• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN "

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Umat Islam, Kristen, dan Hindu di Kecamatan Ladongi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

NIAR LINGGAENI NIM : 105381100816

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FEBRUARI 2021

(2)
(3)

ix

(4)

ixi

(5)

ixii

(6)

ixiii

(7)

ixiv

Timur (Studi Umat Islam, Kristen, dan Hindu Di Kecamatan Ladongi). Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Nawir dan pembimbing II Risfaisal.

Penelitian ini mengamati dan mendeskripsikan adaptasi sosial yang dilakukan antar umat beragama di kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur.

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) awal mula munculnya keberagaman agama di kecamatan Ladongi, (2) proses adaptasi sosial antar umat beragama di kecamatan Ladongi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pen- dekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui proses adaptasi sosial antar umat beragama di kecamatan Ladongi. Informan dalam penelitian ini yaitu, masyarakat dan tokoh dari masing-masing agama, yakni Islam, Kristen, dan Hindu, pemerintah setempat, serta orang yang mengetahui sejarah keberagaman agama di kecamatan Ladongi. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian mengatakan bahwa awal mula munculnya keberagaman agama di kecamatan Ladongi yaitu agama Islam dan Kristen sudah ada sejak masa Kerajaan Mekongga. Kemudian pada tahun 1972 agama Hindu mulai masuk serta agama Islam dan Kristen semakin bertambah populasinya melalui program transmigrasi. Proses adaptasi antar penganut agama dilakukan dengan kesadaran untuk saling menghargai satu sama lain. Selain itu terjadi pula perkawinan silang antar agama yang membuat hubungan antar umat beragama semakin harmonis.

Kata Kunci: Adaptasi Sosial, Umat Beragama.

ABSTRACT

(8)

ixv

Regency (Study of Muslims, Christians and Hindus in Ladongi District). Essay.

Faculty of Teacher Training and Education. Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Muhammad Nawir and mentor II Risfaisal

This study observes and describes the social adaptation carried out by reli- gious communities in Ladongi sub-district, East Kolaka Regency. The purpose of this study aims to determine (1) the origin of the emergence of religious diversity in Ladongi sub-district, (2) the process of social adaptation between religious communities in Ladongi sub-district.

This type of research is qualitative research with a case study approach which aims to determine the social adaptation process between religious commu- nities in Ladongi sub-district. The informants in this study are the community and figures from each religion, namely Islam, Christianity and Hinduism, the local government, as well as people who know the history of religious diversity in Ladongi sub-district. Data collection techniques are by means of observation, interviews, and documentation.

The results show that the origin of the emergence of religious diversity in Ladongi sub-district, namely Islam and Christianity, has existed since the days of the Mekongga Kingdom. Then in 1972 Hinduism began to enter and Islam and Christianity increased in population through the transmigration program. The adaptation process between religious adherents is carried out with the awareness of respecting one another. Apart from that, inter-religious intermarriage occurred which made the relationship between religious communities more harmonious.

Keywords: Social Adaptation, Religious People.

(9)

KATA PENGANTAR

ِمي ِح هرلا ِنَمْح هرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta pada-Mu, Sang Khalik.

Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semain menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Jaja dan Yani Admini yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga dan kerabat yang tidak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengan candaannya, kepada Dr. Muhammad Nawir, M.Pd, dan Risfaisal, S.Pd.,M.Pd. pembimbing I

(10)

dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada; Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi, Dr. H. Nurdin, M.Si., Sekertaris Jurusan Pendidikan Sosiologi, Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, Februari 2021

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

SURAT PERJANJIAN ... vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Konsep ... 8

B. Kajian Teori ... 22

C. Penelitian Terdahulu ... 24

D. Kerangka Pikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

C. Fokus Penelitian ... 30

D. Informan Penelitian... 30

(12)

E. Jenis dan Sumber Data ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data... 32

H. Teknik Analisis Data ... 33

I. Teknik Keabsahan Data ... 33

BAB IV DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI KHUSUS LOKASI PENELITIAN ... 36

A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 36

B. Deskripsi Khusus Lokasi Penelitian ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Awal Mula Munculnya Keberagaman Agama di Kecamatan Ladongi ... 50

2. Proses Adaptasi Sosial Antar Umat Bergama di Kecamatan Ladongi ... 54

B. Pembahasan ... 63

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan multikultural baik suku, bahasa, adat istiadat serta agama. Dalam perspektif sosiologis, agama merupakan suatu sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam tindakan-tindakan tertentu. Agama sangat erat kaitannya dengan pengalaman hidup manusia sebagai seorang individu atau bagian dari suatu kelompok. Sehingga perilaku yang di- perankannya akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran agama yang di- anutnya. Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama yang menginternalisasi sebelumnya.

Agama menjadi kebutuhan yang mendasar bagi eksistensi manusia dalam kehidupannya. Seperti yang dikemukakan oleh Raimundo Panikkar, ekspresi keagamaan seseorang dibedakan menjadi tiga yaitu; eksklusifisme, inklusifisme, dan pluralisme. Dengan adanya pemahaman inilah sehingga pluralitas keberaga- maan dapat diterima, dan dengan menggunakan paradigma pluralisme, maka hal- hal negatif yang dapat memicu konflik tidak akan terjadi. Pluralitas merupakan realitas yang tidak bisa ditolak maupun dihilangkan. Keadaan ini membawa pada suatu konsekuensi logis dalam kehidupan beragama, yakni untuk hidup berdamp- ingan dalam perbedaan keyakinan. Berdasarkan hal itu, dapat diketahui bahwa dalam diri manusia terdapat suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perbedaan yang dihadapinya.

(14)

Selain itu, pluralitas agama ini juga berpotensi memicu terjadinya konflik.

Akhir-akhir ini pemahaman tentang sikap toleransi antar umat beragama mengalami pergeseran, hal ini ditandai dengan banyaknya konflik yang bernuansa agama yang terjadi di wilayah Indonesia. Tentu ini merupakan tantangan bersama baik itu pemerintah, masyarakat maupun para tokoh lintas agama dalam meredam potensi konflik beragama tersebut. Maka sebagai bangsa yang mejemuk dan beragam diperlukan proses adaptasi sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam perspektif dimensi agama, setiap ajaran agama mengandung klaim kebenaran yang bersifat universal yang artinya agama tersebut memiliki nilai masing-masing. Pluralitas agama merupakan tantangan bagi agama-agama. Ada beberapa pertimbangan sebagai acuan akan arti pentingnya pencarian titik temu antar agama. Pertama, ketika keanekaragaman agama belum dipahami sepenuhnya oleh umat beragama, maka yang muncul ke permukaan adalah sikap eksklusifisme beragama, yang merasa ajaran yang dipeluknya adalah yang paling benar. Kedua, di tengah pluralisme agama ini, hanya pemeluk agama tertentu yang bersikap eksklusif dan masih cenderung memonopoli kebenaran agama karena tanpa adanya klaim tersebut penganut agama tidak dapat mewujudkan pengamalan agama yang betul-betul dan istiqamah.

Hubungan ini dapat dilihat pada kehidupan antar umat beragama di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur di mana terdapat beberapa agama yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, dan Hindu. Di mana agama Islam menjadi agama mayoritas dengan jumlah penganutnya sekitar 15.331

(15)

orang, kemudian berikutnya yaitu agama Hindu dengan jumla penganutnya sekitar 2.239 orang, Kristen Protestan sekitar 372 orang dan yang menjadi agama minoritas yani Kristen Khatolik dengan penganutnya sekitar 132 orang. Dalam kesehariannya masyarakat di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur tidak pernah terjadi konflik meskipun penganut agama yang berbeda hidup berdampingan dalam suatu wilayah yang sama. Tempat beribadah antara ketiga agama ini bisa saling berdekatan, sehingga antar penganut agama dapat mendengar saat ritual-ritual keagamaan dilaksanakan. Seperti saat adzan berkumandang di masjid penganut agama lain bisa mendengarnya ketika berada di tempat ibadah mereka, begitu pula ketika di gereja dan di pura diadakan kegiatan maka akan terdengar oleh masyarakat yang sedang berada di masjid. Hal ini juga terjadi saat hari perayaan tiba di mana ketika hari raya Idul Fitri masyarakat Muslim melakukan kegiatan takbiran di malam hari, penganut agama lain dapat memaklumi hal tersebut, walaupun kita ketahui takbiran biasanya dilakukan semalaman suntuk. Begitu pula saat umat Kristen sedang merayakan hari raya Natal dan umat Hindu merayakan hari raya Galungan. Hal ini menujukkan bahwa agama mayoritas tidak bersikap diskriminatif terhadap agama minoritas yang ada di kecamatan Ladongi, baik mayorita maupun minoritas dapat saling menghargai satu sama lain.

Suatu proses sosial terbentuk dari adaptasi sosial yang dalam hal ini adalah adaptasi yang terjadi antara berbagai individu yang di dalamnya terdapat standar Norma sosial yang telah disepakati bersama. Sehingga pada masyarakat di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur terjalin suatu pola adaptasi yang

(16)

baik dan harmonis serta tercipta kerukunan antar umat beragama. Adaptasi sosial dapat terjalin melalui beberapa ikatan seperti misalnya hubungan pernikahan di mana dua orang yang berbeda agama dipersatukan dalam tali pernikahan, kemudian bisa juga melalui hubungan pekerjaan jika yang berbeda agama bekerja dalam satu tempat yang sama, dan masih banyak lagi pengikat-pengikat yang dapat terjalin antar umat beragama.

Walaupun kehidupan antar masyarakat berbeda agama di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur terjalin dengan rukun, bukan berarti hal ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu fenomena, justru dengan kerukunan inilah menjadikannya fenomena yang unik untuk kita mencari tahu apa yang menjadi penyebab dari keharmonisan tersebut sehingga di antara penganut agama yang berbeda tidak terjadi konflik. Hal ini dapat kita ketahui dengan cara melihat pola adaptasi yang dilakukan masyarakat dari berbagai bidang, baik itu bidang ekonomi (kerjaan), di mana memungkinkan terjadinya kerjasama atau persaingan usaha antara masyarakat yang berbeda agama yang mengarah pada disharmonisai bertaraf mikro. Selain bidang ekonomi, kita juga dapat melihat pola adaptasi dari hubungan sosial (kemasyarakatan), di mana terdapat hubungan pernikahan, kekeluargaan atau kekerabatan antar masyarakat yang menganut agama Islam, Kristen, dan Hindu di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur.

Latar belakang diatas merupakan dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Adaptasi Sosial Umat Beragama di Kabupaten Kolaka Timur (Studi Umat Islam, Kristen, dan Hindu di Kecamatan Ladongi)”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana awal mula munculnya keberagaman agama di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur?

2. Bagaimana proses adaptasi sosial antar umat beragama di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas maka tujuan dari Penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana awal mula munculnya keberagaman agama di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur?

2. Untuk mengetahui proses adaptasi sosial antar umat bergama di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambaan khazanah keilmuan baik bagi peneliti pada khususnya maupun bagi masyarakat luas pada umumnya. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan kajian mengenai adaptasi sosial, terutama dalam

(18)

hal adaptasi sosial antar penganut agama yang berbeda dalam hal ini agama Islam, Kristen, dan Hindu.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat umum, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan wawasan tentang adaptasi sosial antar umat agama yang berbeda b. Bagi pemerintah Kecamatan Ladongi atau pihak-pihak yang berkepentingan,

hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan sekaligus referensi untuk mencermati berbagai sisi kehidupan sosial masyarakat yang dapat mengarah pada terjadinya adaptasi sosial antar umat beragama.

c. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi bacaan sehingga dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembangan dunia pendidikan.

E. Definisi Operasional 1. Pengertian Adaptasi Sosial

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan dan keadaan sekitar. Adaptasi sosial berarti proses perubahan dan akibatnya pada seseorang dalam suatu kelompok sosial sehingga orang itu dapat hidup atau berfungsi lebih baik di lingkungannya.

2. Umat Islam

Umat Islam adalah manusia yang memeluk agama Islam, agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Yang berpedoman pada kitab suci Al- Qur'an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.

(19)

3. Umat Kristen

Adalah manusia yang menganut agama Kristen yang merupakan agama Abrahamik monoteistik berasaskan riwayat hidup dan ajaran Yesus Kristus, yang merupakan inti sari agama ini.

4. Umat Hindu

Umat Hindu merupakan manusia yang memeluk agama Hindu yang mengandung aneka ragam tradisi. Umat Hindu terbagi atas berbagai aliran, diantaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta serta suatu pandangan hukum luas akan hukum dan aturan berdasarkan pada karma, darma, dan norma.

(20)

8 A. Kajian Konsep

1. Konsep Adaptasi Sosial

Adaptasi adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi suatu masyarakat, di mana ada kehidupan masyarakat di situ pula lah kita bisa melihat adanya suatu adaptasi, adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian diri terhadap keadaan sekitar tempat tinggal, baik itu keadaan masyarakatnya maupun keadaan lingkungannya.

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan, penyesuaian ini dapat berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi Gerungan (1991:55). Adaptasi merupakan penyesuaian yang dilakukan seseorang dengan mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungannya, atau sebaliknya, dia mengubah lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dirinya.

Adaptasi mempunyai dua arti, yang pertama disebut penyesuaian diri yang autoplastis (auto artinya sendiri, plastis artinya bentuk), sedangkan pengertian

yang kedua disebut penyesuaian diri yang alloplastis (allo artinya yang lain, plastis artinya bentuk). Jadi adaptasi ada yang artinya pasif yang mana kegiatan pribadi ditentukan oleh lingkungan, dan yang artinya aktif berarti pribadi

(21)

mempengaruhi lingkungan Sapoetra (1987:50). Adaptasi memiliki dua arti yaitu pasif dan aktif, adaptasi yang pasif adalah proses lingkungan mempengaruhi individu, sedangkan adaptasi yang aktif adalah proses individu mempengaruhi lingkungannya.

Adaptasi merupakan suatu konsep mengenai pembiasaan atau penyesuaian diri. Dalam kamus ilmiah popular adaptasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap suatu lingkungan dan kondisi lingkungan tersebut. Sedangkan menurut pendapat William A. Haviland dalam (Watif, 1993:26), adaptasi adalah proses penyesuaian interaksi karena perubahan yang ditimbulkan antara lingkungan dan organisme. Dengan adanya adaptasi, individu bisa menyesuaikan interaksi yang dilakukannya dengan perubahan lingkungannya tersebut.

Dalam proses kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat, individu tidak dapat begitu saja untuk melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya, karena individu tersebut mempunyai lingkungan di luar dirinya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dan lingkungan ini mempunyai aturan dan norma-norma yang membatasi tingkah laku individu tersebut, terlebih dalam kehidupan masyarakat luas.

Proses penyesuaian yang dilakukan antara individu dengan lingkungan fisiknya disebut sebagai suatu adaptasi, sedangkan proses penyesuaian antara individu dengan lingkungan sosialnya dikenal dengan sebutan “adjustment”.

Proses adaptasi meliputi hal-hal fisik, seperti seseorang yang melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya, tingkah lakunya tidak saja harus

(22)

menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosialnya (adjustment).

Adaptasi sosial menurut Soekanto (2007:28), adalah proses penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun kondisi yang diciptakan. Suparlan (1993:46) menegatakan bahwa adaptasi pada hakekatnya merupakan suaut proses untuk memenuhi syarat- syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan, yang termasuk dalam syarat- syarat dasar adalah syarat dasar kejiwaan, dan syarat dasar sosial. Syarat dasar kejiwaan meliputi perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan dan gelisah. Sedangkan yang meliputi syarat dasar sosial adalah hubungan untuk dapat belajar mengenai kebudayaan lainnya yang berasal dari lingkungan sekitar.

Definisi lainnya tentang adaptasi sosial dikemukakan oleh Soekanto (2000:29) yang mengatakan bahwa adaptasi sosial merupakan proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan, proses penyesuaian terhadap norma-norma, proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah, proses mengubah diri agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan, dan proses memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem serta proses penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah. Adaptasi membantu indidvidu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya di lingkungan baru tempat tinggalnya.

Sears (1985:33) mengatakan bahwa pada dasarnya manusia menyesuaikan diri karena ingin diterima secara sosial menghindari celaan. Dalam suatu lingkungan yang baru, tentunya terdapat nilai-nilai atau norma yang dipakai dalam

(23)

hubungan antar individu, ketidak mampuan individu dalam memahami dan melakukan apa yang menjadi nilai atau norma tersebut tentunya akan mengakibatkan penolakan secara sosial bagi individu tersebut. Adaptasi dilakukan agar individu dapat diterima dengan baik di lingkungan barunya, juga agar individu tersebut bisa menerima keadaan lingkungan barunya.

Dari penjelasan-penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari manusia, manusia dapat hidup dan berkembang di suatu lingkungan jika melakukan adaptasi. Ketika melakukan proses adaptasi ada dua hal yang akan terjadi, yaitu individu dipengaruhi oleh lingkungan atau sebaiknya individu yang mempengaruhi lingkungan.

Di manapun di dunia ini setiap organisme baik itu manusia, hewan, maupun tumbuhan selau mengadaptasikan dirinya pada keadaan lingkungan tempatnya berada, agar dapat hidup dengan kesesuaian antara proses alam dan pertumbuhan dirinya. Begitu pula dengan masyarakat yang tinggal atau hidup di daerah yang memiliki perbedaan agama, mereka harus bisa menyesuaikan diri dan berbaur dengan masyarakat lainnya tanpa melihat perbedaan itu agar tercipta masyarakat yang bersatu. Dengan menanamkan sikap tersebut, masyarakat akan dengan mudah melakukan interaksi satu sama lainnya dengan tidak meninggakan ajaran agamnya tetapi juga tetap menjalankan fitrah sebagai makhluk sosial.

Pertemuan-pertemuan secara simbolik semata tidak akan menciptakan suatu pergaulan hidup antara mereka, agar dapat dikatakan membaur dan

(24)

menyesuaikan diri, mereka harus melaukan interaksi sosial satu sama lain baik itu antara individu dan individu, individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan, proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungannya.

a. Tahapan Adapasi Sosial

Oberg (1960:44) menyatakan bahwa ada empat tahapan dalam proses adaptasi yaitu Honeymoon, Culture Shock, Recovery, dan Adjusment.

1) Tahapan honeymoon ditandai dengan perasaan terpesona, antusias, senang, adanya hubungan yang baik dengan orang sekitar. Tahapan bulan madu juga dapat dikatakan sebagai pengalaman menjadi pengunjung. Apabila seorang individu berada di suatu daerah yang memiliki kebudayaan yang berbeda dalam waktu yang relatif singkat maka yang tersisa dalam kenangan adalah berbagai hal menyenangkan yang ditemui di tempat baru. Sebaliknya bila inidividu yang masih tinggal lebih lama mulai merasakan suasana hati menurun karena mulai mengalami masalah yang muncul karena perbedaan budaya.

2) Tahapan culture shock merupakan tahapan di mana terdapat bermacam- macam kesulitan untuk dapat hidup di tempat yang baru, tidak dapat mengekspresikan perasaannya dalam bahasa lisan yang benar, kesulitan

(25)

dalam bergaul karena persoalan bahasa, adanya nilai-nilai yang berbenturan dengan kepercayaan atau kebiasaan yang dianut.

3) Tahapan recovery atau tahapan penyembuhan merupakan tahapan pemecahan dari krisis yang dihadapi pada tahapan cultuer shock. Pada tahapan ini, individu sudah membuka jalan dengan lingkungan yang baru, mulai bersahabat dengan lingkungan yang baru dan sudah mulai menguasai bahasa serta budaya yang baru. Kondisi individu pada tahapan ini sudah memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bertindak secara efektif sehingga perasaan tidak puas mulai luntur, pada tahapan ini individu juga mulai memperoleh pengetahuan mengenai budaya pada lingkungan baru dan muncul sikap positif terhadap individu yang berasal dari lingkungan baru.

4) Tahapan adjusment merupakan tahapan dimana individu mulai menikmati dan menerima lingkungan atau budaya yang baru meskipun masih mengalami sedikit ketegangan dan kecemasan. Pada tahapan adjusment terjadi proses integrasi dari hal-hal lama yang sudah dimiliki individu. Penyesuaian diri pada suatu tempat atau lingkungan yang menurutnya bagi dipandang sebagai suatu hal yang baru.

Selain itu adaptasi juga memiliki pengertian sebuah penyesuaian diri dalam mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri) Gerungan (1996:46).

Pengertian lain menurut Heerdjan (1987:21) yang mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan juga hambatan, adaptasi bisa dikatakan juga sebagai respon yang terjadi pada

(26)

tingkatan stress, dilakukan sebagai suatu perbaikan yang dapat mengubah lingkungan internal, dalam adaptasi juga bisa termasuk di dalamnya penstabilan biologis internal dan juga psikologis lainnya. Namun dalam hal ini juga dipandang sebagai sesuatu yang positif.

Di dalam suatu adaptasi juga terdapat yang namanya urutan elemen, di mana elemen tersebut menurut Roy (1969:66) di antaranya :

1) Lingkungan, dalam penggambaran lingkungan ini merupakan suatu input dalam psikologi sosial yang bisa dikatakan jauh lebih luas dan adaptif, namun jika didefinisikan juga bisa dikatakan sebaagi suatu kondisi ataupun suatu keadaan di dalamnya dapat mempengaruhi suatu keadaan, dalam suatu kondisi, keadaan yang dapat mempengaruhi perkembangan dan juga perilaku manusia.

2) Manusia, manusia merupakan sebuah sistem adaptif, di mana di dalamnya dapat digambarkan secara holistik dan bisa dilakukan sebagai suatu kesatuan yang memiliki input, kontrol, output dan juga proses umpan balik. Di dalamnya juga terdapat proses kontrol yang didefinisikan pada sebuah sistem adaptif dengan sebuah aktivitas kognator dan juga dalam mempertahankan adaptasi tersebut.

3) Kesehatan, secara tidak langsung yang namanya kesehatan dapat mempengaruhi kondisi yang dapat digunakan sebagai kelengkapan hubungan adaptasi/sebuah adaptasi yang bebas juga dapat mengizinkan manusia melakukan respons pada stimulus yang lain.

(27)

Selain dari berbagai elemen tersebut ada pula yang dinamakan dengan faktor yang mempengaruhi adaptasi dalam psikologi, diantaranya:

1) Faktor orientasi pada tugas, hal tersebut bisa dikatakan sebagai koping yang bisa dipakai sebagai cara untuk mengatasi sebuah masalah yang dilakukan dengan sebuah proses penyelesaian, dalam hal ini bisa termasuk di dalamnya hal efektif atau perasaan, kognitif dan juga psikomotor. Dalam suatu reaksi ini memiliki cara bisa dilakukan dengan melakukan komunikasi yang baik mengenai permasalahan tersebut. Dalam hal ini termasuk sebuah cara untuk mencari jalan keluar mengenai suatu keadaan yang dapat dilakukan dengan kekuatan.

2) Faktor orientasi pada ego, dalam hal ini adaptasi bisa dikatakan sebagai cara untuk melakukan pertahanan diri secara psikologis, di mana dengan melakukan hal tersebut dengan tujuan agar tidak menganggu jenis psikologis lainnya.

3) Kondisi fisik, hal ini juga bisa mempengaruhi dari proses adaptasi secara psikologis, karena jika seseorang memiliki kondisi fisik yang baik, tentu orang tersebut akan jauh lebih mudah untuk melakukan adaptasi, namun sebaliknya jika seseorang tersebut memiliki kondisi fisik yang kurang baik, tentu hal tersebut akan sangat mengganggu bahkan memperlambat dari proses adaptasi.

4) Kepribadian, hal ini tentu memiliki peranan yang cukup krusial dalam melakukan proses adaptasi, karena di dalam kepribadian seseorang tentu memiliki sifat dan juga kebiasaan yang berbeda-beda. Orang tersebut juga

(28)

memiliki kemampuan adaptasi yang tentunya berbeda-beda, dan akan sangat mempengaruhi dari cepat atau lambatnya dalam melakukan adaptasi.

5) Proses belajar, segala hal sesuatu dimanapun tentunya bisa dilakukan dengan melakukan rentetan proses belajar, jika kita sebagai manusia bisa melalui proses belajar tersebut dengan baik, tentu akan terlihat lebih mudah untuk melakukan adaptasi, namun sebaliknya jika kita tidak mampu untuk menyelesaikan proses belajar tersebut malah akan sangat berpengaruh pada proses belajar kita sendiri.

Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan adaptasi merupakan proses penyesuaian secara sadar yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok terhadap kondisi pada lingkungannya.

b. Strategi Adaptasi

Dalam kamus lengkap Indonesia, strategi berarti cara siasat atau teknik perang Ali dan Deli, (1997:16). Strategi adaptasi (Adaptive Strategy) secara umum merupakan sebuah rencana tindakan yang akan dilakukan seseorang secara sadar maupun tidak sadar, yang dilakukannya sebagai bentuk tindakan dalam merespon berbagai situasi dan kondisi internal atau eksternal. Sedangkan menurut Marzali (2003:26), dalam bukunya menjelaskan strategi adaptasi secara luas, ia menjelaskan bahwa strategi adaptasi merupakan tindakan seseorang dalam menempatkan kemampuan yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah yang dialami sebagai pilihan tindakan yang tepat yang sesuai dengan lingkungan sosial, budaya, ekonomi, dan ekologi di tempat mereka hidup.

(29)

Smith (1986:57), mengemukakan konsep strategi adaptasi mengarah pada rencana tindakan pada kurun waktu tertentu, oleh suatu kelompok tertentu atau keseluruhan manusia sebagai upaya dalam langkah-langkah dengan kemampuan yang ada di dalam dan di luar. Strategi mempunyai tingkatan pelaku pada suatu kondisi sosial. Pelaku-pelaku tersebut setidaknya harus mempunyai semacam pernyataan tentang apa yang dipikirkan, apa yang direncanakan dan apa yang dilakukan. Suatu individu atau masyarakat yang mendiami daerah baru harus dapat cepat tanggap terhadap keadaan yang terjadi dan harus mampu menyusun strategi agar dapat dengan mudah merespon berbagai kondisi yang terjadi di lingkungan yang baru di tempati.

Adaptasi diartikan sebagai kapasitas individu untuk mengatasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada umumnya proses tingkah laku yang didasarkan faktor-faktor psikologis untuk melakukan antisipasi kemampuan melihat tuntutan di masa yang akan datang. Dengan demikian adaptasi merupakan tingkah laku yang melibatkan perencanaan agar dapat mengantisipasi suatu peristiwa di masa yang akan datang. Pengertian adaptasi sering dibaurkan dengan pengertian penyesuaian.

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungannya.

Individu memiliki hubungan dengan lingkungannya yang menggiatkannya, merangsang perkembangannya, atau memberikan sesuatu yang ia perlukan.

Adaptasi merupakan suatu respon pada situasi, sedangkan penyesuaian merupakan perubahan stimulus itu sendiri. Strategi merupakan suatu proses memenuhi syarat untuk dapat melangsungkan hidup dengan memenuhi kebutuhan fungsional

(30)

berupa sistem menjamin kebutuhannya dari lingkungan dan mendistribusikan sumber-sumber dalam masyarakat. Maka dengan demikian Strategi adaptasi dapat diartikan sebagai bentuk penyesuaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap lingkungannya.

2. Konsep Agama

Sebagai manusia kita pastinya sudah tidak asing lagi dengan kata agama, sejak lahir agama sudah melekat pada diri manusia. Agama merupakan suatu pandangan atau sebuah ketentuan dalam menjalankan hidup sebagai ciptaan tuhan. Setiap agama memberikan pedoman bagi penganutnya dalam menjalankan kehidupan di bumi. Agama juga bisa memberikan ketenangan jiwa bagi mereka yang mengamalkan aturan-aturan yang sudah ditetapkan dengan keimanan yang seutuhnya.

Agama, secara arti kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan serta peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta aturan atau tata kaidah yang memiliki hubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia, manusia dengan Penciptanya serta manusia dengan lingkungannya. Kata "agama" merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Sansekerta berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini ialah religi yang berasal dari bahasa Latin religio serta berakar pada kata kerja re- ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang telah mengikat dirinya kepada Tuhan. Agama mengatur manusia untuk bagaimana

(31)

berinteraksi antar sesama manusia ataupun dengan mahluk ciptaan tuhan yang lainnya.

Agama adalah suatu aturan terorganisir yang terdiri dari kepercayaan, sistem budaya, serta pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Beragam agama memiliki catatan, simbol, dan kesucian yang mana digunakan untuk menjelaskan makna dari hidup itu sendiri dan menjelaskan asal usul kehidupan, manusia di masa yang lalu ataupun terciptanya alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, setiap orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.

Agama berfungsi sebagai sumber kehidupan untuk individu maupun kelompok, untuk menjalin hubungan antar manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia, serta penunjuk antara benar dan salah. Menurut Nata (2008:14) ada tiga alasan manusia memerlukan agama, yaitu :

a. Fitrah sebagai manusia, ialah bahwa setiap manusia membutuhkan agama sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupannya.

b. Manusia makhluk yang lemah, manusia memiliki keterbatasan dalam menentukan hal-hal di luar pemikiran dan akalnya, sehingga agama hadir sebagai sumber segala pengetahuan, tempat manusia mencari jawaban dari persoalan-persialan yang terjadi di luar pemikiran mereka.

c. Adanya tantangan hidup sebagai manusia. Manusia dalam menjalani kehidupannya tidak pernah luput dari tantangan dan permasalahan, baik itu di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat atau bahkan tantangan

(32)

terhadap dirinya sendiri, tantangan ini juga dapat berupa hawa nafsu yang terkadang menggelapkan mata dan pikiran manusia, oleh karenanya agama diperlukan sebagai pengingan manusia terhadap penciptanya.

Salah satu cita-cita dari pembangunan agama adalah agar terciptanya suatu kesejahteraan di dalam masyarakat. Selain itu, agama juga mengharapkan agar penganutnya dapat hidup berdampingan dengan aman dan damai. Itu lah yang dimaksud dengan Pluralisme agama, di mana antara penganut agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dan menjain interaksi dengan segala perbedaan yang ada di antara mereka. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat menerima keberadaan agama lain dan menghormati hak-hak dan kewajiban setiap pemeluk agama yang berbeda agar tercipta suatu masyarakat yang harmonis dalam keberagaman.

Dalam perspektif sosiologi agama, secara terminology, pluralisme merupakan sutau sikap menerima dan mengakui keberagaman agama yang diyakini sebagai rahmat tuhan kepada manusia. Secara sosiologis, pluralisme agama merupakan keberagaman dan adanya perbedaan-perbedaan agama.

Setiap agama di seluruh dunia pada dasarnya memerintakan kepada pemeluknya agar dapat menjalankan kehidupan yang rukun dan damai terhadap sesama makhluk hidup meskipun berbeda agama yang dianutnya. Namun sering kali diartikan dengan sempit oleh penganutnya sehingga menimbulkan konflik antar masyarakat. Selain itu, sikap fanatisme yang berlebihan terhadap agama yang dianutnya seringkali mengakibatkan ketidak harmonisan antar pemeluk agama yang berbeda, bahkan terhadap sesama kelompok agama Suhanah (2005:1)

(33)

Sebagai pemeluk agama, kita harus menerima kemajemukan tersebut dengan meyakini bahwa agama kita adalah jalan keselamatan yang paing benar dan menerima bahwa penganut agama lain juga memiliki jalan keselamatan yang paling benar. Dari sikap inilah akan lahir toleransi dan saling menghargai antar penganut agama berbeda.

Toleransi yang sesungguhnya yaitu sikap menerima dari hati nurani masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Tumbuh dan berkembangnya kesadaran manusia dalam bertoleransi harus diupayaan semaksimal mungkin, dengan dibangun dan dibina secara bertahap melaui pendekatan-pendekatan yang menekankan pada pendekatan etika, kebudayaan, akhlak, dan humanis daripada menggunakan pendekat strukturan dan politis.

Masyarakat yang hidup dengan keyakinan atau kepercayaan akan menjadi sumber bagi nilai pembangunan, baik itu untuk mencapai kebahagiaan hidup, kebahagiaan batiniah dan lahiriah yang berasal dari sang pencipta, dengan adanya agama diharapkan dapat membangun peradaban manusia yang seutuhnya dan dapat membangun masyarakat dengan kebudayaan, agama, dan membangun kebahagiaan manusia sekitarnya.

Dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 9 Tahun 2006 dan Nomor: 8 Tahun 2006. Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat pada Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Kerukunan umat beragama adalah keadaan-keadaan hubungan sesama umat beragama yang

(34)

dilandasi toleransi saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan pada ayat (2) dikatakan pula Pemeliharaan kerukunan umat beragama merupakan upaya bersama antar umat beragama dan pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama.

B. Kajian Teori 1. Teori Adaptasi

Pierre Bourdieu adalah tokoh dari teori adaptasi ini, menurutnya habitus adalah struktur mental atau kognitif yang dapat membantu seseorang untuk berhubungan dengan lingkungan sosilanya. Manusia diberikan serangkaian gambaran terinternalisasi yang akan mereka gunakan untuk mengartikan, memahami, menilai, dan mengevaluasi dunia sosial. Dengan skema ini seseorang dapat menghasilkan praktik mereka, mengartikan dan mengevaluasinya. Dari segi bahasa, habitus merupakan hasil dari penanaman struktur dunia sosial. Atau dengan kata lain kita bisa mengartikan habitus sebagai akal sehat (common sense).

Habitus merupakan akibat dari tinggalnya seseorang pada daerah di dunia sosial untuk jangka waktu yang lama. Dengan demikian habitus ini bervariasi tergantung pada keadaan daerah yang di tempati seseorang tersebut. Jadi tidak semua orang memiliki habitus yang sama, namun mereka yang tinggal di daerah dengan keadaan yang sama cenderung memiliki habitus yang sama pula. Habitus

(35)

memungkinkan seseorang untuk memahami dunia sosial, namun dengan keberagaman habitus berarti bahwa dunia sosial dan strukturnya tidak menanamkan dirinya secara seragam pada setiap orang (Diana, 2017).

Alasan peneliti mengambil teori ini yaitu karena teori ini membahas mengenai adaptasi sebagai akibat dari ditempatinya suatu daerah atau keadaan dalam waktu yang lama ini sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang adaptasi sosial antar penganut agama Islam, Kristen, dan Hindu di kecamatan Ladongi kabupaten Kolaka Timur.

2. Teori Tindakan Komunikasi

Dalam buku The Theory of Communicative Action, Hebermas menjelaskan bahwa masyarakat merupakan mahkluk yang komunikatif, dan perubahan yang dilalui oleh manusia bukanlah semata-mata dorongan dari produksi dan teknologi.

Teknologi dan faktor objektif lainnya hanya bisa mengubah masyarakat, apabila masyarakat tersebut menanamkannya ke dalam tindakan komunikasi yang memiliki “logikanya Sendiri”. Habermas mengandaikan pada kegiatan komunikasi itu, antar partisipan dapat menjelaskan kepada lawan bicaranya agar memahami maksudnya dengan berusaha mencapai pengakuan kebenaran yang dipandang rasional dan dapat diterima oleh lawan bicaranya tanpa paksaan sebagai hasil komunikasi.

Alasan peneliti mengambil teori ini karena teori tindakan komunikasi dapat memberikan landasan bagi terselenggaranya dialog antar umat beragama yang ideal, yang didasarkan pada rasionalitas komunikatif. Sehingga dialog yang

(36)

terjalin antar umat agama yang berbeda tidak kaku dan tidak menimbulkan konflik.

C. Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu telah melakukan kajian dan analisis terhadap adaptasi sosial Penganut Agama Islam, Kristen dan Hindu yang mana beberapa kajian dan analisis tersebut relevan dan berkaitan dengan penelitian penulis yang dilakukan sekarang, adapun beberapa penelitian terdahulu antara lain :

Rosnatang (2017) dengan judul Adaptasi Sosial Antar Penganut Agama Kristen Dan Agama Islam (Studi Kasus Di Desa Congko Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Congko yang mana masyarakat penganut agama Islam hidup berdampingan dengan penganut agama Kristen, dan populasi masyarakat dengan penganut kedua agama ini paling banyak terdapat di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Hasil penelitian menunjukan Faktor-faktor pendukung untuk melakukan penyesuaian diri atau adaptasi sosial antar umat beragama dalam kehidupan masyarakat Desa Congko yaitu, masih melekat sikap gotong royong pada masyarakat sekitar, suasana desa yang aman dan tentram jauh dari perselisihan, sikap saling keterbukaan, tidak saling mengganggu antar umat bergama dalam menjalankan ibadah masing-masing, dan saling mambantu dalam mempersiapkan perayakan hari-hari besar agama.

(37)

Diana (2017) dengan judul Strategi Adaptasi Mahasiswa Kristen Di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui serta menganalisis strategi adaptasi yang dilakukan mahasiswa kristen di Universitas Negeri Islam Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah Teori Adaptasi Pierre Bourdieu. Pada penelitian ini terdapat enam orang responden dengan teknik penentuan informan yaitu Purposeive Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa beragama kristen yang berkuliah di UIN Sultan Syarif Kasim Riau seringkali mendapat singgungan dari kaum mayoritas (agama islam) karena mereka kaum minoritas. Namun, mereka tidak memberikan perlawanan karena mereka sadar hal ini akan menimbulkan perpecahan ataupun akan beresiko kepada krgiatan kuliahnya.

Oktaviani, (2016) dengan judul Pengaruh Adaptasi Sosial Terhadap Integrasi Masyarakat Di Kelurahan Cikutra Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan masyarakat kota yang sudah individual dan acuh terhadap keadaan sekitarnya. Lalu proses sosial dari para pendatang yang menetap di kota tersebut.

Serta suatu keadaan yang berbeda (ekonomi) antara masyarakat yang hidup dalam suatu wilayah yang sama. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah pengaruh dari adaptasi sosial terhadap integrasi masyarakat di Kelurahan Cikutra.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan analisis secara deskriptif.

Hasil penelitian yaitu rendahnya interaksi sosial warga yang merupakan dasar dari adaptasi sosial masyarakat di Kelurahan Cikutra, imbas dari rendahnya adaptasi sosial berpengaruh ke dalam terbentuknya integrasi masyarakat, dan semakin

(38)

tinggi/ seringnya interaksi sosial antar warga maka semakin tinggi/erat pula integrasi masyarakatnya, begitu pula sebaliknya.

Susilowati Dkk, (2017) dengan Judul Pola Adaptasi dalam Interaksi Sosial Masyarakat Hindu di Dukuh Jomblang Desa Dukuhringin Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Tujuan penelitian ini mengkaji tentang (1) pola interaksi yang terjadi antara masyarakat Hindu dan Islam, dan (2) pola adaptasi yang terjadi antara masyarakat Hindu dan Islam dalam mempertahankan kebudayaannya sehingga terbentuk kearifan lokal di Dukuh Jomblang Desa Dukuhringin Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Teknik pengambilan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan (1) pola interaksi yang terbentuk adalah kerjasama, akomodasi dan persaingan berdasarkan sikap saling menghargai dan toleransi yang tinggi setelah sikap kepemimpinan parisade Hindu Dharma Indonesia tegas, (2) pola adaptasi dihasilkan dari perubahan sikap dan perilaku masyarakat Hindu adalah modifikasi kultural seperti dalam bidang antar umat beragama terbentuknya forum Silaturahmi Indonesia.

Tabel. 1

Perbandingan Penelitian Terdahulu

N o

Nama dan Judul Jurnal Persamaan Perbedaan

1 Rosnatang (2017) dengan judul Adaptasi Sosial Antar Penganut Agama Kristen Dan Agama Islam (Studi Kasus Di Desa Congko

1. Membahas Adaptasi Sosial masing- masing

penganut

1. Penelitian terdahulu hanya fokus pada Agama Islam dan Kristen

2. Penelitian yang dilakukan penulis fokus pada 3

(39)

Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng)

agama 2. Mengunakan

Metode kualitatif

(Tiga) Agama yakni, Islam, Kristen dan Hindu

2 Diana (2017) dengan judul Strategi Adaptasi Mahasiswa Kristen Di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

1. Membahas Adaptasi masing-masing penganut agama

1. Penelitian terdahulu hanya fokus pada kehidupan umat beragama dalam komunitas mahasiswa 2. Penelitian yang dilakukan

penulis fokus kehidupan masyarakat umum 3 Oktaviani, (2016) dengan

judul Pengaruh Adaptasi Sosial Terhadap Integrasi Masyarakat Di Kelurahan Cikutra

1. Membahas Adaptasi Sosial masing- masing

penganut agama

2. Metode yang digunakan Analisis data berdasarkan fakta lapangan

1. Penelitian sebelumya menggunakan pendekatan kuantitatif dan lebih menekankan pada pengaruh yang ditimbulkan adaptasi terhadap integrasi masyaraat

2. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berfokus pada adaptasi yang dilakukan antar penganut agama 4. Susilowati Dkk, (2017)

dengan Judul Pola Adaptasi dalam Interaksi Sosial Masyarakat Hindu di Dukuh Jomblang Desa Dukuhringin Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal

1. Pola Adapatasi dalam

kehidupan sosial masyarakat

1. Penelitian sebelumya lebih menekannkan pada interaksi penganut Agama Hindu dan Islam

2. Penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih pada semua penganut Agama dalam kehidupan Masyarakat

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian.

Kerangka pikir dalam penelitian ini, penulis membahas permasalahan pokok yang telah dirumuskan. Pembahasan tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan

(40)

konsep dan teori yang ada hubungannya untuk menjawab masalah penelitian.

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Proses awal mula munculnya keberagaman para pemeluk agama Islam, Kristen dan Hindu di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur

2. Proses Pelaksanaan Adaptasi Sosial antara para pemeluk agama Islam, Kristen dan Hindu di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur dalam menjaga kerukunan antar umat beragama serta sikap toleransi dalam kehidupan masyarakat

Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada skema kerangka kerja penelitian berikut ini:

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Umat Beragama di

Kecamatan Ladongi

Asal Mula Munculnya Keberagaman

Agama

Adaptasi Sosial Umat Beragama

Umat Islam Umat Kristen

Umat Hindu

(41)

29 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, meliputi rangkaian kegiatan yang sistematik untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diajukan.

Pendekatan penelitian ini berdasarkan tujuannya, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian exploratory karena pengetahuan topik tersebut yang terakumulasi melalui riset-riset sebelumnya masih sangat langka. Dengan mempertimbangkan kompleksitas setting dan situasi penelitian, dengan aspek-aspek keperilakuan memegang peran vital dalam proses pertukaran antar partner, maka penelitian ini mengunakan strategi riset “Case Study”. Yin (1994:38) menyatakan bahwa “Case Study” adalah satu-satunya metode yang sesuai untuk menangkap subyek yang kompleks.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun Lokasi Penelitian ini adalah di Kecamatan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama bulan Oktober hingga bulan November 2020 dengan asumsi bulan pertama dilakukan sejak Penulis memperoleh izin penelitian.

(42)

C. Fokus penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan proses pelaksanaan adaptasi sosial penganut Agama Islam, Kristen dan Hindu dalam menjaga kerukunan antar umat beragama serta menjunjung tinggi sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 (sebelas) orang dengan rincian sebagai berikut:

1. Tokoh Agama Islam Sebanyak 3 Orang 2. Tokoh Agama Kristen Sebanyak 3 Orang 3. Tokoh Agama Hindu sebanyak 3 Orang 4. Camat Ladongi Selaku Pimpinan Wilayah

5. Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kecamatan Ladongi

E. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Adapun data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah data tentang:

a. Identintas dari para penganut masing-masing Agama b. Proses adaptasi yang dilakukan antar umat beragama

c. Strategi yang dilakukan oleh Tokoh Lintas Agama dalam meredam setiap permasalahan yang dapat merusak kerukunan antar umat beragama

(43)

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang secara tidak langsung diperoleh atau diperoleh melalui perantara. Data sekunder ini dapat mendukung data primer yang didapatkan seblumnya. Data sekunder merupakan pelengkap, meliputi media seperti: internet, majalah, koran dan buku yang menjadi referensi dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, penulis sendiri yang bertindak sebagai instrumen (human instrument). Hal ini didasari oleh adanya potensi manusia yang memiliki sifat dinamis dan kemampuan untuk mengamati, menilai, memutuskan dan menyimpulkan secara obyektif. Guba dan Lincoln (dalam Muhadjir, 1996 120) mengatakan bahwa, “Tujuh karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian memiliki kualitas baik, yaitu: sifatnya yang responsive, adapif, lebih holistik, kesadaran pada konteks tek terkatakan, mampu memproses segera, dan mampu menjalajahi jawaban ideosinkretik serta mampu mengajar pemahaman yang lebih dalam”.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang cermat dan valid serta memudahkan penelitian maka perlu menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara (daftar pertanyaan), pedoman observasi, pensil/pulpen dan catatan peneliti yang berfungsi sebagai alat pengumpul data serta alat pemotret.

(44)

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi penelitian adalah metode penelitian yang menggunakan cara pengamatan terhadap objek yang menjadi pusat perhatian penelitian. Metode observasi umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang berusaha memberikan gambaran mengenai peristiwa apa yang terjadi di lapangan.

Observasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pengamatan atau observasi yang dilakukan akan memakan waktu yang lebih lama apabila ingin melihat suatu proses perubahan dan pengamatan. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena social dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap objek yang akan digunakan untuk mengetahui tentang adaptasi sosial antar umat beragama di kecamatan Ladongi.

2. Wawancara

Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan dengan cara face to face Interview (wawancara yang dilakukan secara berhadapan langsung) dengan

partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai

delapan partisipan setiap kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan Creswell (2016: 254).

(45)

3. Dokumentasi

Dokumentsi adalah dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya. Hal ini digunakan untuk memperoleh dan melengkapi data penelitian selama proses penelitian berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam (Silalahi 2009), kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul. Berikut teknik analisis yang digunakan peneliti:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi membuat ringkasan atau

(46)

uraian singkat menggolong-golongkan ke pola dengan membuat transkrip penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus membuat bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat ditarik kesimpulan. Data yang berasal dari hasil wawancara dengan subjek penelitian dan dokumentasi yang didapat akan diseleksi oleh peneliti. Kumpulan data akan dipilih dan dikategorikan sebagai data yang relevan dan data yang mentah. Data yang mentah dipilih kembali dan data yang relevan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian akan disiapkan untuk proses penyajian data.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Agar dalam penyajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk matrik, grafis, jaringan atau bagan sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan sesuai dengan apa yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan pola pola penjelasan alur sebab akibat atau proporsi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mendiskusikan. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data

(47)

tersebut memiliki valid di atas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh.

Untuk mendapatkan hasil kesimpulan data yang valid, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut ini:

a. Mencatat poin poin terpenting yang didapat dari lapangan kemudian diuraikan secara luas dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, pengamatan, dan hasil data dilapangan.

b. Peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi. Peneliti mengambil data secara detail mulai dari foto-foto, pengamatan, hasil wawancara dan dokumentasi.

c. Pemilihan informan yang tepat sesuai dengan pemilihan data.

d. Peneliti harus jeli dalam memperhatikan proses di lapangan agar hasilnya maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan.

I. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan proses mentriangulasikan tiga data yang terdiri data observasi, wawancara dan dokumen. Adapun alat yang digunakan untuk menguji keabsahan data antara lain :

1. Triangulasi Sumber yang mana peneliti mencari kebenaran informasi melalui berbagai cara dan sumber perolehan data. Seperti, peneliti melakukan wawancara tentang adaptasi sosial antar penganut agama secara mendalam dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat, dokumen tertulis, catatan resmi dan lainnya.

(48)

2. Triangulasi teknik, triangulasi teknik disini menguji kreadibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda. Seperti data diperoleh dengan cara wawancara, kemudian dicek dengan observasi, dokumentasi. Apabila dengan teknik pengujian kreadibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

(49)

37

DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN DAN DESKRIPSI KHUSUS LOKASI PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian

1. Tinjauan Singkat Histori Kabupaten Kolaka Timur

Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu dari 17 kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk melalui UU Nomor 8 tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Kolaka Timur yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka tersebut terbentuk pada tanggal 15 Mei 2013 dan terdiri dari 118 desa dan 14 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan. Kabupaten Kolaka Timur masuk dalam kawasan strategis nasional (KSN) Kepentingan Ekonomi & Lingkungan yakni KSN Kapet, KSN Rawa Aopa Watumohai dan KSN Rawa Tinondo. Selain itu, Kolaka Timur juga dimasukkan dalam kawasan strategis provinsi yakni PKIP Wilayah Pelayanan Pomalaa & KSP Industri Perkebunan Kakao Ladongi. Sesuai dengan data BPS Kolaka tahun 2015, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan menempati posisi tertinggi dalam distribusi presentase PDRB ADHB dengan nilai 46.72%. Dengan potensi tersebut, dirumuskanlah visi Kabupaten Kolaka Timur tahun 2016-2021 yaitu “Menjadikan Kolaka Timur Sebagai Wilayah Yang Unggul Dibidang Agrobisnis”

(50)

Sejak terbentuknya kabupaten Kolaka Timur hingga saat ini telah berganti pemimpin sebanyak tiga kali, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Nama-nama Bupati Kabupaten Kolaka Timur

No Nama Bupati Masa Jabatan Keterangan

1 Drs. H. Tony Herbiansyah, M.Si. (2013-2015) Penjabat Bupati 2 Drs. H. Anwar Sanusi, M.M (2015-2016) Penjabat

Bupati 3 Drs. H. Tony Herbiansyah, M.Si. (2016-2020) Bupati Definitif Sumber: Kolaka Timur Dalam Angka Tahun 2019

2. Kondisi Geografis dan Iklim

Kabupaten Kolaka Timur terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2013. Kabupaten Kolaka Timur merupakan pemekaran wilayah dari Kabupaten Kolaka. Berdasarkan posisi geografisnya, batas-batas Kabupaten Kolaka Timur yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah Timur berbatasan Konawe, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.

Wilayah Kolaka Timur merupakan daratan dengan luas wilayah 3.981,38 km2.

Kabupaten Kolaka Timur terdiri dari 12 kecamatan. Kecamatan tersebut melingkupi Ladongi, Lambandia, Tirawuta, Mowewe, Uluiwoi, Tinondo, Lalolae, Poli-polia, Loea, Aere, Dangia, dan Ueesi. Kabupaten Kolaka Timur terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Tenggara, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 3°00‟ -

(51)

4°30‟ Lintang Selatan (LS) dan membentang dari Barat ke Timur di antara 121°45‟- 124°06‟ Bujur Timur (BT). Luas daerah Kabupaten Kolaka timur menurut Kecamatannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten Kolaka Timur, 2018

No. Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km2)

1. Aere Desa Aere 138,35

2. Lambandia Kelurahan Penanggo Jaya 133,00

3. Poli-Polia Kelurahan Poli-Polia 133,53

4. Dangia Desa Gunung Jaya 172,72

5. Ladongi Kelurahan Atula 122,88

6. Loea Kelurahan Loea 107,94

7. Tirawuta Kelurahan Rate-Rate 206,80

8. Lalolae Kelurahan Lalolae 75,39

9. Mowewe Kelurahan Inebenggi 155,29

10. Tinondo Kelurahan Tinengi 261,13

11. Uluiwoi Kelurahan Sanggona 712,39

12. Ueesi Desa Ueesi 1.435,32

Kolaka Timur Kecamatan Tirawuta 3.654,74

Sumber: Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka 2018

Kolaka Timur Memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.

Musim kemarau terjadi antara bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya musim hujan terjadi antara bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Khusus pada bulan April arah angina tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini menimbulkan adanya

(52)

perbedaan curah hujan menurut bulan. Di wilayah Kolaka Timur, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei dengan 2061 mm. sementara itu, curah hujan terendah berada pada bulan September dengan curah hujan sebesar 51,0 mm.

Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan ketinggian dari permmukaan laut. Wilayah Kolaka Timur pada umumnya berada pada ketinggian kurang dari 1.000 meter, sehingga beriklim tropis. Pada tahun 2018, suhu berkisar antara 34,6°C – 37,0°C, dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 20,4°C – 24,0°C. Curah hujan di Kolaka Timur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Kolaka Timur, 2018

No. Bulan Curah Hujan(mm) Hari Hujan

1. Januari 198,8 20

2. Februari 199,2 12

3. Maret 171,9 16

4. April 154,4 22

5. Mei 206,1 21

6. Juni 199,7 23

7. Juli 182,9 15

8. Agustus 81,0 10

9. September 51,0 8

10. Oktober 56,5 6

11. November 154,1 15

12. Desember 164,2 23

Sumber: Kolaka Timur Dalam Angka 2019

3. Topografi, Geologi, dan Hidrologi

Peta topografi menunjukkan bahwa Kolaka Timur umumnya emiliki permukaan tanah yang bergunung, bergelombang berbukit-bukit. Diantara gunung

(53)

dan bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sector pertanian, dengan tingkat kemiringan sebagai berikut:

a. Antara 0-2 % (9,94% dari luas daratan).

b. Antara 2-15 % (8,84% dari luas daratan).

c. Antara 1-40 % (19,99% dari luas wilayah daratan).

d. Antara 40% ke atas (61,23% dari luas daratan).

Dari jenis tanah, Kabupaten Kolaka Timur memiliki sedikitnya tujuh jenis tanah, yaitu tanah Podzolik Merah Kuning seluas 167.235ha (24,17 persen dari luas tanah Kolaka Timur), Podzolik Cokelat Kelabu 103.780 ha (15,00 persen), Lithosol 131.145 ha (18,96 persen), Regosol 40.193 ha (5,81 persen), Alluvial 54.695 ha (7,91 persen), Rezina 67.271(9,72 persen), Mediteran Merah Kuning 127.519 (18,43 persen).

Kabupaten Kolaka Timur memiliki beberapa sungai yang terdapat di 12 kecamatan. Sungai sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri, rumah tangga, irigasi, dan pariwisata.

4. Kondisi Demografi

Penduduk Kabupaten Kolaka Timur berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 130.860 jiwa yang terdiri atas 67.208 jiwa penduduk laki-laki dan 63.652 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2017, penduduk Kolaka Timur mengalami pertumbuhan sebesar

Referensi

Dokumen terkait

Lalu baris ketiga terdapat N C buah bilangan bulat yang merupakan nilai dari sinyal keluaran..

Darna. Infleksi dan Derivasi Bahasa Bugis. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Kata media berasal dari bahasa dari kata medium Latin dan merupakan bentuk jamak “Medium” yang secara harfi ah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian

Lewat matang yang disebabkan kurang bertanggung jawabnya pemanen pada hancanya, dapat diantisipasi dengan pemeriksaan hanca yang teliti oleh mandor panen terhadap

Keberadaan produk dodol juga merupakan faktor pendukung untuk mewujudkan agroindustri rosela yang berkelanjutan karena bahan dasar yang digunakan untuk membuat

Dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan persediaan yang telah dilakukan oleh perusahaan sudah berjalan baik atau belum, maka perlu dilakukan

Dengan keadaan saat ini sistem pembelajarang daring, media Andorid sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, dimana media Andorid ini sebagai perantara untuk

Jika pelajar memilih homestay sebagai tempat tinggal, pelajar akan hidup dengan sebuah keluarga lokal dengan menyewa satu kamar dalam rumah mereka.. Homestay adalah salah satu