• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

ANALISIS SEMIOTIKA COVER MAJALAH TEMPO

EDISI 13-19 AGUSTUS 2018 COPRAS-CAPRES 2019

ADU SILAT, CINTA, KHIANAT

Diajukan Oleh :

NAMA

: Putri Qalby

NIM

: 2013 – 41 – 386

KONSENTRASI : JURNALISTIK

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta

(2)

i

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepaa Allah SWT, atas segala rahmat yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar jenjang Strata Satu (S1) sesuai kurikulum yang berlaku di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta dan juga untuk mengetahui ANALISIS SEMIOTIKA COVER MAJALAH TEMPO EDISI 13-19 AGUSTUS 2018 COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce.

Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis tentang analisis semiotika terhadap desain visual, pada penelitian ini penulis menggunakan Teori Segitiga Pierce, yaitu Sign, Object dan Interpretant untuk memaknai tanda yang ada pada ilustrasi cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018. Banyak kesulitan dan kendala yang dialami penulis selama proses penelitian berlangsung, namun dengan tekad, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Tanpa dorongan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat membangun.

Akhir kata semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesa.

Jakarta, 21 Februari 2019

Penulis

(3)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Berbagai hambatan yang dihadapi selama penyusunan skripsi ini menjadi pengalaman yang sangat berharga dan memotivasi bagi penulis untuk tidak menyerah dan terus tetap berusaha. Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Mama tercinta yang selalu sabar memberikan semangat, doa dan kasih sayang yang tak terhingga, Papa yang selalu mendoakan penulis dari Dunia Keabadian, serta saudara kandung De Fivei dan A Bayu untuk dukungan dan doa yang terbaik untuk penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Dr. Dr Rudy Harjanto, Ikom., MM., M.Sn., Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

3. Bapak Dr. Prasetya Yoga Santoso, M.M Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

4. Bapak Dr. Wahyudi M. Praptopo, SIP, M.Si pembimbing 1 dan Kepala Program Studi FIKOM UPDM (B), terima kasih atas arahan, masukan berarti tentang teori analisis Semiotika yang sebernarnya, serta waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Nasrullah Kusadjibrata, S.Sos, M.Si Kepala Jurusan Jurnalistik Fikom UPDM(B) Terima kasih untuk segala kesempatan, motivasi dan pembelajaran yang diberikan kepada penulis.

6. Ibu Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom pembimbing 2, terima kasih atas arahan, memberikan masukan teknis tentang penulisan skripsi, sehingga isi skripsi tampak rapi dan sempurna.

7. Bapak Yos Horta Meliala, S.Sos, M.Si dan Bapak Novalia Agung W. Ardhoyo, M.Ikom dosen penguji, yang berkenan menguji dan memberikan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen FIKOM UPDM (B) yang banyak memberikan Penulis Ilmu dan Pengetahuan yang begitu banyak.

(4)

iii

9. Keluarga besar PT Tempo Inti Media Tbk, terutama Kak Kendra Paramita, Ilustrator Cover Majalah yang penulis teliti untuk semua waktu, keramahan dan diskusi tentang Cover yang penulis teliti tentunya sangat menambah pengetahuan penulis.

10. Teman-teman di WKM Telefikom Fotografi keluarga kedua penulis yang telah mengajarkan penulis lebih dari sekedar Fotografi, kerja keras dan kebersamaan, terima kasih untuk segala tawa ditengah tangis dan semuapengalaman berharga yang diberikan pada penulis.

Jakarta, 21 Februari 2019 Penulis

(5)

iv

DAFTAR ISI

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ... TANDA PENGESAHAN SKRIPSI ... SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 12 1.3 Pertanyaan Penelitian ... 12 1.4 Tujuan Penelitian ... 12 1.5 Signifikansi Penelitian ... 13 1.5.1 Signifikansi Teoritis ... 13 1.5.2 Signifikansi Praktis ... 13

BAB II. PENELITIAN SEJENIS & KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 KajianPustaka-Penelitian Sejenis ... 14

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori ... 21

2.2.1 Komunikasi sebagai Proses Penyampaian Tanda dan Makna 21

2.2.2 Media Massa ... 23

2.2.3 Komunikasi Verbal dan Non Verbal ... 26

2.2.4 Jurnalistik ... 27

(6)

v

2.2.6 Cover (Sampul Majalah ... 31

2.2.7 Gambar ... 32

2.2.8 Semiotika Komunikasi ... 34

2.2.9 Teori Semiotika Charles Sanders Pierce ... 38

2.2.10 Komunikasi Politik ... 42

2.3 Bagan Alur Pikir ... 44

BAB III. METOOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian ... 45 3.2 Pendekatan Penelitian ... 49 3.3 Jenis/Format Penelitian ... 50 3.4 Metode Penelitian ... 52 3.4.1 Berdasarkan Ground/Sign ... 54 3.4.2 Berdasarkan Object ... 54 3.4.3 Berdasarkan Interpretant ... 54

3.5 Objek dan Subjek Penelitian ... 56

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.7 Teknik Keabsahan Data ... 58

3.8 Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 61

4.1.1 Visi dan Misi majalah Tempo ... 62

4.2 Deskripsi Deskripsi Subjek Penelitian ... 66

4.3 Hasil Penelitian (Deskripsi Cover Majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018) ... 67

4.3.1 Profil Cover ... 70

4.3.2. Signifikansi ... 72

(7)

vi

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 101 5.2. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

vii

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

ABSTRAK

Nama : Putri Qalby NIM : 2013-41-386 Konsentrasi : Jurnalistik

Judul Skripsi : Analisis Semiotika Cover Majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT

Bab/Halaman : 5 bab / 105 halaman Bibliografi : 24 Buku.

Pembimbing : 1. Dr.Wahyudi M. Praptopo, S.IP, M.Si 2. Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom

Adanya komunikasi visual pada cover majalah Tempo dalam setiap edisinya. Masing-masing memiliki arti tentang pemaknaan suatu keadaan yang tidak semua pembaca mengetahui arti sesungguhnya dibalik cover majalah tersebut. Ilustrasi yang dimuat dalam majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 dengan headline COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT, dalam cover tersebut terdapat ilustrasi dua sosok figur penting yang kini tengah menjadi kompetitor dalam Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019 mendatang yaitu kedua kandidat Cawapres (Calon Wakil Presiden) yang baru dideklarasikan. Majalah Tempo merupakan majalah yang selalu menampilkan cover gambar berupa foto atau ilustrasi jurnalistik yang kontroversi dan sensasional.

Untuk mencari makna tanda pada cover majalah Tempo edisi ini, penulis menganalisa menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce, dengan melihat tanda-tanda yang terdapat pada cover tersebut, analisis akan menggunakan tiga elemen yang ada pada Teori Pierce, yaitu sign/ground, object dan interpretant. Penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif, data yang terkumpul nantinya akan bersifat subjektif. Pada cover majalah ini terdapat ilustrasi dua orang pria dengan menggunakan pakaian beladiri, yang mana keduanya sama-sama saling berhadapan menunjukan jurus andalan masing-masing dan terlihat latar belakang pada cover tersebut berwarna biru terang dengan corak sinar disisi atasnya.

Cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 ini merupakan terbitan edisi

khusus majalah Tempo, yang tengah membahas pemberitaan aktual dan pembertitaan tersebut sedang menjadi perbincangan masyarakat Indonesia menjelang masa kampanye Capres-Cawapres dan Pilpres 2019 mendatang. Ilustrasi kedua sosok tersebut digambarkan sebagai KH Ma’ruf Amin dan Sandiaga Salahuddin Uno yang dideklarasikan untuk dapat menemani sang Inkumben masing-masing dalam perebutan suara masyarakat pada pesta demokrasi mendatang.

(9)

viii

Mengenai analisis sebuah ilustrasi atau gambar cover pada majalah ilmu semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, dengan adanya pemahaman makna begitu juga arti tanda pada sebuah gambar, melalui ilmu semiotika diharapkan kita mampu untuk melihat suatu keadaan atau kondisi sebenarnya dari komunikasi visual yang disajikan oleh media sebagai alat penyedia pemberitaan, dalam hal ini media cetak (majalah).

(10)

ix

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI ABSTRACT

Name : Putri Qalby

Concentration : Journalistic

Title : Semiotic Analysis of Tempo Magazine Cover August 13th-19th 2018 Edition COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA,

KHIANAT

Chapter/Page : 5 Chapters / 105 Pages Bibliography : 24 Books

Lectures : 1. Dr.Wahyudi M. Praptopo, S.IP, M.Si

2. Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom

There is a vital role of existence of visual communication on Tempo Magazine cover. Each part has an important meaning regarding of a circumstance or situation that there are not many readers can understand behind what the cover of the magazine is all about. There is one interesting magazine cover highlighted which is TEMPO MAGAZINE august 13th-19th edition with headline COPRAS-CAPRES

2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT. There is an illustration of two important

figures in it who are currently the vice president candidates that have just been declared for this year’s election. Tempo Magazine is a Magazine that always highlights and shows cover of photos and journalistic illustation that is full of controversy and sensional as well.

To search for the meaning in Tempo magazine cover on this edition, writer analyzes the research using semiotika charles sanders pierce analysis. Within this analysis writers sees signs that are contained in the cover and writers uses three existing elements on Pierce theory for the relevance. The theories are sign/ground, object dan interpretant. For this research, writers collected data with qualitative research from writer’s subjectively point of view. In this magazine there is an illustration of two men silat and karate wearing suits, where both of them are looking each other unleashing their signature power and all seen on within the cover added with generous and exoctic blue coloue. Within the cover it also added a headline with theme of ADU SILAT, CINTA, KHIANAT which looks as if there is a competition of them and showing their powers in it.

Tempo Magazine cover August 13th and 19th 2018 edition is a special edition version that discusses about actual news that are occuring at the moment and been on spotlight especially for indonesian people for 2019’s election later. Illustration of two figures pictured as KH Ma’ruf Amin and Sandiaga Salahuddin

Uno and it’s declared this illustration was made to accompany the competition of the

(11)

x

Regarding of analyis of semiotika in magazine’s cover it’s an education that teaches about signs within a perception of a meaning on certain picture trough semiotika. And with this perception or semiotika concept, we are expected to be able to see a real condition of visual communication that is presented by media, and by this case magazine.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Empat hari setelah pendeklarasian Calon Wakil Presiden (Cawapres) dan setelah hari terakhir pendaftaran Calon Presiden (Capres) serta Wakilnya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), majalah Tempo menerbitkan edisi Khususnya pada 13 Agustus 2018 dengan pemberitaan utama yang masih aktual dan masih hangat diperbincangan masyarakat Indonesia, terlebih lagi sedang ramai di jejaring sosial. Yang umumnya masyarakat Indonesia ketahui bahwa kedua kandidat kuat yang akan mencalonkan diri, yaitu Joko Widodo yang masih menjabat sebagai Presiden RI untuk memaksimalkan kinerja dengan memperpanjang masa jabatannya, dan Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dan bertekad untuk menjadi pemimpin Negara, akhirnya mereka saling berhadapan untuk memenangkan Pilpres 2019 mendatang, dengan menggandeng pasangan masing-masing yang mana merupakan kedua sosok yang tak terduga dan atas keputusan terpilihnya masing-masing kandidat yang menjadi kejutan bagi masyarakat Indonesia, dan kini keduanya akan menemani para Inkumben untuk meyakinkan seluruh masyarakat Indnesia dengan mengalisa rekam jejak masing-masing-masing Cawapres bagi masa depan Bangsa Indonesia yang lebih baik.

(13)

2 Pada edisi khususnya majalah Tempo menampilkan kedua sosok Cawapres dari pasangan Jokowi dan Prabowo tersebut, yaitu KH Ma‟ruf Amin yang merupakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan sosok yang Ulama yang di hormati dan dianggap menjadi pilihan terbaik Jokowi ditengah kurangnya rasa percaya masyarakat Muslim Indonesia padanya dalam kasus penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Gubernur DKI Jakarta kala itu. Dan dihadapan Ma‟ruf terdapat ilustrasi sosok Sandiaga Salahuddin Uno yang baru saja melepaskan masa jabatannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta yang belum genap satu tahun tersebut, bagi Prabowo sosok Sandiaga sangat berkompeten dalam mendampinginya menyusun strategi ekonomi dan bisnis demi perubahan perekonomian bangsa yang lebih baik, Sandi merupakan sosok pengusaha muda berbakat dan mampu berkomitmen dalam usaha pembangunan.

Pada penerbitan edisi khusus majalah Tempo 13-19 Austus 2018 dengan

Headline COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT, ilustrasi Ma‟ruf

Amin dan Sandiaga Salahuddin Uno digambarkan saling berhadapan dan keduanya memperlihatkan jurus masing-masing yang mana Ma‟ruf terlihat mengenakan pakaian beladiri silat dan Sandiaga memakai pakaian beladiri Karate. Adanya pesan pada komunikasi visual dari gambar pada cover majalah Tempo yang memiliki arti tentang pemaknaan suatu keadaan yang tidak semua pembaca mengetahui arti sesungguhnya dibalik cover majalah tersebut, hal ini yang kemudian mendorong penulis ingin

(14)

3 menganalisa tentang makna sesungguhnya yang terkandung dalam cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018.

Tempo merupakan majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliput

berita dan politik. Diterbitkan oleh PT. Tempo Inti Media tbk. Dengan mengedepankan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan dengan prosa menarik dan jenaka. Majalah Tempo merupakan salah satu surat kabar yang menyajikan foto berita pelengkap dari pada naskah beritanya, sehingga majalah ini dapat diterima baik oleh masyarakat. Majalah Tempo merupakan majalah yang selalu menampilkan cover gambar berupa foto atau ilustrasi jurnalistik yang kontroversi dan sensasional.

Majalah Tempo sebagai media yang memfokuskan pada berita politik, dalam menampilkan etalasenya sering menggunakan simbol-simbol dalam ilustrasi sampul majalahnya. Karena tema yang diangkat sebagai cover story biasanya cukup kompleks, dan tidak bisa diwakili figur seseorang atau sebuah foto peristiwa. Lebih banyak menampilkan ilustrasi secara simbolik pada era setelah reformasi dan penggunaan simbolnya relatif lebih berani sehingga sering menimbulkan kontroversi yang menghebohkan, dan dianggap nakal.

Gambar pada cover majalah Tempo masing-masing memiliki arti tentang pemaknaan suatu realita dan dalam hal ini tidak semua masyarakat mengetahui makna yang sesungguhnya terkandung pada cover majalah Tempo yang di terbitkan.

(15)

4 Mengingat majalah ini memiliki target pembaca yang sehari-harinya merupakan pekerja yang sibuk, tetapi tetap membutuhkan berita serta informasi secara cepat dan aktual. Selain itu target pembaca majalah Tempo ini yang pendapatannya menengah keatas. Berita yang dimuat dianggap sebagai realitas bagi pembaca, karena itu mereka akan terpengaruh tanpa mereka sadari setelah membaca majalah ini.

Adanya komunikasi dalam gambar pada cover majalah Tempo yang masing-masing memiliki arti tentang pemaknaan suatu keadaan yang tidak semua pembaca mengetahui arti sesungguhnya dibalik cover majalah tersebut, hal ini yang kemudian mendorong penulis ingin menganalisa tentang makna sesungguhnya yang terkandung dalam cover majalah Tempo. Peneliti ingin melakukan penelitian gambar berupa ilustrasi yang dimuat dalam majalah TEMPO pada edisi 13-19 Agustus 2018 dengan judul COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT. Karena dalam cover tersebut terdapat ilustrasi dua sosok figur penting yang kini tengah menjadi kompetitor dalam Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019 mendatang yaitu kedua kandidat Cawapres (Calon Wakil Presiden) yang baru dideklarasikan. Seperti yang masyarakat Indonesia pada umumnya tahu bahwa terdapat dua kandidat kuat Calon Presiden (Capres) 2019 mendatang yaitu, Joko Widodo yang kini masih menjabat sebagai Presiden RI sejak 2014 silam dan lawannya yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra yaitu Prabowo Subianto.

Kejutan terjadi menjelang hari terakhir pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang akan bertarung pada 2019. Presiden Joko

(16)

5 Widodo memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma‟ruf Amin pada kamis sore, 9 Agustus 2018. Ma‟ruf menggeser Mahfud Md., yang sudah bersiap-siap mendampingi sang Inkumben. Malam harinya giliran Prabowo Subianto mendeklarasikan diri berpasangan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno. Sandiaga memilih mundur dari posisi Wakil Gubernurnya yang belum genap satu tahun dari masa jabatan. Tentunya hal ini menjadi perbincangan masyarakat Indonesia dan tak sedikit pula dibicarakan oleh masyarakat internasional terutama pada media online di sosial media misalnya, malam itu pemberitaan tersebut tersebar luas di media dan sempat menjadi tanding topik twitter selama sepekan setelah pendeklarasian calon wakil presiden terdaftar di KPU. Ilustrasi kedua sosok Cawapres ini lah yang menarik karena tengah menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia dan membuat

cover Majalah Tempo edisi 13-19 Austus tersebut terlihat kontroversi namun

menggelitik. Empat hari setelah pendeklarasian Cawapres, majalah Tempo dengan edisi barunya meluncurkan pemberitaan terkait hal tersebut, sebagian besar masyarakat Indonesia tahu bahwa majalah Tempo selalu memberi kejutan disetiap peluncuran edisinya, terutama masyarakat akan dibuat terkejut pada covernya, entah karena unik, menarik, penuh makna dan membuat orang harus berpikir untuk berasumsi dalam menerjemahkan makna sendiri pada cover yang biasanya berisikan ilustrasi, foto ataupun desain yang juga diberi tajuk seperti sajak berupa sindiran, quote, jokes, dan lain sebagainya. Cover Majalah Tempo sering dinilai kontroversi bagi masyarakat, pemerintahan, dan pastinya orang-orang yang terkait dalam pemberitaan didalamnya.

(17)

6

Cover Majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 yang bertajuk

COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT dengan ilustrasi Ma‟ruf Amin dan Sandiaga Salahuddin Uno yang digambarkan sedang memperlihatkan jurus masing-masing yang mana Ma‟ruf terlihat mengenakan pakaian beladiri asal Banten berwarna merah lengkap dengan sabuk hijau, memasang kuda-kuda dan menggigit sebilah golok yang merupakan simbol alat perkakas budaya tersebut, sementara dihadapannya digambarkan sosok Sandiaga mengenakan pakaian Karate berwarna putih Khas Negeri Sakura Jepang terlihat memasang kuda-kuda dengan satu kaki diatas sebuah kardus yang terbalik atau biasa disebut jurus bangau. Dalam pendeskripsian isi dari cover tersebut penulis berasumsi bahwa pemberitaan majalah Tempo dalam edisi ini menceritakan dua kandidat Calon Wakil Presiden 2019 sedang bertarung memperlihatkan kekuatan masing-masing diri dan kubunya dalam bersaing pada Pemilihan Umum 2019 mendatang. Akan tetapi meneliti cover yang dinilai kontroversial ini, penilis tertarik untuk mencari tahu dan mengulas lebih dalam makna dari gambar yang diilustrasikan, simbol, dan tanda-tanda yang terdapat pada cover tersebut yang mana pemberitaan tersebut kini sedang hangat diperbincangkan.

Dalam hal ini komunikasi massa juga memiliki keterlibatan. Sebagaimana komunikasi massa merupakan alat untuk menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media massa sebagai alat penyalurnya (elektronik maupun cetak). Dari pengertian diatas

(18)

7 dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan suatu cara penyampaian pesan melalui media massa.

William J.Seller (1998:20) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti. Dalam Ilmu komunikasi. simbol – simbol tersebut yang mengandung informasi disampaikan melalui Media, salah satunya adalah media massa.

Media massa merupakan saluran atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Komunikasi massa sendiri adalah proses penyampaian pesan yang diarahkan kepada banyak orang dalam waktu yang bersamaan, maka dari itu media massa harus berhubungan langsung dengan masyarakat luas contohnya Radio, Televisi, dan Surat Kabar.

Setiap media massa memiliki tata caranya sendiri dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Tata cara ini juga mempengaruhi sudut pandang media massa tersebut dalam menyajikan berita dalam suatu peristiwa. Pemilihan kata, narasumber, dan foto ataupun gambar sebagai penguat dalam berita tersebut menunjukan apakah media massa tersebut sepakat atau tidak sepakat mengenai suatu peristiwa.

Media cetak sebagai agen sosialisasi masyarakat (Kamanto, 2000:28). Media cetak mempunyai pengaruh yang besar dalam memengaruhi dan membentuk opini masyarakat akan suatu pemberitaan. Dalam perkembangannya belakangan ini media massa semakin memegang peran penting dalam kehidupan politik. Disini media massa tidak hanya berperan sebagai sumber informasi tetapi media media massa juga berperan sebagai aktor pendukung terjadinya perubahan politik.

(19)

8 Isi media pada hakekatnya adalah hasil konstruksi realita dengan bahasa sebagai perangkatnya, sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat mempresentasikan realita, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan realitas yang dikonstruksikan (Sobur, 2002:88).

Salah satu media cetak selain surat kabar atau koran adalah majalah. Seiring dengan perkembangannya, majalah menjadi lebih bervariatif. Banyaknya majalah yang bermunculan membuat persaingan semakin kompetitif di bidang media cetak. Majalah pada saat ini merupakan sebuah industri yang menuntut para pelaku-pelaku media lebih kreatif dalam menyajikan isi, gaya bahasa, dan format sebuah majalah dengan selera konsumen. Majalah adalah penerbitan pers berkala yang menggunakan kertas sampul (cover). Membuat bermacam-macam tulisan yang disertai ilustrasi maupoun foto-foto (Junaedhi, 1991:154).

Majalah pada praktiknya, menyampaikan pesan-pesan melalui tulisan, lisan maupun gambar atau model tiga dimensi. Bahasa gambar pada majalah lebih sering digunakan karena bahasa gambar jauh lebih komunikatif bila dibandingkan dengan bahasa tulisan, dan C. Leslie Martin (1968) mengatakan “one picture is better than a

(20)

9 Dalam hal ini sebuah tanda bisa mewakili bahasa lisan dan tulisan dalam kaitan menjelaskan keberadaan suatu objek. Gambar memiliki kemampuan memaparkan lebih rinci dan membatasi rentang interpretasi.

Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, bentuk, warna, dan komposisi. Dalam hal ini gambar dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi nonverbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud lisan atau tulisan. Sebuah gambar adalah suatu bentuk goresan yang sangat jelas dari benda nyata, ide atau rencana yang diusulkan untuk pembuatan atau konstruksi selanjutnya. Gambar mungkin berbentuk banyak, tetapi metode membuat gambar yang sangat jelas adalah sebuah bentuk alami dasar dari komunikasi ide-ide yang umum. Gambar yang sangat jelas telah berkembang melalui dua jalur yang berbeda, menurut tujuannya gambar dibedakan menjadi artistik dan teknik. Sejak awal permulaan, telah banyak yang mempergunakan gambar-gambar untuk menyatakan keindahan. (Tinarbuko, 2008:7)

Gambar memiliki makna tersendiri yang mengandung permasalahan yang tengah terjadi dan berkembang dalam masyarakat. Gambar dapat mengandung hal-hal yang menyangkut isu politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Selain menggambarkan berita secara tersirat, gambar di media massa juga menggambarkan makna. Penggambaran yang terdapat pada sebuah media akan menimbulkan rasa ketertarikan khalayak untuk mengetahui lebih jauh pesan dan makna pada gambar tersebut. Bagaimana media cetak menampilkan sebuah gambar, ilustrasi, simbol, dan

(21)

10 tanda dalam mengangkat permasalahan sosial, politik, dan opini, sebagai konstruksi yang ada sehingga masuknya ilustrasi ke dalam cerminan situasi sosial, politik, dan opini yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan sebuah pilihan dalam media. Setiap media massa memiliki tata caranya sendiri dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Tata cara ini juga mempengaruhi sudut pandang media massa tersebut dalam menyajikan berita dalam suatu peristiwa. Pemilihan kata dan narasumber juga pemilihan gambar sebagai penguat dalam berita tersebut menunjukan apakah media massa tersebut sepakat atau tidak sepakat mengenai suatu peristiwa. Sebuah majalah mempunyai beberapa inti. Selain isi yang menjadi pokoknya, cover juga mempunyai peranan penting. Cover sebuah majalah bisa menjadi penarik minat bagi pembaca. Dalam sebuah

cover biasanya terdapat gambar yang mewakili isi majalah.

Cover dibuat untuk membantu calon konsumen dalam hal pemahaman pesan

yang ingin disampaikan oleh media cetak tentang isi pemberitaan didalamnya. Melalui gambar cover seorang penulis berita tersebut dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya sebagai satu kesatuan dari karya sastra yang dihasilkan, selain itu ada misi tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak umum tentang makna pada cover tersebut. Gambar secara visual pada cover mampu mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan, hanya dari sebuah gambar calon konsumen sudah dapat memberi persepsi dan memaknai pemberitaan tersebut.

Ilustrasi gambar pada sebuah cover merupakan komunikasi visual sebagai suatu sistem kebutuhan manusia dibidang informasi visual. Pada saat ini ilustrasi gambar

(22)

11 banyak mengalami perkembangan pesat. Hampir segala sektor kegiatan, lambang-lambang atau simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem bentuk tanda,

corporate identity (identitas perusahaan) sampai berbagai display produk dipusat

pertokoan dengan aneka daya tarik.

Dalam pembuatan sebuah majalah, kedudukan cover (sampul depan majalah) cukup penting untuk menarik perhatian khalayak. Gagasan menampilkan tokoh yang realistis, diharapkan membentuk suasana emosional, oleh karena itu gambar lebih mudah dimengerti dibandingkan tulisan. Selain itu peran gambar dalam cover sangat besar pengaruhnya karena lebih mudah diingat dibanding dengan kata-kata, dan paling cepat dimengerti maksudnya, karena terkait maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal oleh pembaca.

Peneliti melihat bahwa gambar ilustrasi memiliki kekuatan yang cukup hebat dalam memberi pengaruh secara kognitif, afektif bahkan konatif terhadap publik. Padahal gambar ilusytrasi hanya merupakan coretan-coretan pada kertas atau semacamnya. Nyatanya simbol-simbol yang digunakan pada gambar lebih mudah dicerna oleh khalayak. Gambar secara visual dapat menarik emosi pembacadan dapat membantu seseorang untuk menganalisa, merencanakan juga memutuskan suatu problema dengan mengimajinasikan pada kejadian yang sebenarnya. Agar gambar sebuah ilustrasi daapat dimaknai secara tepat maka simbol dan tanda-tanda yang tampil dalam gambar hendaknya mudah dimengerti oleh khalayak, sebagaimana simbol yang dipilih harus memiliki makna yang sama atau setidaknya mendekati antara komunikator

(23)

12 ke komunikan. Perbedaan persepsi mengenai tanda atau simbol antar keduanya merupakan suatu hambatan komunikasi. Maka dalam penelitian ini peneliti ingin menguak makna dalam gambar pada cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimulai dari suatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya suatu masalah. Jadi penelitian ini terjadi karena didasari ingin ditemukan jawaban-jawaban atas suatu masalah yang telah ditentukan. Pada penelitian ini fokus masalah dibatasi hanya pada pencarian makna dan nilai yang terkandung dan ingin disampaikan kepada khalayak pada cover majalah

Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA,

KHIANAT. Kajian penelitian ini hanya mengungkap makna tanda pada objek penelitian dengan menggunakan analisis semiotika.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana makna tanda yang tersirat pada cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 COPRAS- CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT?

1.4 Tujuan Penelitian

(24)

13 Untuk mengetahui makna tanda yang tersirat pada cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018 COPRAS-CAPRES 2019 ADU SILAT, CINTA, KHIANAT.

1.5 Signifikansi Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki suatu kegunaan yang di kemudian hari dapat diambil manfaatnya, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.5.1 Signifikansi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Komunikasi Khususnya yang berkaitan dengan bidanng jurnalistik.

1.5.2 Signifikansi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah acuan dalam memecahkan masalah pemaknaan dan simbol-simbol yang terdapat pada cover majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2018. Menjadikan khalayak aktif dalam menanggapi sebuah pesan. Dan memberikan bahan kepada peneliti-peneliti lainnya yang menggunakan analisis semiotika dalam penelitiannya.

(25)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA-PENELITIAN SEJENIS

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Kajian pustaka dalam penelitian berguna untuk bahan perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sebelumnya. Sehingga penelitian yang akan dilakukan dapat lebih baik dari penelitian sebelumnya, dalam hal ini peneliti menggunakan dua referensi penelitian terdahulu dalam kajian cover majalah yang relevan dengan penelitian-penelitian bertemakan semiotika cover majalah Tempo. Beberapa penelitian terdahulu dibahas dengan maksud memperlihatkan perbedaan antara penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.

 C. Gemananda MNP (2009) dari Univ. Prof.Dr.Moestopo (Beragama) yang

mengambil judul studi semiotika tentang pemaknaan ilustrasi cover majalah

Tempo edisi 7-13 oktober 2013. Latar belakang masalah yang dibuat oleh penulis

ialah mencari makna-makna yang menyangkut simbolisasi dari gambar pada

cover majalah Tempo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan

ilustrasi dan konstruksi ilustrasi cover majalah Tempo edisi 7-13 oktober 2013. Dengan menggunakan metode kualitatif yang menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, untuk membahas lebih jauh mengenai kandungan makna

(26)

15 denotasi, konotasi, dan mitos pada cover majalah Tempo tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah cover menggambarkan sosok Ali Mochtar yang merupakan hakim Mahkamah Konstitusi dimana dalam cover tersebut ia menggunakan jubah hakim beserta atribut untuk melaksanakan persidangan, dan digambarkan sebuah palu beserta barcode. Dimana cover tersebut menggambarkan bagaimana kasus korupsi masih terjadi di dalam dunia peradilan di Indonesia. Sesosok hakim Akil Mochtar yang seharusnya merupakan sosok pengadil yang menjadi kepanjangan tangan tuhan dalam melakukan suatu keputusan, tetapi pada penelitian ini terlihat hakim yang berusaha untuk mencari keuntungan dari kekuasaan yang dimilikinya. Simbol-simbol yang ada di dalam

cover tersebut timbulah mitos bahwa alat untuk menggambarkan penyalahgunaan wewenang oleh seorang hakim untuk melakukan kegiatan korupsi dengan cara melakukan praktik jual-beli putusan.

 Erlangga Yudha Pratama (2009) dari Univ. Prof.Dr.Moestopo (Beragama) yang mengambil judul studi semiotika tentang pemaknaan ilustrasi cover majalah

Tempo edisi 29 September-5 Oktober 2014. Latar belakang masalah yang dibuat

oleh penulis ialah mencari makna-makna yang menyangkut simbolisasi dari gambar pada cover majalah Tempo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan ilustrasi dan konstruksi ilustrasi cover majalah Tempo edisi 29 September-5 Oktober 2014. Dengan menggunakan metode kualitatif yang

(27)

16 menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce, untuk membahas tanda dari makna dengan analisa menggunakan logika dan alamiah terhadap objek penelitian, penelitian ini mengupas makna tanda menggunakan segitiga makna Pierce yaitu, Sign, Object, dan Interpretant yang ada pada cover majalah Tempo edisi 29 September-5 Oktober 2014 dengan judul “PILK_D_TID_K L_NGSUNG”. Bahwa makna tanda yang ada pada setiap komponen objek pada

cover yang diteliti tengah menggambarkan terjadi kekacauan suasana didalam

dunia politik karena pro dan kontra dalam pilkada tidak langsung, banyak sebagian masyarakat setuju pilkada tidak langsung karena lebih percayakepada DPR untuk memilih pemimpin, sedangkan sebagian masyarakat tidak setuju karena suara dan aspirasi masyarakat tidak tersampaikansecara langsung. Dengan mengidekan layaknya game over atau gagal dalam menyelesaikan permainan tersebut oleh sebab itu sang editor ingin menyampaikan dengan mengidekan

game hangman tersebut bahwa apabila dalam mengambil keputusan terjadi

kesalahan maka akan terjadi juga kegagalan dalam dunia politik.

Dan selanjutnya ini merupakan salah satu jurnal ilmiah yang peneliti jadikan salah satu sumber referensi yaitu, penelitian Retno Dyah Kusumastuti Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dengan judul skripsi analisis semiotika pada cover majalah Tempo edisi tanggal 23 februari-1 maret 2015, yang menggunakan metode semiotika Roland Barthes dan realitas sosial. Hasil penelitiannya menguak makna yang terkandung didalamnya adalah

(28)

17 mewakili dari perjalanan panjang tentang pencalonan kepala kapolri baru yang akan menggantikan Sutarman. Yang mana dalam pencalonan ini ada Budi Gunawan yang langsung disahkan untuk menjadi kepala kapolri, namun didetik-detik pelantikannya presiden malah menggantinya dengan Badrodin Haiti. Yang kala itu juga menjadi salah satu kandidat tidak terpilih. Hal ini dilakukan karena presiden ingin merekan segala persoalan yang terjadi antara polri dan KPK.

Tabel 2.1

Review Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian 3

Nama C. Gemananda MNP 2009-41-342 Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Erlangga Yudha Pratama 2019-41-441 Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) Putri Qalby 2013-41-386 Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama)

Judul penelitian Analisa Semiotika Ilustrasi Cover Majalah

Tempo “Wani Piro”

Edisi 7-13 Oktober 2013.

Analisis Semiotika

Cover Majalah Tempo

edisi 29 September-5 Oktober 2014

“PILK_D_TID_K L_NGSUNG”

Analisis Semiotika

Cover Majalah Tempo

edisi 13-19 Agustus 2018

COPRAS-CAPRES ADU SILAT, CINTA,

(29)

18 KHIANAT.

Teori Analisis Semiotika

Roland Barthes

Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce

Paradigma Paradigma Konstruktivisme Paradigma Konstruktivisme Paradigma Konstruktivisme

Metodelogi Metode penelitian kualitatif deskriptif

Metode penelitian kualitatif deskriptif

Metode penelitian kualitatif deskriptif

Kesimpulan Peneliti dapat mencari makna-makna yang terdapat dalam cover majalah tempo “wani piro” dimana cover tersebut

menggambarkan sosok akil mochtar yang sedang menggunakan jubah hakim beserta atribut untuk

melaksanakan persidangan. Dan digambarkan sebuah

Makna pesan yang terdapat pada cover majalah ini yaitu, ingin memberi tahukan kepada masyarakat atau khalayak bahwa sedang terjadi kekacauan didalam dunia politik karena pro dan kontra dalam pilkada tidak langsung, banyak sebagian masyarakat setuju pilkada tidak langsung karena lebih

Ilustrasi yang digambarkan pada

cover merupakan kedua

sosok Cawapres yang baru saja dideklarasikan dan mendaftarkan diri ke KPU bersama pasangan Capresnya masing-masing. KH Ma‟ruf Amin dan Sandiaga Salahuddin Uno keduanya

digambarkan memakai pakaian beladiri

(30)

19 palu beserta barcode

bahwa kasus korupsi masih terjadi di dalam dunia peradilan di Indonesia. Sesosok hakim akil mochtar yang seharusnya merupakan sosok pengadil yang menjadi kepanjangan tangan tuhan dalam melakukan suatu keputusan, tetapi pada penelitian ini terlihat hakim yang berusaha untuk mencari keuntungan dari kekuasaan yang dimilikinya. percayakepada DPR untuk memilih pemimpin, sedangkan sebagian masyarakat tidak setuju karena suara dan aspirasi masyarakat tidak tersampaikansecara langsung. Dengan mengidekan layaknya

game over atau gagal

dalam menyelesaikan permainan tersebut oleh sebab itu sang editor ingin menyampaikan dengan mengidekan

game hangman tersebut

bahwa apabila dalam mengambil keputusan terjadi kesalahan maka akan terjadi juga

favoritenya

masing-masing, saling berhadapan dengan memperlihatkan jurus andalan. Ma‟ruf sebagai Ulama yang dihormati dan Sandiaga yang merupakan Pengusaha dan pembisnis muda yang suksses,

diinterpretasikan keduanya saling unjuk kemampuan jenjang karir dan politiknya masing-masing untuk memenagkan perolehan suara terbanyak pada pesta demokrasi Pilpres 2019 mendatang. Adu Silat, Cinta, Khianat itu sendiri diinterpretasikan

(31)

20 kegagalan dalam dunia

politik.

sebagai berlomba-lomba daalam memberi yang terbaik dan umbar janji pada masa

kampanye menuju Pilpres.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian C. Gemananda MNP yaitu dengan teori nya, peneliti menggunakan teori Semiotika Charles Sanders Pierce sedangkan C. Gemananda MNP teori Semiotika Roland Barthes. Sedangkan Penelitian Erlangga Yudha Pratama meskipun memiliki kesamaan meneliti objek untuk mengungkap makna tanda menggunakan segitiga makna milik Pierce tapi objek yang diteliti serta cara menentukan kerangka berpikir dan menganalisa jelas berbeda. Peneliti dalam penelitian

cover majalah Tempo edisi 13-17 Agustus 2018 ini akan mengungkap lebih mendalam

pada Sign, Object dan Interpretant dengan mengupas bagian dari masing-masing tanda, objek dan penafsiran. Itulah hal yang membedakan penelitian ini dan penelitian terdahulu, meskipun sama-sama menggunakan analisis semiotika untuk mengungkap tanda dan simbol-simbol yang ada pada sebuah cover majalah Tempo di edisi yang berbeda.

(32)

21

2.2 Kerangka Konsep-Konsep Penelitian dan Teori

2.2.1 Komunikasi sebagai Proses Penyampaian Tanda dan Makna

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal dari kata lain yaitu Communication dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Onong Uchjana E 1984:9).

Dan juga istilah komunikasi juga berasal dari kata Communicatis dalam bahasa latin yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama.Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pesan yang berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dibenaknya dari komunikator pada komunikan melalui media tertentu dengan menimbulkan efek tertentu (Sasa Djuarsa S 1999:1,10).

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui suatu media yang akan menimbulkan suatu efek tertentu. Ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses pengoperan lambang-lambang komunikasi oleh masing-masing individu, dimana lambang-lambang-lambang-lambang tersebut penuh akan makna sehingga komunikator memiliki tujuan untuk menyamakan pengertian akan makna tersebut kepada komunikan.

Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai pembangkitan makna (The generation of meaning) seperti yang telah dipaparkan oleh John Fiske dalam bukunya Cultural and Communication Studies (2011: 8-9) yang menerangkan bahwa:

(33)

22 “Komunikasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni pertama memandang komunikasi sebagai proses dengan asumsi komunikasi adalah transfer pesan dari A ke B sehingga perhatian utama komunikasi ini diletakkan pada medium, saluran, transmitter, penerima, gangguan dan umpan balik. Yang kedua memandang komunikasi sebagai tanda dan makna dimana komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna”.

Sudut pandang yang pertama menggangap komunikasi sebagai suatu proses, maksud dari proses disni adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan adalah pemikiran seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya atau adanya seorang komunikator, pesan dan komunikan, media dan efek.

Sudut pandang yang kedua, menggangap komunikasi sebagai tanda dan makna. Pendapat ini melihat bahwa tanda-tanda dalam pesan adalah unsur terpenting. Untuk itu memahami keseluruhan isi pesan dianggap hal yang penting karena tanda-tanda dalam pesan mengandung makna-makna tertentu, baik yang mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang lebih luas dalam interaksinya kepada manusia.

Dari kedua pernyataan definisi komunikasi diatas dapat dikaitkan bahwa komunikasi dengan sudut pandang yang kedua, menekankan kekuatan makna dan simbol yang terdapat dalam suatu pesan sebagai kekuatan dari proses komunikasi.

(34)

23 Tanda merupakan representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti: nama (sebutan), peran, fungsi, tujuan, keinginan (Alex Sobur 2003:124).Tanda tersebut berada pada kebudayaan manusia yang penuh makna sebagai teraktualitas pada bahasa, agama, seni dan ilmu pengetahuan.

Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula dengan gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Disamping proses penyampaian tanda dalam komunikasi terdapat pula penyampaian makna. Komunikasi prinsipnya merupakan proses penafsiran atau pemberian makna terhadap pesan-pesan. Sebelum pesan tersebut disampaikan, komunikator menyeleksi pesan, apakah pesan tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan sesuai pesan yang dimaksud. Begitu pula, komunikan akan menafsirkan pesan yang akan disampaikan kepadanya.

2.2.2 Media Massa

Media massa mempunyai kekuatan dan merupakan suatu “alat kekuasaaan” yang efektif untuk menarik perhatian umum secara langsung, membujuk opini dan kepercayaan publik atau pun mempengaruhi perilaku, memberi status dan legitimasi, menjelaskan dan menyusun persepsi serta realitas sosial. Tak jarang juga dari pengaruh besarnya media massa, dimanfaatkan sebagai sarana politik. Dengan begitu, media menjadi peranan yang sangat berpengaruh dalam perjalnan sebauh negara dan kehidupan politik didalamnya. Karena media massa biasa menginformasikan kegiatan didalam pemerintahan kepada masyarakat.

(35)

24 Media massa kini menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan karena mampu menjadi pembentuk pemikiran pembacanya. Selain menjadi berpengaruh, media massa juga menjadi alat kontrol sosial bagi pemerintahan suatu Negara. Maka dari itu sebuah media massa dapat memvisualkan informasi berdasarkan fakta baik yang bersifat budaya, gaya hidup maupun kegiatan politik. Maka tak jarang bila media massa akan selalu menggabungkan antara informasi yang berbentuk teks dengan gambar, simbol atau foto.

Media massa menurut Denis Mc. Quail, dalam bukunya Teori Komunikasi Massa adalah sumber kekuatan control, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya berita (Marhaeni Fajar 2009:2226-229).

Pengertian media massa secara garis besar dibagi dalam dua kelompok, yakni media massa periodic (didalamnya ada media cetak dan elektronik). Cetak yang antara lain meliputi: surat kabar, majalah, bulletin, dan media elektronik mencakup media audio (suara seperti radio) dan media audio visual (suara dan gambar yaitu televisi dan film) serta media massa non periodik.

a) Karakterisitik Media Massa

Media massa cetak ataupun elektronik memiliki karakterisitik sebagai berikut :

1. Publisitas, berarti dapat disebarluaskan pada khlayak.

2. Universalitas, berarti isi pesannya bersifat umum dan universal, berarti dapat dibaca, didengar, atau dilihat oleh siapa saja.

(36)

25 3. Periodesitas, berarti berita yang disajikan kepada khalayak secara periodik atau tetap. Disajikan disini berarti diterbitkan maupun disiarkan.

4. Kontinuitas, berarti berita yang mengandung nilai berita itu tidak lagi dinilai fakta dan pendapat yang mengandung nilai berita itu tidak lagi dinilai penting atau menarik oleh sebagian besar khalayak.

5. Aktualitas, berarti isi pesan mengutamakan nilai kebaruan (JB. Wahyudi 1996:2).

b) Fungsi Media Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001:15), terdiri dari surveillance (pengawasan), interpretations (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of value (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan).

1. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan instrumental, adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki keguanaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretations (Penafsiran)

Dalam komunikasi massa media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian – kejadian penting.

(37)

26 Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tetang sesuatu.

4. Transmission Of Value (Penyebaran nilai)

Fungsi ini juga disebut fungsi sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai-nilai kelompok.

5. Entertainment (Hiburan)

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran.

2.2.3 Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan yang kita sadari termasuk dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara lisan. Suatu sistem kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas (Mulyana, 2005:260). Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual.

(38)

27 Pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu

setting komunikasi, yang dihasilkan individu dan penggunaan lingkungan

oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim dan penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari bahwa pesan-

pesan tersebut bermakna bagi orang lain (Mulyana, 2005:343). Meskipun secara teoritis komunikasi non verbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi ini saling jalin dalam komunikasi face to face sehari-hari.

2.2.4 Jurnalistik

Banyak analisa yang dapat dilakukan pada sebuah karya jurnalistik. Baik itu berupa tulisan atau teks maupun berupa gambar. Dalam hal ini, sebuah karya jurnalistik menggunakan kata-kata, gambar, foto, lambang dan sebagainya. Yang menjadi perhatian serta sulit untuk ditelaah. Karena sifatnya yang berdasarkan fakta, sehingga sering kali perusahaan media mengemasnya dengan sesuatu yang menarik namun tidak mengurangkan maksud dan arti dari fakta yang ada. Ilmu

(39)

28 komunikasi menjadikan produk jurnalistik sebagai bahan kajiannya. Seperti salah satunya adalah analisa semiotika. Semiotika merupakan ilmu yang mendalami tentang kajian tanda yang terkandung dalam pesan-pesan. Dalam kajiannya, semiotika tidak hanya mengkaji tentang pesan verbal tetapi non verval serta visual juga dikaji di dalamnya. Sehingga akan sangat menarik bila produk jurnalistik ditelaah dengan menggunakan analisa semiotika.

Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaf, 1983:9).

Djen Amar menjelaskan bahwa „jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengelola, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dan secepat-cepatnya‟ (Sumadiria 2011:3). Wolseley mengungkapkan hal lain, menyebutkan „jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemerosesan, dan penyebaran informasi umum,

(40)

29 pendapat pemerhati, hiburan secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran‟ (Sumadiria 2011:3). Murut MacDougall menyebabkan bahwa „journalism adalah kegiatan menghimpun berita, mencar fakta, dan melaporkan peristiwa‟ (Kusumaningrat 2007:15). Sehingga produk yang dihasilkan dari sebuah kegiatan jurnalistik juga beragam. Hampir semua media membuat pruduknya dengan menggunakan kegiatan jurnalistik. Karena setiap media haruslah berdasarkan fakta dan mengalami proses yang sama dengan proses jurnalistik.

Adinegoro menegaskan „jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya member pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Namun Astrid S. Susanto menyebutkan, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari (Sumadiria 2011:3).

Setelah memperhatikan dan ditelaah pendapat para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jurnalistik secara teknis adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dan secepatcepatnya. Dalam ilmu jurnalistik tidak hanya kata-kata yang berbicara banyak tapi sebuah gambar atau foto bisa berbicara banyak.

(41)

30

2.2.5 Majalah

Pada majalah seringkali menampilkan gambar cover yang menarik dan memiliki makna yang mewakili dari isi yang dibahas didalamnya. Tak heran jika sebuah majalah dapat menggugah pembacanya hanya dengan melihat gambar covernya saja.

Majalah dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah “Terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topic actual yang patut diketahui pembaca, dan menurut waktu penerbitannya, dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah bertita, wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan dan sebagainya.” Majalah mempunyai fungsi tidak hanya menyebarkan informasi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat tetapi juga memberikan hiburan, baik dalam bentuk tekstual maupun visual seperti gambar. Sebagai tambahan dalam hal ini majalah memiliki salah satu kelebihan yaitu segmented, dimana majalah memiliki target audience yang terbatas, berdasarkan demografis, psikografis, kegemaran, dan dapat menyimpan majalah tersebut maka selama itulah setiap informasi atau iklan yang diinginkan dapat dibaca berulang-ulang. Seiring dengan perkembangan jaman, maka majalah kini telah mengalami banyak kemajuan. Pada mulanya kehadiran majalah dalam bentuk cetakan

(42)

31 sederhana, dicetak diatas kertas dengan kualitas yang apa adanya. “Berbeda dengan media elektronik baik visual maupun audio yang hanya memberitakan sekali dan tidak dapat berulang-ulang”. (Ardianto dan Komala, 2005:43).

Majalah termasuk ke dalam media cetak, tetapi karakteristik yang ada pada majalah berbeda dengan surat kabar. Kesamaan karakteristik surat kabar dengan majalah yaitu memiliki ruang yang lebih leluasa, memiliki waktu untuk baca ulang relatif lebih lama, umpan balik relatif lebih lamban, kesegaran (immediately) relatif lebih lamban, kenyataan relatif kurang credible, dan ditentukan oleh jalur retribusi. Sedangkan kelebihan karakteristik majalah menurut Sam Abede Pareno yaitu setiap majalah punya fokus utama atau titik berat, cenderung pada feature, artikel, wawancara, lebih banyak foto (Pareno, 2005:34).

2.2.6 Cover (Sampul Majalah)

Disamping gambar, Cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik sendiri. Hal ini dikemukakan oleh ahli dan pengamat: „Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Cover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik tidaknya cover suatu majalah sangat tergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi atau keajegan majalah tersebut

(43)

32 dalam menampilkan ciri khasnya‟ (Ardianto dkk, 2007 :122). Hal utama yang langsung dituju dari pembaca majalah adalah cover, sehingga semakin menarik, maka akan semakin membuat orang penasaran untuk membaca isinya.

Dalam hal ini yang ditampilkan dalam cover, gambar berupa ilustrasi yang sedang hangat diberitakan. Namun dikemas secara menarik dan berbeda. Hal ini yang terkadang membuat sebuah cover bisa menjadi kontroversi karena makna yang terkandung di dalamnya. Tak heran bila sebuah surat kabar, majalah atau media massa lainya bisa di bredel karna

covernnya. Jadi bisa diartikan bahwa cover menjadi salah satu hal yang

sangat diperhitungkan serta memiliki perhatian khusus.

Cover adalah lapisan depan atau belakang dari suatu majalah yang

lazimnya memuat judul manjalah dan berisikan gambar yang menarik. Gambar sampul adalah gambar yang dimuat pada kulit muka suatu majalah, biasanya gambar mengenai laporan utama atau khas dari penerbitan (Assegaf, 1983:125). Cover adalah gambar yang dimuat pada kulit muka suatu majalah, biasanya gambar mengenai laporan utama atau khas dari penerbitan. Sebuah penerbit majalah dalam menarik minat baca masyarakat membuat sampul yang disajikan dengan gambar atau foto yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan sampul yang menarik. Foto atau gambar bagi sebuah majalah merupakan kekuatan

(44)

33 yang utama. Satu foto atau gambar bukan saja mengartikan seribu kata, melainkan juga merupakan komposisi warna-warni yang menyegarkan mata yang melihatnya. Sampul dibuat dengan maksud menarik perhatian khayalak sehingga dengan otomatis merangsang minat khayalak untuk membeli dan membaca keseluruhan isi majalah (Pareno, 2005:54). Menurut pernyataan diatas bahwa jurnalistik adalah kegiatan pers bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Jurnalistik terdiri dari jurnalistik media cetak dan elektronik. Jurnalistik media cetak terdiri dari majalah,surat kabar, akan tetapi jurnalistik media elektronik adalah radio dan televisi.

2.2.7 Gambar

Gambar merupakan salah satu wujud symbol atau bahasa visual yang didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, bentuk, warna, dan komposisi. Dalam hal ini gambar dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi nonverbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud lisan atau tulisan (Tinarbuko, 2008:7). Penggambaran yang terdapat pada sebuah media akan menimbulkan rasa ketertarikan khalayak untuk mengetahui lebih jauh pesan dan makna pada gambar tersebut. Bagaimana media cetak menampilkan sebuah gambar, ilustrasi, symbol, dan tanda dalam mengangkat permasalahan sosial, politik, dan opini, sebagai konstruksi yang ada sehingga masuknya ilustrasi ke dalam

(45)

34 cerminan situasi sosial, politik, dan opini yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan sebuah pilihan dalam media. Sebagai sarana komunikasi, gambar atau foto merupakan pesan non verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan, dan peran gambar atau foto dalam sampul sangat besar pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata-kata, dan paling cepat untuk pemahaman serta dimengerti maksudnya. “Namun pemilihan judul (teks) juga penting selain harus singkat, juga mudah dimengerti dan secara langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung di dalamnya”. (Pudjiastuti, 1999:29). Jadi Foto atau gambar adalah gambar diam baik berwarna maupun hitam-putih yang dihasilkan oleh kamera yang merekam suatu objek atau kejadian atau keadaan pada suatu waktu tertentu.

2.2.8 Semiotika Komunikasi

Semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda – tanda, pada dasarnya merupakan suatu studi atas kode – kode yakni sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas – entitas tertentu sebagai tanda – tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Wibowo, 2011:3). Semiotika adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan

(46)

35 bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (tosinify) dalam hal tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkostitusi system terkonstruksi dari tanda (Sobur, 2003:15).

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani,

semieon yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu

yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain (Wibowo, 2011:5).

Definisi semiotika menurut ahli :

 Charles Sander Pierce,

Teori Pierce seringkali disebut sebagai “Grand Theory” dalam semiotika. Hal ini disebabkan karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Proses “Semiosis” merupakan suatu proses yang memadukan entitas berupa represement dengan entitas lain yang disebut objek. Proses ini oleh Pierce disebut signifikasi. Pierce membedakan

(47)

tipe-36 tipe tanda menjadi ikon, index dan simbol yang didasarkan atas relasi diantara represment dan objeknya.

 Ferdinand De Saussure

Semiotika Ferdinand lebih terfokus pada semiotika linguistic. Saussure menggunakan pendekatan anti hiostoris yang melihat bahasa sebagai sebuah system yang utuh dan harmonis secara internal atau disebut juga dengan langue. Dia mengusulkan teori bahasa yang disebut strukturalisme untuk menggantikan pendeketan historis dari para pendahulunya. Ada lima pandangan Saussure yang terkenal mengenai semiotika, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda), form (bentuk) dan content (isi),

langue (bahasa) dan parole (tuturan / ujaran), synchronic

(sinkronik) dan diachronic serta syntagmatic dan associative atau

paradigmatic.  Umbert Eco

Menurut Eco, semiotika menaruh perhatian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara nyata ada disuatu tempat pada suatu waktu tertentu. Dengan demikian, semiotika

(48)

37 pada perinsipnya adalah suatu disiplin yang mempalajari apapun yang dapat digunakan untuk menyampaikan kebohongan dan tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebeneran.

 Roland Barthes

Merupakan ahli semiotika yang menggembangkan kajian yang sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks. Barthes melontarkan konsep tentang konotasi dan denotasi sebagai kunci dari analisisnya. Barthes menggunakan versi yang jauh lebih sederhana saat membahas model “glossematic sign” (tanda-tanda glossematic). Barthes mendifinisikan sebuah tanda (sign) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari (E) sebuah ekspresi atau signifier dalam hubungannya (R) dengan content (atau

signified) (C) : ERC sebuah system tanda yang lebih lengkap dan

memiliki makna yang berbeda ketimbang semula. Teori Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.

Semiotika mempunyai tiga bidang utama :

1. Tanda itu sendiri. Tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda tersebut menyampaikan maknanya dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia

(49)

38 yang menggunakannya. Dimana tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda. Cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya.

3. Kebudayaan tempat kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri (John Fiske, 2007:60).

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Charles Sanders Pierce dalam penelitian ini karena Pierce dalam konsepnya memiliki segitiga makna untuk menentukan dan mengungkap arti sesungguhnya yang diteliti dengan, Sign, Object dan

Interpretant.

2.2.9 Teori Semiotika Charles Sanders Pierce

Dalam perjalanan sebuah teori akan banyak ahli, ilmuan, dan filsuf yang mengkaji teori yang berkaitan dengan keilmuan yang ditelitinya. Dalam teori semiotika, banyak filsuf dan ahli yang mendefinisikan atau mengartikan berdasarkan pemikiran yang sudah didasari dari hasil penelitiannya. Salah satunya adalah Charles Sanders

(50)

39 Pierce yang sangat menjadi perhatian karena hasil teorinya tentang semiotika. Yang hingga saat ini masih menjadi acuan dalam banyak penelitian tentang teori semiotika. „Charles Sander Pierce adalah seorang filsuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensional, menurut Aart van Zoest. Sedangkan menurut Paul Cobley dan Litza Jansz, Pierce adalah seorang yang argumentative‟ (Sobur 2009:39). Pierce terkenal karena teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Pierce, sebagai mana dipaparkan Lechte, seringkali mengulang-ngulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang.

Menurut Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Simbol merupakan tanda yang dikonvensi, peraturan atau perjanjian yang disepakati bersama (Tinarbuko 2008: 16-17).

Bagi Pierce (Sobur 2009 : 41), tanda “is something which stands

to somebody for something in some resfect or capacity.” Sesuatu yang

(51)

40 Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan tradik, yakni ground, object, dan interpretant

Segitiga Semiotika Charles Sanders Pierce

Gambar 2.1

(Sumber : Model Segitiga Makna Pierce (Marcel Danesi, 2011))

Menurut Pierce, tanda dibentuk oleh hubungan segitiga yaitu Representamen yang oleh Pierce disebut juga tanda (sign) berhubungan dengan objek yang dirujuknya. Hubungan tersebut membuahkan interpretant. Tanda atau representamen adalah bagian tanda yang merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan kapasitas tertentu (Wibowo 2013: 169).

Sign/Ground (X)

Interpretant (X=Y) Object (Y)

Gambar

Ilustrasi yang  digambarkan pada  cover merupakan kedua
Gambar garis merah vertikal dan horizontal

Referensi

Dokumen terkait

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari

Trick effect (manipulasi foto) adalah tindakan memanipulasi foto, seperti menambah, mengurangi, atau mengubah obyek dalam foto sehingga menjadi gambar yang sama sekali lain

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dipaparkan, penulis mendapatkan gambaran mengenai kebijakan yang ada pada penerbitan Bisnis Indonesia Minggu

Hasil penelitian yang dilakukan dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Online Detik Travel Terhadap Minat Berwisata (Survey MahasiswaJurusan Pariwisata Universitas

Film The Love Of Siam sendiri merupakan film drama romantis Thailand yang menceritakan tentang konflik dalam sebuah keluarga namun didalam konflik tersebut terdapat dua

Moestopo (Beragama).. Dari hasil pernyataan diatas, dapat penulis analisis yakni jangka waktu Polda Metro Jaya dalam mensosialisaikan program aplikasi SIAP PMJ dimulai

Yang gua dapat dari duobudjang juga sebenarnya adanya RUU Permusikan ini dibikin pun tidak masalah tapi tergantung konteksnya, kalo misalkan kebebasan berekspresi

Strategi dalam penelitian yang dilakukan oleh Aldo Brue yaitu berupa memahami keingginan masyarakat akan suatu produk yang berkualitas, dengan melihat tempat atau lokasi serta