LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 28 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Untuk dapat mengukur keberhasilan dan implementasi Rencana Strategis Tahun 2013-2018 ditetapkan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja. Rincian pengukuran kinerja berisi indikator kinerja, serta pencapaian target masing-masing kegiatan dan sasaran, yang disajikan dalam bentuk formulir Pengukuran Kinerja. Penetapan indikator kinerja kegiatan berdasarkan pada kelompok masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome). Untuk satuan pengukuran indikator ditetapkan dalam bentuk kabupaten/kota, unit, paket, kegiatan, lokasi dan lain sebagainya.
Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan visi, misi dan tujuan pembangunan kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan, maka program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 dituangkan dalam bentuk formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Rencana Kinerja Tahun 2015 merupakan implementasi Rencana Strategis Pembangunan Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013–2018. Kegiatan ini mencakup kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2015 tersebut, kegiatan yang dilaksanakan mencakup pelaksanaan 47 (empat puluh tujuh) kegiatan/DPA-SKPD dan anggaran APBN meliputi 1 (satu) DIPA 1 (satu) kegiatan untuk mendukung 5 (lima) sasaran strategis.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 29 Secara ringkas pencapaian kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015, yang meliputi 5 (lima) sasaran dapat digambarkan dalam tabel berikut:
No. Sasaran (2013-2018)
Indikator Kinerja (2015) Target
Tingkat Capaian (%) 1. Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan
- Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat
ditindaklanjuti dengan tata batas sebanyak 16 lokasi/tahun - Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi sebanyak 2 unit/tahun 16 lokasi/ tahun 2 unit 143,75 400,00 2. Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu
- Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan seluas 250 Ha/tahun
- Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 unit/tahun 250 Ha/ tahun 3 unit/tahun 187,14 100,00 3. Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa Lingkungan di Bidang Kehutanan
- Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan seluas 200 Ha/tahun
- Luas Hutan Tanaman seluas 60.000 Ha/tahun 200 Ha/ tahun 60.000 Ha/tahun 992,50 121,67 4. Meningkatkan Produktifitas sumber daya hutan
- Produksi Kayu dari Hutan Tanaman sebesar 4,125 Juta M3/tahun 4,125 Juta m3/ tahun 119,59 5 Meningkatkan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan
- Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan sebesar Rp. 20,00 M/tahun
Rp. 20,00 M/tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 30 Berdasarkan pengukuran kinerja terhadap sasaran yang dituangkan pada masing-masing sasaran pada tahun 2015, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sasaran 1: Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Jumlah Rencana lokasi
permasalahan kawasan hutan yang dapat
ditindaklanjuti dengan tata batas Lokasi/Tahun 16 23 143,75 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Unit/Tahun 2 8 400,00
Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas dan Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi telah berhasil dicapai.
Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 31 1.1. Jumlah Rencana Lokasi Permasalahan Kawasan Hutan yang Dapat Ditindaklanjuti dengan Tata Batas sebanyak 16 lokasi.
Berkenaan dengan indikator kinerja jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, kegiatan identifikasi dan rekonstruksi batas kawasan hutan terhadap permasalahan/kasus kawasan hutan yang merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran pertama serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Jumlah Rencana
lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas
Lokasi/ Tahun
16 23 143,75
Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 16 lokasi. Realisasi Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sebanyak 23 lokasi, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 143,75%. Keberhasilan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 32 Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan ( sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
Grafik Target dan Realisasi Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat
ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015
Pada tahun 2015 pelaksanaan identifikasi permasalahan kawasan hutan di 16 (enam belas) lokasi dengan sumber dana APBD antara lain:
1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Bero Jaya Timur. .
2) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Beji Mulyo. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis
Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pulai Gading. 4) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Cogong di
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 33 5) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Hulu Tumpah di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau.
6) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Kungku Kabupaten Rawas.
7) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Galang Tinggi.
8) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Kota Baru.
9) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Sinar Marga.
10) Kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambu – Bukit Nanti – Mekakau Kabupaten Lahat di wilayah Desa Penindaian. 11) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai
Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Ulak Dabuk. 12) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai
Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Tanjung Ning. 13) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Dingin
Kabupaten Muara Enim di Wilayah Desa Segamit
14) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Mulyo Sari.
15) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Lubuk Tua.
16) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Jajaran baru I dan Desa Jajaran Baru.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 34 Hasil kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Permasalahan Tenurial Kawasan Hutan dengan sumber dana APBN dilaksanakan di 7 (tujuh) lokasi yaitu :
1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di wilayah Desa Way Cacahan. 2) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK)
Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Teluk Beringin.
3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pangkalan Bayat.
4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pagar Desa.
5) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Muara Bahar.
6) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Banyuasin di wilayah Desa Teluk Tenggulang.
7) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Suka Damai, Desa Beji Mulyo dan Desa Tungkal Jaya.
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Indikator Kinerja Satuan
Capaian 2015 (%) Capaia n 2013 (%) (%) rata-rata capaian Ket
1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan
kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas
Lokasi/ Tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 35 Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Capaian Naik (Turun) Ket Satuan Realisasi 2014 2015 1 Jumlah Rencana lokasi
permasalahan kawasan hutan yang dapat
ditindaklanjuti dengan tata batas
Lokasi/ Tahun
16 23 7 Naik
Indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 sebanyak 23 lokasi, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 16 lokasi, mengalami peningkatan sebesar 7 lokasi.
Grafik Rencana lokasi permasalahan
kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas tahun 2014-2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 36 Berdasarkan grafik jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas meningkat tajam dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.
Indikator kinerja Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sampai dengan tahun 2015 sebanyak 23 lokasi, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total 53 lokasi, maka Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas baru dicapai sebesar 43,40%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Rencana Lokasi Permasalahan
Kawasan Hutan Yang Dapat Ditindaklanjuti dengan Tata Batas Tahun 2015 dan Target pada RPJMD
Pencapaian sasaran kinerja tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 37 Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
a. Program Pengukuhan Kawasan Hutan (APBD)
a.1. Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan
Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah pelaksanaan identifikasi permasalahan kawasan hutan di 23 (dua puluh tiga) lokasi antara lain:
1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Bero Jaya Timur. .
2) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Beji Mulyo.
3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pulai Gading.
4) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Cogong di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau.
5) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Hulu Tumpah di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau.
6) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Kungku Kabupaten Rawas.
7) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Galang Tinggi.
8) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Kota Baru.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 38 9) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Sinar Marga.
10) Kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambu – Bukit Nanti – Mekakau Kabupaten Lahat di wilayah Desa Penindaian.
11) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Ulak Dabuk.
12) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Tanjung Ning.
13) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Dingin Kabupaten Muara Enim di Wilayah Desa Segamit 14) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan
Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Mulyo Sari.
15) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Lubuk Tua.
16) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Jajaran baru I dan Desa Jajaran Baru.
17) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di wilayah Desa Way Cacahan.
18) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Teluk Beringin.
19) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pangkalan Bayat.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 39 20) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pagar Desa.
21) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Muara Bahar.
22) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Banyuasin di wilayah Desa Teluk Tenggulang.
23) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Suka Damai, Desa Beji Mulyo dan Desa Tungkal Jaya.
b. Program Inventarisasi Sumber Daya Hutan Tingkat Provinsi (APBD)
b.1. Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: a) Laporan dan Data potensi Sumber Daya Hutan pada
Kawasan Hutan di 5 (lima) Kabupaten berupa 8 dokumen laporan hasil ISDHTP Tahun 2015, sebagai berikut:
1. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL Mekakau di Kabupaten OKU Selatan seluas 37.396 Ha dengan sampling 37,4 Ha.
2. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL Peraduan Gistang dan HL Saka di Kabupaten OKU Selatan masing-masing seluas 167.593 Ha dan 10.425 Ha dengan sampling 167,59 Ha dan 10,43 Ha.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 40 3. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL. A. Telang, HL Muara Musi, HL P. Payung, HL Pulau Rimau di Kabupaten Banyuasin seluas 30.168 Ha dengan sampling 30,17 Ha.
4. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Air Tebangka dan HP Air Niru di Kabupaten OKU seluas 44.200 Ha dengan sampling 44,20 Ha.
5. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP dan HPT Lubuk Batang di Kabupaten OKU dan Muara Enim seluas 26.407 Ha dengan sampling 26,41 Ha. 6. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Mangsang
Mendis di Kabupaten Musi Banyuasin seluas 58.854 Ha dengan sampling 58,85 Ha.
7. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Martapura dan HP Air Laye di Kabupaten OKU Timur seluas 21.321 Ha dengan sampling 21,32 Ha.
8. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Meranti S. Merah dan HPT Merabti Dangku di Kabupaen Musi Banyuasin seluas 39.231 Ha dengan sampling 39,23 Ha.
b) Buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014
b.2. Kegiatan Pengelolaan Databesa, Internet dan Jaringan Data Spasial Kehutanan Daerah (JDSKD)
Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: jumlah infrastruktur jaringan data spasial kehutanan daerah berupa Website Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 1 set
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 41 c. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN)
b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
1.2. Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang Beroperasi sebanyak 2 unit.
Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan saat ini belum dikelola secara intensif dan dimanfaatkan secara optimal. Kondisi tersebut disebabkan karena belum adanya pengelolaan hutan pada tingkat tapak yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), baik itu berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi maupun Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota pada saat ini lebih bersifat pengadministrasian kegiatan-kegiatan kehutanan.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari maka seluruh kawasan hutan dibagi dalam KPH. KPH tersebut dapat berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Hal ini menjawab permasalahan yang muncul saat ini, misalnya kondisi hutan yang memperihatinkan ditandai dengan meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 42 investasi di bidang kehutanan, rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal trade, merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, serta meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya strategis dalam bentuk deregulasi dan debirokratisasi.
Kawasan hutan Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan sebagai KPH sesuai Keputusan Menteri No. SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari 2010. Penetapan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan terbagi menjadi 24 Unit KPH terdiri dari 14 unit KPH Produksi seluas 2,059,461 ha dan 10 unit KPH Lindung seluas 498,941 ha. Penetapan tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaan pada setiap unit KPH. Menurut letak wilayah kerjanya, penetapan KPH tersebut terdiri atas lintas kab/kota 4 unit KPH dan 20 unit KPH terletak di dalam kabupaten/kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2011, Kelembagaan KPH yang wilayahnya lintas kab/kota dibentuk dengan Perda Provinsi dan KPH yang wilayahnya dalam kab/kota dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota.
Kelembagaan KPH Model yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2014 sebanyak 6 unit, antara lain:
1. KPHL Model Unit I Pantai Timur Banyuasin
2. KPHP Model Unit III Lalan Mangsang Mendis Musi Banyuasin
3. KPHP Model Unit IV Meranti Musi Banyuasin 4. KPHP Model Unit V Rawas Musi Rawas Utara 5. KPHP Model Unit VI Lakitan Musi Rawas
6. KPHP Model Unit VII Benakat Bukit Cogong Provinsi Sumatera Selatan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 43 Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran pertama serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Unit/Tahun 2 8 400,00
Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 2 unit. Realisasi Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi sebanyak 8 unit, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 400,00%. Keberhasilan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
Dalam rangka memenuhi peraturan perundangan dan percepatan pembangunan KPH, maka kegiatan Pembentukan KPHP tahun 2015 antara lain fasilitasi pembangunan KPH berupa sosialisasi, koordinasi dan monitoring serta penyiapan prakondisi KPH pada unit-unit KPH di Provinsi Sumatera
Selatan. Progres Pembangunan KPH sampai dengan tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 44 a. Pembentukan Kelembagaan KPH.
Dari 22 Unit KPH, telah terbentuk 19 organisasi KPH yang berbentuk UPTD dan SKPD, yaitu :
1. UPTD KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009, ditingkatkan menjadi SKPD pada tahun 2012
2. SKPD KPHP Unit VI Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014
3. UPTD KPHP Unit V Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2010
4. SKPD KPHP Unit IV Meranti Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2012
5. UPTD KPHL Unit I Banyuasin Kabupaten Banyuasin tahun 2013
6. UPTD KPHP Unit II Lalan Sembilang Kabupaten Banyuasin tahun 2013
7. UPTD KPHL Unit XII Ogan Ulu Kabupaten Muara Enim Tahun 2013, serta
8. SKPD KPHP Unit VII dan Unit VIII Benakat Bukit Cogong Provinsi Sumatera Selatan (Peraturan Daerah Provinsi Sumsel No.16 Tahun 2013)
9. SKPD KPHP Unit XIV dan Unit XX Subanjeriji Martapura Provinsi Sumatera Selatan (Peraturan Daerah Provinsi Sumsel Tahun 2013)
10. UPTD KPHL Unit VII Dempo Kota Pagar Alam 11. UPTD KPHL Unit XV Bukit Nanti Kabupaten OKI
12. UPTD KPHL Unit XVI Peraduan Gistang Kabupaten OKU Selatan
13. UPTD KPHL Unit XVII Mekakau Kabupaten OKU Selatan 14. UPTD KPHL Unit XVIII OKU Selatan
15. UPTD KPHL Unit XIX Saka Kabupaten OKU Selatan 16. UPTD KPHL Unit XXI Lempuing Kabupaten OKI
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 45 17. UPTD KPHL Unit XXII Mesuji Ilir Kabupaten OKI
18. UPTD KPHL Unit XXIII Sungai Lempur 19. UPTD KPHL Unit XIV Sungai Batang Riding
b. Penetapan KPH Model
1. KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2010
2. KPHP Unit VI Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 3. KPHP Unit V Rawas Kabupaten Musi Rawas Tahun 2012 4. KPHP Unit IV Meranti Kabupaten Musi Banyuasin tahun
2012
5. KPHP Unit VII Benakat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2012
6. KPHP Model Unit I Pantai Timur Banyuasin
Penetapan wilayah KPH perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan pembentukan kelembagaan dan penyusunan rencana pengelolaan. Kabupaten yang belum membentuk Kabupaten Lahat dan Empat Lawang. Pembentukan kelembagaan KPH mengalami kendala antara lain Pemerintah Daerah yang belum membentuk kelembagaan KPH terkait dengan kondisi daerah masing-masing peserta sumber daya manusia, dana, serta kondisi penataan organisasi di dalam Kabupaten.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 46 Grafik Target dan Realisasi Jumlah Kelembagaan Kesatuan
Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Indikator Kinerja Satuan
Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian Ket 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Unit/Tahun 400,00 225,00 312,50
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 47 Indikator Kinerja Capaian Naik (Turun) Ket Satuan Realisasi 2014 2015 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Unit/ Tahun 6 8 2 Naik
Indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 8 unit, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 6 unit, maka indikator Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi mengalami peningkatan sebesar 2 unit.
Grafik Jumlah Kelembagaan KPH yang beroperasi tahun 2014-2015
Berdasarkan grafik Jumlah kelembagaan KPH yang beroperasi tahun 2014-2015, pelaksanaan pembentukan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dari tahun 2014 mengalami peningkatan pada tahun 2015 mencapai jumlah 2 unit. Dengan demikian maka pencapaian sasaran kinerja berupa
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 48 terlaksananya jumlah kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang beroperasi tercapai dengan capaian kinerja 400,00%.
Indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 8 unit, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total 13 unit, maka Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi baru dicapai sebesar 61,54%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Kelembagaan KPH yang beroperasi tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
Pencapaian sasaran kinerja tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 49 a. Program Pembentukan Kelembagaan Kesatuan
Pengelolaan Hutan/KPH (APBD)
a.1. Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: 1. Terbentuknya kelembagaan KPH di Kabupaten
OKU Selatan (3 unit KPHL dan 1 unit KPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten OKU Selatan dan terbentuknya kelembagaan KPH di Kabupaten OKI (4 unit KPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten OKI .
2. Laporan hasil inventarisasi biogeofisik pada 4 (empat) plot di wilayah tertentu KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura di Kabupaten Muara Enim, untuk mendukung proses penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah II Palembang.
3. Laporan hasil Sosekbud pada 4 (empat) desa yang berada di sekitar wilayah tertentu KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura di Kabupaten Muara Enim, untuk mendukung proses penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah II Palembang.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 50 4. Data dan informasi terbaru tentang perkembangan pembangunan KPH di Provinsi Sumatera Selatan sebagai bahan untuk fasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai kebijakan pembangunan KPH.
2. Sasaran 2: Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis
di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Ha/ Tahun
250 467,86 187,14
2 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
Unit/ Tahun
3 3 100,00
Dari tabel menunjukkan bahwa Indikator kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan dan Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu telah berhasil dicapai. Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 51 2.1. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar
Kawasan Hutan seluas 250 Ha/Tahun.
Sejalan dengan perkembangan waktu tekanan terhadap kawasan hutan semakin tinggi yang antara lain disebabkan oleh gangguan penebangan liar (Illegal Logging), perambahan kawasan hutan, alih fungsi kawasan hutan, kebakaran hutan. Selain itu dampak dari pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan teknik konservasi tanah dan air yang baik sehingga menyebabkan masih banyaknya lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan. Lahan kritis wilayah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 seluas 137.532,500 Ha
.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 52 Untuk mengatasi masalah lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan dilakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS).
Rehabilitasi hutan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada saat ini telah dilaksanakan melalui kebijakan peningkatan peran serta/partisipasi masyarakat. Dengan meningkatnya peran serta/partisipasi masyarakat, diharapkan akan terjadi pengurangan lahan kritis yang signifikan.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Luas Rehabilitasi Lahan
Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Ha/ Tahun
250 467,86 187,14
Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 ditargetkan seluas 250 Ha. Realisasi Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan seluas 467,86 Ha, sehingga capaian indikator kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 187,14%. Keberhasilan pencapaian rehabilitasi lahan kritis tidak
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 53 terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
Grafik Target dan Realisasi Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melalui Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan. Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 54 Indikator Kinerja Capaian
Naik (Turun) Ket Satuan Realisasi 2014 2015 1 Luas Rehabilitasi
Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Ha/ Tahun
317 467,86 150,86 Naik
Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Indikator Kinerja Satuan
Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian Ket 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan
Ha/ Tahun
187,14 182,61 184,88
Indikator kinerja Luas Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 seluas 467,86 Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 seluas 317 Ha, mengalami peningkatan sebesar 150,86 Ha. Peningkatan Luas rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan disebabkan karena meningkatnya upaya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan kritis yang dilakukan oleh masyarakat, perusahaan dan pemerintah.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 55
Grafik Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan 2014-2015
Foto Bibit Tanaman Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 56 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 seluas 467,86 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total luas 1.230 Ha, maka Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan baru dicapai sebesar 38,04%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Luas lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan yang direhabilitasi tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
Pencapaian sasaran kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 57 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
a. Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan (APBD)
a.1. Kegiatan Rehabilitasi Catchment Area di Kawasan Hutan Lindung dan Pengkayaan di Luar Areal KPHL
Indikator kinerja (output) kegiatan adalah:
1. Belanja Bahan Bahan Kimia dan Pupuk Kegiatan Rehabilitasi Catchment Area di Kawasan Hutan Lindung dan Pengkayaan Diluar Areal KPHL.
2. Belanja Barang yang akan diserahkan pada masyarakat / pihak ketiga meliputi belanja bibit tanaman untuk hutan lindung dan bekanja bibit tanaman bantuan untuk masyarakat sekitar kawasan hutan lindung sebanyak 107.137 batang. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan
4. Belanja Modal gedung dan bangunan berupa pembangunan kantor resort Sungai Baung dan pagar pengaman kantor KPHP Benakat Bukit Cogong
5. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Kendaraan Dinas bermotor Perorangan
6. Belanja modal peralatan dan mesin kendaraan dinas bermotor perorangan berupa pengadaan kendaraan roda 2 merk Kawasaki sebanyak 2 (dua) unit.
7. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Peralatan Mini Komputer
8. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan peralatan Mini Komputer berupa pengadaan PC/komputer (GIS), Printer A3 dan printer portable.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 58 Kegiatan ini terealisasi sebesar 100,00%.
a2. Kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung
Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah: 1. Koordinasi kegiatan Pengembangan Sistem
Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat.
2. Pengukuran areal kerja kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat.
3. Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam seluas 25 Ha dengan koordinat X 297456 dan Y 9543861; dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat seluas 25 ha dengan koordinat X 340106 dan Y 9549759.
4. Bantuan bibit tanaman kehutanan kepada masyarakat jenis bambang lanang sebanyak 10.500 batang dan durian sebanyak 10.500 batang.
Kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung terealisasi sebesar 100%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 59 a.3. Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu
Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah jumlah Luas demplot tanaman hasil hutan non kayu seluas 40 Ha pada (dua) lokasi :
1. Desa Jajaran Baru I, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas dengan koordinat X 278785 dan koordinat Y 9671709.
2. Desa Muara Megang I, Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas dengan koordinat lokasi X 284284 dan koordinat Y 9671924.
3. Pengadaan bibit kepada masyarakat dengan jenis gaharu sebanyak 12.600 batang dan nangka sebanyak 4.200 batang.
Kegiatan terealisasi 100%
.b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN)
b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 60 2.2. Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
sebanyak 3 Unit/Tahun.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi mencakup wilayah Provinsi Sumatera Selatan, sebagian wilayah Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Kegiatan pembangunan di DAS Musi tergolong intensif karena banyaknya aktivitas penduduk di sekitarnya. Sungai Musi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di sepanjang sungai, namun manfaat tersebut akhir-akhir ini dirasakan semakin berkurang bahkan mengandung potensi bencana karena rusaknya ekosistem DAS Musi tersebut. DAS Musi mengalami kerusakan disebabkan oleh peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat, konflik kepentingan dan kurangnya keterpaduan antar sektor, serta antar wilayah hulu dan hilir.
Kegiatan pembangunan DAS Musi cenderung mengarah kepada penurunan kemampuan lahan dalam meresapkan air. Berdasarkan data SPOT liputan tahun 2008 menunjukkan bahwa tutupan hutan hanya tinggal 19,75% dari wilayah DAS, luas lahan kritis dan sangat kritis hampir mencapai 45% dari luas DAS, serta meningkatnya frekuensi banjir di beberapa wilayah sekitar Sungai Musi, Sejak tahun 2005, secara merata banyak terjadi banjir di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Apabila tidak ada upaya perbaikan lingkungan maka kecenderungan kerusakan ekosistem DAS Musi akan semakin meningkat, baik oleh faktor alam maupun tekanan penduduk dengan segala aktivitasnya. Masalah lain yang cukup serius adalah adanya ancaman kebakaran hutan dan okupasi kawasan hutan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 61 Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa pengelolaan DAS Musi harus dilakukan secara terpadu, karena : • Terdapat keterkaitan antar berbagai kegiatan dalam
pengeloaan sumberdaya dan pembinaan aktivitasnya.
• Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup berbagai bidang kegiatan.
• Batas DAS tidak selalu berhimpitan/bertepatan dengan batas wilayah administrasi pemerintahan.
• Interaksi daerah hulu sampai hilir dapat berdampak negatif maupun positif sehingga memerlukan koordinasi antar pihak.
Peran kelembagaan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pengelolaan DAS terpadu. Kelembagaan dalam tulisan ini merujuk pada definisi dari Ruttan dan Hayami (1984), yaitu sebagai aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan bahwa setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Kelembagaan ini berperan untuk mengarahkan perilaku seluruh stakeholders agar sejalan dengan tujuan umum (public goal) yang ditetapkan.
Beberapa alternatif bentuk kelembagaan dalam pengelolaan DAS, antara lain memanfaatkan lembaga yang sudah ada. Bentuk kelembagaan bersama (dalam bentuk forum/badan koordinasi) merupakan salah satu alternatif yang paling memungkinkan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan DAS saat ini. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa kondisi yang mendukung, antara lain: (1) Sesuai dengan perundangan-undangan yang ada (UU No 7 tahun 2004). (2) Kegiatan pengelolaan DAS melibatkan banyak stakeholders, lintas sektoral, multidisiplin dan lintas wilayah, oleh karena itu kelembagaan yang disusun hendaknya kelembagaan yang bersifat independent dan mewakili banyak pihak.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 62 Permasalahan yang paling menonjol dalam pengelolaan DAS saat ini adalah koordinasi, oleh karena itu pengelolan DAS ke depan perlu suatu wadah untuk mengikat, menyatukan dan menselaraskan semua sektor dan wilayah agar dapat mewujudkan pengelolaan DAS terpadu yang berkelanjutan.
Pengembangan kelembagaan di suatu wilayah harus memperhatikan atau mampu mengakomodasi kelembagaan yang sudah ada dan berkembang di wilayah tersebut. Hal ini juga harus dilakukan dalam rangka pengembangan kelembagaan DAS Musi.
Agar DAS Musi dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak diperlukan penguatan kelembagaan pengelolaan DAS terpadu. Pengelolaan DAS terpadu mensyaratkan keterpaduan antara sektor, multi disiplin dan keterpaduan wilayah (hulu sampai hilir). Beragamnya stakeholders yang terlibat dan berbagai kepentingan yang berbeda menjadi masalah utama dalam pengelolaan DAS terpadu, oleh karena itu diperlukan suatu kelembagaan untuk mengatur perilaku seluruh stakeholder agar bersepakat untuk bersama-sama mewujudkan pengelolaan DAS terpadu secara berkelanjutan. Pengelolaan kelembagaan air dalam konteks DAS juga mensyaratkan apa yang disebut sebagai biaya transaksi (transaction cost). Pengelolaan kelembagaan dilihat sebagai suatu upaya meminimisasi biaya transaksi. Biaya transaksi dapat didefinisikan sebagai seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran dengan pihak lain. Biaya transaksi ini cukup mahal karena banyaknya aktor yang terlibat di dalamnya serta kompleksitas pengaturan dan biaya pengawasan yang ditimbulkan (Fauzi, 2004). Adanya konsekuensi tersebut, timbul pertanyaan bagaimana biaya dan manfaat itu diatur dalam pembagian secara adil dan proporsional di antara pemerintah daerah yang terlibat, dunia usaha dan masyarakat. Sampai saat
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 63 ini belum ada mekanisme yang jelas untuk mengatur biaya-manfaat. Indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu dapat dilihat pada tabel berikut:
No. Tahun Jumlah DAS/Sub DAS (unit)
1. 2013 2 2. 3. 2014 2015 2 3
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Jumlah DAS/Sub DAS
yang dikelola secara terpadu
Unit/ Tahun
3 3 100,00
Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 ditargetkan seluas 3 unit. Realisasi Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 unit, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 100,00%. Keberhasilan pencapaian Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 64 Grafik Target dan Realisasi Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melalui Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengelolaan DAS/Sub DAS secara terpadu. Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Capaian
Naik (Turun)
Ket Satuan Realisasi
2014 2015 1 Jumlah DAS/Sub DAS
yang dikelola secara terpadu
Unit/ Tahun
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 65 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Indikator Kinerja Satuan
Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian Ket 1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu
Unit Tahun
100,00 100,00 100,00
Indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 2 unit, mengalami peningkatan sebesar 1 unit.
Grafik Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu 2014-2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 66 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan jumlah 13 unit, maka Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu baru dicapai sebesar 23,08%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Grafik Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tahun 2015 dan Target pada RPJMD
Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
Pencapaian sasaran kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 67 a. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi
(APBD)
a.1. Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa laporan hasil koordinasi penyelenggaran Reboisasi dan Penghijauan partisipatif di 15 kabupaten/kota dan pelaksanaan penilaian lomba penghijauan sebanyak 15 laporan terealisasi sebesar 100,00%.
a.2. Kegiatan Pengadaan Bibit Pohon Penghijauan untuk Peringatan Bulan Bakti Menanam
Indikator kinerja (output) kegiatan adalah jumlah pengadaan bibit pohon penghijauan di Provinsi Sumatera Selatan untuk Peringatan Bulan Bakti Menanam sebanyak 9.000 batang yang terdiri dari tanaman kehutanan berupa mahoni, pulai dan salam di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Ilir, OKI, Kota Prabumulih, dan Kota Palembang terealisasi sebesar 100%.
a.3. Kegiatan Pelatihan kelompok tani dan pembuatan Demplot teknik budidaya agroforestry dan konservasi tanah dan air.
Indikator kinerja (output) kegiatan adalah sebagai berikut: Pembuatan Demplot Teknik Budidaya Agroforestry dan Konservasi Tanah dan Air seluas 25 Ha, serta bantuan bibit kepada mayarakat berupa bibit Kayu Afrika sebanyak 10.500 batang dan bibit alpukat sebanyak 3.500 batang. Lokasi kegiatan di Kelurahan Jokoh Kecamatan Dempo
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 68 Tengah Kota Pagar Alam dengan koordinat 307500-308000 BT dan 9543500-9544000 LS. Kegiatan ini terealisasi sebesar 100%.
a.4. Kegiatan Fasilitasi Forum Rimbawan, Forum DAS dan Pokja Revitalisasi Lahan Gambut
Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah frekuensi pertemuan Forum DAS dan Pokja Revitalisasi Lahan Gambut dalam rangka mendukung pengelolaan DAS Terpadu dan Revitalisasi Lahan Gambut Sumatera Selatan sebanyak 2 kali terealisasi sebesar 60%.
a.5. Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan
Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah: 1. Luas tanaman Hutan Rakyat sebagai Tabungan
Pendidikan seluas 30 Ha di Desa Pengentaan Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Koordinat lokasi: koordinat X 333931 dan koordinat Y 9551338. Jumlah bibit yang diserahkan kepada masyarakat (Kelompok Tani Kebina Ria) sebanyak 16.500 batang dengan jenis tanaman bambang lanang.
2. Luas tanaman Hutan Rakyat sebagai Tabungan Pendidikan seluas 30 Ha di Desa Lubuk Dendan Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Koordinat lokasi: koordinat X 336886 dan koordinat Y 9559811. Jumlah bibit yang diserahkan kepada masyarakat (Kelompok Tani Karya Indah) sebanyak 16.500 batang dengan jenis tanaman bambang lanang.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 69 b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN)
b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 70 3. Sasaran 3: Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa
Lingkungan di Bidang Kehutanan.
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Jumlah penurunan laju
deforestasi dan degradasi hutan
Ha/ Tahun
200 1.985 992,5
2 Luas Hutan Tanaman Ha/ Tahun
60.000 72.999,54 121,67
Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1. Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan sebesar 200 Ha/Tahun
Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020. Komitmen tersebut menjadi tantangan bagi Pemerintah Republik Indonesia, karena berdasarkan laporan resmi Indonesia kepada United Nations Framework Conventions on Climate Change (UNFCCC) menunjukkan bahwa 85 persen (2.563.000 GTon) dari keseluruhan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia berasal dari sektor kehutanan dan alih fungsi lahan.
Sektor kehutanan diharapkan dapat mencapai penurunan emisi kurang lebih 14 persen melalui kegiatan pengelolaan hutan seperti pencegahan deforestasi, degradasi, penurunan jumlah hot spot kebakaran hutan dan kegiatan
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 71 penanaman kembali (reforestasi). Kita ketahui di Indonesia saat ini, tata kelola kehutanan masih belum cukup baik, kondisi ini dapat diukur dari masih banyaknya konflik lahan (tenure), sosial, ekonomi, politik dan hukum di sektor kehutanan yang sangat berpotensi meningkatnya deforestasi dan degradasi dalam skala besar. Terkait dengan komitmen diatas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan tata kelola sektor kehutanan di Indonesia secara menyeluruh, terintegrasi dan terkoordinasi antar sektor lainnya. Empat aspek penting dalam tata kelola kehutanan adalah perencanaan penataan lahan/hutan, penguasaan hutan, manajemen kehutanan dan pendapatan/ ekonomi kehutanan.
Kebakaran hutan adalah kontributor utama dari pembakaran hutan dan konversi lahan. Pemanasan global menyebabkan siklus yang sangat berisiko tinggi dengan mengeringkan hutan hujan dan rawa-rawa lahan gambut, dengan demikian meningkatkan risiko kebakaran hutan dan akan berdampak menurunkan tingkat kualitas dari fungsi hutan dan luas hutan, tentunya pelepasan emisi karbon dioksida ke udara ini turut mendorong terjadinya efek Gas Rumah Kaca (GRK) serta pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim.
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan peta rawan kebakaran Provinsi Sumatera Selatan dimana kelas rawan kebakaran dibagi menjadi 5 kelas rawan, maka prosentase luas kerawanan wilayah adalah tidak rawan 30,04 %, kerawanan rendah 39,86 %, sedang 19,74 %, rawan 20,94 dan sangat rawan 7,94%. Penyebab kebakaran hutan dan lahan diantaranya adalah aktifitas pembakaran yang dilakukan berbagai pihak untuk bermacam kepentingan utamanya adalah
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 72 pembakaran lahan untuk pertanian (sonor), perkebunan, mencari ikan dan lain sebagainya, kemudian juga disebabkan kondisi lahan gambut yang luas dan masih banyaknya lahan tidur, dimana pada musim kemarau panjang akan mengering dan rawan terbakar. Kedua faktor penyebab tersebut dipacu oleh adanya fenomena alam el-nino yang menyebabkan kemarau panjang dan bersifat kering.
Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan dilaksanakan berupa operasi pengamanan hutan penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan terhadap pelanggaran hutan yang terjadi di kawasan hutan DAS Hulu meliputi operasi terhadap kegiatan penebangan kayu ilegal, perambahan liar, pencurian kayu, pengangkutan kayu tanpa dilengkapi dokumen pengangkutan yang sah dan kegiatan pelanggaran hutan lainnya.
Kegiatan operasi pengamanan hutan penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan dilaksanakan dengan tujuan untuk menghentikan kegiatan pelanggaran keamanan hutan khususnya pada kawasan hutan pada DAS Hulu pada areal tangkapan air (catchment area) sehingga diharapkan dapat menurunkan laju deforestasi dan degradasi. Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, POLDA dan atau POLRES Kabupaten /Kota dan atau Satuan SPORC Brigade Siamang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 73 Kegiatan Pemeriksaan Peredaran Hasil Hutan
Kegiatan tindak lanjut setelah operasi pengamanan hutan berupa penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan dilaksanakan dengan melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana di bidang kehutanan yang dilaksanakan oleh PPNS kehutanan dengan berkoordinasi sepenuhnya dengan penyidik kepolisian.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 74 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut:
No Tahun Luas (Ha/tahun)
1 2013 200
2 2014 1.675
3 2015 1.985
Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran ketiga serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja
Capaian Tahun 2015
Satuan Target Realisasi % 1 Jumlah penurunan laju
deforestasi dan degradasi hutan
Ha/ Tahun
200 1.985 992,50
Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 ditargetkan seluas 200 Ha. Realisasi Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan seluas 1.985 Ha, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 992,50%. Keberhasilan pencapaian penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 75 Grafik Target dan Realisasi Jumlah Penurunan Laju
Deforestasi dan Degradasi Hutan tahun 2015
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 76 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Indikator Kinerja Satuan
Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian Ket 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
Ha/ Tahun
992,50 100,00 546,25
Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Capaian
Naik (Turun) Ket Satuan Realisasi 2014 2015 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan Ha/ Tahun 1.675 1.985 310 Naik
Indikator kinerja Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 seluas 1.985 Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 seluas 1.675 Ha, mengalami peningkatan sebesar 310 Ha. Peningkatan pencapaian tidak terlepas dari dukungan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, LSM, mitra kehutanan, dan masyarakat dalam melaksanakan program dan kegiatan Penurunan Laju Deforenstasi dan Degradasi Hutan.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 77 Grafik Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun 2014-2015
Apabila dilihat dari Grafik jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun 2014-2015, terjadi peningkatan luasan penghentian laju deforestasi dan degradasi hutan.
Indikator kinerja jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 seluas 1.985 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode 2013-2018 dengan total luas 1.000 Ha, maka jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan telah berhasil dicapai.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 78 Grafik Penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode 2013-2018
Pencapaian sasaran kinerja jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2015. Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut:
a. Program Penurunan Laju Deforestasi (APBD)
a.1. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Output/keluaran yang dicapai adalah:
1. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui koran 15 hari
2. Koordinasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan 2 Kabupaten
3. Pelatihan Regu Kebakaran Desa Terlatih (RKDT) 9 Desa di 3 Kabupaten
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 79 4. Monitoring kesiapsiagaan pengendalian kebakaran
hutan di 1 perusahaan IUPHHK
5. Sosialisasi/Lokakarya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di 3 Kabupaten
6. Supervisi aparatur pengelola sistem informasi kebakaran di 1 Kabupaten
7. Ground check hotspot di 6 kabupaten
8. Patroli pengendalian kebakaran hutan dan lahan di 6 Kabupaten
Lokasi kegiatan di Kabupaten OKI, Ogan Ilir, Muba, Mura, Muratara, Banyuasin, Muara Enim, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, Lahat, Empat Lawang, dan PALI. Kegiatan terealisasi sebesar 100,00%.
a.2. Kegiatan Pengamanan Hutan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa jumlah pengamanan hutan berupa operasi pengamanan hutan sebanyak 3 kali, identifikasi pelanggaran hutan sebanyak 5 kali, patroli pengamanan hutan sebanyak 4 kali, dan supervisi pengamanan hutan sebanyak 3 kali, terealisasi sebesar 100%. Lokasi kegiatan pada 3 (tiga) kabupaten yaitu:
1) Desa Talang Tinggi dan Muara Payang Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat dengan luas 400 Ha. 2) Desa Muara Danau Kecamatan Semende Darat
Ulu Kabupaten Muara Enim dengan luas 600 Ha. 3) Desa Pulau Panggung, Desa Gunung Megang Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan seluas 145 Ha.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 80 a.3. Kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah peserta Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sebanyak 60 orang di Kabupaten Ogan Ilir, terealisasi sebesar 100%.
a.4. Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah laporan hasil monitoring identifikasi kasus peredaran hasil hutan di Kabupaten Muba, Muara Enim, Lahat, OKI, dan Kota Pagar Alam, terealisasi sebesar 100%.
b. Program Penurunan Laju Degradasi Hutan (APBD)
b.1. Kegiatan Operasional Pos Pengamanan Terpadu Kawasan Hutan Tanjung Api-api
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah operasionalisasi fungsi Pos Pengamanan Terpadu sebanyak 1 unit terealisasi sebesar 100%.
b.2. Pembinaan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Hutan Alam dan Hutan Tanaman
Indikator kinerja (output) kegiatan berupa: a) Koordinasi pengendalian hama dan penyakit; b) identifikasi gangguan hama dan penyakit di HPHTI; c) Identifikasi gangguan hama dan penyakit di hutan akam,; dan d) monitoring pengelolaan kawasan konsevasi di HPHTI. Lokasi kegiatan di Kabupaten Muara Enim, Muba, Lahat, dan OKI. Realisasi fisik kegiatan sebesar 100%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 81 c. Program Penguatan Kelembagaan Implementasi REDD+
dan RAD GRK (APBD)
c.1. Kegiatan Fasilitasi Kegiatan REDD+ dan Pendampingan Bioclime
Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Fasilitasi Kegiatan REDD+ dan Pendampingan Bioclime sebanyak 12 kali, terealisasi sebesar 100,00%.
c.2. Kegiatan In House Training Perencanaan Teknis dan Sistem Informasi Geografi Kehutanan
Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah SDM yang terlatih Sistem Informasi Geografi Kehutanan sebanyak 30 orang, terealisasi sebesar 100,00%.
c.3. Kegiatan Sinkronisasi dan Monitoring Evaluasi Kegiatan Pembangunan Kehutanan
Indikator kinerja (output) kegiatan adalah sinkronisasi kegiatan pembangunan kehutanan dan frekuensi monitoring dan evaluasi capaian target kinerja kegiatan secara berkala di Kabupaten OKI, Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin, Musi Rawas, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, PALI, dan Kota Pagar Alam, terealisasi sebesar 100,00%.
d. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN)
b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1. Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%.
LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 82 Kegiatan Patroli Udara dan Water Boombing Menggunakan Helicopter Mi-8
3.2. Luas Hutan Tanaman seluas 60.000 Ha.
Pengusahaan HTI merupakan suatu usaha yang berjangka panjang, sehingga perlu dikelola sebaik-baiknya dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dalam pengusahaanya agar mampu memberikan keuntungan secara terus-menerus secara lestari.
Pengusahaan HTI sangat bergantung pada keadaan alam dan memerlukan waktu panjang, serta mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil, terutama apabila tidak dilengkapi dengan sarana pengendalian yang memadai. Karena sifat usaha yang demikian itu, maka perencanaan yang matang yang meliputi seluruh tahap pengusahaan, merupakan salah satu persyaratan untuk bisa mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.