21
BAB IV
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Sejarah Perusahaan
PT.Palingda Nasional adalah perusahaan yang memproduksi VELG
untuk kendaraan kategory 2-3 atau biasa digunakan oleh Truk & Bus. Velg yang diproduksi menggunakan material dari Steel (Plat Besi). PT.Plingda Nasional berdiri pada tahun 1986, dan bergabung dengan PAKO GROUP. Pada proses pembuatan Velg kategory 2-3 ini, PT.Palingda Nasional memiliki sarana mesin mesin press stamping, karena dalam pembuatan Velg berbahan Steel menggunakan proses Stamping. Ada 4 Lini proses yang terdapat pada pabrik, yaitu Proses pembuatan RIM, DISC, ASSEMBLY dan Pengecatan (TOPCOAT).
Dengan terus meningkatkan fasilitas dalam perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan PT.Palingda Nasional terus melakukan Evaluasi terhadap Fasilitas yang terdapat di area kerja.
Gambar 5 Velg Truck & Bus
4.1.1Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan komponen otomotif yang terbaik se-ASIA dalam pembuatan Velg.
4.1.2Misi Perusahaan
Membuat komponen otomotif velg kendaraan yang handal.
4.2 Hasil Observasi Lapangan
4.2.1Keadaan Awal Proses Rim Line dan Assembly Line.
Kondisi awal pada Rim line terbagi dalam 10 stasiun kerja dan menggunakan 7 MP (Man Power). Karena pada 3 stasiun kerja sudah berjalan dengan sistem auto transfer tanpa MP yaitu pada proses (Shrinking 1, Expand dan Shrinking 2). Berikut layout yang terdapat pada rim line :
Gambar 6 Layout Proses Rim Line
Pada masing-masing stasiun yang terdapat pada line rim memiliki Cycle time Yang berbeda-beda. Berikut tabel cycle time yang terdapat pada stasiun kerja Pada rim line :
Tabel 2 Cycle Time proses Rim Line
Sedangkan pada line Assembly memiliki 7 stasiun proses dengan jumlah MP Sebanyak 10 pekerja. Pada line assembly juga terdapat cycle time yang berbeda-beda antar stasiun kerjanya. Berikut tabel cycle time pada masing-masing stasiun yang terdapat pada line assembly :
Tabel 3 Cycletime Assembly Line
Pada tabel diatas terlihat adanya bottleneck proses yang terjadi yaitu pada proses Co2 welding (pengelasan). Pada lini perakitan sendiri memiliki 4 mesin Co2 welding, keempat mesin tersebut memiliki perbedaan cycletime. Berikut tabel data utnuk pengambilan cycletime khusus untuk di stasiun kerja welding(pengelasan).
Tabel 4 cycletime mesin welding
Berikut perhitungan untuk 4 mesin welding :
87s (CT mesin Bottleneck) / 4 (jumlah mesin) = 21.75
4.2.2Precedence Diagram
Gambar 8 Precedence diagram rim & assy line
Pada precedence diagram gambar 7 dapat dilihat antar lini RIM dan Assembly terdapat GAP/Perbedaan pada waktu proses di masing-masing stasiun kerjanya. Perbedaan waktu proses di masing-masing stasiun kerja diakibatkan pada stsiun kerja welding co2 di lini assembly menjadi penghambat proses (Bottleneck) yang berdampak output di lini assembly tidak tercapai.
Tujuan akhir pada line balancing adalah memaksimasi kecepatan di tiap stasiun kerja yang menjadi penghambat pada proses sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun.
4.2.3 Kondisi Lingkungan Kerja
Kondisi lingkungan kerja pada line assembling ini adalah sebagai berikut:
• Jumlah operator sebanyak 10 orang.
• Proses assembling ini dilakukan dengan menggunakan mesin
press stamping dan kemudian di proses welding.
• Pada line assembling ini terdapat 7 stasiun kerja, dimana untuk pada proses force fitting 2 MP, Tag Welding 1 MP, Runout 1 MP, Welding Co2 2 MP (1 MP mengoperasikan 2 M/C),
Inspection 1 MP, Gas Cutting 1 MP, Unloading (Handling) 2
MP .
• Seluruh operator dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) untuk memberikan keselamatan dan kenyamanan dalam bekerja.
4.2.4 Jam Kerja
Hari kerja yang tersedia adalah 5 hari kerja per minggu yaitu setiap hari Senin sampai dengan Jumat dalam 1 bulan normal kerja yaitu 22 hari kerja. Jadwal jam kerjanya yaitu:
Tabel 5 Standart waktu kerja (Sumber data : Perusahaan)
Jadi jumlah jam kerja yang tersedia dalam satu bulan adalah 19364 menit ≈ 322,74 jam.
4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.3.1 Pengumpulan Data
4.3.1.1 Kapasitas Produksi
Volume produksi velg kategory 2-3 di PT. Palingda Nasional dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6 Analisa Cycle Time Balancing RIM – ASSY –CED (Sumber : Data Perusahaan)
Berdasarkan tabel diatas, terlihat adanya ketidak seimbangan kapasitas/kemampuan antara lini dalam memproduksi perharinya. Terlihat pada lini rim yang mampu memproduksi sampai 257 pcs (type 16 GS) dan CED (pengecatan) mampu menarik produk sampai 267 pcs (type 16 GS). Sedangkan untuk type GS yang dihasilkan oleh lini assembly hanya mampu mengeluarkan output 164pcs/jam nya. Dari tabel diatas juga maka analisa untuk line balancing akan lebih mendalam pada lini assembly PT.Palingda Nasional. Berikut data yang diperoleh dari perusahaan untuk volume produksi pada lini assembly di bulan mei 2013 :
Tabel 7 Volume Produksi lini assembly bulan mei 2013 (Sumber : Data Perusahaan)
Total volume produksi di bulan mei 2013 sebanyak 39717 Pcs.
4.3.2 Data Waktu Proses Assembly Line
Waktu siklus yang diperoleh dari waktu kerja operator untuk menghasilkan output produksi perunitnya yang pada akhirnya sama dengan jumlah permintaan produk yang ditetapkan (target).
Berikut ini adalah data waktu proses yang berhasil diperoleh :
Tabel 9 Data waktu siklus operator assembly untuk type produk 16F
Tabel 11 Data waktu siklus operator assembly untuk type produk 20LT
Berikut merupakan data pengambilan waktu actual pada proses di lini assembly dengan kondisi layout sebelum dilakukan perbaikan (Improvement), dan kemudian dari data tersebut akan dibuat diagram batang (Yamazumi Chart) untuk mengetahui stasiun pada line assembly yang menjadi hambatan pada proses nya (BottleNeck).
Tabel 12 Waktu proses per/station lini assembly
Gambar 9 Diagram batang Cycle Time assembly 15inch” FORCE
FITTING
TAG
WELDING RUN OUT CO2-1 CO2-2 CO2-3 CO2-4 INSPEKSI
GAS CUTTING 8 8 10 60 62 55 57 7 -11 9 8 75 75 67 77 7 15 11 10 11 80 78 86 91 8 -12 12 10 114 115 116 117 5 18 17 15 14 103 98 102 103 15 18 PROSES KAT II Single (RIM 15) KAT II Double (RIM 16) KAT II Double (RIM 16GS) KAT III (RIM 20) KAT III (RIM 20-LIA)
Gambar 10 Diagram batang Cycle Time assembly 16inch”
Gambar 11 Diagram batang Cycle Time assembly 16GS”
Gambar 12 Diagram batang Cycle Time assembly 16GS”
Berdasarkan pada diagram-diagram diatas mulai dari produk 15inch, 16inch, 16inch GS dan 20inch terlihat adanya perbedaan waktu proses yang membuat terhambatnya aliran output produk. Pada proses pengelasan C02-1, CO2-2, CO2-3 dan CO2-4, jika dihitung perunitnya maka untuk type:
• 15inch = 15.5dtk/pcs
• 16inch = 19.25dtk/pcs
• 16inch GS = 22.75dtk/pcs
• 20inch = 29.25dtk/pcs
•
Untuk Meningkatkan effisiensi output produksi di lini assembly, maka perlu adanya analisa pada mesin pengelasan untuk selanjutnya dibuat improvement kondisi di lini assembly.
4.3.3 Proses Produksi
Dalam menjalankan proses produksinya, dilakukan tiga proses produksi utama yaitu proses pembuatan rim, assembly dan CED.
Berdasarkan data diatas, maka untuk takt time di lini assembly pembuatan velg kategory 2-3 untuk type 16 GS ini adalah 21,9 detik, atau dengan kata lain diambil dari waktu siklus (cycle time) terbesar dibanding dengan proses pembuatan rim dan CED. di semua operator dan stasiun kerja. Ditemukan adanya waktu siklus tertinggi proses diantara lini rim, assembly dan CED yaitu pada lini ASSEMBLY di proses Welding (Pengelasan) produk.
Maka untuk produktivitas line assembling untuk produk 16 GS ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pcs / jam = 3600 / Waktu siklus terbesar (CT Welding) = 3600 / 22.7
= 158 Pcs/jam. Untuk produk 15inch :
Pcs / jam = 3600 / Waktu siklus terbesar (CT Welding) = 3600 / 15.5
= 232 Pcs/jam. Untuk produk 16 inch :
Pcs / jam = 3600 / Waktu siklus terbesar (CT Welding) = 3600 / 19.25
= 232 Pcs/jam. Untuk produk 20inch :
Pcs / jam = 3600 / Waktu siklus terbesar (CT Welding) = 3600 / 29.25
= 123 Pcs/jam.
Waktu siklus terbesar pada station welding di lini assembly dihitung dari jumlah station welding yang terdapat pada lini assembly kemudian diambil waku siklus terbesar dari station welding tersebut dan dibagi jumlah station welding yang terdapat di lini assembly.
4.3.4 Idle Time Proses
Setelah melihat waktu proses produksi di lini assembly, selanjutnya melakukan pendataan pada idle time (Waktu menganggur selama bekerja) pada setiap workstation di lini assembly dalam memproduksi produk dengan type 16 GS dan 20LT.
Pada pengambilan idle time waktu proses terlama (Bottleneck) yaitu proses
welding (Pengelasan) akan dijadikan acuannya.
Untuk perhitungan Idletime Proses 16 GS :
ManPower 1 (Force Fitting) Proses : (Satuan Detik)
Idle = 22.75” – 11” = 11.75 ManPower 2 (Tag Welding) Proses :
Idle = 22.75” – 9” = 13.75 ManPower 3 (Runout) Proses :
Idle = 22.75” – 8” = 14.75 ManPower 4 (Inspection) proses :
Idle = 22.75” – 7” = 15.75 ManPower 5 (unloading) Proses :
Idle = 22.75” – 10” = 12.75
Jadi untuk rata-rata waktu idle time di lini assembly dapat dihitung dengan cara :
Total idle time = (11.75 + 13.75 + 14.75 + 15.75 + 12.75) / 5 MP = 13.75 detik
Untuk perhitungan Idletime Proses 20 LT :
ManPower 1 (Force Fitting) Proses : (Satuan Detik)
Idle = 29.25” – 12” = 17.25 ManPower 2 (Tag Welding) Proses :
Idle = 29.25” – 12” = 17.25 ManPower 3 (Runout) Proses :
Idle = 29.25” – 10” = 19.25 ManPower 4 (Inspection) proses :
Idle = 29.25” – 7” = 22.25 ManPower 5 (GasCutting) Proses :
Idle = 29.25” – 18” = 11.25
Jadi untuk rata-rata waktu idle time di lini assembly dapat dihitung dengan cara :
Total idle time = (17.25 + 17.25 + 19.25 + 22.25 + 11.25) / 5 MP = 17.45 detik
4.3.5 Analisa 4M1E (Man, Machine, Material, Methode, Environtment)
Untuk Melakukan perbaikan (Improvement) pada proses kerja yang dinilai adanya permaslahan maka diperlukan data analisa berdasarkan 4M1E pada lini yang bersangkutan (Lini Assembly) agar lini tersebut lebih efektif dan effisien :
Tabel 13 4M1E Analisis untuk lini assembly
Jika dilihat dari Tabel 13 4M1E analisis, terlihat untuk menurunkan waktu
bottleneck pada setiap stationnya maka harus adanya investasi berupa mesin welding
(Pengelasan) serta penambahan MP untuk ditempatkan pada station tersebut guna meningkatkan output produksi dan mengeffisensikan lini assembly.
4.3.6 Perhitungan Jumlah mesin yang digunakan pada lini assembly
Untuk menentukan jumlah mesin yang dibutuhkan pada proses di lini assembly maka dibutuhkan perhitungan dengan rumusan sebagai berikut :
Gambar 13 Rumus Menentukan Jumlah Mesin
Dimana :
P = Jumlah produk yang harus dibuat oleh masing-masing mesin per periode waktu kerja (unit produk/jam)
T = Waktu Standart pengerjaan yang ditetapkan untuk proses produksi yang diperoleh dari hasil time study atau perhitungan secara teoritis (menit/unit produk)
D = Jam operasi kerja mesin yang tersedia, dimana untuk satu shift kerja D=7 jam/hari dua shift kerja D = 14 jam/hari, dan tiga shift kerja D = 21 jam/hari
E = Faktor Effisiensi kerja mesin
N = Jumlah mesin ataupun jumlah operator (sistem manusia - mesin) yang dibutuhkan untuk operasi produksi
D.E =Merupakan periode waktu kerja efektif yang berkaitan langsung dengan proses transformasi atau proses nilai tambah dalam proses produksi yang berlangsung (jam).
Maka untuk perhitungan jumlah mesin yang dibutuhkan pada lini assembly untuk produksi produk type 16 GS dan 20LT sebagai berikut : No
4 METHODE - Menstandartkan proses kerja / penyeragaman proses kerja
5 ENVIRONTMENT - Karena dilini assembly terdapat proses pengelasan maka blower asap pengelasan harus dalam kondisi baik
2 MACHINE
- Diperlukannya investasi penambahan mesin pada proses yang bottleneck (Welding Proses)
- Parameter Mesin harus standart / Tidak ada perbedaan antar mesin
3 MATERIAL - Spesifikasi material berbeda (Dimensi)
4M1E Deskripsi Masalah
1 MAN
- Perlu adanya penambahan MP baru untuk ditempatkan pada station baru di lini assembly
- Mengedukasi MP tentang standart kerja sesuai dengan SOP yang telah dibuat
Perhitungan jumlah mesin welding untuk 16 GS jika :
Pcs per/jam = 164 pcs dengan CT 22.75 detik/pcs dan effsiensi mesin 80% maka,
Perhitungan jumlah mesin welding untuk 20 LT jika :
Pcs per/jam = 115 pcs dengan CT 29.25 detik/pcs dan effisiensi mesin 80% maka,
4.3.6.1 Perhitungan Mesin yang dibutuhkan pada lini assembly dengan perhitungan rata-rata output produk dan bottelneck time
process.
Jika dilihat dari table 4.9 cycletime process di lini asssembly terlihat bottleneck pada lini tersebut terdapat pada proses welding. Maka dilakukan perhitungan sederhana untuk mengefektifkan output pada lini assembly dengan cara :
• Produk 16 GS penambahan station welding menjadi 6 unit
Current condition CT (cycle time) proses = 22.75 detik/pcs
Mesin Welding 01 = 80 detik Mesin Welding 02 = 78 detik Mesin Welding 03 = 86 detik
Mesin Welding 04 = 91 detik (Bottleneck)
CT Per/Unit =
CT Per/Unit =
Jika Ditambah Menjadi 5 Mesin Welding maka :
Jika Ditambah Menjadi 6 Mesin Welding maka :
Perhitungan untuk produk 20 LT :
• Current Conditions CT (CycleTime) proses = 29.25 Detik/Pcs
Mesin Welding 01 = 114 detik Mesin Welding 02 = 115 detik Mesin Welding 03 = 116 detik
Mesin Welding 04 = 117 detik (Bottleneck)
Jika Ditambah Menjadi 5 Mesin Welding maka :
Jika Ditambah Menjadi 6 Mesin Welding maka :
CT Per/Unit =
= 18.2 detik/pcs
CT Per/Unit =
= 15.1 detik/pcs
CT Per/Unit =
= 29.25 detik/pcs
= 23.4 detik/pcs
= 19.5 detik/pcs
CT Per/Unit =
CT Per/Unit =
CT Per/Unit =
Berdasarkan pada data diatas, untuk meningkatkan performance produksi di lini assembly diperlukannya penambahanan 2 unit mesin welding dan penambahan 1 MP untuk mengoperasikan 2 unit mesin welding di lini
assembly. Untuk CT produksi type 16 GS jika mesin welding ditambah
menjadi 6 unit maka CT/Pcs berkurang menjadi : “15.1 detik”. Sedangkan untuk type produk 20 LT menjadi : “19.5 detik”.
4.4 Hasil Improvement pada Line Assembly
Setelah dilakukan pendataan untuk menyamakan proses kerja produksi pada lini assembly untuk menyeimbangkan waktu kerja lini Rim dan CED, Berikut data
CycleTime proses lini assembly setelah dilakukannya penyeimbang proses
(Balancing Process) dengan ditambahnya 2 unit mesin welding untuk proses assembly :
Tabel 14 Data Produksi Line Assy setelah penambahan mesin (Sumber Data Perusahaan).
Pada tabel 14 dilihat setelah dilakukannya balancing line assembly,
output produksi / kapasitas produksi pada lini assembly menjadi bertambah.
Berikut adalah waktu cycle time per/station di lini assembly setelah perbaikan :untuk produk 16 GS :
Tabel 15 Hasil pengambilan data type 16 GSwaktu setelah perbaikan
No Station Cycle Time (Detik)
1 Force Fitting 11 2 Tag Welding 10 3 Runout 11 4 Welding Co2 91/6 = 15.1 5 Inspection 8 6 Unloading 10
Berdasarkan pada data diatas, setelah dilakukan penambahan 2 unit mesin welding untuk balancing proses didapat waktu sebelum penambahan dengan sesudah, sebelumnya total CT proses assembly type 16 GS yaitu 72.75 detik. Setelah ditambahnya 2 unit mesin welding untuk mengurangi
bottleneck proses, total CT berkurang menjadi 65.1 detik. Minus 7.65 detik.
Sedangkan untuk data proses produksi type 20 LT dilini assembly sebagai berikut :
Tabel 16 Hasil pengambilan data type 20 LT waktu setelah perbaikan
No Station Cycle Time (Detik)
1 Force Fitting 12 2 Tag Welding 12 3 Runout 10 4 Welding Co2 117/6 = 19.5 5 Inspection 5 6 Gas Cutting 18 7 Unloading 10
Total Cycle Time 86.5
Untuk total CT proses roduksi lini assembly type 20 LT dari total CT sebelum yaitu 96.25 detik menjadi 86.5 detik setelah dilakukannya proses balancing line dengan menambah 2 unit mesin welding co2 di lini assembly. Dengan demikian berkurang 9.75 detik.
Berikut adalah diagram batang untuk CT antar 3 lini proses yaitu : Rim, Assembly dan CED.
Gambar 15 Diagram time after balancing line Rim, Assy, CED
Pada kedua tabel diatas dapat dilihat adanya perbedaan waktu sebelum dilakukannya perbaikan proses pada lini assembly dan sesudah dilakukannya perbaikan berupa balancing line di lini assembly.
Untuk perhitungan Idletime Proses 16 GS :
ManPower 1 (Force Fitting) Proses : (Satuan Detik)
Idle = 15.1” – 11” = 4.1 ManPower 2 (Tag Welding) Proses : Idle = 15.1” – 10” = 5.1 ManPower 3 (Runout) Proses :
Idle = 15.1” – 11” = 4.1 ManPower 4 (Inspection) proses :
Idle = 15.1” – 8” = 7.1 ManPower 5 (unloading) Proses :
Idle = 15.1” – 10” = 5.1
Jadi untuk rata-rata waktu idle time di lini assembly dapat dihitung dengan cara :
Total idle time = (4.1 + 5.1 + 4.1 + 7.1 + 5.1) / 5 MP = 5.1 detik
Untuk perhitungan Idletime Proses 20 LT :
ManPower 1 (Force Fitting) Proses : (Satuan Detik)
Idle = 19.5” – 12” = 7.5 ManPower 2 (Tag Welding) Proses : Idle = 19.5” – 12” = 7.5 ManPower 3 (Runout) Proses :
Idle = 19.5” – 10” = 9.5 ManPower 4 (Inspection) proses :
ManPower 5 (GasCutting) Proses : Idle = 19.5” – 18” = 1.5 ManPower 6 (Unloading) proses :
Idle = 19.5” – 10” = 9.5
Jadi untuk rata-rata waktu idle time di lini assembly dapat dihitung dengan cara :
Total idle time = (7.5 + 7.5 + 9.5 + 14.5 + 1.5 + 9.5) / 6 MP = 8.3 detik
4.5 Data Effisiensi Line Assembly
Perhitungan Effisiensi line assembly dilakukan Setelah mengetahui waktu siklus dan idle time, effisiensi dilakukan untuk memonitor proses kerja pada lini assembly sebelum dan sesudah dilakukannya balancing process/perbaikan proses lini assembly di bawah ini merupakan perhitungan efisiensi line sebelum improvement:
Type 16 GS (Before Improvement) :
Eff ==== (Σ ti / (R * T)) * 100% = ((72.75)/(6*22.75))* 100% = 53.4 %
Type 16 GS (After Improvement) :
Eff ==== (Σ ti / (R * T)) * 100% = ((65.1)/(6*15.1))* 100% = 71.8 %
Type 20 LT (Before Improvement) :
Eff ==== (Σ ti / (R * T)) * 100% = ((96.25)/(6*29.25))* 100% = 54 %
Type 20 LT (After Improvement) :
Eff ==== (Σ ti / (R * T)) * 100% = ((86.5)/(6*19.5))* 100% = 73 %
Hasil Effisiensi proses pada lini assembly sebelum dan sesudah dilakukan improvement dapat terlihat peningkatan angka effisiensi dari lini tersebut. Untuk produk 16 GS effisiensi sebelum perbaikan 53.4% kemudian meningkat menjadi 71.8% naik 18.4%. sedangkan untuk produk 20 LT nilai effisiensi sebelum perbaikan 54% meningkat menjadi 73% naik 19%. Dengan dialkukannya penambahan mesin welding menunjukan dampak positif pada effisiensi kerja dilini assembly.
4.6 Layout kondisi awal Lini Assembly
Gambar 16 Layout lini assembly sebelum penambahan 2 unit mesin welding
Pada gambar diatas dapat dilihat sistem tata letak (layout) pada lini assembly dengan tahapan proses dari :
• Force Fitting proses
• Tag Welding proses
• Runout proses
• Welding Proses (MC 01, 02, 03, 04)
• Inspection proses
• Gas Cutting Proses
• Unloading Proses
Dalam tahapan prosesnya sudah efektif, hanya dalam melakukan penyeimbangan proses di lini assembly dibutuhkan penambahan 2 unit mesin welding pada lini assembly untuk meningkatkan output proses pada lini assembly dan menyamakan waktu proses antar lini RIM dan CED. Maka dibutuhkan proses pengaturan ulang lini assembly untuk menambah 2 unit mesin welding.
4.6.1 Layout Lini Assembly setelah penambahan 2 unit mesin welding
Dalam melakukan re-layout di lini assembly ada beberapa station kerja yang harus dirubah, yaitu untuk proses inspeksi dilakukan pada proses akhir, setelah proses welding dan gas cutting proses. Adapun untuk proses
unloading material (Handling proses) dihilangkan, karena tidak memenuhi
unsur safety (Keselamatan) kerja bagi MP. Sehingga untuk proses Handling material yang awalnya menggunakan MP diganti menggunakan sistem
Gambar 17 Konsep lini assembly setelah penambahan 2 mesin
Pada gambar 13 konsep lini assembly terlihat adanya beberapa proses yang berubah, yaitu proses Gas cutting, Inspection dan unloading material. Untuk proses unloading material setelah proses inspeksi dihilangkan. Karena untuk proses unloading ini dinilai tidak memenuhi unsur safety untuk MP. Karena produk output yang harus diangkat kedalam basket (keranjang) beratnya antara 22KG – 35KG. Pada gambar diatas dapat dilihat sistem tata letak (layout) pada lini assembly dengan tahapan proses dari :
• Force Fitting proses
• Tag Welding proses
• Runout proses
• Welding Proses (MC 01, 02, 03, 04, 05, 06)
• Gas Cutting Proses
• Inspeksi proses
Setelah produk melewati tahapan terakhir di lini assembly yaitu
inspection process, maka produk yang dinilai layak lanjut ke tahapan
berikutnya akan berjalan ke lini CED dengan konveyor sebagai alat
transportasi nya. Biasa nya diproses ini menggunakan 2 MP untuk
mengangkat produk ke dalam basket dengan jumlah 40 – 50 pcs per/basket dengan berat 23 – 35 KG/produknya. Berikut untuk konsep handling produk dari lini assembly ke lini CED :
MP3 RIM Product CO2 (3) C02 (2) C02 (1) C02 (4) AFTER C02 PROCESS PANEL TW1 FF MP1 MP2 MP4 MP5 MP6 STD : 80sec ACT : 83sec STD : 80sec ACT : 83sec STD : 80sec ACT : 83sec STD : 80sec ACT : 83sec STD : 8sec ACT : 9sec STD : 8sec ACT : 9sec Generator Weld Generator Weld Generator Weld Generator Weld START DIES Force Fitting IN T O C 0 2 IN T O C 0 2 RUNOUT STD : 6sec ACT : 8sec St ore area NG produk BF TW = 100% BF RO = 70% BF CO2 WELD = @36.67% X 2MP = 73.3% BF INSP = 18.33% WIRE DRUM M/C 04 WIRE DRUM M/C 03 WIRE DRUM M/C 02 WIRE DRUM M/C 01 M P 8 INSPEKSI AFTER C02 PROCESS STD : 10sec ACT : 10sec O u tp u t k o n v e y o r fr o m N e w M /C 0 5 . 0 6 . Gas Cutting Up CO2 (5) CO2 (6) Up
Gambar 18 Konsep konveyor transportasi output assembly proses ke CED proses
Dibuatnya konveyor sebagai pengganti MP dinilai lebih efektif karena adanya faktor – faktor kerja angkat bila menggunakan tenaga Man Power. diantaranya :
1. MP Memindahkan produk dengan berat 23KG – 35 KG ke keranjang. 2. Faktor Kelelahan menimbulkan kurangnya konsentrasi kerja MP. 3. Potensi adanya kecelakaan kerja pada MP (Tangan terjepit produk). 4. Timbulnya Delay (kelambatan) perpindahan output produk ke proses
selanjutnya.
5. Timbulnya dampak cacat pada produk. (Repair Produk).
Dari faktor – faktor tersebut maka timbulah ide perbaikan pada handling proses di lini assembly yang awalnya menggunakan MP sebagai alat angkut produk ke basket, dirubah menjadi menggunakan konveyor sebagai alat angkut untuk memindahkan output produk dari lini assembly ke lini CED.
Gambar 19 MP mengangkat produk ke dalam keranjang
Gambar 20 MP Meletakkan produk ke dalam keranjang dengan posisi bungkuk
Gambar 21 Potensi timbulnya cacat pada produk akibat terbentur produk yang lain.
4.7 Perhitungan Investasi pada lini Assembly
Untuk mengaplikasikan konsep balancing proses di lini assembly perlu
adanya investasi biaya yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan, investasi biaya tersebut berdasar pada hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 18 Perhitungan Biaya penggunaan mesin per/bulan
Tabel 19 Penghematan dalam per/bulan & BEP
Hanya dalam waktu kurang dari 7 bulan perusahaan dapat modal balik pokok dari biaya investasi yang sudah dikeluarkn untuk meningkatkan produktifitas pada lini assembly.
Jika dilakukan perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) & Break Event Point menggunakan harga/pcs maka perhitungannya sebagai berikut :
Contoh perhitungan HPP untuk produk 16 GS : Kondisi menggunakan 4 unit mesin welding ;
CT welding sebelumnya : 21.9 detik Output per/Jam : 164 pcs/jam
Output per/Bulan : 164 x 16jam(sehari) x 22 hari kerja = 57.728 Output per/Tahun : 57.728 pcs/bulan x 12 = 692.736 pcs/tahun Setelah ditambah 2 unit mesin welding / setelah menggunakan 6 unit m/c welding ;
CT welding sesudah : 15.1 detik Output per/Jam : 238 pcs/jam
Output per/tahun : 1.005.312 pcs/tahun GAP output per/Tahun = 312.576 pcs
Material Cost/unit = Rp.73.254 x 312.576
Total bahan baku = Rp. 22.897.442.310 biaya per/tahun Perhitungan biaya tenaga kerja langsung :
1 MP : Rp.2.500.000 x 12 = Rp.30.000.000 Perhitungan Biaya Listrik :
Keterangan : KWh = Rp.782/KWh
Welding M/c -- 2 Unit - 28.1 Kw/Unit = Rp. 186.638.041/tahun Co2 exshaust - 1 Unit 22.1 Kw/Unit = Rp. 73.000.012/tahun
Total Biaya Listrik = Rp. 259.638.053 Depresiasi Nilai Investasi :
Nilai investasi 2 Unit Mesin welding = Rp. 217.728.647
N = 7 Tahun
Nilai Sisa = 15% x Harga nilai Investasi = 15% x 217.728.647
= Rp. 32.659.297
Depresiasi = Total Biaya Investasi – Total Nilai Sisa / Umur Pakai Mesin = Rp. 21.772.8647 – Rp. 32.659.297 / 7 tahun = Rp. 26.438.478 Harga Pokok Penjualan :
Bahan baku = Rp. 22.897.442.310 Jumlah Produksi = 697.736 pcs Tenaga kerja Langsung = Rp. 30.0000.0000 Overhead Pabrik :
Depresiasi = Rp. 26.438.478 Variable Cost :
Listrik = Rp. 259.638.053
Total Biaya Produksi = Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Fixed cost + Variable cost
= Rp. 22.897.442.310 + Rp. 30.000.000 + Rp. 26.438.478 + Rp. 259.638.053
= Rp. 23.213.518.841
Profit = Harga Pokok Produksi x 15% = Rp. 23.213.518.841 x 15% = Rp. 3.482.027.826
Harga Jual = Harga Pokok Produksi + Profit
= Rp. 23.213.518.841 + Rp. 3.482.027.826 = Rp. 26.695.546.671
Harga Jual per/Unit = Harga Jual / Jumlah produksi = Rp. 26.695.546.671 / 692.736 = Rp. 38.536
Break Event Point (BEP)
Penjualan = Rp. 26.695.546.671 Fixed cost = Rp. 26.438.478 Variable cost = Rp. 259.638.053
BEP (Rp) Tahun Ke – n = Total Fixed cost / [Variable cost / Penjualan]
= Rp. 26.438.478 / [ Rp.259.638.053 / Rp. 26.695.546.671] = Rp. 26.438.478 / 0,0097
= Rp. 2.725.616.289
BEP (Unit) Tahun ke – n = BEP (Rp) Tahun ke – n / Harga Jual per/Unit = Rp. 2.725.616.289 / Rp. 38.536
= 70.729 Unit
Dari hasil Perhitungan HPP dan Break Even Point terhadap nilai investasi yang dilakukan pada lini assembly dengan menambah 2 unit mesin welding dapat disimpulkan yaitu untuk nilai depresiasi nya Rp. 26.438.478per/Tahun, BEP (Rp) senilai Rp. 2.725.616.289, dan BEP (unit) sebanyak 70.729 pcs. Jika dihitung dengan penghasilan dari harga jual produk maka kurang dari 3 bulan sudah dapat balik modal.