yang bagus. Padahal di jaman era globalisasi ini dituntut sumber daya manusia handal yang mampu berkompetensi dengan tantangan era globalisasi ini. Hal ini mendorong pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah mencari sekolah dan perguruan tinggi yang bagus dan bermutu dari segi kualitas.

(17)

perhatian dalam segala bidang termasuk Pendidikan Tinggi datang mencari ilmu di daerah Jawa.

Salah satu kota studi yang paling banyak diminati oleh pelajar NTT adalah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota ini dianggap sebagai barometer pendidikan di Indonesia dan sangat dikenal dengan sebutan kota Pelajar atau kota Pendidikan. Kedatangan mahasiswa NTT di Jawa khususunya di Yogyakarta tentunya akan dihadapkan pada proses penyesuaian diri terhadap suasana dan budaya baru. Penyesuaian diri terhadap suatu lingkungan dan budaya baru bukan merupakan hal yang mudah. Dibutuhkan keterbukaan dan kematangan diri seseorang untuk siap beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru tersebut.

Kemampuan penyesuaian diri di tempat baru memberikan pengaruh bagi mahasiswa yang memiliki perbedaan lingkungan tempat tinggal, budaya, ras, etnik dan bahasa khususnya bagi pelajar dari NTT. Bukan hanya kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru saja tetapi mahasiswa dari NTT juga dituntut untuk memiliki motivasi diri yang besar agar bisa menciptakan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru dengan baik dan berhasil. Dengan perbedaan yang cukup mencolok seperti inilah akan menyebabkan penyesuaian diri pada mahasiswa menjadi lebih sulit dari biasanya.

(18)

daripada mahasiwa yang pulang ke NTT dengan membawa ijazah sarjana. Banyak yang mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah lamanya proses perkuliahan yang dilaluinya oleh seorang mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian diri mahasiswa yang salah satunya mengalami kendala dalam mengikuti proses perkuliahan selama di kampus.

Lingkungan tempat tinggal memang sangat mempengaruhi penyesuaian diri seorang individu. Kebiasaan lingkungan tempat tinggal individu yang lama terkadang sulit untuk ditinggalkan saat seorang individu memasuki lingkungan tempat tinggal yang baru. Salah satu contoh kebiasaan yang masih terbawa di lingkungan baru adalah dalam hal komunikasi. Komunikasi di setiap daerah pada umumnya memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas komunikasi tersebut dapat berupa bahasa lokal, dialek atau logat dari daerah asal. Hal tersebut biasanya membuat orang lain yang mendengarnya mampu mengidentifikasi darimana individu tersebut berasal.

Misalnya yang dialami oleh mahasiwa yang berinisial (NN, NI, KI) perwakilan dari perempuan dan laki-laki FKIP angkatan 2017 yang berasal dari NTT yang menjalani perkuliahan di semester pertama di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

“Pertamanya saya senang bisa kuliah di kampus ini apalagi di Jogja, banyak orang dimana-mana, tapi lama-lama susah komunikasi, susah cari teman karena bahasanya, beda, jadi merasa kesepian karena tidak ada teman, kangen rumah” (NN,2017).

“Kalau kira bicara, orang tanya apa-apa terus, seperti mereka susah dengar, susah mengerti, lalu pikir kita marah kalau kita omong keras-keras. Maka dari itu lebih enak berteman dengan teman sedaerah saja” (NI,2017)

(19)

bagaimana supaya diterima sama orang Jawa, saya susah omongnya”. (KI, 2017)

Pernyataan beberapa penggalan cerita di atas, dapat mewakili pengalaman yang dialami langsung oleh mahasiswa dari NTT ketika berada di lingkungan barunya yang menjadi sulit untuk menyesuaikan diri dalam hal komunikasi di Kota Yogyakarta khususnya menjadi mahasiswa baru di Universitas Sanata Dharma. Hal itu membuat mereka menjadi justru menemukan kesulitan dalam hal menyesuaikan diri.

Bahasa yang berbeda dan ketidaksesuaian kebiasaan menimbulkan rasa cemas dan stress yang disebut sebagai culture shock. Culture shock adalah reaksi-reaksi yang muncul terhadap kondisi yang menyebabkan individu mengalami keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya (Mulyana, 2006). Yuniardi dan Dayaksini (2008) menjelaskan pula bahwa lingkungan yang berbeda ini mungkin dapat mengenai individu yang mengalami perpindahan dari satu daerah ke daerah lainnya dalam negeri sendiri sampai individu yang berpindah ke negeri lain, biasanya dalam periode waktu yang lama.

(20)

Sukadji (2000) mengungkapkan bahwa menyesuaikan diri berarti mengubah dengan cara yang tepat untuk memenuhi syarat tertentu, melalui proses penyesuaian diri mereka mampu beradaptasi dengan budaya lingkungan universitas di jawa dan mampu menanggulangi permasalahan semacam culture shock. Individu tidak dilahirkan dalam keadaan sudah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaiakan diri. Permasalahan penyesuaian diri timbul ketika individu mulai memasuki jenjang Pendidikan yang baru, seperti perguruan tinggi (Hartono & Sumarto, 2002)

Seluruh perbedaan dalam keanekaragamaan yang ada, menuntut individu untuk melakukan proses penyesuaian diri dengan suasana lingkungan yang baru. Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung terus menerus sepanjang hidup manusia. Semenjak lahir hingga dewasa manusia terus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu keselarasan dan keharmonisan antara individu dengan lingkungan.

(21)

peraturan tersebut pasti berbeda-beda. Ada yang berusaha menyesuaikan diri dengan mematuhi peraturan-peraturan yang diberikan, namun ada pula yang tidak peduli dan tidak mau menyesuaikan diri dengan peraturan tersebut.

FKIP sendiri selama ini telah melakukan upaya untuk mempermudah penyesuaian diri mahasiswa baru dengan mengadakan berbagai program, contohnya seperti INFISA (Inisiasi Fakultas Pendidikan) dan tiap perwakilan prodi melakukan INSIPRO (Inisiasi Program Studi) yang memberikan suasana baru dan tidak monoton. Program-program tersebut diharapkan membantu mahasiswa baru dalam beradapatasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Keberhasilan seseorang dalam menghadapi perubahan dan masalah-masalah di perguruan tinggi dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam menyesuaiakan diri. Mahasiswa baru yang mampu menyesuaikan diri dengan baik memiliki cara-cara penyelesaian masalah yang baik pula. Hurlock (1996) menyatakan individu yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara baik mampu mengatasi konflik-konflik yang mereka alami dengan penyelesaian yang lebih baik. Sementara itu, kegagalan dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan dapat menyebabkan terjadinya hambatan belajar yang mempengaruhi prestasi akademik.

(22)

emosional dari tiap individu tersebut untuk terus menerus berusaha menyesuaikan diri agar tidak terjadi gangguan di waktu mendatang.

Bedasarkan latar belakang dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 Asal NTT dan Usulan Topik-Topik Pendampingan

Terkait Bimbingan Pribadi-Sosial”

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, terkait dengan kesulitan-kesulitan penyesuaian diri mahasiswa baru FKIP USD angkatan 2017 asal NTT, maka masalah-masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Beberapa mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT mengalami kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan baru Universitas Sanata Dharma karena memiliki perbedaan lingkungan tempat tinggal, budaya, ras, etnik dan bahasa dari asalnya

2. Sebagian besar mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT kurang memiliki motivasi di dalam diri untuk menciptakan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru dengan baik dan berhasil

3. Berdasarkan dari realita Mahasiswa Flobamorata (NTT) di setiap tahunnya mahasiswa yang datang merantau ke Yogyakarta lebih banyak jumlahnya daripada mahasiswa yang pulang ke NTT dengan membawa Ijazah sarjana pada waktunya.

(23)

dari tempat tinggalnya yang mengakibatkan kesulitan untuk memasuki lingkungan yang baru.

5. Hampir seluruh mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT masih membiasakan berbicara menggunakan bahasa daerah kepada lawan bicaranya.

C. Pembatasan Masalah

Fokus kajian penelitian ini diarahkan untuk mengetahui masalah-masalah yang teridentifikasi di atas, khususnya masalah-masalah mengenai penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur.

D. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Seberapa baik kemampuan penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur?

(24)

E. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan seberapa baik kemampuan penyesuaian diri mahasiswa baru FKIP USD tahun ajaran 2017/2018 asal NTT.

2. Mengidentifikasi butir kuisioner penyesuaian diri mana yang skornya masih rendah untuk diusulkan sebagai topik-topik pendampingan bimbingan pribadi sosial yang sesuai untuk meningkatkan penyesuaian diri pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa FKIP dari NTT di Universitas Sanata Dharma Diharapkan dengan telah dilakukan penelitian ini mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang secara khusus bagi mahasiswa dari NTT mampu menyesuaikan diri dengan baik. b. Bagi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Sebagai pedoman dan landasan dalam penyusunan kegiatan terkait penyesuaian diri di kalangan mahasiswa dari luar jawa khususnya mahasiswa dari NTT.

c. Bagi Dosen Pembimbing Akademik

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi Pendidik dalam rangka membantu mahasiswa yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkatkan penyesuaian diri dengan baik.

G. Batasan Istilah

1. Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri merupakan proses beradaptasi terhadap lingkungan baru agar tercapai suatu keselarasan dan keharmonisan dalam lingkungan yang ditandai oleh aspek-aspek emosional, intelektual, sosial dan moral atau tanggung jawab sebagaimana dioperasikan dalam konstruk instrumen penelitian ini. Penyesuaian diri disini dimaksudkan sebagai penyesuaian diri yang normatif, bukan yang kearah patologis atau

(26)

2. Mahasiswa FKIP dari NTT

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini dijelaskan hakikat penyesuaian diri, aspek-aspek penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri yang baik, penyesuaian diri yang berhasil, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dan mahasiswa FKIP dari NTT.

A. Hakikat Penyesuaian Diri

1. Pengertian Penyesuaian Diri

Individu merupakan mahkluk yang unik dan menarik, tumbuh dan berkembang, serta memiliki keragaman kebutuhan, baik dalam jenis, tataran (level), maupun intensitasnya. Keragaman pola penyesuaian diri individu. Setiap individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup tempat tinggal dimana dia berada. Individu akan merasa puas dan bahagia bila mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia melakukan aktivitas sehari-hari. Apabila individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan orang-orang dilingkungan sekolahnya maka ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan dan proses belajar yang ada di sekolah.

Ada berbagai rumusan pengertian penyesuaian diri. Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau

(28)

a. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi, padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau biologis.

b. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity),

penyesuaian diri juga diartikan sama dengan penyesuaian diri yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri sebagai suatu usaha konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional.

c. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery), penyesuaian diri diartikan sebagai usaha penguasaan, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi.

Selain itu dalam (Schneider, 1964) juga mengemukakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku individu untuk mampu mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi. Penyesuaian diri merupakan ”perbaikan perilaku yang dibangun oleh seseorang”. Seseorang yang merasa kalau

(29)

memperbaiki perilakunya, sehingga dapat diterima oleh kelompok (Hurlock, 1994)

Penyesuaian diri diawali dengan stress, yaitu suatu keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seorang. (Baum, 1985). Penyesuaian diri merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh individu untuk menyelaraskan kebutuhan, harapan, dan tuntutan dirinya terhadap lingkungannya (Agustiani, 2009). Penyesuaian diri merupakan usaha seseorang untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan lingkungannya, sehingga rasa permusuhan, depresi dan emosi negatif yang muncul sebagai akibat dari respon yang tidak sesuai dan kurang efisien dapat diatasi. Pada dasarnya manusia senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Kartono, 2000).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah sebuah proses yang melibatkan kemampuan individu untuk dapat mengatasi kebutuhan baik yang berasal dari dalam diri individu maupun dari lingkungan sekitar. Individu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat mengatasi setiap masalah yang berhubungan dengan proses penyesuaian diri individu tersebut sehingga dapat diterima dengan baik di lingkungannya.

2. Karakteristik Penyesuaian Diri

(30)

a. Persepsi yang tepat untuk realita

Individu yang tepat menyesuaikan diri dengan baik memiliki tujuan hidup yang realistis dan secara aktif berusaha untuk mencapainya. Lingkungan tidak selalu sama sehingga cara pencapaian tujuan dapat berubah. Kecenderungan merubah persepsi dan interpretasi terhadap realita termasuk dalam persepsi yang tepat terhadap realita. Penyesuaian diri akan lebih disesuaikan dengan realitas apabila melihat sesuatu apa adanya. Orang yang mampu mempersepsikan sesuatu dengan akurat akan mengenali akibat dari tindakannya.

b. Kemampuan untuk mengatasi tekanan dan kecemasan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat menyebabkan stress, kecemasan, dan ketidakbahagiaan. Kita tidak dapat memenuhi setiap keinginan sehingga harus belajar untuk mentoleransi pemenuhannya. Penyesuaian diri dapat diukur dari seberapa baik individu mampu mengatasi konflik dan masalah yang diatasi.

c. Citra diri yang positif

(31)

diri mampu melihat dirinya secara positif. Mereka mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam dirinya secara realitas.

d. Kemampuan untuk mengekspresikan emosi

Individu yang memiliki emosi yang sehat mampu merasakan dan mengekpresikan emosi dan perasaannya dengan baik dan terkontrol.

e. Hubungan interpersonal yang baik

Menusia merupakan makhluk sosial yang saling bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya baik itu fisik, sosial dan emosional. Individu yang mampu menyesuaikan diri dapat berelasi dengan orang lain dalam cara yang produktif dan menguntungkan satu sama lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri yang baik mengandung unsur-unsur kematangan fisik, intelektual dan emosional, efisien, memberikan kepuasan dan bermanfaat (Partosuwido, 1992). Menurutnya kecemasan, kesulitan pengendalian diri secara emosional dan rasional, merasa tak berdaya, kegelisahan, kesulitan mengambil keputusan, tergantung pada orang lain, gangguan depresi, merupakan hal-hal yang menunjukkan seseorang yang gagal dalam proses penyesuaian dirinya.

(32)

a. Diri sendiri

Segala hal yang ada dalam diri (pikiran, perasaan, dan perilaku) mempengaruhi diri kita dalam berperilaku atau mengambil keputusan. Pertimbangan yang dibuat seseorang merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang tersebut.

b. Orang lain

Orang lain mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri dan demikian sebaliknya. Segala sesuatu yang ada di dalam diri juga dipengaruhi oleh sikap orang lain terhadap kita.

c. Lingkungan

Segala hal yang ada di lingkungan mempengaruhi perilaku setiap individu. Situasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi individu untuk menyesuaikan diri selain perilaku.

Menurut Hariyadi dkk (1995) pada dasarnya penyesuaian diri yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor motif, harga diri, persepsi, sikap, inteligensi, minat serta faktor kepribadian dengan penjelasan sebagai betikut:

a. Faktor motif adalah motif-motif sosial seperti motif berafiliasi, motif berprestasi, dan motif mendominasi.

(33)

dibandingkan dengan harga diri rendah, pesimis atau kurang yakin terhadap dirinya sendiri.

c. Faktor persepsi adalah pengamatan dan penilaian seseorang terhadap obyek peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang obyek tertentu.

d. Faktor sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berperilaku positif atau negatif. Seseorang yang bersikap positif terhadap sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki peluang untuk melakukan penyesuaian diri daripada yang sering bersikap negatif atau suka menyangkal tatanan yang lebih mapan.

e. Faktor intelegensi dan minat. Faktor intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk menalar, menganalisis dan menyimpulkan bedasarkan argumentasi yang matang, sehingga dapat menjadi dasar dalam melakukan penyesuian diri. Faktor intelegensi yang dibarengi dengan minat membuat penyesuaian diri lebih cepat dan lancar. f. Faktor kepribadian. Seseorang yang memiliki tipe kepribadian

extrovert lebih lentur dan dinamis, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian diri dibandingkan tipe kepribadian introvert yang cenderung kaku dan statis.

(34)

a. Faktor keluarga, terutama pola asuh keluarga berpengaruh pada penyesuaian diri. Pola asuh demokratis dengan suasana keterbukaan lebih memberikan peluang untuk melakukan proses penyesuaian diri secara efektif dibandingkan dengan pola asuh keluarga yang otoriter. Keluarga sehat akan lebih mempengaruhi pengaruh positif terhadap penyesuaian diri.

b. Faktor kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat membuat seseorang merasa bangga dan betah di sekolah sehingga memberikan landasan untuk dapat menyesuaikan diri secara harmonis di masyarakat.

c. Faktor kelompok sebaya. Kelompok teman sebaya yang saling mendukung dapat membantu pengembangan proses penyesuaian diri. d. Faktor prasangka sosial. Kecenderungan sebagian masyarakat yang menaruh prasangka negatif menjadi kendala dalam proses penyesuaian diri.

4. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Desmita (2009: 195) mengungkapkan bahwa terdapat empat aspek yang mampu memperlihatkan penyesuaian diri yang baik sebagai berikut:

a. Kematangan Emosional

(35)

b. Kematangan Intelektual

Kematangan intelektual meliputi kemampuan mencapai wawasan diri sendiri, kemampuan memahami orang lain dan keragamannya, kemampuan mengambil keputusan dan keterbukaan dalam mengenai lingkungan sekolah.

c. Kematangan Sosial

Kematangan sosial meliputi keterlibatan dalam partisipasi sosial, kesediaan kerja sama, kemampuan kepemimpinan, sikap toleransi dan juga keakraban dalam pergaulan.

d. Kematangan Moral dan Tanggung Jawab

Kematangan moral dan tanggung jawab meliputi sikap produktif dalam mengembangkan diri, melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel, sikap altruism, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal, kesadaran akan etika dan hidup jujur, melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai, dan juga kemampuan bertindak independen. Penyesuaian diri memiliki dua aspek secara umum seperti yang dikemukakan oleh Schneiders (Rahmawaty Parman, 2013: 471). Dua aspek itu yakni penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial:

1) Penyesuaian Pribadi

(36)

antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Penyesuaian diri ini meliputi:

2) Penyesuaian diri fisik dan emosi

Penyesuaian diri ini melibatkan respon-respon fisik dan emosional di dalam diri yang sehingga dalam penyesuaian diri fisik ini yang merupakan pokok untuk pencapaian penyesuaian diri yang sehat. Berkaitan dengan hal ini, ada hal penting berupa edukasi emosi, kematangan emosi dan control emosi. Contohnya, penyesuaian diri terhadap perbedaan suhu/cuaca, penyesuaian diri terhadap perbedaan makanan, minuman dan sebagainya.

3) Penyesuaian diri seksual

Penyesuaian diri seksual merupakan kapasitas bereaksi terhadap realitas seksual (impuls-impuls, nafsu dan pikiran, konflik-konflik, frustasi perasaan yang salah dan perbedaan seks). Contohnya, penyesuaian diri terhadap rangsangan-rangsangan dan pikiran-pikiran seksual.

4) Penyesuaian diri moral dan religious

(37)

ada di setiap lingkungan, penyesuaian terhadap perbedaan keyakinan terhadap Tuhan/ religiusitas.

b. Penyesuaian Sosial

Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Menandakan individu dengan lingkungan saling mempengaruhi dalam aspek psiko-sosial. Penyesuaian diri ini meliputi:

1) Penyesuaian diri terhadap rumah tangga dan keluarga

Penyesuaian diri ini menekankan hubungan yang sehat antar-anggota keluarga, otoritas orangtua, kapasitas tanggung jawab berupa pembatasan, dan larangan. Contohnya, penyesuaian diri terhadap warga, kondisi dan aturan yang ada dalam lingkungan sosial terkecil yaitu dalam 1 tempat tinggal/rumah/kos/kontrakan/asrama.

2) Penyesuaian diri terhadap sekolah

Penyesuaian diri seorang individu ditempat mereka menempuh pendidikan. Contohnya, penyesuaian diri terhadap warga, lingkungan, dan aturan-aturan yang ada di sekolah/tempat pendidikan/universitas.

3) Penyesuaian diri terhadap masyarakat

(38)

penyesuaian diri terhadap warga, kebiasaan, dan aturan yang ada dalam lingkungan sosial tempat tinggal.

Dari kedua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peneliti tertarik menggunakan teori yang dikemukakan oleh Desmita (2009: 195) mengenai empat aspek penyesuaian diri yang mampu memperlihatkan penyesuaian diri yang baik antara lain: Kematangan emosional, Kematangan Intelektual, Kematangan Sosial dan Kematangan Moral dan Tanggung Jawab. Keempat aspek diatas beserta butir-butirannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penyesuaian diri seseorang ketika berada di lingkungan yang baru salah satunya adalah lingkungan kampus dan lebih relevan dengan karakteristik Mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT yang sudah menjalankan kegiatan perkuliahan selang beberapa semester di kampus USD Yogyakarta.

5. Penyesuaian Diri yang Baik

(39)

Kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri menjadi semakin penting ketika individu beranjak remaja, hal ini karenakan pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas, di mana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim dapat menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan criminal dan tindakan kekerasaan.

Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya mempunyai ciri-ciri antara lain: suka bekerja dengan orang lain, simpati, mudah akrab, dan disiplin. Hurlock (1996: 239) menerangkan beberapa tanda bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri remaja, yaitu antara lain:

a. Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.

b. Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri. c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh

mengikuti standar-standar kelompok.

(40)

e. Perasaan menyerah

f. Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasaan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.

g. Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.

h. Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisme, proyeksi, berkhayal dan memindahkan.

Kesimpulan dari penyesuaian diri yang berhasil adalah pernyesuaian diri akan berhasil apabila di dalam kehidupan individu benar-benar terhindar dari tekanan, goncangan, dan ketegangan jiwa dan individu tersebut mampu menghadapi kesukaran dengan cara obyektif.

B. Mahasiswa dan Penyesuaian Diri

1. Mahasiswa

(41)

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian (Ikasari, 2004)

Pada umumnya usia mahasiswa yang berkisar antara 18 atau 19 tahun. Rentang usia ini termasuk pada kelompok usia remaja akhir. Rocmah (2005) menyatakan bahwa usia 17-21 tahun tergolong dalam remaja akhir. Gunarsa (2003) menyebut usia 17-22 tahun dengan isitilah masa adolescence yang juga berarti masa remaja yaitu masa peralihan dengan semua perubahan psikis antara masa anak dan masa dewasa. Hurlock (1996) menyatakan bahwa usia 18-40 merupakan masa dewasa dini (adolescence).

2. Mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Asal NTT

(42)

Seorang mahasiswa dinilai memiliki tingkat yang tinggi, kecerdasaan dalam berpikir dan juga perencanaan dalam bertindak. Karakteristik dari mahasiwa yang terlihat cukup menonjol adalah kemandirian yang mulai meningkat. Tingkatan mahasiswa merupakan tingkatan terakhir seorang invidu menerima pendidikan formal sebelum memasuki dunia kerja dan kehidupan yang lebih lanjut. Oleh karena itu fase ini memberikan tuntutan untuk lebih memikirkan masa depan dari seorang individu.

Kegiatan perkuliahan yang ada di setiap Universitas juga menuntut kemandirian dari setiap mahasiswa. Sebagai contoh jam perkuliahan yang tidak teratur dan tidak adanya seragam yang wajib dikenakan oleh setiap mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan juga menuntut kemandirian dari setiap individu. Mahasiswa harus mampu untuk mengatur waktunya sendiri sehingga tidak ada kegiatan yang terbengkalai. Mahasiswa juga harus mampu mengatur dirinya sendiri karena mahasiswa dipandang sudah mulai dewasa sehingga orang tua juga sudah tidak begitu ikut campur tangan seperti saat individu tersebut masih ada pada jenjang sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan manajemen waktu dan manajemen diri yang baik dari setiap individu.

3. Penyesuaian Diri pada Mahasiwa FKIP USD Asal NTT

(43)

memasuki lingkungan yang berbeda tidaklah mudah sehingga membutuhkan kemampuan menyesuaikan diri agar dapat beraktivitas dan menjalankan tugas-tugas di perguruan tinggi dengan baik. Tidak semua mahasiswa baru menyesuaikan dengan baik karena banyak mahasiswa yang merasa tidak nyaman dengan posisinya sebagai mahasiswa baru. Keadaan tersebut kemudian menimbulkan berbagai hambatan dalam penyesuaian diri serta sosialisasi dengan lingkungan baru.

Siswanto (2007: 41) mengartikan penyesuaian diri mahasiswa sebagai pengaturan pola hidup. Seorang mahasiswa baru menghadapi tantangan seperti perbedaan cara belajar, perpindahan tempat tinggal, teman baru, relasi dengan keluarga berkurang, manajemen waktu dan juga nilai hidup. Pendapat lain mengatakan penyesuaian diri mahasiswa adalah suatu cara agar mahasiswa dapat menyeimbangkan keadaan di wilayah kampus yang meliputi perubahan sikap, perasaan, dan tingkah laku. Pada intinya penyesuaian diri mahasiswa merupakan suatu pengaturan pola hidup individu dalam lingkungan baru untuk memperoleh keseimbangan dalam hidupnya.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

(44)

dirinya sangat kurang baik, tidak ada siswa (0%) yang penyesuaian dirinya cukup baik, terdapat 6 siswa (15,79%) yang penyesuaian dirinya baik, artinya siswa mampu menyesuaikan diri, sebanyak 32 siswa (84,21%) yang penyesuaian dirinya sangat baik, artinya siswa kelas XA dan XC sangat mampu menyesuaikan diri .

Emilia (2007) mengadakan penelitian mengenai penyesuaian diri siswa kelas VII di SMP Yos Sodarso Cigugur Kuningan tahun ajaran 2012/2013. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 13 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori sangat baik yaitu 24,07%, 35 orang yang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori baik yaitu 64,83%, 5 orang memiliki tingkat penyesuaian diri dengan kategori cukup baik yaitu 9,26%, 1 orang memiliki tingkat penyesuaian diri kurang baik yaitu 1,85%, dan tidak ada yang memiliki penyesuaian diri yang sangat kurang baik. Artinya penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Yos Sodarso Cigugur Kuningan tahun ajaran 2012/2013 cukup baik.

Aji (2011) melakukan penelitian mengenai kemampuan penyesuaian diri mahasiswa baru prodi BK USD angkatan 2014 yang ditinjau dari tempat asal Jawa dan Luar Jawa. Hasil yang diperoleh sebagian besar mahasiswa baru prodi BK angkatan 2014 memiliki penyesuaian diri baik dilihat dari 59% mahasiswa asal Jawa dan 54% mahasiswa Luar Jawa yang masuk kategori baik.

(45)
(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek atau populasi dan sampel penelitian, definisi variabel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrumen dan teknik analisis data..

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Hal ini menjelaskan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan seberapa baik penyesuaian diri mahasiwa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT dan penyusulan topik-topik pendampingan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuaian diri yang sesuai pada mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 yang berasal dari Nusa Tenggara Timur.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(47)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa/i FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2017 yang berasal dari NTT. Dalam pemilihan sampel penelitian ini, teknik sampel yang digunakan peneliti adalah Probability Sampling dengan model Simple random sampling.

Menurut Sugiyono (2009) simple random sampling adalah suatu teknik sampling melalui pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Dengan menggunakan teknik simple random sampling

dalam penelitian ini, peneliti mengambil sebanyak 50 mahasiswa/i FKIP USD di Komunitas Flobamorata USD.

Alasan peneliti memilih mahasiswa tahun angkatan 2017 FKIP USD yang berasal dari NTT sebagai subjek penelitian merupakan mahasiswa yang tergolong dalam tahap perkembangan dewasa tahap awal dengan usia rata-rata 18-25 tahun yang telah melalui beberapa semester perkuliahan selama di kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tabel 3.1

Data Subjek Penelitian Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 asal NTT

No Program Studi Jumlah

1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5

2 Pendidikan Akutansi 5

3 Pendidikan Bahasa Inggris 5

4 Pendidikan Sejarah 5

5 Pendidikan Ekonomi 4

(48)

D. Definisi Variabel Penelitian

Variabel Penelitian ini adalah penyesuaian diri. Penyesuaian diri adalah sebuah proses kemampuan individu untuk mengatasi kebutuhannya baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sekitarnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Individu dituntut dapat mengatasi masalah dalam proses penyesuaian dirinya sehingga dapat diterima dengan baik di lingkungan sekitar. Desmita (2009: 195) mengungkapkan bahwa terdapat empat aspek yang mampu memperlihatkan penyesuaian diri yang baik antara lain kematangan emosional, kematangan intelektual, kematangan sosial dan kematangan moral dan tanggung jawab. Keempat aspek inilah yang akan dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan instrumen.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Sukardi (2003) menjelaskan bahwa penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan satu metode atau lebih. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket yang disusun menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono, 2013)

8 Pendidikan Matematika 5

9 Bimbingan dan Konseling 5

10 Pendidikan Fisika 5

11 Pendidikan Biologi 5

(49)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Penyesuaian Diri. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013). Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Item-item angket ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri yang dibimbing oleh dosen.

Kuesioner terdiri atas empat bagian, yaitu bagian pertama memuat keterangan demografi mahasiswa yaitu nama, jenis kelamin, fakultas, dan provinsi. Bagian kedua berisikan kata pengantar penelitian yang mengharapkan kerelaan dan kesediaan mahasiswa dalam mengisi kuisioner. Bagian ketiga berisikan petunjuk pengisian kuisioner dengan memberi tanda check (√) pada kolom yang telah disediakan. Bagian

keempat memuat pernyataan-pernyataan tentang Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 yang berasal dari NTT.

Pernyataan yang terdapat dalam inventori ini terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Pernyataan

favourable merupakan konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung variabel yang diukur. Sedangkan unfavourable yaitu konsep keperilakuan yang tidak sesuai atau tidak mendukung variabel yang diukur.

(50)

mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas respon. Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masing item pernyataan dalam instrumen ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Norma Skoring Inventori Penyesuaian Diri

Alternatif Jawaban Skor Favourable (+) Skor Unfavourable (-)

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai

(STS) 1 4

(51)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian diri

No

Aspek-aspek Indikator Item Fav

Item Unfav

1. Kematangan Emosi

a. Mampu bersikap santai, gembira, dan berani

menyatakan kejengkelan 50, 68 35, 22 b. Mampu untuk menyatakan perasaan kepada

orang lain 16, 23 18, 31

c. Mampu untuk menunjukkan sikap diri

sendiri secara baik kepada orang lain 1, 17, 29

19, 15,11 d. Mampu untuk menerima diri sendiri 20, 25,32 12,27,44

2. Kematangan Intelektual

a. Mampu mencapai wawasan diri sendiri 21, 13,

28, 33 29, 2, 6 b. Mampu memahami orang lain dan

keragamannya 3, 14 30, 10

c. Mampu mengambil keputusannya 26, 34,36 39,4,51 d. Mampu terbuka dalam mengenal

b. Mampu bersosialisasi dengan warga

kos/tempat tinggal 55, 75 53, 72

c. Mampu bersosialisasi dengan warga kampus

57, 63,49

69,42,47 d. Mampu bersosialisasi dengan masyarakat

setempat 54, 64 56, 60

e. Mampu bersikap toleransi 59, 74,66 62,70,61 f. Mampu menciptakan keakraban dalam

pergaulan 65, 73 77, 71

e. Mampu melihat perilaku dan sikap dari segi konsekuensi atas dasar sistem nilai

83, 85, 100

98, 101, 111 f. Mampu bertindak secara indenpenden 107, 106,

(52)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Azwar, 2009).

Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara profesional judgement (Azwar,2009). Menurut Ary, Jacobs dan Razavieh (2007) validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh ahli (expert judgement). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).

(53)

skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Pearson Product Moment menggunakan aplikasi progrem komputer SPSS for 20 Windows. Rumus korelasi

Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

Keterangan:

r

xy = Korelasi produk moment X = Nilai setiap butir

Y = Nilai dari jumlah butir N = Jumlah responden

Proses penghitungan indeks validitas item pada alat ukur penelitian menggunakan bantuan program computer Statistic Package for the Social Science (SPSS)for 20 Windows. Item yang valid merupakan item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,25.

Sementara itu, suatu item dinyatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasinya ≤ 0,25. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa

(54)

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Uji Validitasi Instrumen Penelitian

No Aspek-aspek Indikator Valid Tidak

Valid

1. Kematangan Emosi

e. Mampu bersikap santai, gembira, dan berani

menyatakan kejengkelan 68. 35,22 50 f. Mampu untuk menyatakan perasaan kepada

orang lain 16, 18, 31 23 g. Mampu untuk menunjukkan sikap diri sendiri

secara baik kepada orang lain 17, 11, 15 19, 1, 29

h. Mampu untuk menerima diri sendiri 20, 32, 12,

27 44, 25

2. Kematangan Intelektual

a. Mampu mencapai wawasan diri sendiri 21,13,2,

33 9, 6, 28 b. Mampu memahami orang lain dan

keragamannya 30, 14, 10 3 c. Mampu mengambil keputusannya 26, 4,39 36,34,51 d. Mampu terbuka dalam mengenal lingkungan

kampus

52, 7, 37,

45, 9 5, 43, 40

3. Kematangan Sosial

a. Mampu turut terlibat dalam partisipasi sosial 8, 48, 46 41,58,38 b. Mampu bersosialisasi dengan warga kos/tempat

tinggal 55, 72,53 75 c. Mampu bersosialisasi dengan warga kampus 57, 69, 42,

47 49 d. Mampu bersosialisasi dengan masyarakat

setempat

63,56,

54,60, 70 61 e. Mampu bersikap toleransi 59,74,66,7

3 62, 64 f. Mampu menciptakan keakraban dalam

pergaulan 77, 71 65 d. Mampu sadar akan etika dan bisa hidup dengan

jujur

80, 89,

84,97 - e. Mampu melihat perilaku dan sikap dari segi

konsekuensi atas dasar sistem nilai

98,100,10

1,111 83,85 f. Mampu bertindak secara indenpenden 107,106,

(55)

2. Reliabilitas

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas memiliki berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keajegan, kestabilan, konsisten, dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabiltas dan sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2007).

Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun

rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai

berikut:

Keterangan rumus:

S12 dan S22 : varian skor belahan 1 dan varian skor belahan 2

Sx2 : varian skor skala

(56)

Tabel 3.5

Realibilitas Instrumen Penelitian

Hasil perhitungan realibilitas dikonfirmsi dengan menggunakan kriteria Guilford. Kriterian Guilford dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Guilford

No. Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi 3 0,41 – 0,70 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah

5 Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria, Guilford dapat disimpulkan bahwa koefisien realibilitas terhadap 81 butir item yang valid dengan hasil Cronbachh’s Alpha sebesar 0.931 termasuk dalam kriteria yang sangat tinggi. Artinya angket ini memiliki tingkat keajegan yang sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

Cronbach's

Alpha

N of Items

(57)

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data

Penentuan skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favourable

atau unfavourable,

2. Selanjutnya membuat tabulasi skor dari item-item kuisioner dan menghitung skor masing-masing subjek serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS for 20 Windows.

(58)

Tabel 3.7

Penentuan Kriteria Norma Kategorisasi

Norma

µ+1,5 α < X Sangat Tinggi Penyesuaian Diri

Sangat Baik µ+0,5 α < X ≤ µ+1,5

α Tinggi Penyesuaian Diri yang Baik µ-0,5 α < X ≤ µ+0,5

α Sedang Penyesuaian Diri Cukup Baik µ-1,5 α < X ≤ µ-0,5

α Rendah Penyesuaian Diri yang Buruk

X ≤ µ - 1,5 α Sangat Rendah Penyesuaian Diri

Sangat Buruk

Keterangan:

1. Skor Rata-Rata Maksimum Teoritik : Skor tertinggi yang didapat

2. Skor Rata-Rata Minimum Teoritik : Skor terendah yang didapat

3. Rata-Rata Teoritik (µ) : Rata-Rata Teoritis skor Maksimum

dan skor Minimum

4. Standar Deviasi (α) : Luas Jarak rentangan

dibagi 6.

Kategori di atas kemudian diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokkan tingkat penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 yang berasal dari NTT berdasarkan skala penilaian dengan jumlah 81 item yang valid diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 81 = 324

Skor minimum teoritik : 1 x 81 = 81

(59)

Standar deviasi (α) : 243 : 6 = 40,5

Mean teoritik (µ) : ( 324 + 81 ) : 2 = 202,5

Hasil perhitungan analisis data skor tingkat subjek disajikan dalam norma kategorisasi penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT sebagai berikut :

Tabel 3.8

Norma Kategorisasi Tingkat Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 asal NTT

K

ategorisasi di atas kemudian diterapkan sebagai patokan dalam melihat seberapa baik tingkat penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 yang berasal dari NTT. Selain menyusun kategorisasi tingkat penyesuaian diri subjek menyusun kategorisasi capaian skor butir dengan menggunakan norma yang sama pada tabel 3.7. Berdasarkan skala penilaian dengan jumlah 50 subjek penelitian diperoleh unsur perhitungan capaian skor item sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 50 = 200

Skor minimum teoritik : 1 x 50 = 50

Luas jarak ; 200 – 50 = 150

No Norma Kategorisasi Rentang Skor Tingkat Kategorisasi

1 µ+1,5 α < X ≥ 263 Sangat Tinggi

2 µ+0,5 α < X ≤ µ+1,5 α 223 – 262 Tinggi

3 µ-0,5 α < X ≤ µ+0,5 α 182 – 222 Sedang

4 µ-1,5 α < X ≤ µ-0,5 α 142 – 181 Rendah

(60)

Standar deviasi (α) : 150 : 6 = 25

Mean teoritik (µ) : ( 200 + 50 ) : 2 = 125

Hasil perhitungan analisis data capaian skor disajikan dalam norma kategorisasi capaian skor butir pengukuran penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 yang berasal dari NTT pada tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9

Norma Kategorisasi Capaian Skor Butir Pengukuran Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 asal NTT

No Norma Kategorisasi Rentang Skor Tingkat

Kategorisasi

1 µ+1,5 α < X ≥ 162 Sangat Tinggi

2 µ+0,5 α <X ≤ µ+1,5 α 137 – 161 Tinggi

3 µ-0,5 α < X ≤ µ+0,5 α 112 – 136 Sedang

4 µ-1,5 α < X ≤ µ-0,5 α 87 – 111 Rendah

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dengan menggunakan data statistik yang kemudian dideskripsikan dalam uraian Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 Asal NTT. Pengelolahan data statistik dilakukan dengan bantuan program menggunakan komputer program SPSS for 20 Windows.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan menjawab rumusan masalah penelitian, yakni:

1. Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma

Angkatan 2017 asal NTT

Berdasarkan perolehan data penelitian yang diolah dengan teknik analisis data yang diuraikan di Bab III dapat dilihat gambaran penyesuaian diri mahasiswa baru FKIP USD angkatan 2017 asal Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tabel berikut di bawah ini:

Tabel 4.1

Kategorisasi Perolehan Skor Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 Asal NTT

No Norma

Kategorisasi

Rentang

Skor Frekuensi Persentase

(62)

Berdasarkan pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 32% atau 16 responden yang menunjukkan hasil penyesuaian diri yang sangat tinggi, 54% atau 27 responden yang menunjukkan hasil penyesuaian diri yang tinggi, 14% atau 7 responden yang menunjukkan hasil penyesuaian diri yang sedang, dan tidak terdapat responden yang menunjukkan hasil penyesuaian diri baik yang rendah maupun sangat rendah. Jumlah keseluruhan subjek penelitian sebanyak 50 responden.

Menurut hasil pemaparan penelitian tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT sudah memiliki penyesuaian diri yang sangat tinggi, tinggi dan sedang serta tidak terdapat mahasiswa yang memiliki penyesuaian diri rendah apalagi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT cukup berhasil menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(63)

Diagram 4.1

Kategorisasi Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 Asal NTT

2. Hasil Analisis Capaian Skor Item Pengukuran Penyesuaian Diri

Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 Asal

NTT

Berdasarkan data penelitian yang diperoleh capaian skor item diolah menggunakan norma kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009) yang nantinya akan masuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Item-item yang memiliki skor dalam kategori rendah adalah item yang digunakan sebagai bahan penyusunan usulan topik-topik pendampingan untuk meningkatkan penyesuaian diri mahasiswa FKIP USD angkatan 2017 asal NTT. Hasil pengkategorisasian item-item skala dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

SANGAT TINGGI

32% TINGGI

54%

SEDANG 14%

RENDAH

0% SANGAT RENDAH

(64)

Tabel 4.2

Kategorisasi Capaian Skor Item Pengukuran Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 Asal NTT

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat 35 % atau 28 item yang menunjukkan capaian skor pada kategori yang sangat tinggi, 54 % atau 27 item yang menunjukkan capaian skor pada kategori yang tinggi, 17 % atau 14 item yang menunjukkan capaian skor pada kategori yang sedang, 2 % atau 2 item yang menunjukkan capaian skor pada kategori yang rendah dan 0 % atau 0 item yang menunjukkan capaian skor yang sangat rendah atau tidak ditemukan satupun yang capaian skornya yang sangat rendah. Jumlah keseluruhan skor item penelitian yang valid sebanyak 81 item. .

Kategorisasi hasil skor item penyesuaian diri mahasiswa baru FKIP Universitas Sanata Dharma Angkatan 2017 asal NTT digambarkan ke dalam diagram yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

No Rentang

Skor

Frekuensi Persentase Tingkat

Kategorisasi

Nomor Item

1 ≥ 162 28 35% Sangat Tinggi -

2 137 – 161 37 46% Tinggi -

3 112 – 136 14 17% Sedang -

4 87 – 111 2 2% Rendah 35 dan 39

5 ≤ 86 0 0% Sangat Rendah -

(65)

35% 46%

17%

2% 0%

SANGAT TINGGI

TINGGI

SEDANG

RENDAH

SANGAT RENDAH

Diagram 4.2

Kategorisasi Capaian Item Penyesuaian Diri Mahasiswa FKIP USD Angkatan 2017 Asal NTT

Gambar

Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian Penyesuaian Diri
Tabel 3.2 Norma Skoring Inventori Penyesuaian Diri
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penyesuaian diri
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma yang telah mengambil PPL II pada semester genap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki

(b) terdapat (46,6%) masalah-masalah yang cukup intens dialami oleh mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata

Tingginya tingkat self awareness dari mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat diinterpretasikan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat penyesuaian diri mahasiswa angkatan 2018 program studi Bimbingan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat asertivitas pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2016 Universitas Sanata Dharma yang berada pada tingkat

Deskripsi Kemampuan Perencanaan Karier Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2016 Hasil penelitian ini menunjukkan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tingkat agresivitas mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma yang berasal dari keluarga broken home dan