• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

INDONESIA NOMOR: 32/M-DAG/PER/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh

HANDINY EKA PERTIWI NIM: 1111048000048

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika kemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

29 Maret 2016

(5)

iv

HANDINY EKA PERTIWI. 1111048000048. “Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)”. Konsentrasi Hukum Bisnis. Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidatullah Jakarta. 1437 H / 2016 M. x + 69 halaman + halaman daftar pustaka + halaman lampiran.

Maraknya sistem pemasaran penjualan langsung di Indonesia menimbulkan berbagai macam masalah baik dari perusahaan mapun dari para anggota perusahaan itu sendiri. Terutama dari para anggota yang banyak melanggar kode etik yang sudah di tetapkan pada perusahaan langsung yang menyalahkan aturan yang seharusnya di tepati oleh para anggota maupun antar perusahaan itu sendiri. Tujuan dari skripsi ini adalah ketika kode etik diciptakan dan dibuat untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, maka dari itu penerapan kode etik di setiap perusahaan perlu dilakukan. Setiap perusahaan penjualan langsung wajib memiliki kode etik yang harus sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No:32/M-DAG/PER/8/2008, peraturan yang dibuat oleh perusahaan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI apakah sudah sesuai atau belum.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum sepenuhanya para anggota menerapkan kode etik yang sudah ditetapkan, kurangnya informasi merupakan hambatan yang menghadang serta kurangnya pengawasan dari PT Orindo Alam Ayu kepada anggota yang melanggar sehingga sanksi yang diberikan mengenai kode etik ini diabaikan begitu saja oleh para anggota menurut penulis sebaiknya pada saat menerapkan kode etik para anggota di bisnis multi level marketing diberikan training khusus mengenai peraturan kode etik yang harus dipatuhi sejak pertama kali bergabung agar meminimalisir pelanggaran kode etik dan PT Orindo Alam Ayu membuat badan pengawas khusus untuk memantau pelanggaran kode etik yang terjadi.

Kata Kunci : Kode Etik, Penjualan Langsung, Multi Level Marketing Pembimbing : Pembimbing: Prof. Dr. H. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H Sumber Rujukan dari 1983 sampai 2011

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis secara baik materil maupun immateril, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum., Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum.

3. Prof. Dr. H. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H., dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu disela-sela kesibukan dan membantu dalam memberikan nasihat, kritik dan saran untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ahmad Bahtiar, M.Hum., sebagai dosen penasihat akademik yang telah memberikan nasihat dan arahan kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi ilmu pengetahuan dan pengalamanya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan para dosen bermanfaat bagi penulis.

6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas cinta dan do’a kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Rudi Setiawan dan Ibunda Tuminah, yang telah memberikan segala dukungan baik materil maupun immateril sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi S1.

(7)

vii skripsi ini selesai.

8. Ucapan terima kasih kepada sahabat penulis yang senantiasa menemani dan memberikan dukungan penulis Paramita dan Febrina Puspita Romadhon 9. Sahabat V-Eich Aina , Wiwin, Riris , Febrina yang telah memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi S1.

10. Sahabat dikampus sahabat “gengges” yang selalu mendukung dan memberi semangat serta memberikan arahan dan berbagi pengalaman terimakasih kepada Pratiwi Wulandari Meiliana , Muhammad Khadafi, Santi Frannita , Inggrit , Mazda Hamdi.

11. Seluruh sahabat dan downline di PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) Khususnya Putri Indah, Kak Aster, Asti, kak Niken, Pipit, Firda, Kak Ella, Wiwid, Kak Feby,Santi terimakasih atas dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Khususnya kawan-kawan Ilmu Hukum B dan Hukum Bisnis, Terima kasih atas dukungan dan pengalaman dalam suka-duka yang telah diberikan selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT memberikan berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan mereka. Amin.

Demikian ini penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan skripsi ini yang kurang berkenan bagi pihak-pihak tertentu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 1 April 2016 Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 9

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ... 17

F. Metode Penelitian ... 18

G. Bahan Hukum ... 19

H. Pedoman Penelitian Skripsi ... 20

I. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II SEJARAH HUKUM KEBERADAAN KETENTUAN PENGATURAN KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING KEMENTIAN PERDAGANGAN DI INDONESIA A. Pengertian MLM ... 22

B. Sejarah Perkembangan MLM ... 24

(9)

ix

BAB III MEKANISME KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING KHUSUSNYA PT ORINDO ALAM AYU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN RI NOMOR: 32/M-Dag/Per/8/2008

A. Mekanisme Cara Kerja Bisnis MLM pada PT Orindo

Alam Ayu ... 34 B. Ciri-Ciri MLM pada PT Orindo Alam Ayu ... 40 C. Pengaturan Kode Etik Perusahaan MLM pada PT Orindo

Alam Ayu ... 42 D. Fungsi Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Bagi

Industri MLM pada PT Orindo Alam Ayu ... 44 E. Struktur Organisasi PT Orindo Alam Ayu ... 46 F. Visi dan Misi PT Orindo Alam Ayu ... 49

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN KODE ETIK MLM PADA PT ORINDO ALAM AYU DI INDONESIA A. Penerapan Kode Etik MLM PT Orindo Alam Ayu Terhadap

Anggota ... 52 B. Kesesuaian Kode Etik MLM di PT Orindo Alam Ayu Terhadap

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

(10)

x

C. Kendala Member di PT Orindo Alam Ayu dalam Menerapkan Kode Etik ... 60 D. Akibat Hukum dan Penyelesaian Masalah Terhadap Member

yang Melanggar dan Untuk PT Orindo Alam Ayu ... 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN – LAMPIRAN

(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang terjadi selama tahun terakhir ini ditandai dengan bertambah luasnya bidang-bidang usaha yang terbuka dan dapat dilakukan oleh banyak perusahaan dan melalui berbagai macam pemasaran. Dari sudut ekonomis setiap perusahaan menginginkan “untuk mencari laba sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Untuk itu dalam perusahaan harus ada pemusatan kekuatan ekonomis seketat-ketatnya untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya.1

Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai sasaran pembangunan menuju kearah negara industri dengan potensi pasar yang tidak kecil, didalam praktek menunjukkan gejala adanya pola hubungan kerja antara produsen dengan konsumen yang melibatkan mediatornya. Sekarang ini kedudukan makelar dan komisioner sebagai mediator dalam hubungan perdagangan sudah digeser oleh agen dan distributor. Dengan adanya perkembangan dalam dunia perdagangan saat ini dikenal suatu sistem pemasaran yang sedang marak di Indonesia yaitu sistem pemasaran berjenjang lebih dikenal dengan sebutan Multi Level Marketing atau MLM yang penjualannya dilakukan oleh jaringan distributornya.

1 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, cet. 12, (Jakarta: Djambatan,1999), h.23.

(12)

2

Sistem ini tidak bisa dipisahkan dengan berdirinya Amway Corporation dan produknya Nutrilite perusahaan makanan kesehatan yang didirikan pada tahun 1930 oleh Carl F. Rehnborg seorang pengusaha Amerika yang pernah tinggal di Cina pada tahun 1917-1927. Berdasarkan pengalamannya ketika tinggal di Cina menyebabkan Rehnborg memperoleh kesempatan yang sangat besar untuk meneliti pengaruh dari diet yang tidak cukup. Setelah selama 7 tahun, akhirnya Rehnborg berhasil menghasilkan makanan suplemen. Dia memberikan hasil temuannya tersebut kepada teman-temannya untuk dicoba. Akhirnya dia menemukan prinsip dasar yaitu mengharuskan teman temannya membayar untuk produk yang diberikan kepada mereka . Ketika teman-teman meminta Rehnborg untuk menjual produk tersebut kepada teman-teman dia Rehnborg berkata “kamu yang menjualnya kepada teman-teman kamu dan saya akan memberikan komisi kepada kamu“.2 Perusahaan ini memberikan komisi tambahan kepada distributor independennya yang berhasil merekrut, melatih dan membantu distributor baru dalam menjual produk nutrillite kepada konsumen.

Dari sejarah munculnya MLM ini dapat diketahui bahwa MLM muncul dengan tujuan utama untuk menjual produk baru yang belum dikenal luas oleh umum. Hubungan dari teman yang satu ke teman yang lain digunakan untuk memperkenalkan produk baru tersebut. Seseorang akan mengenalkan atau berusaha memberikan produk baru tersebut kepada teman yang dikenal setelah merasakan kegunaannya.3 Salah satu ciri perusahaan MLM adalah bahwa

2 Benny Santoso, All About MLM, cet. I, (Yogyakarta: Penerbit Andi,2003), h.23-24. 3 Ibid.,h.25.

(13)

produk-produknya tidak didistribusikan atau dijual ditoko-toko atau supermarket. Produk-produknya dijual secara ekslusif oleh para distributor secara mandiri tanpa campur tangan langsung perusahaan, produk yang dijual harganya wajar dan berkualitas, apabila produknya berupa makanan, minuman, kosmetik maupun food supplement, harus mendapat ijin dari badan POM.4

Perusahaan MLM yang telah memiliki izin usaha pemasaran berjenjang. Salah satu dari sekian banyak yang menggunakan perusahaan MLM adalah Perusahaan Oriflame. Perusahaan Oriflame yang berkantor pusat di Swedia telah menunjuk PT Orindo Alam Ayu yang berkantor pusat di Jakarta untuk mewakili kepentingan Oriflame di Indonesia melalui distributor-distributornya. PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) sudah mendapatkan izin dari APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) suatu organisasi yang merupakan wadah persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para perusahaan penjualan langsung (Direct Selling/DS) dengan nama dan nomer yang tercatat PT. ORINDO ALAM AYU 0011/06/93.5

Oriflame adalah perusahaan yang menghasilkan dan menjual barang-barang kosmetik saat ini terdapat lebih dari 2.000.000 distributor di Indonesia. Saat ini Oriflame Indonesia berkantor Pusat di Menara Standart Chartered2nd Floor. Podium. Unit 1-4 di jl. Prof. DR. Satrio No. 164, Jakarta Selatan dan memiliki kantor cabang di Bandung, Surabaya, Medan, Pekanbaru, Manado,

4 Kuswara, Mengenal MLM Syariah, cet.I,(Depok: Qultum Media, 2005), h.43-44 . 5 http://www.apli.or.id/profil/ diakses pada 20 April 2015 pkl 14.30

(14)

4

Bali, Balikpapan, Rawamangun, Daan Mogot, Makassar, Palembang, Yogyakarta, dan Semarang.6

Perusahaan Oriflame sebagai MLM (Multi Level Marketing) memiliki sistem yang sangat unik dimana perusahaan ini menggabungkan antara direct selling dan multi level marketing yaitu bisa mendapat keuntungan dari menjual produk dan juga dari menjalankan MLM nya atau membesarkan jaringan. Sistem MLM Oriflame adalah sistem lingkaran, dimana dari pembagian bonusnya adil dan melihat pada kerja keras si distributor menjual produk dan membangun jaringan didalam grupnya. Tidak hanya menguntungkan satu pihak saja yang diatas (upline) di oriflame jika upline tidak membangun jaringan dan bekerja keras maka bisa jadi si bawahan (downline) yang bonusnya lebih besar daripada si upline.

Perusahaan ini pun mempunyai kode etik untuk para konsultannya agar dalam menjalankan bisnis sesuai dengan paraturan yang berlaku, jujur dan tidak melakukan kecurangan dalam berbisnis. Setiap member ketika bergabung mendapat panduan berupa stater-kid yang didalamnya ada peraturan kode etik bagaimana menjalankan bisnis Oriflame.

Kegiatan bisnis di PT Orindo Alam Ayu terjadi karena keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan hidup masing manusia, dan masing-masing pihak tentunya memperoleh keuntungan dari proses tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa pada umumnya orang berpendapat bahwa bisnis adalah untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Dalam kaitan dengan ini tidak mengherankan bahwa Milton Friedman mengatakan omong kosong kalau

(15)

bisnis tidak mencari keuntungan. Ia mengatakan bahwa dalam kenyatannya hanya keuntunganlah yang menjadi satu-satunya motivasi dasar orang berbisnis. Menurut Friedman mencari keuntungan bukan hal yang jelek karena semua orang memasuki bisnis selalu dengan satu motivasi dasar yaitu mencari keuntungan. Artinya, kalau semua orang masuk dalam dunia bisnis dengan satu motivasi dasar untuk mencari keuntungan, maka sah dan etis kalau sayapun mencari keuntungan dalam bisnis.7 Untuk memaksimumkan keuntungan tersebut, maka tidak dapat dihindari sikap dan perilaku yang menghalalkan segala cara yang sering tidak dibenarkan oleh norma moral.

Kalau memaksimalkan keuntungan menjadi satu-satunya tujuan perusahaan, dengan sendirinya akan timbul keadaan yang tidak etis. Jika keuntungan menjadi satu-satunya tujuan, semuanya dikerahkan dan dimanfaatkan demi tercapainya tujuan itu, termasuk juga para member di PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) yang melanggar kode etik contohnya berjualan tidak sesuai dengan harga katalog, stokis barang karena ini berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat antara member yang satu dengan yang lain. Dengan itu dilanggar suatu prinsip etis yang paling mendasar kita selalu harus menghormati martabat manusia.

Hal ini berdampak pada citra buruk perusahaan PT Orindo Alam Ayu yang sudah membuat kode etik namun justru banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh anggotanya. Yang tidak hanya membuat perusahaan merugi akan tetapi sanksi terberat akan jatuh pada member yang melanggar yaitu apabila diketahui member tersebut melanggat maka nomer konsultan (nomer

7

(16)

6

member) akan di matikan (block) sehingga tidak bisa melakukan order/penjualan dan tidak bisa menjalankan bisnisnya kembali seumur hidupnya. Padahal kesalahan terbesar disini ada pada masyarakat itu sendiri karena dari sebagian besar oknum yang menjadi anggota MLM yang ingin meraup keuntungan lebih dan melakukan berbagai jalan salah satunya yang sudah disebutkan diatas. Akan tetapi PT Orindo Alam Ayu dalam menanggapi setiap kasus selalu tegas dalam memberikan sanksi apabila terbukti bersalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya bisnis Multi Level Marketing telah banyak membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat Indonesia namun juga menjadi momok yang menakutkan akibat ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab hal ini diakibatkan oleh lemahnya suatu sistem hukum yang mengatur kode etik MLM di Indonesia sehingga masyarakat jika kode etik tidak terlalu penting untuk ditaati. Oleh karena banyak sekali oknum yang menyalah artikan dalam mempromosikan MLM baik dalam segi berjualan produk maupun merekrut orang lain untuk bergabung. Maka dari itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai kode etik pada bisnis Multi Level Marketing khususnya pada perusahaan PT Orindo Alam Ayu yang mana dikenal dengan Oriflame yang pada dasarnya sudah mempunyai standar aturan kode etik tersendiri namun ada bagian dari oknum member yang melanggar kode etik tersebut sehingga penulis ingin memperbaiki agar para member di Oriflame dapat menjalankan bisnisnya dengan baik dan sesuai dengan aturan baik dari kode etik di Oriflame sendiri maupun ditinjau dari Peraturan Menteri Perdagangan

(17)

Republik Indonesia nomor : 32/m-dag/per/8/2008 tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Kode Etik Multi Level

Marketing Sektor Kecantikan Berdasarkan Peraturan Menteri

Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-Dag/Per/8/2008 (Studi Kasus Pada PT Orindo Alam Ayu)”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan penelitian ini, maka permasalahan penelitian ini akan dibatasi. Penelitian ini hanya membahas bagaimana penerapan kode etik kostumer pada MLM di PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) dan bagaimana PT Orindo Alam Ayu meyikapinya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, Penulis mengidentifikasi pokok pembahasan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana sejarah hukum keberadaaan ketentuan pengaturan kode

etik MLM terhadap kementrian perdagangan di Indonesia?

b. Bagaimana pelaksanaan kode etik MLM Oriflame sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung?

(18)

8

c. Apa akibat hukum dan bagaimana penyelesaian hukum terhadap kendala yang terjadi terhadap penyimpangan kode etik pada PT Orindo Alam Ayu ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan batasan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

a. Memastikan bahwa kode etik MLM Oriflame sudah sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

b. Mengetahui penerapan kode etik di PT Orindo Alam Ayu terhadap member serta kendala dan solusinya

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan penjelasan tentang bagaimana penerapan kode etik bagi para member MLM di PT Orindo alam ayu ditinjau dari Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam masyarakat terutama para member di PT Orindo Alam Ayu mengenai bagaimana kode etik seharusnya di patuhi dan bagaimana berbisnis dengan jujur.

(19)

b. Secara Praktis

Penelitian ini memberikan manfaat dan meningkatkan pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca mengenai bagaimana kode etik dalam berbisnis khususnya pada Multi Level Marketing di PT Orindo Alam Ayu, sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan mengenai kode etik yang ditinjau Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

c. Secara Akademis

Penelitian ini merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

MLM menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif dalam penjualan, di mana si penjual berfungsi lebih dari sekedar sebagai seorang juru tulis yang mencatat hasil penjualan, mungkin juga menjadi seorang pengajar, konseler, pemandu, juru informasi, pembantu maupun pembawa gagasan itu sendiri. Kemudian pada tahun 1940-an, penjualan langsung mengambil corak baru dengan munculnya perusahaan Multi

(20)

10

Level Marketing Pertama-Nutrilite Systems dan Stanley Home Product.8 Perbedaannya adalah para penjual tidak hanya mendapatkan komisi atas produk yang di jualnya, tetapi juga memperoleh bonus atau ekstra penghasilan karena merekrut orang lain untuk turut berpartisipasi menjual produk. Struktur komisi direkatkan pada lebih dari satu tingkat, oleh karena itu istilah Multi Level Marketing pertama-tama dipakai untuk jenis penjualan semacam ini, meskipun seperti yang telah di kemukakan, pengembangan struktur Multi Level Marketing sudah berjalan sejak zaman dulu dan seiring berjalanya zaman maka diperlukan Kode etik yang mengatur perlindungan dalam bisnis MLM antara distributor (anggota) dan perusahaan. Perlindungan mengenai kode etik bisnis Multi Level Marketing di dasarkan atas beberapa teori yaitu sebagai berikut:9

1. Teori Utilitarisme merupakan salah satu teori mengenai kode etik, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Didalam bisnis Multi Level Marketing sangat mengedepankan kesuksesan bersama dalam tim karena apabila satu orang diatas menginginkan kesuksesan harus membantu yang dibawah sukses juga. Beberapa utilitaris telah mengusulkan untuk membedakan dua macam utilitarisme : utilitarisme perbuatan (act utilitarianism),

8 Neil Ashworth,”Marketing Multilevel - A Guide To Growing Your Multi Level Marketing Business” artikel diakses pada 28 Agustus 2015 pkl 14.00 http://www.articlesnatch.com/blog/Marketing

(21)

dan utilitarisme aturan (rule utilitarianism) yang dijelaskan di atas adalah utilitarisme perbuatan , sedangkan utilitarisme aturan adalah prinsip dasar yang tidak harus diterapkan atas perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, melainkan atas aturan-aturan moral yang kita terima bersama dalam masyarakat sebagai pegangan bagi perilaku kita. Suatu aturan moral bisa diterima sebagai sah dan benar, jika tahan uji terhadap prinsip utilitaris dalam hal ini berkaitan dengan kode etik, apabila suatu peraturan harus ditepati sebagai aturan moral harus dianggap sah karena membawa manfaat paling besar bagi seluruh masyarakat kesimpulanya adalah bahwa utilitarisme adalah aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.

2. Teori Deontologi merupakan suatu kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan dikatakan baik atau bermoral karena tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang harus dilaksanakan bukan pada tujuan atau akibat dari tindakan tersebut.10 Hal itu sangat berkaitan dengan kode etik dimana kode etik itu menciptakan suatu peraturan karena kode etik dalam peraturan perusahaan memuat hal yang penting mencakup hak dan kewajiban , penyelesaian perselisihan , jaminan , pembinaan sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/M-Dag/Per/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung. Deontologi dalam Islam adalah Niat baik tidak dapat mengubah haram menjadi halal.

(22)

12

Walaupun tujuan dan niat aslinya baik akan tetapi apabila caranya tidak baik, maka tetap tidak baik.11

3. Teori Perbuatan Melawan Hukum dapat menjadi dasar dari perlindungan atas konsumen atau perusahaan. Dalam hal ini seperti mitra usaha (distributor), sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUH Perdata, maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur – unsur sebagai berikut seperti adanya suatu perbuatan, perbuatan tersebut melawan hukum, adanya kesalahan dari pihak pelaku, adanya kerugian bagi korban, adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Hal ini sangat berkaitan dengan kode etik dimana kode etik mengatur setiap tindakan atau perbuatan bagi distributor atau perusahaan agar tindakan tersebut tidak menimbulkan kerugian dan hubungan sebab akibat.

4. Asas Kepatutan dalam perjanjian ditentukan dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian tidak hanya mengikat pada hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam isi perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan atau diwajibkan oleh kepatutan, kebiasaan dan Undang-Undang.12 Hal ini berarti bahwa suatu kode etik harus dilaksanakan dan wajib untuk dipatuhi oleh semua pihak yang terkait, jika kepatutan dilaksanakan secara berkelanjutan maka akan menjadi kebiasaan. Sehingga kode

11 https://www.academia.edu/8398801/makalah_etika_bisnis, diunduh pada 5 april 2016 12

Naja,H.K, Pengantar Hukum Bisnis Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia,2009),h.101

(23)

etik yang sudah dipatuhi dapat melindungi distributor (anggota) dan perusahaan dari kerugian.

5. Asas Pacta Sun Servanda dalam perjanjian ditentukan dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yag membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Kode etik yang baik adalah yang ditetapkan secara sukarela oleh organisasi-organisasi profesi tersebut (dan akan lebih baik apabila dibantu oleh ahli dan etika) adalah hasil rumusan pemikiran yang disepakati bersama dilandasi oleh itikad baik untuk menjadikan profesinya berkembang dan diterima oleh masyarakat. Sesuai asas pacta sun servanda, kesepakatan seperti diatas wajib untuk ditaati bahkan jika dianalogikan dengan perjanjian keperdataan, kesepakatan itu mempunyai kekuatan mengikat seperti layaknya undang-undang. Dalam kode etik itulah nantinya akan ditentukan sanksi-sanksi apa yang dapat dijatuhkan organisasi kepada para anggotanya yang melanggar.13

2. Kerangka Konseptual

Undang-Undang Perdagangan No.7 Tahun 2014 yang terdiri dari sembilan belas bab dan seratus dua puluh dua pasal ini mengatur

13

Heny Sekartati, “Aspek hukum perlindungan konsumen dalam transaksi multi level marketing (Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken),” (Skripsi S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Medan, 2007),h.87.

(24)

14

pengertian atau definisi dari Perdagangan dalam Pasal 1 angka (1) sebagai berikut: “Perdagangan adalah tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang dan/atau Jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang dan/atau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensasi”.

Pasal 1 angka (11) menjelaskan tentang “ Distribusi adalah kegiatan penyaluran barang secara langsung atau tidak langsung kepada konsumen” jika kita membaca lebih lanjut undang-undang perdagangan lebih lanjut dapat kita temui 4 pasal yang mengatur mengenai distribusi dalam penjualan langsung dan tidak langsung yaitu :

Pasal 7 ayat 1 menjelaskan Distribusi barang yang diperdagangkan di dalam negeri secara tidak langsung atau langsung kepada konsumen dapat dilakukan melalui Pelaku Usaha Distribusi.

Pasal 7 ayat 2 menjelaskan Distribusi Barang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan rantai Distribusi yang bersifat umum yaitu distributor dan jaringannya; agen dan jaringannya; waralaba.

Pasal 7 ayat 3 menjelaskan tentang Distribusi Barang secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan pendistribusian khusus melalui sistem penjualan langsung secara single level atau multilevel.

Pasal Pasal 8 menjelaskan bahwa Barang dengan hak Distribusi eksklusif yang diperdagangkan dengan sistem penjualan langsung hanya

(25)

dapat dipasarkan oleh penjual resmi yang terdaftar sebagai anggota perusahaan penjualan langsung.

Pasal 9 menjelaskan bahwa Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan Barang.

Pasal 10 menjelaskan bahwa Pelaku Usaha Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 melakukan Distribusi Barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta etika ekonomi dan bisnis dalam rangka tertib usaha.

Selanjutnya Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung yang terdiri dari tiga belas bab dan tiga puluh empat pasal ini mengatur pengertian atau definisi dari penjualan langsung dalam rumusan Pasal 1 angka (1), dengan rumusan sebagai berikut:14

“Penjualan langsung (Direct Selling) adalah metode dan/atau jasa tertentu melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha yang bekerja atas dasar komisi dan/atau bonus berdasarkan hasil penjualan kepada konsumen di luar lokasi eceran tetap.”

Pasal 1 angka (4) menjelaskan tentang “Mitra usaha adalah anggota mandiri jaringan pemasaran atau penjualan yang berbentuk badan usaha atau perseorangan dan bukan merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang memasarkan atau menjual barang dan/atau jasa kepada

14

http://ditjenpdn.kemendag.go.id/files/regulasi/2008/08/21/penyelenggaraan-kegiatan usaha-perdagangan-dengan-sistem-penjualan-langsung-id-1407642822.pdf diunduh pada 20 April 2015 pkl 21.29

(26)

16

konsumen akhir secara langsung dengan mendapatkan imbalan berupa komisi dan/atau bonus atas penjualan.”

Pasal 1 angka (5) menjelaskan tentang “Komisi atas penjualan adalah imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha yang besarnya dihitung berdasarkan hasil kerja nyata, sesuai volume atau nilai hasil penjualan barang dan/atau jasa, baik secara pribadi maupun jaringannya.”

Pasal 1 angka (6) menjelaskan tentang “Bonus atas penjualan adalah tambahan imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha, karena berhasil melebihi target penjualan barang dan/atau jasa yang ditetapkan perusahaan.”

Pasal 1 angka (7) menjelaskan tentang “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”

Pasal 4 ayat (1) menjelaskan bawha kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung diseenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara perusahaan dan mitra usaha dengan memperhatikan kode etik dan peraturan perusahaan.

Pasal 4 ayat (2) menjelaskan kode etik dan peraturan dari perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat ketentuan paling sedikit adalah persyaratan menjadi mitra usaha; hak dan kewajiban para pihak; program pembinaan, bantuan pelatihan, dan fasilitas yang diberikan perusahaan, dan/atau jaringan peasaran kepada mitra usaha; jangka waktu

(27)

perjanjian; pemutusan dan perpanjangan perjanjian; jaminan pembelian kembali; ganti rugi atas barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan kualitas dan jenis yang diperjanjikan; ketentuan tentang pemberian komisi, bonus, dan pernghargaan lainnya; dan penyelesaian perselisihan.

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan dalam penulisan skripsi, maka penulis akan mereview beberapa skripsi terdahulu yang relevan dengan judul yang penulis ajukan, diantaranya :

1. Judul : “Perjanjian Kedistributoran antara PT Orindo Alam Ayu ( Oriflame ) dengan distributor Independennya dalam sistem pemasaran berjenjang”

Penulis : Magdalena Devina, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Uraian : Skripsi ini meneliti tentang Apakah hal-hal yang diatur dalam perjanjian kedistributoran Oriflame dengan distributor independennya . bagaimana penerapan pasal 5 dan 6 no 73 tahun 2000 dalam perjanjian kedistributoran antara oriflame dan distributor independennya , hubungan hukum apa yang timbul antara oriflame dan distributor independennya dan akibatnya bagi konsumen serta permaslahan apa yang mungkin timbul dalam perjanjian kedistributoran antara oriflame dan distributor independennya.

2. Judul : “Multilevel Marketing sebagai sistem Direct Selling ditinjau dari sudut hukum perdata barat dan hukum islam”

(28)

18

Uraian : Skripsi ini meneliti tentang apa yang dimaksud sistem multilevel marketing , bagaimana sistem hukum MLM ditinjau dari hukum perdata barat dan hukum islam dan bagaimana yang sesuai dengan hukum islam

Dari uraian review studi terdahulu di atas, dan dari hasil pencarian penulis terhadap judul skripsi yang relevan dengan Kode Etik pada bisnis MLM, penulis belum menemukan skripsi yang membahas tentang Kode Etik dalam bisnis MLM PT Orindo Alam Ayu. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa judul skripsi yang penulis ajukan belum pernah diangkat dalam pembuatan skripsi atau penelitian sebelumnya.

F. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian hukum normatif empiris. Pada dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.15

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif kualitatif. Artinya penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penulis

15 http://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif/ diunduh pada 20 April 2015 pkl 21.39

(29)

akan mewawancarai beberapa pihak terkait dan yang terjun langsung di bisnis Multilevel Marketing Oriflame ini terutama para karyawan , dan anggota . Pendekatan ini memungkinkan peneliti mendapatkan data yang lebih banyak dan akurat sehingga peneliti dapat memahami bagaimana penerapan kode etik di PT Orindo Alam Ayu (oriflame) berdasarkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung.

G. Bahan Hukum

1. Bahan Hukum Primer

Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dan dijadikan rujukan pokok dalam penelitian. Adapun yang tergolong sumber data primer yaitu: wawancara langsung dengan pemilik stockist, karyawan, serta leader Oriflame dan beberapa konsultan oriflame. 2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.16 Terdiri dari buku-buku teks, jurnal hukum, kamus hukum, hasil penelitian yang berkaitan. Adapun yang tergolong sumber data sekunder yaitu, dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia nomor: 32/m-dag/per/8/2008” tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan

16 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, cet.I,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.119

(30)

20

langsung, buku-buku tentang MLM, buku-buku yang berhubungan dengan kode etik dalam berbisnis.

3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang sudah terkumpul baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan dibahas. Kemudian bahan hukum tersebut diuraikan untuk mendapatkan penjelasan yang sistematis.Pengolahan bahan hukum bersifat deduktif yaitu menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum ke permasalahan yang khusus atau lebih konkret.

Setelah bahan hukum itu diolah dan diuraikan kemudian Penulis menganalisisnya (melakukan penalaran ilmiah) untuk menjawab isu hukum yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

H. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet. 1. 2012.”

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran garis besar mengenai tiap-tiap bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual, Tinjauan (Review) Studi Terdahulu, Metode Penelitian, Bahan Hukum, Sistematika Penulisan yang

(31)

berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Bab II Sejarah Hukum Keberadaan Ketentuan Pengaturan Kode Etik Multi Level Marketing Kementrian Perdagangan Di Indonesia, Pada bab ini akan dijelaskan tentang Pengertian MLM, Sejarah perkembangan MLM, Visi dan Misi Kode Etik MLM, dan Tujuan dibuatnya Kode Etik MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Bab III Mekanisme Kode Etik Multi Level Marketing Sektor Kecantikan Di Jakarta Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 32/M-Dag/Per/8/2008, Pada bab ini mejelaskan tentang Mekanisme Cara Kerja Bisnis MLM Pada PT Orindo Alam Ayu, Ciri-Ciri MLM PT Orindo Alam Ayu, Pengaturan Kode Etik MLM di PT Orindo Alam Ayu, Fungsi Asosiasi Pelnjualan Langsung (APLI) Bagi PT Orindo Alam Ayu, Visi dan Misi PT Orindo Alam Ayu, Struktur Organisasi PT Orindo Alam Ayu

Bab IV Akibat Hukum Terhadap Penyimpangan Kode Eik MLM Pada PT Orindo Alam Ayu Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Ri Nomor : 32/M-Dag/Per/8/2008, Pada bab ini dijelaskan mengenai Penerapan Kode Etik MLM PT Orindo Alam Ayu Terhadap Anggota, Kesesuaian Kode Etik MLM di PT Orindo Alam Ayu terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 32/m-dag/per/8/2008, Kendala Member di PT Orindo Alam Ayu dalam Menerapkan Kode Etik, Akibat Hukum Terhadap Member yang Melanggar dan Untuk PT Orindo Alam Ayu dan Anggota, Penyelesaian Masalah Pelanggaran Penyimpangan Kode Etik Multi Level Marketing PT Orindo Alam Ayu.

(32)

22

BAB II

SEJARAH HUKUM KEBERADAAN KETENTUAN PENGATURAN KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING KEMENTRIAN

PERDAGANGAN di INDONESIA

A. Pengertian MLM

MLM (multilevel marketing) merupakan sistem pemasaran yang mulai berkembang pada tahun 1941, MLM ditemukan oleh dua orang profesor dari Universitas Chicago pada tahun 1940 an, yang dikenal dengan melakukan penjualan secara bertingkat. Dengan modal awal yang relatif tidak besar, seorang tenaga penjual bisa mendapat penghasilan melalui dua cara. Pertama keuntungan diperoleh melalui setiap program makanan tambahan yang berhasil di jual dan kedua dalam bentuk potongan harga dari setiap produk yang berhasil dijual oleh distributor yang di rekrut dan dilatih oleh tenaga penjual dari perusahaan. MLM sendiri mulai tumbuh di luar Amerika pada tahun 1960 an dan dalam waktu yang singkat menjadi bagian penting dari industri penjualan secara langsung.1

Konsep MLM adalah berusaha memperpendek jalur yang ada pada sistem penjualan konvensional dengan cara mempersingkat jarak antara produsen dan konsumen.2 Sistem ini bertujuan untuk menghilangkan ataupun meminimalkan jalur distribusi yang panjang untuk memasarkan produk-produk. MLM membawa mereka ke pasar tanpa melalui media periklanan yang membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan juga sistem MLM

1 http://www.amway.co.id/direct sell.asp, ( Dalam Jatmiko, A.T. 2004)

(33)

menghindarkan persaingan dari produk-produk lain di toko-toko pengecer. Hal ini dilakukan dengan pemikiran jika sistem ini berhasil maka dapat menghemat biaya yang di keluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan produk-produknya kepada masyarakat.

Multilevel marketing (pemasaran multitingkat) adalah metode pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem penjualan langsung melalui program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukan sendiri dan anggota jaringan didalam kelompoknya. Dari perkembangan sistem penjualan ini dapat ditarik definisi dari MLM.

Definisi direct selling menurut APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) adalah “Metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar.”3

Menurut Peter J. Clothier, Multi Level Marketing adalah suatu metode penjualan barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas.4 Ada juga pendapat dari David Roller yang mengatakan Multi Level Marketing adalah sistem melalui mana sebuah induk perusahaan mendistribusikan barang dan/atau jasanya lewat suatu jaringan orang-orang bisnis yang independen.5

3 http://www.apli.or.id/direct-selling/, diunduh pada pada 30 Agustus 2015 pkl 21.00 4

Peter J Clothier, How to Make Big Money in Multi-Level Marketing, cet. 2, (New York: New York Institute of Finance, 1989), h. 33.

5 David Roller, Menjadi Kaya Dengan Multi Level Marketing (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 3.

(34)

24

Andrias Hareta dalam bukunya mendefinisikan MLM sebagai “Sistem penjualan yang dapat dipilih oleh sebuah perusahaan atau pabrik (produsen) untuk memasarkan atau mendistribusikan/menjual produknya kepada pelanggan eceran dengan memberdayakan distributor independenya untuk melaksanakan tugas pemasaran atau pendistribusian atau penjualan produk melalui pengembangan armada pemasar/distributor/penjual langsung secara independen tanpa campur tangan langsung perusahaan.”6

Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan MLM sebagai penjualan berjenjang “ Suatu cara atau metode penjualan secara berjenjang kepada konsumen melalui jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh perorangan atau badan usaha yang memperkenalkan barang dan/atau jasa tertentu kepada sejumlah perorangan atau badan usaha lainnya secara berturut-turut yang bekerja berdasarkan komisi atau iuran keanggotaan yang wajar.”7

B. Sejarah Perkembangan MLM

Istilah Multi Level Marketing pertama kali ditemukan oleh dua orang profesor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an dengan nama perusahaan Nutrilite. Produk pertamanya yang dijual Perusahaan Nutrilite adalah vitamin dan makanan tambahan. Perusahaan Nutrilite ini merupakan salah satu perusahaan pertama yang menawarkan konsep bisnis Multi Level Marketing.

Menurut sejarahnya cikal bakal sistem MLM berasal dari sistem penjualan langsung (direct selling) yang dipopulerkan oleh perusahaanperusahaan di

6 Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h.3-4.

(35)

Amerika Serikat pada abad ke-18. Perusahaan pada masa itu menerapkan sistem penjualan langsung karena belum tersedia sarana seperti televisi, radio, atau internet untuk mengiklankan sebuah produk. Perusahaan umumnya mengirim tenaga penjual (sales) ke kota-kota untuk memasarkan produk secara langsung kepada konsumen dari rumah ke rumah (knock on doors to market and sell products). 8

Sistem penjualan langsung mulai dikembangkan oleh Henry Heinz di perusahaan Heinz Company yang ia dirikan di Sharpsburg, Pennsylvania, AS pada tahun 1869. Heinz membangun sebuah organisasi penjualan beranggotakan 400 orang salesman untuk menjual secara langsung berbagai produk sayuran seperti kecap, saus, dan acar kepada orang-orang yang tidak membuatnya untuk kebutuhan sendiri.9

Sistem penjualan langsung selanjutnya lebih dipopulerkan lagi oleh David McConnel di perusahaan The California Perfume Company yang ia dirikan pada tahun 1886 di New York. McConnel sampai tahun 1906 berhasil membangun armada bisnisnya mencapai 10.000 sales representatives untuk memasarkan 117 jenis produk hingga ke mancanegara. Seiring dengan perkembangan usaha dan semakin beragamnya produk yang dipasarkan, maka pada tahun 1939 The California Perfume Company diganti namanya menjadi Avon The Company For Women.10

Sistem penjualan langsung selanjutnya dikembangkan oleh Carl F Rehnborg melalui perusahaan Nutrilite Products Company, Inc yang ia dirikan

8http://www.articlesnatch.com/Article/Marketing-Multilevel---A-Guide-To-GrowingYour -Multi-Level-Marketing-Business/1615595, diakses tanggal 28 Agustus 2015 pkl 14.00

9 http://www.articlesnatch.com/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2015 pkl 17.00

10 Jabbar Ibrahim, MLM Bikin Saya Kaya Raya,( Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,2009) h. 12.

(36)

26

pada tahun 1934 di California. Nutrilite menerapkan sistem bonus sebesar 2% dari total volume penjualan kepada setiap penjual (distributor) yang berhasil merekrut, melatih dan membantu penjual baru untuk menjual vitamin dan makanan kesehatan Nutrilite kepada konsumen. Ini merupakan pertama kalinya vitamin dan makanan kesehatan Nutrilite dijual melalui sistem Multi Level Marketing (MLM)

.

11

Tahun 1950-an Nutrilite mengalami persoalan internal dalam manajemen perusahaan sehingga Forrest Shaklee memutuskan untuk keluar dari keanggotaan distributor. Shaklee kemudian mendirikan Shaklee Corporation pada tahun 1956 dengan meniru pola bisnis (MLM) yang diterapkan Nutrilite. Shaklee adalah seorang ilmuwan dan ahli riset yang menyebabkannya mampu mengembangkan Shaklee dengan memproduksi berbagai jenis makanan kesehatan (nutrisi). Shaklee memiliki sekitar 200 item produk yang berhasil dipasarkan ke beberapa negara di luar AS seperti Kanada, Meksiko, Filiphina, Malaysia, Singapura dan Jepang.12

Richard DeVos dan Jay Van Andel, dua orang mantan distributor Nutrilite yang lain mendirikan Amway Corporation di Ada, Michigan, California pada tahun 1959. Produk awal yang mereka jual adalah LOC (Liquid Organic Cleaner), yaitu cairan pembersih serbaguna (biodegradable) yang aman bagi lingkungan. Amway sebagaimana halnya Shaklee menerapkan sistem

11 Ibid, h.13.

12 Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h. 18.

(37)

penjualan langsung dengan komisi berjenjang yang mereka pelajari selama menjadi distributor Nutrilite.13

Sistem MLM tersebut kemudian membesarkan nama Amway, bahkan melebihi popularitas Shaklee di mancanegara. Amway sampai tahun 1980 telah dikenal di sebelas negara di luar AS, yaitu Kanada (1962), Australia (1971), Ireland (1973), Inggris (1973), Hongkong (1974), Jerman (1975), Malaysia (1976), Perancis (1977), Belanda (1978), Jepang (1979) dan Switzerland (1980).32 Amway juga membeli perusahaan Nutrilite pada tahun 1972 dan membuatnya menjadi salah satu lini produk yang diandalkan hingga kini. Kesuksesan Amway kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis MLM di seluruh dunia.14

Perkembangan selanjutnya perusahaan Amway muncul dengan menggunakan kosep yang sama yakni menerapkan konsep bisnis Multi Level Marketing. Pada perkembangan selanjutnya perusahaan Nutrilite mengalami masalah dari Pemerintahan Amerika. Hingga pada akhirnya perusahaan Amway yang menggunakan konsep bisnis Multi Level Marketing mengambil alih perusahaan Nutrilite.

Tahun 1953 perusahaan Amway mendapat pengakuan dari pemerintah Amerika Serikat dan mengesahkan kelegalannya sebagai perusahaan Multi Level Marketing. Pada saat konsep bisnis Multi Level Marketing mendapat pengakuan yang legal dari Pemerintah Amerika Serikat. Seorang distributor

13

Jabbar Ibrahim, MLM Bikin Saya Kaya Raya,( Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,2009) h.17.

14 Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h. 20.

(38)

28

yang telah cukup berhasil bernama Dr. Forrest Shaklee mendirikan perusahaan Multi Level Marketing yang diberi nama Shaklee.

Perusahaan Dr. Forrest Shaklee ini bergerak pada bidang kesehatan. Pada tahun 1970-an perusahaan Amway dan Shaklee melakukan ekspansi ke Negara Inggris. 15 Sejak terjadinya ekspansi perusahaan Amway dan Shaklee ke Negara Inggris perusahaan Multi Level Marketing bermunculan dan beberapa perusahaan yang terkenal seperti Forever Living, Herbalife, dan Neolife. Masing-masing perusahaan tersebut memiliki lebih dari 50.000 distributor. Hingga akhirnya bisnis Multi Level Marketing terus mengalami perkembangan yang pesat. 16

Multi Level Marketing terdapat dua bentuk sistem jaringan yang dijalankan oleh perusahaan Multi Level Marketing yakni sistem binary dan sistem matahari.

Perhatikan gambar 1 di bawah ini:

Gambar 2.1 Bentuk Jaringan Binary Sumber: Jurnal Informatika17

Bentuk sistem binary, Multi Level Marketing yang menggunakan jaringan yang bentuknya tidak lebih dua kaki (kaki kiri dan kanan) dan tidak lebih. Dengan kata lain, para pelaku Multi Level Marketing tersebut hanya

15 Bagoes Wuryando, Jurus Maut MLM Anti Gagal, (Jakarta: Media Pressindo,2010),h.15-16.

16

Brian Tracy,MLM Sukses, (Jakarta: Delapratasa Publishing,2007),h.5.

17 Dewi Rosmala dan Gilang Kresna,” Implementasi Alogaritma Binary Tree Pada

Sistem Informasi Multi Level Marketing”, Jurnal Informatika diakses pada 12 Maret 2016 dari http://repository.unej.ac.id/bitstream

(39)

dapat membangun jaringannya dengan dua kaki demikian seterusnya hingga ke bawah. Sistem binary merupakan sebuah sistem yang dijalankan melalui operasi teknologi komputer, sehingga para member dapat melihat seluruh jaringannya melalui jaringan internet.18

Perhatikan gambar 2 di bawah berikut:

Gambar 2.2 Bentuk Jaringan Matahari

Sumber: Jurnal Informatika19

Bentuk sistem matahari yaitu Multi Level Marketing yang menggunakan jaringan lebih dari dua kaki atau banyak kaki. Artinya para pelaku Multi Level Marketing tersebut dapat membuka jaringan hingga beberapa kaki di dalam jaringan tersebut

Keberadaan MLM sendiri di Indonesia diawali dengan berdirinya Creative Network International (CNI) pada tahun 1986 di Bandung dengan nama PT Nusantara Sun-Chlorella Tama (NSCT). Perusahaan ini didirikan oleh keluarga Wirawan Chondro, Ginawan Chondro, S. Abrian Natan, dan seorang sahabat mereka dari Malaysia Yanki Regan. PT NSCT pada waktu itu mengadopsi sistem MLM untuk mendistribusikan produk tunggal, yaitu makanan kesehatan Sun Chlorela buatan Jepang. Seiring dengan perkembangan usaha dan semakin banyaknya produk yang

18 Bagoes Wuryando, Jurus Maut MLM Anti Gagal, (Jakarta: Media Pressindo,2010),.h.17.

(40)

30

dipasarkan, maka pada tahun 1992 PT NSCT diganti namanya menjadi PT Centranusa Insancemerlang. CNI tergolong cukup berhasil dalam mengembangkan bisnisnya hingga ke mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, India, dan negeri leluhur MLM Amerika Serikat. Kesuksesan CNI kemudian mendorong tumbuhnya berbagai jenis perusahaan berbasis MLM di tanah air.20

Bisnis MLM di Indonesia kian tumbuh dan berkembang setelah adanya krisis moneter dan ekonomi. Pemain yang terjun di dunia MLM memanfaatkan momentum dan situasi krisis untuk menawarkan solusi bisnis bagi pemain asing maupun lokal seperti CNI, Amway, Avon, Tupperware, Sophie Martin, Oriflame, Herbalife International, Prime & First New, Greenlite, DXN, dll.21

C. Visi dan Misi Kode Etik Multi Level Marketing

Kode etik di terbitkan oleh Federasi Sedunia Asosiasi Penjualan Langsung bagi para anggota Asosiasi Nasional Penjualan langsung yang tergabung dalam WDFSA. Kode etik ini menyangkut hubungan antara perusahaan-perusahaan penjualan langsung dan para penjual langsung di satu pihak dan para konsumen di lain pihak, antara perusahaan penjualan langsung dan anggota dan calon anggota independen serta mandiri dan juga diantara perusahaan-perusahaan penjualan langsung sendiri. Kode etik ini bertujuan memberikan kepuasan dan perlindungan kepada semua pihak yang berkepentingan, memajukan kompetisi yang sehat dalam rangka sistem dunia

20

Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,1999), h. 30

21 Jabbar Ibrahim, MLM Bikin Saya Kaya Raya,( Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,2009), h. 19

(41)

usaha bebas dan peningkatan citra umum dari kegiatan penjualan langsung. Dalam perjanjian MLM pengaturan mengenai kode etik merupakan hal yang paling penting disamping pengaturan mengenai peraturan peraturan bagi distributor dalam kegiatan MLM.

Pengaturan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, KepMen Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung dapat dilihat bahwa permasalahan kode etik dalam perjanjian MLM diatur untuk program pemasaran barang dan atau jasa yang dijual distributor kepada konsumen. Arti pentingnya kode etik ini dalam perjanjian MLM dapat mengakibatkan pemutusan hubungan bagi anggota atau distributor MLM yang melanggar ketentuan kode etik yang telah diatur dalam perjanjian MLM antara perusahaan MLM dengan anggota atau distributor.22 Kode etik dalam kegiatan MLM menyangkut mengenai aspek moral cara penyelenggaraan bisnis MLM. Kode etik bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu perbuatan ataupun tindakan dari distributor yang menyimpang dari nilai sosial suatu MLM dimana distributor tersebut menjadi anggotanya dan secara umum dapat merusak citra dari penjualan berjenjang dalam masyarakat. Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, KepMen Nomor: 32/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perdagangan dengan Sistem Penjualan Langsung telah di atur tentang kode etik yang harus

22 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 32/M-Dag/Per/8/2008 diakses pada 14 november 2015 dari http://www.kemendag.go.id/

(42)

32

di terapkan oleh perusahaan MLM dalam hal ini terdapat dalam pasal 4 butir 1,2 dan 3 yaitu sebagai berikut :23

(1) Kegiatan usaha perdagangan dengan sistem penjualan langsung diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis antara perusahaan dan mitra usaha dengan memperhatikan kode etik dan peraturan perusahaan. (2) Kode etik dan peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus memuat ketentuan paling sedikit sebagai berikut: a. Persyaratan menjadi mitra usaha;

b. Hak dan kewajiban para pihak;

c. Program pembinaan, bantuan pelatihan, dan fasilitas yang diberikan perusahaan, dan/atau jaringan pemasaran kepada mitra usaha;

d. Jangka waktu perjanjian;

e. Pemutusan dan perpanjangan perjanjian; f. Jaminan pembelian kembali;

g. Ganti rugi atas barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan kualitas dan jenis yang diperjanjikan;

h. Ketentuan tentang pemberian komisi, bonus, dan penghargaan lainnya; dan

i. Penyelesaian perselisihan.

(3) Perjanjian dan kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat dalam Bahasa Indonesia dan berlaku Hukum Indonesia.

23 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 32/M-Dag/Per/8/2008 diakses pada 14 november 2015 dari http://www.kemendag.go.id/

(43)

D. Tujuan dibuatnya Kode Etik MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Kode etik dalam PT Orindo Alam Ayu juga merupakan bagian yang penting untuk perusahaan dan para konsultan. Konsultan PT Orindo Alam Ayu (Oriflame) . Konsultan Oriflame harus mematuhi kode etik dan aturan perilaku yang dimaksud serta segala perubahan atas kode etik dan aturan perilaku yang telah dipublikasikan. Kode etik dan aturan perilaku disediakan untuk melindungi konsultan, untuk menjamin bahwa semua sesama konsultan oriflame mempertahankan standar tinggi yang sama. Sejalan dengan standar etik oriflame, maka konsultan oriflame diharapkan untuk dan wajib mematuhi segala dan semua persyaratan hukum negara tempat mereka menjalankan bisnis Oriflame, sekalipun kewajiban tersebut tidak dinyatakan kembali dalam kode etik atau aturan perilaku.24

(44)

34 BAB III

MEKANISME KODE ETIK MULTI LEVEL MARKETING PT ORINDO ALAM AYU BERDASARKAN PERATURAN MENTERI

PERDAGANGAN RI NOMOR: 32/M-Dag/Per/8/2008

A. Mekanisme Cara Kerja Bisnis MLM pada PT Orindo Alam Ayu

Perusahaan yang menggunakan konsep Multi Level Marketing pada umumnya memberikan peluang bisnis kepada membernya secara bebas. Atrinya member bertindak sebagai distributor independen, yakni tidak memiliki keterikatan kontrak dengan perusahaan MLM. Member akan memperoleh penghasilan yakni dengan cara memperkenalkan produk perusahaan MLM kepada distributor baru. Mekanisme kerja Bisnis MLM pada umumnya adalah menjual, mengajak dan mengajarkan, membangun organisasi, serta membina dan memotivasi.1

Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan yang harus dirumuskan dalam bentuk suatu strategi yang komprehensif dan terpadu, pemasaran juga membantu produsen dalam mengenal pasar. Dengan pemasaran dapat diketahui apa yang dibeli, dan siapa yang membeli dengan harapan produk dapat terserap oleh pasar. Dengan kata lain, produk terjual habis sehingga dapat meningkatkan volume penjualan. Apabila omzet penjualan mengalami peningkatan yang lambat, maka harus dianalisis apakah ha1 tersebut

1Yusuf, Strategi MLM Secara Cerdas dan Halal, cet. II, (Jakarta: Elex Media Komputindo), h.58

(45)

disebabkan oleh kurang efektifnya strategi pemasaran yang dilakukan atau mungkin dipengaruhi oleh selera dan perilaku konsumen yang sudah berubah.2

Oriflame mengusung konsep Multi Level Marketing (MLM). Multi Level Marketing (MLM) berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana konsultan mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di dalam kelompoknya. Berikut adalah sistem MLM yang diterapkan oleh perusahaan Oriflame.

Berikut ini ilustrasi dari cara kerja dan mekanisme MLM sebagai berikut : Untuk memulai bergabung X membayar uang pangkal dalam jumlah tertentu senilai sebuah staterkid untuk didaftar sebagai seoarang distributor yang mencakup pembayaran sejumlah literatur perusahaan yang terdiri dari buku pedoman perusahaan, majalah atau selebaran berkala, informasi produk, formulir pesanan, nasihat bisnis dan contoh contoh produk.3

Setelah menjadi distributor X diharapkan mengecerkan produk produk perusahaan. Keuntungan dari harga eceran menjadi milik X dan X akan mendapatkan jumlah yang cukup besar dengan cara ini sebagian besar penjualan langsung merupakan penjualan dari pribadi ke pribadi. X bertanggung jawab membayar produk pada saat memesan dan mengambil produk tersebut dari sponsor, para sponsor menerima produk tersebut dari sponsor mereka demikian selanjutnya.

2 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, Konsep, Dasar dan Strategi 1999, cet-6, (Jakarta: P. Raja Grafindo, 1999),h. 62

3

Andrias Harefa, MLM: Alternatif Karir dan Usaha Menyongsong Milenium, cet-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2007), h. 60

(46)

36

Seseorang distributor dengan volume penjualan diatas suatu tingkat yang telah ditentukan akan dapat memesan produk-produk langsung dari perusahaan yang bersangkutan. Barang-barang itu kemudian akan diserap oleh jaringan tersebut dan berakhir ditangan pelanggan. Dengan cara ini mereka tidak diperlukan adanya persediaan barang. Jika volume penjualan meningkat maka potongan harga yang diperoleh semakin besar. Potongan harga ini diberikan pada keseluruhan pesanan. Jika X sudah mulai merasakan manfaat bergabung dalam MLM maka ia dapat membangun jaringan penjualan untuk memperoleh penghasilan yang jauh lebih besar.

Konsultan independen Oriflame ini bukanlah karyawan dari Oriflame, tetapi konsultan adalah member atau anggota dari Oriflame. Konsultan bertugas melakukan penjualan produk Oriflame. Namun meskipun bukan karyawan, konsultan ini terikat dengan peraturan yang dibuat oleh Oriflame. Seperti yang tercantum dalam consultan manual Oriflame bagian tanggung jawab seorang konsultan nomor empat, yaitu seorang konsultan tidak boleh menyatakan bahwa mereka memiliki hubungan kerja dalam bentuk apapun dengan Oriflame.

Seorang konsultan tidak diperbolehkan untuk mewakili dirinya sendiri atas nama Perusahaan Oriflame tanpa menyatakan dengan jelas bahwa dia adalah konsultan kecantikan mandiri atau konsultan mandiri Oriflame. Konsultan adalah perpanjangan tangan dari Oriflame yang melakukan kegiatan perekrutan sekaligus penjualan produk. Akan tetapi berdasarkan kode etik konsultan dilarang untuk menjual produk secara retail dan/atau online, dimana

(47)

penjualan hanya dilakukan melalui katalog cetak dan/ atau katalog online. Oleh karenanya diperlukan sebuah kegiatan komunikasi pemasaran untuk menunjang kesuksesan kegiatan pemasaran. Ada beberapa cara pemasaraan yang di terapkan pada perusahaan Oriflame yaitu:

1) Pemasaran langsung (direct marketing)

Menurut Etzel, Walker, dan Stanton, direct marketing menggunakan iklan untuk menghubungkan antara pelanggan dengan penjual, dimana penjual tidak perlu mengunjungi toko ritel untuk membeli produk. Sama halnya dengan Oriflame yang merupakan perusahaan multi level marketing yang pelangganan produknya harus melalui konsultannya karena tidak dijual di toko.4

Pemasaran Oriflame dilakukan dengan katalog dengan menerapkan sistem multi level marketing. Dimana multi level marketing ini merupakan bagian dari direct selling. Penjualan menggunakan katalog ini dilakukan dengan dengan bermacam-macam cara. Biasanya konsultan membagikan katalog lengkap dengan nomer telepon konsultan. Sehingga jika calon pelanggan ingin memesan, bisa langsung menghubungi nomor telepon yang tertera.

Etzel, Walker, dan Stanton menyebutkan bahwa direct marketingmencakup beberapa bentuk pemasaran, antara lain: direct mail, catalog retailing, dan televised shopping. Direct mail ini dilakukan oleh konsultan dengan cara mengirimkan katalog kepada pelanggannya dan pelanggan memesan produk melalui telepon ataupun pesan (SMS).

(48)

38

Pemasaran dengan cara direct marketing ini bersifat lebih personal dan sesuai dengan target konsumen yang hendak dituju dan hasilnya dapat diukur dengan cepat. Hal ini karena antara konsultan dan pelanggan sudah saling mengenal satu sama lain.5

2) Pemasaran Interaktif

Berupa kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa. Ada banyak program atau kegiatan online yang dapat dilakukan untuk membangun suatu kegiatan pemasaran yang interaktif. Hal ini karena program online yang memiliki kelebihan daripada yang lain. selain waktunya yang fleksibel, tidak terikat waktu, online marketing ini tidak membutuhkan tempat kerja khusus. Artinya pebisnis dapat melakukan pekerjaannya dimana saja selama memiliki komputer yang terhubung dengan internet.

3) Pemasaran Dari Mulut Ke Mulut

Pemasaran ini berupa komunikasi secara lisan, tertulis, dan elektronik antar masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa. Komunikasi ini dapat berlangsung dengan sebuah percakapan antara orang ke orang, chat room, ataupun percakapan dengan menggunakan blog.6

5http://apli.or.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=129&Itemid= 59, diunduh pada 19 Maret 2016 pkl 20.00

6

Fred R David, Manajemen strategis konsep-konsep.Terj.Kresno Saroso, cet-9, (Jakarta: Indeks,2003), h.49.

(49)

Tidak hanya dengan bertatap muka langsung, pemasaran produk Oriflame juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan blackberry messenger. Dimana disitu konsultan dapat dengan aktif mempromosikan Oriflame dan pelanggan dapat bertanya langsung kepada konsultan perihal produk maupun bisnis Oriflame.

Penggunaan Blackberry atau smartphone termasuk kepada word of mouth karena di dalamnya terdapat sebuah aplikasi mulai dari blackberry messenger (BBM), whatsapp, kakao talk, line, dsb. Yang memungkinkan konsultan dan pelanggan berinteraksi langsung dengan lebih personal. Berita dari mulut ke mulut ini bisa sangat efektif untuk bisnis kecil karena di dalamnya pelanggan dapat merasakan hubungan yang lebih pribadi. 4) Penjualan Personal

Penjualan personal (personal selling) lebih kepada komunikasi dengan cara bertatap muka langsung dengan pelanggan. Baik untuk memperkenalkan produk atau jasa maupun untuk menawarkan diri sebagai mitra bisnis.7

Diharapkan dengan adanya komunikasi dengan cara bertatap muka langsung ini dapat membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan bertanya dan tertarik terhadap penawaran tersebut. Menurut Kottler & Keller, penjualan personal meliputi kegiatan

Gambar

Gambar 2.1 Bentuk Jaringan Binary  Sumber: Jurnal Informatika 17
Gambar 2.2 Bentuk Jaringan Matahari  Sumber: Jurnal Informatika 19
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Gambar 3.2 Sales Departement
+4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor anak korban kekerasan seksual melakukan pengungkapan diri kepada psikolog biasanya karena mereka merasa sudah tidak nyaman atas peristiwa yang terjadi pada

Dalam fatwa tersebut menyebutkan bahwa ada 8 (delapan) aliran yang masih dikatagorikan sebagai orang Islam diantaranya Sunni Hanafi, Sunni Hambali, Sunni Maliki,

Melihat fenomena yang terjadi di Yayasan itu sendiri dan merujuk pada penelitian sebelumnya yang hasilnya ada yang berpengaruh dan tidak menjadi menarik untuk

Variable dummy sering juga disebut variable boneka, binary, kategorik atau dikotom (Basuki, 2016). Dalam penelitian ini yang terjadi adalah perbedaan situasi, yaitu

66 Azman Abdul Rahman, ”The Concept of Al-Adah Muhakkamah in the Inheritance of Customary Land According to Adat Perpatih in Malaysia”, Malaysian Journal of Syariah and Law,

Dr. Fauzun Jamal, Lc.,M.A.. Pembinaan akhlak adalah suatu penanganan yang berbentuk pengarahan terhadap kemampuan seseorang agar berperilaku lebih baik. Salah satu

tulisannya Pendidikan Berbasis Kompetensi (2002), 24 memaparkan bahwa,: dalam proses belajar, siswa perlu mengetahui landasan ilmu pengetahuan yang terus berkembang

Di beberapa aspek keluarga yang ekonominya menengah dan ke-atas pun juga ikut turut berkecimpung dalam pasar ekonomi sebagai refleksi kondisi social-ekonomi bisa