B A B 77. SITUASI MENTAL
§ 885. Situasi mental rakjat Indonesia setjara keseluruhan a. Pengantar
1. Definisi
Pertamatama perlu ditindjau lebih dahulu apakah jang di maksud dengan „situasi mental” itu ? Atau dapat pula dikemuka kan, apakah „mentalita” itu ?
Menurut „A Dictionary of Psychology”, karangan James Drever, „mentality” berarti „a generalization of all those charac teristics distinctive of mind”.
„The Concise Oxford Dictionary” memberi batasan „menta lity” sebagai „intellectual power”.
Menurut KoemenEndepels „Verklarend Handwoorden boek”, „mentaliteit” berarti „manier van denken en voelen” atau „geestesgesteldheid”.
„Woordenboek der Psychologie”, karangan Van Essen mem beri batasan sebagai berikut : „Mentaliteit is de persoonlijke geestesaard (naast het temperament als gemoedsaard) d.w.z. het karakter genomen naar de uiting in gezindheden”.
Ternjata bahwa batasan2 jang dikemukakan diatas itu mem
punjai persamaan dan sedikit perbedaanperbedaan. Oleh karena itu sebelum kami menindjau sifatsifat mental rakjat Indonesia lebih dalam, perlu ditetapkan batasan tentang mentalita jang selandjutnja akan dipakai untuk menindjau lebih landjut.
(a) Mentalita seseorang atau mentalita masjarakat merupakan pentjerminan masjarakat dimana ia hidup. Menurut Spranger djiwa subjektif seseorang adalah pernjataan djiwa objektif masjarakatnja : Sifatsifat, tingkahlaku serta perbuatan orang jang merupakan hasil tuntutan daripada masjarakat, hingga perubahanperubahan jang terdjadi dalam masjara kat itu akan mengubah pula mentalita anggotaanggotanja. (b) Adanja hubungan timbalbalik (hubungan interaksi jang dy
namis antara individu dan masjarakat). Individu dengan se tjara aktip dan kreatip ikut menentukan tjorak masjarakat, jang selandjutnja memberikan pentjerminannja pula pada mentalita itu.
Dengan definisi jang dikemukakan ini maka setjara tidak langsung ditentang pendapat Lévy Bruhl tentang adanja „mentalité primitive” dalam tjara berfikir orangorang „pri mitip”.
2. Situasi Rakjat Indonesia.
Sebetulnja sangat sukar atau hampirhampir tidak mungkin untuk memberikan pensifatan jang seragam terhadap situasi mental rakjat Indonesia, sebab :
(a) Rakjat Indonesia, terdiri dari bermatjammatjam suku jang pada dasarnja memiliki temperamen, adat istiadat, keadaan sosialekonomis dan latar belakang sedjarah jang berbeda beda.
Misalnja : — intensita pengaruh dari kedatangan agama agama Budha, Islam dan Keristen adalah ber bedabeda atas daerah jang satu dengan dae rah jang lain.
— mentalita petani di Djawa Tengah pasti ber beda dengan mentalita pelaut di Makasar dan sebagainja.
(b) Rakjat Indonesia setjara keseluruhan baru merupakan suatu kesatuan bangsa pada setengah abad jang terachir ini (awal abad duapuluh), sungguhpun dahulu ada djuga usahausaha kearah pembentukan keradjaankeradjaan jang ingin meli puti kepulauan Nusantara.
Tetapi temperamen, tradisi, situasi sosialekonomi dan latar belakang sedjarah tersebut telah tertanam berabadabad. Maka pensifatan mental jang seragam, paling tidak pada masa ini, belum dapat diberikan. Dan apabila diberikan maka pensifatan jang bersifat generalisasi itu banjak kemungkin an akan djauh dari kenjataan jang sebenarnja.
Mengingat halhal diatas maka problim jang dihadapi tiap tiap daerahnja adalah berbedabeda. Begitu pula handicaphandi cap jang ada untuk menghadapi pembangunan semesta. Dengan demikian maka tjara menghadapi dan tjara pemetjahannjapun harus berbedabeda, disesuaikan dengan situasi daerah masing masing.
Setjara keseluruhan dengan singkat dapat diterangkan disi ni, bahwa mentalita rakjat Indonesia masih kuat ditentukan oleh keadaan agraris dan sisasisa masjarakat feodal, mulai dari ben tuknja jang paling sederhana sampai kepada sisasisa bentuknja jang paling sempurna dan tinggi, dengan sifatsifat seperti jang akan diuraikan dibawah nanti.
b. Sifatsifat aseli tjarahidup dan tjara berfikir rakjat Indonesia Sebenarnja sukar untuk menetapkan apa jang disebut sifatsifat aseli rakjat Indonesia ini. Karena sifat2 ini merupakan hasil kerdja
sifat setjara hipotetis jang terdapat pada rakjat Indonesia sebelum ke pertama, pengalaman perdjuangan melawan alam untuk mentju kupi kebutuhan hidup dan melindungi diri atau kaum daripada bahaja; kedua, pengalaman perdjuangan mengatur perikehidupan bersama, memupuk integrasi, mentjegah desintegrasi, untuk mentjukupi kebu tuhan hidup tersebut;
ketiga, pengalaman perikehidupan spirituil jang mengandung keja kinan atau kepertjajaan tentang adanja ikatan antara manusia dan
1. Komunal, bahwa setiap orang merupakan bagian dari kehidupan bersama, bahwa semuanja ditudjukan pada kepentingan bersama, adanja solidaritet sebagai kesatuan.
Sifat komunal ini bersumber pada dua faktor, jaitu :
(a) kelompokkelompok bangsa jang pertamatama datang di Indonesia.
(b) keadaan dan alam sekitarnja jang ada pada waktu itu. Ke lompokkelompok bangsa tadi dalam menghadapi keadaan dan alam waktu itu bersamasama menghadapi binatang buas dan serangan dari luar dengan mendirikan rumah besar bersamasama, mendiaminja bersamasama dan memilikinja bersama (sisasisa di Mentawai, Kalimantan Tengah), me ngerdjakan tanah bersama, memilikinja bersama (sisasisa tanah komunal).
2. Kekeluargaan, bahwa bangsa Indonesia asalnja satu, jang kemu dian tersebar diseluruh kepulauan. Namun demikian, sifat keke luargaan bukanlah rasa kesukuan.
Tjiritjiri kekeluargaan antara lain ialah :
(a). adanja kepentingan bersama, dimana tiap2 anggota keluarga
tidak mementingkan diri sendiri tetapi mementingkan djuga anggota lainnja.
(b). adanja tudjuan bersama : kebahagiaan keluargalah jang mendjadi tudjuan utama.
(d). tak mengenal pamrih atau hitungmemperhitungkan: meme lihara anak adalah kewadjiban dan bukan untuk mengambil keuntungan dirinja.
(e). adanja perhubungan atau pergaulan jang diliputi oleh pel bagai rasa kasih, tjinta, djudjur, dsb.
3. Kerdjasama : ini adalah karena sit at kekeluargaan, jang tak mengenal tjaratjara persaingan dan karena keadaan dan alam (menebang hutan dsb.) tak mungkin dihadapi sendiri, tetapi ha rus dengan tjara kerdjasama.
4. Sifat sabar, ialah bahwa pada waktu itu dan selandjutnja segala usaha dan kegiatan masih tergantung pada alam (pengolahan tanah jang tergantung pada air) dimana masingmasing merupa
(a).
Hal sambatan. Didesadesa, kalau orang hendak mendirikan sebuah rumah, orang itu tidak menjewa tukangtukang untuk mengerdjakannja tetapi dengan tjara meminta pertolongan kepada tetanggatetangganja. Orang lakilaki membantu mendirikan rumahnja, wanita membantu memasak untuk memberi makan kepada mereka jang sedang bekerdja. Anakanak membantu pekerdjaan2 jang ringan.(b). Dalam peralatan. Disini segala sesuatu dikerdjakan bersama sama, tidak hanja kaum keluarga orang jang sedang mem punjai peralatan, tetapi djuga oleh tetanggatetangganja. Is tilah bahasa Djawa „rewang” bagi orang jang bekerdja pada peralatan ini, menundjukkan bahwa kedatangan mereka pa da peralatan ini bukan untuk „djagong” tetapi terutama ingin ikut menolong orang jang sedang menjelenggarakan peralatan.
(c). Sumbangan. Didesadesa sumbangan orang jang sedang mempunjai peralatan biasanja berupa uang atau bahanbahan mentah, seperti beras, kelapa, sajuran dan sebagainja. Tu djuan daripada memberikan sumbangan ini adalah bukan untuk memberikan suatu tanda mata atau kenangkenangan kepada jang berkepentingan tetapi sekedar ikut meringankan beban orang jang sedang menjelenggarakan peralatan ini. Keadaan sematjam ini terdapat djuga pada orang jang se dang mengalami kematian salah seorang anggota keluarga nja.
(d). Pada kematian. Disitu dapat dilihat adanja bermatjam upa tjara jang kadangkadang, kalau ditindjau dari segi sosial ekonomis, adalah kurang rasionil.
(e). Dalam mengerdjakan sawah. Mulai dari menjiapkan tanah nja sampai menuai hasilnja biasanja dikerdjakan bersama dengan mendapat pertolongan dari tetangganja. Bantuan ini adalah merupakan bantuan jang timbalbalik, artinja orang jang pada suatu ketika mendapat bantuan, harus sanggup pula membantu tetangganja kalau tetangganja ini meminta bantuan dikemudian hari.
(f). Keluarga jang mampu menampung saudarasaudaranja jang kurang berada. Keadaan sematjam ini sering menjimpang dari tudjuan, karena hal ini menimbulkan kemalasan pada
c. Pengaruhpengaruh dari luar terhadap pandangan hidup dan sikap hidup Rakjat Indonesia
1.
Pengaruhpengaruh kedatangan agamaagama Hindu, Budha, Islam dan KristenSikap hidup jang diliputi oleh sifat toleransi dan kesabaran mengakibatkan terdjadinja inkorporasi dari pengaruh berbagai agama itu mendjadi satu sistim kepertjajaan. Jang berbeda pada hakekatnja adalah „formal ritual”. Dari semua agama diambil kesimpulan jang sama : hendak menundjukkan djalan kepada ma nusia bagaimana dapat hidup baik menurut normanorma dan nilainilai jang ada pada masjarakat. Selandjutnja pandangan hidup pada pokoknja berdasarkan atas kepertjajaan terhadap Tuhan, sedang manusia selama hidup didunia ini harus dapat
Pengaruhpengaruh ini terutama terbatas dikotakota atau sekeliling istanaistana radja. Tetapi didesadesa, terutama jang berdjauhan dari kota dan terpentjil, pengaruhpengaruh dari luar hampir tak nampak.
Tanah jang dibagikan dengan sjaratsjarat itu dinamakan feodum.
Dari sini berasal penanaman sistim masjarakat baru itu, ja itu feodalisme.
Di Indonesia kita harus memperbedakan antara hukum adat radja (vorsten adatrecht) dan hukum adat rakjat (volksadat recht). dja dan pedjabat2 daerah itu. Dengan djalan ini maka timbullah
hak milik radja dan pedjabat2 daerah itu terhadap tanah; rakjat
hanja mempunjai hak pakai atas milik radja dan hak milik pe djabat2 daerah.
Sampai dengan petjahnja Revolusi '45, dapat kita rasakan
Perbedaan stratifikasi sosial ini menimbulkan perbedaan mentalita antara kedua masjarakat ini. Baik mentalita golongan lah bukan orang biasa, tetapi keturunan dewadewa atau utusan Tuhan.
Untuk dapat mendjadi ratu harus mendapatkan suatu wahju. Tanpa wahju ini maka kewadjibannja akan hilang; Radja adalah bukan sembarangan orang. Pandangan sematjam ini mempengaruhi tjara berfikir baik dalam golongan ningrat sendiri, maupun dalam golongan rakjat biasa.
Dengan menjalahgunakan alam fikiran rakjat tadi, golongan ningrat mendjaga agar rakjat tetap pertjaja dan mendjun djung tinggi segala perintah jang datang dari golongan ningrat.
(b). Golongan rakjat biasa :
Dengan indoktrinasi jang berlangsung setjara turuntemurun, maka lebih tertanamlah dalam diri golongan bawahan sifat „nrima”; dikatakannja bahwa kedudukankedudukan bagi kaum ningrat itu bukan untuk dirinja. Mereka tunduk dan patuh akan segala perintah jang datang dari golongan atasan. Mereka berpendapat bahwa pelanggaranpelanggaran jang dilakukan mereka akan memberikan sengsara pada dirinja, meski andaikata pelanggaran itu tak ada jang mengetahuinja. Kalau kita lihat dalam sedjarah, maka nampak bahwa go longan rakjat biasa sebenarnja tidak „nrima” begitu sadja. Mereka menghendaki terdjadinja „social mobility” keatas. „Upward Social mobility” ini tidak dikehendaki oleh go longan kaum ningrat karena kalau terdjadi, hal itu akan mengantjam kedudukannja.
Tetapi sajang sekali orang jang telah berhasil mengadakan „upward social mobility” ini, kemudian terpengaruh lagi oleh susunan masjarakat feodal dan oleh pandangan serta tjara hidup golongan ningrat itu, sehingga dengan demikian susunan masjarakat itu pada dasarnja masih tetap.
Tjontoh usaha untuk mengadakan „upward social mobility” ini misalnja jang dilakukan oleh Ken Arok, Djaka Tingkir, Kiageng Pamanahan dan sebagainja.
Sedjarah menundjukkan, bahwa keradjaankeradjaan di In donesia tumbuh dan runtuh, silih berganti. Djuga feodalisme mempunjai tjita2, terbukti pada tulisantulisan misalnja da
lam buku Paku Buwono keIV tentang Wulang Reh dan da lam Nitisastra jang memberikan peladjaranpeladjaran atau adjaranadjaran tentang wadjib hormat kepada orang tua, mertua, saudara tua, guru dan ratu.
Sifatsifat pada golongan ningrat beserta pegawai2 dalam
Sebaliknja sifat „prima” jang berlebihlebihan jang ditanam
3. Pengaruh zaman pendjadjahan dan sistim kapitalisme
Sesuai dengan hal jang telah diutarakan dimuka bahwa jang
(a). Sifatsifat chusus dan akibatakibat imperialisme Belanda Untuk dapat mengadakan eksploitasi ekonomi sebesarbe sarnja, maka kaum kolonialis Belanda memelihara dan menggunakan sistim feodal jang berlangsung di Indonesia. Untuk mendjamin kelangsungan kekuasaan mereka, dilak sanakan tindakantindakan antara lain :
(1).Memetjah belah : Akibat dari politik pemetjah belah ini ialah memperkuat dan mempertebal rasa kesukuan dan menghalanghalangi tumbuhnja rasa kebangsaan.
(2).Pembangunan jang tidak merata : Tindakan ini adalah salah satu tindakan untuk mengintensifkan politik pe metjah belah. Pembangunan jang disentralisasikan di Djawa ini menimbulkan sifat iri pada penduduk dike pulauan jang lain. Persaingan negatip timbul diantara sukusuku bangsa. Akibatnja melemahkan djuga rasa kebangsaan.
(3). Merendahkan taraf kehidupan bangsa Indonesia
Usaha jang didjalankan dengan memberikan propagan da bahwa orang Indonesia dapat hidup dengan uang dua setengah sen sehari. Akibat sematjam ini adalah mema tikan daja tjipta untuk meningkatkan lebih tinggi taraf kehidupannja. Dynamica dan achievement motive pada rakjat mendjadi berkurang.
(4).Sistim pendidikan dilaksanakan dengan maksud mela tih pegawaipegawai jang patuh terhadap pemerintahan pendjadjahan. Usahausaha dalam lapangan ini dilaku kan dengan berbagai tjara. Akibat dari pendidikan pen djadjahan ini maka daja tjipta rakjat hampir tidak ada. Rasa kurang harga diri tartanam dalamdalam didalam sanubari rakjat. Semuanja ini merupakan penghalang jang besar bagi Usahausaha kearah kemerdekaan.
(b). Sifatsifat chusus dan akibatakibat imperialisme Djepang : Eksploitasi tenaga dan sumbersumber kekajaan di Indone sia dilaksanakan untuk mendjamin kekuasaan militer bala tentara Dai Nippon. Untuk maksud tersebut segala matjam usaha dan tjara dipergunakan.
(1). Eksploitasi tenaga manusia, dengan sistim „romusha” Sistim ini demikian negatip pengaruhnja, sehingga usa hausaha pemerintah pada dewasa itu, jang didjalankan dengan kekerasan, diterima oleh rakjat dengan asosiasi dengan romusha.
Usahausaha transmigrasi menimbulkan sikap jang ne gatip sebagai akibat romusharomusha ini.
(2). Eksploitasi barangbarang dan kemakmuran
Akibat dari tindakan Djepang ini menimbulkan sikap jang negatip terhadap usahausaha sekarang ini seperti kooperasi, ohligasi jang dikeluarkan oleh Pemerintah dan sebagainja. Mereka chawatir kalaukalau akan me ngalami keadaan jang pahit seperti pada djaman Dje pang itu.
(3). Militerisme, jang dilaksanakan dengan serba perintah dan paksa. Akibat negatip adalah timbulnja prasangka dan rasa tidak senang terhadap methode pemerintahan dengan kekerasan.
Kelak akan kita ketahui bahwa djustru penindasan dan penderitaan jang besar ini menimbulkan djiwa berontak dan djiwa pendobrak jang besar pada Revolusi 1945, dengan keberanian dan ketangkasan jang telah terlatih selama itu.
4. Pengaruh teknologi modern dan aliranaliran fikiran baru Sedjak pertengahan abad ke 19 pengetahuan alam berkem bang begitu pesatnja. Dengan berkembangnja pengetahuan listrik maka mulailah diketemukan alat2 modern, baik jang biasa dipa
kai orang dalam kehidupan seharihari maupun alat2 modern jang
hanja dipergunakan oleh ahliahli jang bekerdja didalam pabrik pabrik dan laboratoriumlaboratorium.
Dengan penemuanpenemuan baru seperti telepon, telegrap, radio dan sebagainja dengan sendirinja akan mengubah pula tjara berfikir orangorang. Hanja sekarang timbul persoalan sam pai dimana pengaruh teknologi modern ini terhadap perkem bangan mentalita rakjat Indonesia.
Untuk dapat menggambarkan betapa pengaruh teknologi modern ini terhadap mentalita rakjat Indonesia maka sebaiknja tindjauan kita dibagi atas dua bagian jakni:
(a). pengaruh teknologi modern ini terhadap orang didesadesa. (b). pengaruh teknologi modern terhadap masjarakat kota dan
chususnja terhadap golongan inteligensia.
karena pengaruh teknologi modern ini tidak lama pada tiap2
golongan.
(a). Pengaruh teknologi modern terhadap didesa
Dapat dikatakan bahwa sampai dewasa ini pengaruh tekno logi modern kurang dirasakan oleh golongan ini. Kehidupan mereka seharihari masih selalu diliputi oleh keadaankeada an dan alatalat jang masih sederhana. Suatu hal jang mung kin dapat mempengaruhi mentalita mereka adalah adanja alat2 perhubungan modern, jang pada umumnja telah ada
dimana sadja.
Adanja alat perhubungan jang modern ini sedikit banjak mengubah pandangan mereka jang negatip misalnja sifat jang tidak mau berpisah dari desanja. Tersebarnja radio2
rimbu didesa2 sedikit banjak membawa perobahan djuga
dalam tjara mereka berpikir sungguhpun harus ditekankan bahwa setjara kualitatip pengaruh tersebut boleh dikatakan masih minimum.
(b). Pengaruh teknologi modern terhadap masjarakat kota Sebagian besar masjarakat kota dapat merasakan akibat adanja teknologi jang modern. Tetapi perobahan mentalita jang tegas belum dapat diamati disini. Pada umumnja mere ka menganggap teknologi modern ini sebagai suatu alat un tuk menjenangkan hidup, misalnja radio, telepon, mobil dsb. Akibat dari pada kenjataan bahwa lebih banjak terdapat alat sebagai hasil teknologi modern dikota dari pada didesa, ialah suatu pandangan bahwa masjarakat desa lebih rendah dari pada masjarakat kota.
Timbul keinginan pada orang2 untuk bertempat tinggal di
kota. Tjontohnja peladjar jang telah dapat menjelesaikan pe ladjarannja selalu mentjari pekerdjaan dikota. Pengaruh tek nologi modern ini baru terasa dan disadari oleh golongan intelegensia. Mereka dapat mempergunakan dengan semes tinja perkembangan teknologi. modern ini dan ini mempunjai pengaruh dinamis terhadap tjara mereka berfikir.
Bahwa alat2 sebagai hasil teknologi modern mempunjai arti
jang sangat besar untuk mengadakan perubahan mentalitet rakjat telah disadari oleh siapapun. Orang mempergunakan koran, radio, dan T.V. (diluar negeri) untuk keperluan2 pro
paganda dan penerangan serta pendidikan. Alat2 jang mo
dern ini membantu mendjelaskan keterangan2 kepada orang2
jang membutuhkan. c. Pengaruh aliran2 fikiran baru
Bersamasama dengan teknologi modern, masuk pula aliran2 pi
kiran baru dengan perantaraan pers, literatur, dan sebagainja. Pengertian seperti nasionalisme, demokrasi, marxisme, dan lain2
kangankekangan ini. Maka dapat dikatakan bahwa segala matjam aliran tumbuh dengan subur pada masa itu. Bermatjam² partai jang memiliki paham dasar jang berbeda berkembang dengan tjepat dima na sadja. Tidak hanja aliran fikiran ini jang terbatas dalam kedunia wian, tetapi djuga dalam alam methaphysis. Kita melihat timbulnja beranekaragam agama dan kepertjajaan baru. Sifat negatip kebebas san dalam menganut aliran baru ini menimbulkan pertentangan an tara golongan. Golongan jang satu mentjela golongan jang lain. Me reka menjalahgunakan kebebasan dalam menganut faham ini sehing ga menimbulkan kekatjauan. Dalam pada itu nampak pula bahwa aliran2 pikiran jang menjatuhkan diri dengan alam pikiran, tjita2 dan
perasaan jang hidup dikalangan rakjat, mempunjai pengaruh jang be sar pula.
d. Perobahan2 mental jang terdjadi sesudah revolusi 1945
Struktur masjarakat sebagai akibat adanja pendjadjahan sedikit banjak mempengaruhi tjara berfikir rakjat Indonesia, walaupun pengaruh itu rupanja tidak merata.
Gedjala jang menundjukkan tjara berpikir jang individualistis nampak disanasini, terutama dikota dimana pengaruh Barat nampak djauh lebih kuat djika dibandingkan dengan masjarakat desa. Tetapi pada umumnja tjara hidup dan berpikir rakjat jang aseli dalam la pangan politik, ekonomi dan sosial masih dapat dilihat didesa. Sistim demokrasi aseli (musjawarah), sebagian besar masih tetap berlaku sebagai bentuk adatistiadat. Tjara hidup gotongrojong masih nam pak dengan njata, walaupun dikota semangat gotongrojong ini sudah pudar.
Tetapi dengan adanja revolusi 1945, maka rupa2nja sifat2 jang
individualistis jang terdapat pada masjarakat kota dan jang mem pengaruhi tjara2 mereka berfikir, berubah karena arus revolusi. Dji
wa kesadaran nasional jang telah ditanamkan oleh pemimpin2 rakjat
sedjak pendjadjahan mentjapai kulminasinja pada dewasa itu. Kesa daran berbangsa, bernegara makin bergelora, kesadaran akan harga diri timbul kembali. Tjita2 untuk menggalang negara jang adil, mak
mur dan bermoral tinggi merupakan ideal bagi sebagian besar putera Indonesia, mendjadi impian bagi setiap golongan, mendjadi harapan segala lapisan masjarakat.
Djiwa bersatu makin kuat, rasa kedjarahan terdorong kebelakang dalam suasana perdjoangan bersendjata melawan Belanda. Tjita2 un
tuk membentuk masjarakat Indonesia jang loh djinawi, adil para marta didengungkan dimana2 jang kemudian dirumuskan dalam
U.U.D. jang beralaskan Pantja Sila. Petani jang dulu terpendam kini muntjul, daja kreasi rakjat nampak disegala lapangan. Semangat go tongrojong timbul kembali. Rakjat desa jang setjara relatip biasanja statis, berubah menudju kearah dinamis.
e. Penjelewengan2 dari revolusi sesudah tahun 1950
masa pelaksanaan, jakni masa pelaksanaan tentang apa jang kita idam²kan. Tetapi dalam pelaksanaannja rupanja banjak terdapat pe njelewengan dalam berbagai lapangan baik politik, ekonomi, maupun sosial dalam bentuk2 jang bermatjam² pula. Kalau selama revolusi
kita mengharapkan Pantja Sila sebagai pelita untuk membangun ma sjarakat, untuk mentjiptakan masjarakat jang adil dan makmur, te tapi sesudah tahun 1950 Pantja Sila dipergunakan sebagai alat untuk mentjari pengaruh.
Dalam tjita2 membela demokrasi sosial, tetapi dalam praktek
menudju demokrasi liberal. Dalam teori membela kepentingan umum tetapi dalam praktek memupuk kepentingan golongan dan perse orangan. Partai bukan tempat penjalur suara rakjat sebaik2nja, akan
tetapi malah merupakan tempat untuk mentjari pangkat dan kedu dukan. Dalam teori bertindak sebagai pembela agama, tetapi dalam praktek mendjadi pentjatut agama. Dan masih banjak lagi sifat penje lewengan ini. Akibat dari keadaan tersebut timbul keadaan jang tidak baik, diantaranja :
1. Sebagian besar rakjat mendjadi bersifat apatis. Rentjana2 dan
usaha2 jang diadjukan oleh Pemerintah diterima dengan sikap
jang dingin.
2. Timbul rasa tidak puas disanasini. Ketidakpuasan ini dipakai sebagai alasan untuk pemberontakan. Hal ini menjebabkan rasa pertjaja kepada Pemerintah mendjadi berkurang.
3. Timbulnja demoralisasi dan mementingkan diri sendiri menje babkan adanja korupsi disanasini. Korupsi meradjalela, karena
4. Timbul provinsialisme dan rasa kesukuan jang dihiduphidup kan oleh golongangolongan tertentu untuk maksudmaksud po litik tertentu.
f. Usaha kembali pada kepribadian bangsa Indonesia
Dapat dikemukakan, bahwa usaha untuk mengatasi kesulitan dan usaha untuk kembali membentuk kepribadian bangsa Indonesia diantaranja adalah sebagai berikut :
1. Membangkitkan dan mempertebal kesadaran nasional.
Membangkitkan dan memupuk rasa kebangsaan, misalnja dalam soal kebudajaan dan kesenian chususnja. Hendaknja mengusaha kan agar timbul rasa untuk menghargai kebudajaan/kesenian nasional.
Hal ini hanja mungkin kalau mereka kenal betul2 akan kebu
dajaan ini. Disamping itu perlu dilakukan penjaringan2 terhadap
pengaruh jang masuk melalui batjaan2.
2. Menjadari penjelewengan2 ini dan meninggalkannja dengan rela
serta bersedia untuk memperbaiki keadaan jang tidak baik. 3. Para pemimpin hendaknja djudjur, sederhana dan berdjiwa besar
dan mendjadi tjontoh dalam mentaati terlaksananja peraturan peraturan.
4. Membawa rakjat kearah pembentukan pribadi bangsa Indonesia jang memiliki :
(a). sifat kekeluargaan (b). djiwa persatuan
(c). keichlasan berkorban untuk bangsa dan negara
(d). kesederhanaan dalam segala kehidupan dan mendjauhkan diri dari kemewahan jang berlebih2an
(e). adanja toleransi.
5. Membangkitkan kegembiraan bekerdja dengan api idealisme. Usaha2 diatas baik kiranja kalau dapat dikerdjakan dengan se
rentak dan dimulai dengan ikut sertanja lapisan atas atau para pemimpin. Kepribadian bangsa Indonesia djustru masih ada pada rakjat didesa2. Jang banjak meninggalkan sifat2
kepribadian bangsa Indonesia djustru kalangan masjarakat lapisan atas atau para pemimpin jang kebanjakan dapat merumuskan tjara2 serta djalannja tetapi tidak menghiraukan
pelaksanaannja.
Setelah diatas diberikan gambaran mengenai situasi mental Rak jat Indonesia setjara keseluruhan, dibawah ini akan ditjoba un tuk memberikan pendjelasan mengenai situasi mental menurut penggolongan sosial :
a. Golongan Inteligensia (atas dan menengah). b. Golongan Pegawai.
c. Golongan Guru.
d. Golongan Pengusaha Nasional. e. Golongan Buruh.
f. Golongan Tani. g. Golongan Pemuda. h. Golongan Wanita.
§ 886. Situasi mental menurut penggolongan sosial a. Golongan inteligensia
Jang dimaksud dengan golongan ini ialah mereka jang memper oleh pendidikan tinggi dan oleh karena itu dapat berfikir setjara ilmiah dengan mempergunakan ratio.
Tjara berfikir setjara ilmiah/rasionil ini merupakan sesuatu jang baru bagi kita di Indonesia, karena sebelumnja kebudajaan kita lebih menekankan pada soal2 spirituil. Tjara berfikir setjara rasionil ini ada
lah hasil kehidupan kebudajaan di Barat, dimana telah tertjapai har.moni antara tjara berfikir setjara rasionil itu dengan dasar2
kehidupan kebudajaan bangsa2 Barat itu.
Tetapi di Indonesia dengan penerimaan tjara berfikir memakai ratio itu, tidak tertjapai hubungan jang harmonis dengan dasardasar kehidupan kebudajaan Bangsa Indonesia.
Pada masa pendjadjahan dasar2 kebudajaan kita mengalami tin
kan sebaliknja hal itu membuat kita memandang rendah atau atjuh takatjuh terhadap kebudajaan kita sendiri. Dengan demikian keadaan itu mentjiptakan ketidakseimbangan (tiada harmoni) dalam kehidupan Bangsa Indonesia. Pendidikan dari sekolah rendah sampai perguruan tinggi jang diberikan oleh pemerintah kolonial bersifat terlampau in telektualistis, sehingga pendidikan itu menghasilkan orang2 jang ter
asing dari suasana hidup Rakjat Indonesia jang sebenarnja dan me reka hanja dapat hidup dikotakota; mereka tidak lagi dapat menje suaikan dirinja dengan kehidupan didesa. Dasar kehidupan di Barat pada umumnja individualistis, materialists, kapitalistis, liberalistis, intelektualistis, sedang di Timur dasar kehidupan pada umumnja ia lah bersifat kollektivistis, sosialistis, kekeluargaan, mementingkan kerukunan dan soalsoal jang terletak dalam bidang spirituil. bangsaan. Diantara orang2 ini jang masih hidup dalam ingatan rak
jat Indonesia ialah Ki Hadjar Dewantoro, Dr. Soetomo, H.A. Salim, H.O.S. Tjokroaminoto, Dr. Tjipto Mangunkusumo dll.nja. Mereka ini alam kehidupan bangsa sendiri, pada umumnja memperoleh pandangan jang individualistis dan djauh dari alam sekelilingnja, mentjari kekajaan kadang2 dengan tiara jang tidak wadjar dan meru
bangsa Indonesia sendiri jang mengarah pada keseimbangan hidup
Didalam menindjau keadaan mentalita pegawai sekarang, kita mulai dengan mempeladjari keadaankeadaan suasana jang menje babkan atau mempengaruhi mereka dalam bertindak. Unsur2 jang ne
gatip jang kita uraikan dibawah ini adalah sebenarnja jang menje babkan keadaan jang suram seperti sekarang ini dibidang kepega waian.
1. Birokrasi
Birokrasi adalah baik untuk melantjarkan pekerdjaan djika birokrasi itu dilakukan setjara tepat. Tetapi di Indonesia sifat birokrasi ini adalah berlebih2an sehingga pekerdjaan kantor
mendjadi matjet. Keadaan masjarakat sekarang memperlihatkan gerak kemadjuan jang lebih dinamis daripada masjarakat pada waktu djaman djadjahan. Birokrasi jang berlebihlebihan ini, ia lah oleh karena keypositions pada umumnja adalah ditangan mereka jang tidak mempunjai dasar pendidikan jang luas dan tidak akademis; jang terbanjak ialah pegawai menengah dan ren dahan jang sudah terlatih dalam pekerdjaan routine; birokrasi sematjam ini adalah baik kalau dipandang dari sudut sipendja djah. Tetapi waktu pendudukan Djepang mereka ini naik tang gungdjawabnja atau kedudukannja, oleh karena tidak tjukup tersedia tenaga2 jang memenuhi sjarat. Waktu Indonesia merde
ka mereka naik lagi kedudukannja, karena sebabsebab jang sa ma (tenaga akademis, masih sedikit sekali). Oleh karena sebab sebab itu achirnja birokrasi berlebihlebihan.
2. P.G.P. dan P.G.P.N.
Mentalita pegawai djuga terganggu oleh karena sistim P.G.P. dan P.G.P.N.
(a). Gadji tidak mentjukupi kebutuhan hidup para pegawai, se hingga pikiran mereka gelisah dan pekerdjaan mereka ter ganggu.
(b). Djuga penilaian atas dasar idjazah2 menimbulkan gangguan
kestabilan pegawai2 (termasuk guru2) terutama jang dari
(c). Kenaikan atau pengangkatan berdasarkan golongan, pertim banganpertimbangan politik, sistim famili, daerahisme
mengganggu djuga keadaan kestabilan mentalita pegawai sebagai pengabdi.
(d). Para pegawai masih dihinggapi djiwa statis dan routine, jang tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan dan usaha untuk mentjari efficiency jang lebih tinggi (konservatisme). (e). Pengaruh beberapa gelintir orang jang lekas kaja, karena
menjalah gunakan kedudukan achirnja meluas kesemua pe gawai, dan lebih2 karena gadji kurang timbul keinginan un
tuk menggunakan tiap kesempatan untuk mendapatkan ke untungan disegala lapangan. Timbullah korupsi umum. (f). Napsu beberapa gelintir orang jang ingin menaikkan tarap
hidupnja dengan memakai tjontoh keadaan hidup Negara2
jang sudah madju, tetapi jang tidak sepadan dengan ke kuatan penghasilan Negara. Alam pikiran ini ada pengaruh nja djuga pada jang lainnja sehingga gedjala tsb. mendjadi umum.
(g). Inilah antara lain keadaan2 jang mengelilingi alam mentalita
para pegawai sekarang jang mempengaruhi tjara mereka berpikir, dan jang akan membawa kehantjuran Negara. Tetapi disamping mengupas keadaan negatipnja baiklah kita tindjau djuga keadaan positipnja, karena tentu ada djuga unsur2 positip jang kuat sehingga memungkinkan djuga ma
sih utuhnja keadaan Negara kita sampai dewasa ini. 3. Unsur2 positip
(a). Meskipun keadaan sebagai tersebut tadi, tetapi masih ada pegawai2 jang dikuasai oleh rasa etika dan djiwa pengabdi
ideal sehingga unsur itu bisa disalurkan kearah positip. Usaha itu harus segera dimulai, karena djika tidak mereka jang berdjumlah sedikit inipun akan dikuasai djuga seluruh nja oleh unsur2 negatip itu dan achirnja akan timbul suasana
jang tidak diharapkan lama sekali.
(b). Hierarchi masih agak baik, tetapi oleh karena pengaruh pengaruh negatip tadi lambatlaun bisa mendjadi kabur. (c). Kursus2 untuk menaikkan tingkat efficiency pegawai sudah
mulai diadakan; usaha itu harus dipergiat dan terutama me reka jang pernah aktip dalam masa perdjuangan, harus di beri prioritet dalam kesempatan ini, sehingga rasa keting galan itu tidak ada.
(d). Semasa revolusi djuga pegawai memberi sumbangan jang positip dan memperlihatkan sifat jang dinamis. Kalau kita bandingkan kedua kekuatan arus ini, maka unsur2 negatip
lebih besar daripada unsur2 positip.
c. Golongan Guru
1. Mentalita guru pada umumnja
Pada umumnja mentalita guruguru itu dapat kita bagi dalam beberapa •daman menurut keadaan :
(a). Djaman Belanda. (b). Djaman Djepang.
(a). Pada waktu pendjadjahan (Belanda) guru2 bekerdja dengan
teratur dan baik. Sebab2nja ialah :
(1). karena taat akan peraturan2 Pemerintah. Takut kehi
langan matapentjahariannja, karena pada waktu itu ga dji mereka dapat dikatakan tjukup.
(2). karena mempunjai tjita2 jang tinggi untuk kemerdeka
an bangsanja.
(b). Djandj jang diberikan oleh Djepang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia menjebabkan guru2 bekerdja baik dan
mengabdi untuk tjita2 bangsanja tetapi setelah ternjata ke
merdekaan itu tak kundjung datang, ternjata hal itu meng (c). Sesudah 1945 keadaan berobah, semua bekerdja dengan
giat, baik dan dengan rasa mengabdi, untuk mempertahan kan kemerdekaan bangsanja jang sudah diumumkan. Keada an ini berlangsung sampai 1950. Sesudah ini ada sebahagian jang bekerdja baik dan sungguhsungguh tetapi ada djuga jang mulai kendor dan atjuh tak atjuh. Jang pertama ber hasrat itu berdjuang mentjapai masjarakat jang adil dan makmur dan jang kedua ialah oleh karena mereka mengeta hui kepentingankepentingan jang terdapat disekelilingnja. Pada achirachir ini banjak diantara mereka jang terpengaruh oleh kebendaan, ada jang karena penghidupannja susah, tetapi ada pula jang karena ingin hidup mewah. Hal2 diatas terutama
mengenai keadaan guru2 sekolah rakjat.
2. Guruguru sekolah landjutan umum
Mengenai guruguru sekolah landjutan hanja diuraikan mengenai keadaan sekarang, karena dahulu djarang sekali ter dapat guru2 Indonesia disekolah landjutan.
Guruguru ini dapat dibagi atas tiga golongan :
(a). Guruguru jang memenuhi sjarat, bekerdja dengan teratur dan baik serta sungguhsungguh memikirkan kebutuhan se kolah dan anak didikannja.
(b). Guruguru jang memenuhi sjarat2, bekerdja dengan teratur
dan baik, tetapi kurang/tidak memikirkan kebutuhan seko lah dan anak didikannja.
(c). Guruguru jang kurang/tidak teratur bekerdjanja, sama se kali tidak memikirkan kebutuhan sekolah dan anak didikan nja, dan tidak memenuhi sjaratsjarat.
3. Guruguru sekolah tehnik
Karena mereka termasuk orangorang golongan tehnik, maka segisegi pendidikan lain kurang diperhatikan tetapi rasa kebang saan mereka umumnja tebal.
Guruguru muda jang beladjar dinegara barat mentalnja di pengaruhi oleh kebudajaan Barat, sehingga rasa kebangsaannja mendjadi tipis sekali atau kurang.
4. Guruguru sekolah swasta
Guruguru sekolah swasta, karena terdorong oleh ideal me ngenai sekolahnja, dan menjadari tugas mereka jang penting itu, pada umumnja masih baik, tetapi tak djarang djuga jang merosot semangatnja oleh karena tekanan ekonomi, dan akibatnja kurang diperhatikannja didikan para siswa mereka.
Adapun faktor jang menghambat usaha pembangunan, ter utama ialah tekanan ekonomi. Tekanan ekonomi, mulai dari djaman pendudukan Djepang hingga sekarang, menjebabkan perubahan dalam tjara guruguru itu berfikir, sehingga keinsafan jang telah dimiliki itu jaitu keinsafan untuk turut membangun, mendjadi lemah pula.
Adanja ketentuanketentuan mengenai udjian menjebabkan pula lemahnja semangat mendidik, sebab semuanja berusaha untuk memenuhi ketentuan2 dalam udjian sehingga soal pendi
dikan kurang mendapat perhatian.
Sjaratsjarat untuk menghidupkan kembali semangat para guru untuk ikut serta dalam pembangunan semesta :
(a). Perbaikan ekonomi.
(b). Memperdalam pengertian terhadap pembangunan semesta. (c). Peraturanperaturan baru mengenai udjian.
(d). Merobah birokrasi administrasi agar segala sesuatu dapat mendjadi lantjar (surat angkatan kenaikan gadji, ketetapan pensiun, rapel, supaja dapat menarik semangat kearah kegiatan bekerdja orang2 tersebut).
d. Golongan Pengusaha Nasional
1. Sifatsifat Chas pada mentalita pengusaha nasional
Golongan pengusaha nasional termasuk sebagian rakjat Indo nesia jang djuga menderita akibat tekanantekanan kaum kolonialis dan kapitalis asing. Pada djaman pendjadjahan mereka tidak mendapat fasilitetfasilitet untuk mengembangkan perusa haannja, bahkan seringkali digentjet dengan matjammatjam padjak dan peraturanperaturan jang mengekang. Oleh karena itu umumnja di Indonesia hampir tidak terdapat pengusahapengusa ha nasional besar (kapitalistapitalis besar): posisi mereka umumnja lemah, baik ekonomis maupun politis.
Bagi bangsa kita sebenarnja tjukup banjak lapangan usaha, lebihlebih bila diingat banjaknja sumbersumber kekajaan alam dapat mendjadikan bahan2 mentah. Kini baru 20% dari sumber2
ini dikenal dan Baru kira2 10% jang dikerdjakan. Umumnja sum
Keradjinan rumah ini umumnja tidak berkembang besar, karena ada hambatanhambatan jang berupa kekurangan tenaga ahli dalam tehnik, dan kekurangan modal pada pengusahapengu saha nasional ini. Pada waktuwaktu achir ini telah muntjul beberapa pengusaha nasional besar, jang mempunjai reputasi jang baik.
Karena lingkungan jang bersifat agraris, maka usaha mereka pun dalam banjak hal terpengaruh olehnja dan banjak jang berkisar pada kebutuhankebutuhan rumah tangga; kekurangan dalam pendidikan dan hubungan dengan dunia dagang menjebab kan omzet usaha mereka terbatas.
Sifatsifat chas pada golongan pengusaha nasional Indonesia antara lain :
(a). mentjari untung meskipun kadang2 merugikan orang lain.
(b). bersikap bimbang karena kedudukan mereka tidak stabil. (c). kurang zakelijk, sehingga banjak usaha mereka tertjampur
dengan urusanurusan rumah tangga.
(d). kurang inisiatif, karena kurang pengetahuan mengenai kemungkinankemungkinan jang dapat diusahakan, tetapi djuga karena kekurangan modal, sehingga tidak berani mengambil risikorisiko besar.
Selain itu penindasan jang berabad2 menjebabkan pula
dimilikinja sifat2 positif, jang lain, diantaranja :
(e). ulet dan tekun dalam mentjari kehidupan jang lajak dan halal, sumbangannja, tetapi lama kelamaan timbullah kristalisasi dan laranganlarangan;
(f). rasa persatuan, karena merasa senasib dengan pengusaha pengusaha nasional jang lain, terutama dalam menghadapi fihak kapitaliskapitalis asing.
2. Perobahan mentalita golongan pengusaha nasional
Kebangunan dan pergerakan rakjat Indonesia telah mendji wai pula golongan, pengusaha nasional, dan disebabkan oleh penindasan (kapitaliskapitalis asing mereka telah sedjak 1917 mempersatukan diri dalam „Serikat Dagang” jang kemudian mendjelma mendjadi „Serikat Islam” sebagai landasan bagi usaha untuk perbaikan nasib dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Selama revolusi nasional merekapun ikut serta memberikan sumbangannja, tetapi lama kelamaan timbullah kritalisasi dan timbullah golongan pengusaha besar jang semakin lama semakin merebut kedudukan dalam dunia perdagangan.
Adanja nasionalisasi, pembatasan penanaman modal asing, banjaklah keuntungan2 pindah ketangan pengusaha2 besar dan
P.T.2 Negara. Dengan menggunakan alatalat tehnik modern dan
tjara kerdja menurut efisiensi business, mereka setjara dinamis semakin banjak menduduki tempattempat jang penting.
Sebagian dari pengusaha besar lupa akan tradisi patriotiknja, dan sematamata dikuasai napsu mendapat keuntungan jang ber
limpah2, menjatukan did dengan kepentingan modal asing, dan
merugikan pengusaha2 nasional ketjil.
Pengusaha2 ketjil, karena terbelakang (tempat terpentjil,
kurang gengetahuan dsb) kurang mendapat kemadjuan2 jang
berarti, bahkan menderita akibat ketidak stabilan nilai uang, kesukaran mendapatkan bahan2 impor jang sangat menentukan
kelangsungan perusahaan mereka, dsb. Timbullah rasa kegeli sahan, dan banjak pula jang pindah kelapangan lain.
3. Sikap golongan pengusaha nasional terhadap situasi sekarang Dengan perantaraan organisasi2nja para pengusaha nasional
umumnja bersedia ikut serta dalam usaha2 jang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan negara; dalam pada itu mereka mengha rapkan pula mendapatkan status sebagai perusahaan nasional lepas dari faktor2 zakelijk lainnja. Sebagian lainnja berusaha
sendiri setjara sungguhsungguh tanpa menggantungkan sesuatu kepada statusnja sebagai perusahaan nasional.
Karena tidak stabilnja situasi, banjak jang bersikap „Wait and see” tentang peranan dan kemungkinan dipergunakan potensi mereka dalam pembangunan ekonomi.
Bimbingan dan tjontoh2nja diharapkan dari Pemerintah demi
kelantjaran pembangunan dan pemenuhan kebutuhankebutuhan masjarakat umumnja.
e. Golongan Buruh
1. Sifat2 chas pada mentalita golongan buruh
Dengan penanaman modal industri dalam berbagai lapangan di Indonesia lahirlah golongan rakjat jang baru, golongan kaum buruh. Menurut statistik tahun 1930, penduduk Indonesia jang hidup dari upah berdjumlah lebih kurang 6 djuta orang, termasuk didalamnja buruh musiman jang sangat besar djumlahnja. Dian taranja 6 djuta tsb. terdapat setengah djuta buruh modern, jakni golongan buruh jang bekerdja dalam lapangan2 jang mengguna
kan tehnik modern, seperti buruh transpor, buruh pabrik dan bengkel, buruh tambang timah dan batubara, buruh tambang mi njak, tambang emas dan perak. Selain itu terdapat pula sedjumlah besar buruh perkebunan, buruh industri ketjil, buruh lepas dlsb.
Djumlah kaum buruh di Indonesia tidak besar bila dibanding kan dengan golongan rakjat lainnja. Demikian pula disebabkan oleh politik kolonial Belanda jang tidak mengembangkan industri modern, maka djumlah kaum buruh modernpun tidak banjak djika dibandingkan dengan kaum buruh seluruhnja. Sebagian ter besar kaum buruh di Indonesia terdiri dari kaum pertanian. Bersamasama dengan golongan rakjat lainnja, kaum buruh Indo nesia djuga sangat menderita akibat pendjadjahan kolonial Belanda dan penindasan pemerintah militer Djepang.
Oleh karena situasi tsb. diatas maka sifat2 chas golongan
(a). umumnja masih mempunjai tradisi jang erat hubungannja dengan desa, dan karena asalnja dari desa itu, maka terbawa pula tradisi2 dan watak2 kaum Mani jang masih terbelakang,
kedalam lingkungan kaum buruh.
(b). taraf kebudajaannja masih rendah, karena pemerintah kolo nial memang mentjegah perkembangan kebudajaan dikala ngan rakjat, oleh karena itu taraf kesadarannja djuga belum tinggi.
(c). upah dan taraf hidup jang terlalu rendah (sebenggol sehari) menjebabkan mereka hanja mementingkan hidup seharihari nja dan kurang minat terhadap urusan besar2.
Selain itu suasana kerdja mempengaruhi pula mentalita kaum buruh, jakni adanja sifat positif :
(d). Dinamis dan tegas, karena segala sesuatu dalam proses pro duksi dapat diperhitungkan dengan pasti ; pekerdjaan jang dilakukannja merupakan sekedar satu matarantai dalam proses produksi seluruhnja; ketidakberesan dalam salah satu matarantai menjebabkan stagnasi dalam proses produksi seluruhnja.
Karena biasa menghadapi irama kerdja dan gerakan mekanis jang teratur, djamdjam kerdja dan tjaratjara kerdja jang tetap hal itu melatih mereka pula hidup dan bekerdja setja ra teratur.
(e). Tahan udji, karena selalu menghadapi hari2 hidupnja pada
upah jang merupakan satu2nja penghasilan. Nasibnja tergan
tung pada kerdjanja dan kerdja adalah perdjoangannja. (f). Revolusioner, ialah bahwa buruh tak gentar dan tabah meng
hadapi segala sesuatu, dalam perdjoangannja untuk memper baiki kedudukannja dan merubah keadaan lama.
(g). Rasa setiakawan (solidaritet) jang besar, karena seharihari an berhubungan rapat dengan temanteman sekerdja didalam satu lingkungan kerdja : merasa senasib dan seperdjoangan. (h). Patriotik, terutama karena madjikan jang menindas mereka
umumnja terdiri dari kapitaliskapitalis asing. 2. Perobahan mentalita kaum buruh
Karena sifat2 positif jang chas ada pada golongan buruh ini
lah dan terdorong oleh keadaan upah dandjaminan sosial jang sangat buruk, maka golongan buruh telah lebih dahulu memper satukan diri dalam organisasi2 serikat buruh sebagai alat
perlawanan terhadap penindasan kaum modal monopoli asing terutama Belanda.
(Staatsspoor Bond dan Postbond sedjak 1905; Cultuurbond dan Suikerbond sedjak 1907 dan 1908). Aksi2 buruh untuk perbaikan
nasib serta kemenangan2nja memberikan semangat dan kegembi
raan berdjoang pada kaum buruh, mendidik mereka akan pentingnja memiliki organisasi dan disiplin, dan mejakinkan mereka akan pentingnja kekuatan sendiri dan kekuatan persatuan.
Dalam revolusi nasional keberanian dan sifat revolusioner kaum buruh nampak besar: mereka ikut berdjuang digaris depan;
mereka telah djuga serentak mengoper kekuasaan atas banjak pabrik, perusahaan2, tambangtambang, dsb., dari tangan
Djepang.
Kedjudjuran mereka nampak dalam tindakan untuk menje rahkan semua pabrik tersebut kepada pemerintah dan Negara. Rasa setia kawan dan persatuan diantara golongan buruh semakin dipupuk melalui sentral organisasi buruh dan vak sentral lainnja. Rasa harga diri kini semakin bertambah dengan ikut duduknja wakil golongan karja mereka dalam badan2 pemerintahan dari
jang tingkat rendah sampai jang tertinggi.
Dalam pada itu adanja orang2 dalam pimpinan Serikatseri
kat Buruh jang tidak berasal dari kelas buruh, membuat suatu Serikat Buruh mempunjai arah jang oportunistis, jang kadang2
malahan merugikan perdjuangan kaum buruh sendiri. 3. Sikap golongan buruh terhadap situasi sekarang
Sungguhpun masa kemerdekaan sekarang ini memberikan perbaikan nasib tertentu, dan meninggikan martabat sosial me reka; namun umumnja mereka menganggap situasi sekarang ini masih belum memuaskan, berhubung djaminan sosial dan upah jang masih rendah dibandingkan dengan kenaikan harga2 kebu
tuhan hidup sehari2. Kadang2 mereka mudah terpengaruh oleh
propaganda tetapi semakin lama djuga bersifat kritis. Adanja Déwan jang merupakan forum kerdjasama antara buruh, peme rintah dan perusahaan didalam proses produksi akan dapat me nampung rasa kurang puas dan mengikutsertakan mereka da lam usaha pembangunan.
f. Golongan Tani
1. Sifat2 chas pada mentalita kaum tani
Golongan tani merupakan golongan jang terbesar dan meli puti kira2 70% dari rakjat Indonesia seluruhnja. Dalam masa
jang lalu kaum tani berabad2 menderita penindasan dan peng
hisapan (kaum feodal dan pemerintah kolonial. Karena penderita an rangkap ini bagian terbesar kaum tani sangat melarat dan terbelakang.
Disanasini terdapat monopoli milik tanah jang dikerdjakan oleh kaum tani. Sebagian dari kaum tani tidak memiliki tanah dan terpaksa menjewa tanah dengan sewa berupa kerdja rodi, hasil bumi atau uang. Dalam kerdja rodi mereka tidak atau kurang mempunjai minat, karena tidak bekerdja untuk kepen tingan sendiri melainkan untuk tuan tanah itu.
Bagian terbesar kaum tani hidup dibawah sjarat2 minimum
penghidupan manusia. Kemelaratan ini telah menjebabkan mere ka tidak mendapat kesempatan beladjar. Tingkat pengetahuan dan taraf kebudajaannja terbelakang.
(Subsistance forming). Disebabkan pula karena sempitnja ke sempatan mendapatkan penghidupan, mereka umumnja tidak sanggup memikul risico mentjoba tehnik baru, tanaman baru atau pupuk baru dalam pertaniannja. Pendeknja mereka merasa lebih „safe” dengan menggunakan tjara jang lama dan sukar sekali diadjak untuk mentjoba hale jang baru.
Halhal inilah jang menjebabkan mentalita pada kaum tani mempunjai sifat2 negatif :
(a). konservatif, terikat pada tradisi jang ada, sukar menerima hal2 baru.
(b). merasa rendah diri, pemalu, takut berterusterang karena berabad2 mengalami penindasan dari golongan feodal dan
kolonialis jang kedjam.
(c). merasa tidak berdaja, menjerah pada takdir, pertjaja pada tachajul, karena pertanian sangat tergantung pada kekuatan2
alam jang sering tak dapat diperhitungkan sebelumnja. Dalam pada itu dipaksa oleh kemiskinan dan tidak adanja sandaran lain kaum tani hidup tolongmenolong, terutama kalau ada kesukaran hidup. Tanah dianggap sebagai satu2nja sumber
dan milik jang sutji. Oleh karena itu terdapat pula sifat2 positif
antara lain :
(d). rasa kekeluargaan dan semangat gotongrojong. (e). ulet, tahan menderita dan djiwa toleran jang besar. (f). djudjur dan sederhana.
(g). ketjintaan pada .tanah, jang kalau perlu dibelanja mati2an
(„senjari bumi kudu ditohi pati”; mendjual tanah warisan merupakan pantangan bagi kaum thin),
2. Perubahan mentalita kaum tani
Tjara berpikir kaum tani jang terbelakang sebagai akibat penindasan dan penghisapan kolonial dan feodal, setjara berang surangsur mengalami perobahanperobahan dan kemadjuan2
berkat pengaruh gerakan2 nasional dan pengalaman2 dalam
perdjoangan mereka. Terutama sesudah revolusi 1945 karena perbaikan2 tertentu dalam penghidupan kaum tani, dan lebih
banjaknja perhubungan dengan luar, timbul perobahan2 penting
pada mentalita golongan tani :
(a). rasa rendah tjepat sekali berkurang, karena pergantian „closed class system” mendjadi „open class system” me mungkinkan naiknja kedudukan seorang tani dalam masja rakat.
(b). harga diri bertambah, karena dalam revolusi ternjata bahwa kekuasaan kolonial jang dulu dianggap mutlak, dapat ditum bangkan, dan bahwa kaum tani dapat mentjapai kemenang ankemenangan, bisa menguasai desa2 dan bahkan melin
dungi pengungsi2, pembesar2 pemerintahan dan pedjoang2
(c). pengetahuan bertambah dengan semakin banjaknja sekolah² jang dibuka sampai kedesadesa; semakin banjak kesempatan terbuka bagi mereka terhadap hal2 jang baru dan semakin
lama semakin ada keinginan untuk madju, sedangkan dalam tjara berpikir mereka menudju kearah jang dinamis.
(d). rasa persatuan kini terutama dipupuk dengan perantaraan organisasi2 tani dan semakin hari semakin menundjukkan
kekuatan golongan tani.
(e). pikiran Goldwirtschaft mulai masuk kedesa karena keperlu an sehari2 harus dibeli dengan uang, maka mulai pula timbul
perkiraan dan penilaian dengan serba uang, jang kesemuanja ini berpengaruh pula atas rasa kekeluargaan dan semangat gotongrojong jang dahulu tebal sekali.
3. Sikap golongan tani terhadap situasi sekarang
Revolusi nasional umumnja membawa perbaikan dalam kedudukan sosial kaum tani, setjara ekonomispun umumnja me reka lebih beruntung, karena inflasi keuangan sedjak petjahnja perang dunia kedua memberikan kenaikan hasil uang kepada golongan tani dibandingkan dengan pegawai negeri atau buruh pada umumnja.
Pertumbuhan dan pertentangan partai2 politik sampai ke
desa2 kadang2 membingungkan dan kurang difahamkan oleh
mereka. Halhal jang menarik bagi mereka ialah usaha2 jang se
tjara konkrit dan riil dapat memberi perbaikan nasib: melawan lintah darat, penurunan padjak, perobahan tanah (landform).
Untuk menginsafkan mereka untuk bekerdja gotongrojong, sungguhpun untuk kepentingan pengairan desanja, kini kadang2
agak susah oleh karena kepertjajaan kepada para pemimpin/ pengandjur2 sudah banjak berkurang.
Usaha2 meninggikan tingkat hidup dan taraf kebudajaan ka
um tani hanja akan berhasil, bilamana dihubungkan dengan kebutuhan2 dan perikehidupan konkrit mereka sehari2. Dalam
pada itu umumnja golongan tani masih sanggup mentaati pimpi nan Pemerintah jang resmi, jang tidak merugikan pokok2
kehidupan kaum tani. g. Golongan Pemuda
1. Sifat2 chas mentalita golongan pemuda
Untuk sekedar memaklumi sifat2 chas golongan pemuda
dapat diketahui dari beberapa faktor jang berpengaruh dalam pembentukan sifat jang chas itu.
(a). Faktor perkembangan biologissosial
Pada umumnja organisasi2 gerakan pemuda ditanah air kita
menentukan batas umur antara 15 sampai 35 tahun sebagai kri teria golongan pemuda..
pada. masa transisi manusia meninggalkan masa kekanak2an
dan mempersiapkan diri untuk mendjadi orang tua. Masa perali han antara alam kekanakan kealam kedewasaan ini tidak tjukup ditindjau setjara biologis sadja, melainkan terutama perlu diperhatikan aspek sosialnja.
Masa transisi ini terdiri atas beberapa periode: periode2 jang
terkenal seperti periode praepubertet, pubertet sebenarnja dan postpubertet Kadolesensi).
Sifat2 permulaan dalam periode2 tsb. diatas, ialah muntjulnja
keinginan menundjukkan sikap2 berani, ingin diperhatikan orang,
jang sebenarnja sifat2 tsb. pada permulaan hanja merupakan
sifat jang demonstratip untuk menjembunjikan kegelisahan2
jang belum dikenalnja.
Sifat2 ini dikemudian mendjadi sampurna, setelah ia dapat
menemui diri sendiri, menemui harga kehidupan dan membuat pertjobaan dengan harga ini serta hasrat untuk segera masuk kedalam masjarakat dan mengenal kebudajaan.
Pada masa ini anakmuda berusaha mendapatkan status sebagai manusia; ada ketjenderungan untuk berusaha kearah emansipasi dengan melepaskan taraf kekanak2an, dimana ia se
nantiasa harus tunduk kepada kehendak orang tua, karena dianggap lebih rendah dalam umur, pengalaman dan ketjakapan.
Perkembangan jang besar setjara physis, intelektuil dan emosionil memberikan kepadanja dasar2 jang kuat untuk men
dapat pengalaman dan pengetahuan dalam banjak lapangan, jang mendjadikan daja kritis dengan semakin banjak minat kepada soa12 teoritis.
Semakin berkembang pengertian serta penghargaan nilai2;
semakin terbentuklah pandangan hidup serta tjita2 jang ingin di
kedjarnja dengan disertai kegiatan2 sosial, jang kini tidak lagi
terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah semata2.
Dalam periode adolesensi, sifat2 jang berani bertambah de
ngan sifat jang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis. Sifat ke pemudaan sudah lebih positip.
Salah satu fungsi gerakan/organisasi pemuda ditanahair kita, merupakan pusat pendidikan ketiga disamping rumah dan seko lah, untuk membantu melenjapkan sifat2 negatif disegala tjita2
dan menjegerakan segi2 positif.
Disamping itu perlu dipelihara sifat2 chas pemuda sebagai
jang dikonstatasi diatas untuk kepentingan sosial jang sempurna. (b). Faktor2 perkembangan historis
Dalam sedjarah perdjoangan kemerdekaan, mulai dari ang katan perintis (1908) sampai pada angkatan penegas (1928) hing ga angkatan pendobrak (1945), jang dibina dan dipimpin oleh pemuda2 Indonesia atau dengan perkataan lain oleh pemimpin2
rakjat jang pada waktu gerakan angkatan2 itu dimulai, pemim
pin² tsb, masih termasuk dalam kriterium pemuda.
Kenjataan2 sedjarah diatas menundjukkan peranan ekspo
nental golongan pemuda, karena dengan sifat2 psychologisnja dia
setjara intuitip merasakan djeritan djiwa rakjatnja untuk men tjapai kebebasan.
Dan kenjataan sedjarah ini selalu tetap ingin diawasi oleh para pemuda, dalam saat dan digolongan manapun mereka ber ada.
Disinilah pula letaknja perbedaan dimanapun mereka ber ada.
Disinilah pula letaknja perbedaan antara gerakan/organisasi pemuda ditanahair kita dengan gerakan/organisasi pemuda di Amerika dan Eropah Barat.
Fungsi gerakan/organisasi pemuda Indonesia jakni selain merupakan pusat pendidikan ketiga, merupakan pula eksponen perdjoangan nasional, Gerakan Pemuda di Indonesia memiliki kesadaran nasional disamping kesadaran sosial.
2. Perobahan/perkembangan mentalita Pemuda sepandjang zaman Golongan pemuda merupakan sebagian dari masjarakat. Peristiwa2 jang terdjadi dalam masjarakat Indonesia sepandjang
sedjarah pasti berpengaruh pada golongan pemudanja.
Sebaliknja usaha2 pembaharuan dan perobahan politik, so
sial, ekonomi jang dipelopori oleh pemuda berpengaruh pula pada golongan masjarakat lainnja.
Sifat asli tjara hidup dan tjara berpikir rakjat Indonesia, jang kolektivistis mendjadi pula sifat asli tjara hidup dan tjara berpikir pemuda. Pengaruh dari luar terhadap pandangan hidup dan sikap hidup rakjat Indonesia, berpengaruh pula dalam ka langan pemuda.
Karena faktor2 psychologis jang dimiliki pemuda, misalnja
sikap berani untuk melepaskan segala jang usang, daja untuk dalam waktu singkat mengeluarkan kritik, unsur djiwa revolu sioner, dinamika dlsbnja pengaruh2 dari luar jang dianggapnja
kemudian tidak menumbuhkan faedah jang baik, tjepat mendapat tantangan2 jang kadang2 sangat berani.
Tidaklah mengherankan, djika setiap gerakan pembaharuan melawan pengaruh2 hidup dan kehidupan jang lebih usang dan
tidak berfaedah beroleh hasil jang memuaskan djika mendapat dukungan pemuda.
Sedjarah perkembangan feodalisme jang sangat lama ditanah air dan zaman pendjadjahan jang berabad2 serta sistim kapital
isme, meninggalkan bekas2 jang dapat ditinggalkan oleh pemuda
dalam waktu jang singkat setelah revolusi 17 Agustus 1945 ber kobar. Karena pada hakekatnja sistim feodalisme, kolonialisme dan kapitalisme melahirkan kesengsaraan pada rakjat banjak dan hanja selapisan masjarakat jang sangat ketjil, seperti keluarga. radja2 jang berkuasa dan pembentuk2 setia kolonialis/kapitalis
buruh, pemuda tani miskin, pemuda2 dari kalangan kaum ren
dahan jang djumlahnja sangat banjak itu, memiliki kemampuan serta semangat jang lebih revolusioner dalam menumpas sisa2
feodalisme, kolonialisme dan kapitalisme.
Semangat anti feodalisme, kolonialisme dan kapitalisme dari pemuda2 Indonesia dapat berdjalan lebih djauh, djika semangat
tsb. setjara kontinu dipelihara, hal mana saling bergantung dengan keadaan golongan diluar golongan pemuda.
Penjelewengan2 dari semangat revolusi terutama jang ber
bentuk dualisme2 seperti jang disinjalir Presiden Soekarno, oleh
penjeleweng2 unsur feodalisme jang berbahaja itu disuntikkan
pula pada djiwa pemuda.
Penjelewengan2 terdjadi bilamana tidak ada tjita2 jang djelas
pada pemuda ini. Bilamana pada perdjoangan melawan Belanda atau Djepang tjita2 tsb. djelas, jakni untuk mentjapai kemerdeka
an, maka kini sesudah kemerdekaan tertjapai kepada pemuda2
harus diberikan tjita2 revolusi jang baru, karena pemuda tidak
dapat hidup tanpa tjita2 dan pimpinan jang tegas.
Tetapi sangat beruntung, kongres pemuda jang diselengga rakan pada tanggal 15 sampai dengan 21 Pebruari 1960 jbl. merupakan manifestasi jang hebat untuk melawan dualisme2 jang
berbahaja tsb.
3. Sikap pemuda terhadap situasi sekarang
Situasi sekarang dibidang politik merupakan fase penggiatan pelaksanaan demokrasi terpimpin dan dibidang sosial ekonomi adalah fase memulai meletakkan dasar2 untuk pembangunan
ekonomi sosialisme a la Indonesia.
Sikap golongan pemuda seperti jang ditetapkan oleh Kong res Pemuda jbl. dibidang pembangunan semesta sudah tjukup djelas dimana peranan pemuda atau sumbangan pemuda sedikit nja dapat disalurkan dalam sepuluh sektor pembangunan.
h. Golongan wanita
1. Sifat2 chas mentalita pada golongan wanita :
Mengabdi, memelihara dan menjesuaikan diri.
Sebenarnja kaum wanita Indonesia tidak dapat digolongkan pada satu djenis sadja, sebab wanita tani sudah lain mentalitanja dari wanita dari keluarga kaum buruh, dan wanita pegawai sudah lain lagi mentalitanja dengan wanita dari keluarga kalangan pengusaha.
2. Perobahan2 pada mentalita wanita :
Dengan adanja pengaruh2 agama dan zaman feodal sifat2
mendapat tempat dimuka. Usaha untuk madju djuga tidak ada, karena memang dirasa tidak perlu.
Djiwa merasa diri rendah itu dianggapnja memang sudah takdirnja. Oleh karena sedjak ketjil mendapat didikan kearah ini, perasaan ini demikian tebalnja sehingga sampai zaman sekarang masih terdapat sisa2nja pada kebanjakan wanita Indonesia.
Sistim adat dan tradisi tiap2 suku memberi bentuk tersendiri
dalam tjorak perkembangan mental para wanita. Kemadjuan mengikuti irama djaman dapat dikirakan dari kemampuannja melepaskan ikatan2 tradisi jang mengekang. Dimana tradisi dan
adat masih dipegang teguh, disitu biasanja kemadjuan pemikiran mengalami halangan2 karena konservatisme jang membelenggu
keturunannja. (Perbedaan wanita daerah pesisir jang lekas ber
Dengan masuknja aliran2 pikiran orang barat di Indonesia,
maka wanita Indonesia mulai terbuka matanja, bahwa wanita bukan machluk jang ditakdirkan menduduki tempat jang rendah. Maka mulailah wanita Indonesia dengan gerakan emansipasinja. walaupun mula2nja terbatas pada golongan wanita terpeladjar.
Mulai saat itu golongan wanita tidak hanja sadar bahwa mereka mempunjai hak jang sama dengan kaum pria, tetapi wanita djuga berusaha untuk memperlengkapi kekurangan2nja sebagai go
longan jang djuga mempunjai tanggung djawab.
Dari sudut lain nampak segi2 negatip pengaruh alam pi
kiran Barat.
Dikalangan wanita elite tampak aliran „internasionalisme” dan snobisme. Segala matjam barang luar negeri dalam rumah mendjadi kemegahan dan kepuasan, mengikuti segala matjam amusemen dll. jang disangkanja itulah masuk kebudajaan tinggi. Sebaliknja karena pengaruh teknologi modern golongan wa nita jang madju mendjadi lebih giat lagi usahanja untuk dapat mengikuti panggilan djaman. Tetapi sajang dengan adanja aliran2
baru wanita djuga mudah terpengaruh, sehingga ikut djuga ter petjah mengikuti aliran masing2.
Dalam djaman perdjuangan melawan Belanda terdapat wa nita Indonesia jang tahan menderita bersama dengan sang suami dan ikut berdjuang untuk tjita2 kemerdekaan, mengikuti langkah
sang suami dan masjarakat. Dengan rela sang Ibu melepaskan anak2nja untuk menggabungkan diri kedalam angkatan bersen
djata.
Mentalita wanita Indonesia umumnja mengalami kemadjuan sehabis kemerdekaan. Gerakan. wanita jang meliputi kebaktian nja dipelbagai bidang, bisa dipakai untuk mempertjepat integrasi,