• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERAN NEW MEDIA PODCAST DUOBUDJANG DI DALAM

MNENYOSIALISASIKAN RUU PERMUSIKAN

Diajukan Oleh:

Nama : Andria Luthfi

NIM : 2015 – 41 – 037

Konsentrasi : Jurnalistik

Untuk memenuhi sebagian dari syarat Guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : Andria Luthfi NIM : 2015 – 41 – 037 PROGRAM STUDI : Ilmu Komunikasi KONSENTRASI : Jurnalistik

JUDUL SKRIPSI : Peran New Media Podcast Duobudjang Di dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan

Telah memenuhi persyaratan untuk di uji baik dari segi isi maupun segi teknis. PANITIA PEMBIMBING SKRIPSI

Dr. Bambang Winarso, M.Sc. Drs. Sunu Budiharjo

Pembimbing I Pembimbing II

Tanggal : Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPDM(B)

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : ANDRIA LUTHFI NIM : 2015 – 41 – 037 PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI : JURNALISTIK

JUDUL SKRIPSI : PERAN NEW MEDIA PODCAST DUOBUDJANG DI DALAM MENYOSIALISASIKAN RUU PERMUSIKAN

Telah dipertahankan di hadapan penguji yang diadakan pada hari Jumat Tanggal 21 Agustus 2019 dan dinyatakan LULUS.

PANITIA PENGUJI

Bayquni, S.Sos, M.Pd, M.Ikom Dwi Ajeng Widarini, S.Sos, M.Ikom

Penguji I Penguji II

Tanggal : Tanggal :

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM(B)

(4)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun skripsi ini dengan judul “Peran New Media Podcast Duobudjang Di dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan”. Adapun tujuan skripsi ini adalah guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) konsentrasi jurnalistik.

Dalam penelitian ini penulis banyak mengalami kesulitan dan kendala. Namun, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Apabila terdapat kesalahan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, koreksi dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada pihak duobudjang beserta dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat kepada para pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi kajian ilmu komunikasi.

Jakarta, Agustus 2019

Peneliti,

(5)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua rahmat yang telah diberikan dan seluruh hidayahnya serta kesehatan baik jasmani dan rohani yang telah di limpahkan kepada penulis. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dapat penulis lewati.

Penulis menyampaikan syukur dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, adapun ucapan terima kasih tersebut penulis tujukan kepada:

1. Orang tua penulis, ayah Alm. Hendri Suprayitno dan ibu Rahmawati Ijas, yang sudah mendidik penulis sampai saat ini, dan adik penulis yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis, serta seluruh keluarga besar yang sudah mendoakan dan memotivasi penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Rudy Harjanto, M.Sn. selaku Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

3. Bapak Dr. Prasetya Yoga Santoso, M.M. selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

4. Bapak Dr. Wahyudi M. Pratopo, M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

5. Bapak Nasrullah Kusadjibrata, S.Sos., M.Si. selaku Koordinator Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

6. Bapak Dr. Bambang Winarso, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Sunu Budiharjo selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), atas semua ilmu pengetahuan dan bimbingan selama ini.

(6)

iii

8. Mario Pratama dan Narendra Pawaka dari duobudjang selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan informasi, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

9. Iqbal Hariadi dari pihak ahli selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan informasi, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

10. Ilham Pratama Putra dari pihak pendengar selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan informasi, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

11. Keluarga Besar Moestopo Radio khususnya Batch 4 yang telah memberikan dukungan, doa dan waktunya sejak awal perkuliahan kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuangan Niniz, Asti, Hesti, Ibi, Ifan, Iqbal, Mifta, Rafi, Rani, Joddy, Vendra, Fajar, Farel, Dipay, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan jurnalistik yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 14. Semua teman-teman di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama),

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Jakarta, Agustus 2019

(7)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..………. i

KATA PENGANTAR………..……… iii

DAFTAR ISI………...………. vi

DAFTAR TABEL & GAMBAR…...……….. viii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………. 1

1.2 Fokus Penelitian………. 6

1.3 Pertanyaan Penelitian…..………. 6

1.4 Tujuan Masalah……….. 6

1.5 Signifikansi Penelitian……… 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI 2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis………... 8

2.2 Kerangka Konsep Penelitian dan Teori……….. 11

2.2.1 Komunikasi……….……… 11 2.2.2 Komunikasi Massa………... 13 2.2.3 Podcast……….………..…… 14 2.2.4 Podcast Duobudjang……….…….……….. 21 2.2.5 Sosialisasi……….……….. 22 2.2.6 Musik……… 23

2.2.7 Rancangan Undang – Undang..……….. 24

2.2.8 RUU Permusikan………..…………. 25

2.2.9 Teori New Media (Media Baru)…..…….…….… 26

(8)

v BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian………. 29

3.2 Pendekatan Penelitian………... 31

3.3 Jenis/Format Penelitian………..… 31

3.4 Metode Penelitian……… 33

3.5 Objek dan Subjek Penelitian……….………. 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data………. 36

3.7 Teknik Keabsahan Data………. 37

3.8 Teknik Analisis Data……… 49

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Obyek……….... 41

4.2 Deskripsi Subyek Penelitian………... 42

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Pandangan Interaksi Sosial……….…………... 45

4.3.2 Pandangan Integrasi Sosial……..………. 53

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian………. 61

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……..………..…… 67

5.2 Saran………..… 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

vi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Halaman 1. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu………... 10

2. Gambar 2.2 Mekanisme Distribusi Podcast………... 16

3. Gambar 2.3 Poster Podcast Duobudjang….………...…... 21

4. Gambar 3.1 Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data…………...… 38

5. Gambar 3.2 Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data……...….. 38

(10)

vii

ABSTRAK Nama : Andria Luthfi

NIM : 2015-41-037

Program Studi : Ilmu Komunikasi Konsentrasi : Jurnalistik

Judul Skripsi : Peran New Media Podcast Duobudjang Di dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan

Jumlah Bab : 5 Bab + 69 Halaman

Bibliografi : 19 Buku, 3 Jurnal, dan 4 Sumber Online Pembimbing 1 : Dr. Bambang Winarso, M.Sc.

Pembimbing 2 : Drs. Sunu Budiharjo

Seiring dengan perkembangan zaman, muncul lah berbagai macam media baru salah satunya adalah Radio online atau yang biasa lebih dikenal dengan podcast. Secara sederhana, podcast diartikan sebagai materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis dipindahkan ke komputer atau media pemutar portable baik secara gratis maupun berlangganan.

Duobudjang yang terdiri dari Mario Pratama dan Narendra Pawaka, mereka adalah penyiar radio di Prambors Radio dan pembuat konten sekaligus host di Youtube bersama channel Narasi TV. Duobudjang membahas dan berusaha menyosialisasikan RUU Permusikan kepada pendengarnya melalui podcast mereka tepatnya di episode 91 berjudul “Haruskah RUU Permusikan Ditolak?”.

Untuk melaksanakan penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis yang bersifat deskriptif dan kajian secara kualitatif yaitu berusaha menjelaskan gambaran new media podcast duobudjang dalam menyosialisasikan RUU Permusikan dan faktor-faktor yang berperan dalam menyoliasisasikan RUU Permusikan. Penelitian ini menggunakan teori new media yang meneliti dua komponen yaitu pandangan interaksi sosial dan pandangan integrasi sosial.

Hasil penelitian menemukan bahwa duobudjang berhasil menyosialisasikan RUU Permusikan berkat pesan-pesan yang mereka sampaikan di podcast tersebut. Sayangnya, podcast masih kurang diminati di Indonesia dibandingkan dengan media-media berbasis internet lainnya. Beberapa alasan podcast masih kurang diminati karena podcast itu sendiri masih menjadi media yang baru di Indonesia, jadi masih banyak masyarakat Indonesia belum mengetahuinya.Namun, perkembangan industri podcast di Indonesia terus meningkat terbukti dengan banyak perusahaan yang berani beriklan di podcast.

(11)

viii

ABSTRACT Name : Andria Luthfi

NIM : 2015-41-037

Program Study : Communication Studies Concentracion : Journalistic

Title : The Role of New Media Duobudjang Podcast in Socializing the Bill Of Music

Number of Page : 5 Chapter + 69 Pages

Bibliography : 19 Book, 3 Journal, and 4 Other sources Mentor 1 : Dr. Bambang Winarso, M.Sc.

Mentor 2 : Drs. Sunu Budiharjo

Along with the times, a variety of new media is emerging, one of them is online radio or commonly known as podcasts. Simply, podcasts are defined as audio or video material available on the internet that can be automatically transferred to a computer or portable media player either free or subscribed.

Duobudjang consists of Mario Pratama and Narendra Pawaka, they are radio announcer in Prambors Radio and content creator also hosted on Youtube along with Narasi TV Channel. Duobudjang discussed and tries to socialize the Bill of Music to their listeners through their podcast precisely episode 91 entitled " Should the Bill of Music be Rejected?”.

To implement this research, researchers used a constructivist paradigm that was descriptive and the study was qualitative, namely trying to explain the picture of the new media duobudjang podcast in socializing the Bill of Music and the factors that played a role in isolating the Bill of Music. This study uses new media theory that examines two components, namely the view of social interaction and the view of social integration.

The results of the study found that duobudjang succeeded in socializing the Bill of Music thanks to the messages they conveyed in the podcast. Unfortunately, podcasts are still less desirable in Indonesia compared to other internet-based media. Some reasons for podcasts are still lacking interest because podcasts themselves are still new media in Indonesia, so there are still many Indonesians who don’t know about them. However, the development of the podcast industry in Indonesia continues to increase as evidenced by the many companies that dare to advertise on podcast. Keywords : Podcast, Socialization, the Bill of Music

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Komunikasi dengan menggunakan media juga dikenal sebagai komunikasi sekunder, proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing (bahasa) sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi merupakan media kedua yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Pada umumnya, masyarakat beranggapan, media komunikasi itu adalah alat bantu dalam berkomunikasi (Hasan, 2010:33). Radio online atau lebih biasa dikenal dengan podcast merupakan salah satu media kedua yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan oleh seseorang atau sekelompok kepada pendengar setelah memakai lambang (bahasa) sebagai media pertama.

Bentuk podcast memang belum begitu popular di Indonesia. Padahal, istilah dan praktik podcast mulai dikenal antara tahun 2004-2005. Secara sederhana, podcast diartikan materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis dipindahkan ke

(13)

komputer atau media pemutar portable baik secara gratis maupun berlangganan.1

Podcast berasal dari gabungan kata-kata “iPod” dan

“Broadcasting”, hal ini dikarenakan Apple yang meluncurkan iPod dan yang pertama kali memperkenalkan podcast. Namun, saat ini podcast sudah bisa didengarkan di berbagai platform, tidak hanya dari produk-produk Apple saja. Podcast merupakan episode program yang tersedia di internet dan biasanya merupakan rekaman asli audio. Podcast biasanya menawarkan tiap episode dalam format file yang sama sehingga pendengar selalu bisa menikmati program tersebut dengan cara yang sama. Hal ini berbeda dengan radio yang kebanyakan kontennya merupakan siaran langsung. Bagi pendengar, podcast adalah sebuah cara untuk menikmati konten menarik dari seluruh dunia secara gratis. Sedangkan bagi podcaster (orang yang membuat konten di podcast), podcast adalah cara yang sangat efektif untuk menjangkau banyak pendengar.2

Rancangan Undang – Undang (RUU) adalah sebuah rancangan berupa naskah akademis untuk membuat sebuah peraturan perundang-undangan baru. Rancangan Undang – Undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. Rancangan Undang – Undang harus disusun berdasarkan Program Legislasi Nasional (Prolegnas).

1 Fadilah, Efi, Pandan Yudhapramesti & Nindi Aristi 2017. Podcast sebagai Alternatif Distribusi Konten Audio. http://jurnal.unpad.ac.id/kajian-jurnalisme

(14)

Dalam keadaan tertentu, hanya DPR dan Presiden yang dapat mengajukan rancangan undang – undang di luar Prolegnas.3

Salah satu Rancangan Undang – Undang (RUU) yang ada di Indonesia yang belum dijadikan Undang- Undang (UU) adalah Rancangan Undang – Undang Permusikan (RUU Permusikan). RUU Permusikan adalah sebuah rancangan undang – undang yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Republik Indonesia pada 2019. Usulan RUU Permusikan ini sebenarnya sudah ada sejak Maret 2015, yang salah satu penggagasnya ialah Anang Hermansyah selaku anggota Komisi X DPR RI. Proses panjang itu kini menempatkan RUU Permusikan masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2019.

RUU ini bermula dari Kaukus Parlemen Anti Pembajakan yang Anang inisiasi bersama politisi lintas fraksi. Maksud awal dari pembuatan RUU Permusikan ini karena maraknya kasus pembajakan. Kondisi tersebut memunculkan ide urgensi regulasi terkait dengan eksistensi musik Indonesia. Ide-ide itu mengarah pada kesimpulan dibutuhkan regulasi berupa RUU Tata Kelola Musik. Namun, pada akhirnya nomenklatur yang dipilih adalah RUU Permusikan.4

Baru pada Agustus 2018 RUU Permusikan beredar ke khalayak. Kasus ini semakin memanas di awal tahun 2019 karena DPR RI

3 http://www.dpr.go.id/tentang/pembuatan-uu - di akses pada 12/03/2019 pukul 20.59

4 https://www.tagar.id/anang-cerita-awal-mula-gagasan-ruu-musik - di akses pada 08/03/2019 pukul 15.38 WIB

(15)

bertekad untuk menyelesaikan RUU Permusikan sebelum Oktober 2019. Para musisi pun menolak keras disahkannya RUU Permusikan menjadi Undang-Undang sah. Para musisi Indonesia pun membuat petisi untuk menolak RUU Permusikan bahkan sebanyak 262 pekerja musik membuat koalisi yaitu Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan.5 Diperlukan sosialisasi tentang permasalahan RUU Permusikan ini agar tidak semakin timbul kesalahpahaman antara pihak pemerintah, musisi, dan masyarakat. Peran podcast sangat penting untuk menyosialisasikan permasalahan tersebut, apalagi podcast merupakan media baru dan bisa menjadi alternatif masyarakat dalam mendapatkan informasi.

Tidak mudah bagi podcaster (orang yang memproduksi podcast) untuk mengajak masyarakat untuk mau mengetahui isi dari RUU Permusikan, apalagi podcast masih menjadi media baru, masih kurang di minati oleh seluruh masyarakat di Indonesia, dan bersifat auditif.

Duobudjang adalah salah satu podcaster yang ada di Indonesia. Duobudjang terdiri dari Mario Pratama dan Narendra Pawaka. Mereka adalah penyiar radio di Prambors Radio dan host di Narasi TV yang tayang di Youtube. Konten-konten yang mereka suguhkan biasanya tentang isu-isu yang berhubungan dengan millennials dan musik.

5 http://jambi.tribunnews.com/2019/02/07/kupas-tuntas-isi-ruu-permusikan-yang-dikritik-pekerja-musik-hingga-isi-19-pasal-yang-dipermasalahkan - di akses pada 08/03/2019 pukul 17.02 WIB

(16)

Sebentar lagi juga duobudjang akan membuat band bernama Dead

Bachelors.

Tak hanya radio dan Youtube saja, duobudjang juga menggunakan podcast sebagai media mereka untuk menyampaikan informasi. Podcast duobudjang bisa didengar di platform Spotify dan SoundCloud. Sampai saat ini podcast duobudjang sudah memiliki lebih dari 100 episode. Topik yang dibicarakan duobudjang di podcast-nya adalah tentang anak muda, self development, dan musik. Di salah satu podcast mereka, ada satu episode yang membicarakan tentang RUU Permusikan tepatnya pada episode 91 “Haruskah RUU Permusikan Ditolak?”. Di dalam episode tersebut, duobudjang menjelaskan mengapa mereka menolak adanya RUU Permusikan.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa betapa pentingnya penggunaan sebuah media khususnya podcast dalam sarana informasi. Duobudjang mencoba untuk menjelaskan isi dari RUU Permusikan di salah satu episodenya dengan harapan agar masyarakat mengetahui isi dari RUU Permusikan, tidak asal hanya menolak RUU tersebut karena banyak musisi yang menolaknya juga.

Dalam hal ini penulis kemudian menjadi tertarik mengetahui dan menganalisa lebih lanjut mengenai peran podcast dalam menyosialisasikan RUU Permusikan dan dijadikan suatu karya ilmiah yang tertuang dalam judul “Peran New Media Podcast Duobudjang di Dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan”.

(17)

1.2 Fokus Penelitian

Penulis memfokuskan penelitian untuk mengetahui peran

podcast duobudjang dalam menyosialisasikan RUU Permusikan yang

sudah dibahas di podcast duobudjang episode 91 berjudul “HARUSKAH RUU PERMUSIKAN DITOLAK?”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pengertian dan penjelasan latar belakang masalah yang diteliti. Maka pertanyaan penulis adalah:

1. Bagaimana gambaran new media podcast duobudjang dalam menyosialisasikan RUU Permusikan?

2. Faktor-faktor apa saja yang berperan dalam menyosialisasikan RUU Permusikan?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian dan pertanyaan penelitian di atas, maka penulis memiliki tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran podcast duobudjang dalam menyosialisasikan RUU Permusikan dan faktor-faktor yang berperan dalam menyoliasisasikan RUU Permusikan.

(18)

1.5 Signifikansi Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki suatu kegunaan yang dikemudian hari dapat diambil manfaatnya, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.5.1 Signifikansi Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian sejenis dan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu komunikasi, khususnya jurnalistik sekaligus dapat menambah referensi mengenai peran media podcast.

1.5.2 Signifikansi Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada khalayak perihal permasalahan RUU Permusikan serta mengetahui peran new media podcast.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP & TEORI

2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Kajian pustaka adalah peninjauan kembali literatur-literatur tentang masalah yang berkaitan dan tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi. Kajian pustaka dalam penelitian ini, adalah penelitian-penelitian sejenis yang sebelumnya telah diteliti oleh peneliti dari unversitas lain.

Penelitian ini mengenai “Peran New Media Podcast Duobudjang di Dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan” banyak penelitian terdahulu yang dilakukan berbagai pihak, dengan judul yang lain tetapi memilik berbagai persamaan dan perbedaan.

2.1.1 Penelitian Pertama

Penelitian pertama ditulis oleh Vivi Nurul Hafidzah dari Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin dengan judul “Peran HOT Radio dalam Menyukseskan Sosialisasi Program-Program Pemerintah Provinsi Banten”.

Penelitian yang dibuatnya menggunakan metode kualitatif dengan sifat deskriptif, yaitu dengan penggambaran subjek dan objek berdasarkan fakta yang ada. Paradigma yang digunakan adalah

(20)

konstruktivisme, dan teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Perbedaan dengan penelitian yang dibuat penulis adalah media dan objek penelitian, media yang diteliti oleh penulis adalah podcast dan objek yang diteliti penulis adalah podcast duobudjang, sementara penelitian diatas menggunakan media radio dan objek penelitiannya HOT Radio.

2.1.2 Penelitian Kedua

Peneliti kedua adalah jurnal dari Androw Oktua Tamba dari Universitas Mulawarman dengan judul “PERAN RADIO HEARTLINE 94,4 FM DALAM MENINGKATKAN PENGENALAN LINGKUNGAN HIDUP KEPADA WARGA KELURAHAN SUNGAI PINANG DALAM KECAMATAN SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA”. Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah deskriptif kualitatif, yang dimana berusaha untuk memaparkan situasi/peristiwa yang diteliti berdasarkan fakta yang ada di lapangan.

Perbedaan dengan penelitian yang dibuat penulis adalah media dan objek penelitian, media yang diteliti oleh penulis adalah podcast dan objek yang diteliti penulis adalah podcast duobudjang, sementara penelitian diatas menggunakan media radio dan objek penelitiannya Heartline 94,4 FM.

(21)

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu Penelitian Sebelumnya Penelitian Sebelumnya Penelitian Sendiri Nama Peneliti Vivi Nurul

Hafidzah

Androw Oktua Tamba

Andria Luthfi Universitas Universitas Islam

Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Universitas Mulawarman Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Judul Penelitian

Peran HOT Radio dalam Menyukseskan Sosialisasi Program-Program Pemerintah Provinsi Banten PERAN RADIO HEARTLINE 94,4 FM DALAM MENINGKATKAN PENGENALAN LINGKUNGAN HIDUP KEPADA WARGA KELURAHAN SUNGAI PINANG DALAM KECAMATAN SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA

Peran New Media Podcast Duobudjang dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan Tujuan Penelitian Untuk mengetahui program-program pemerintah provinsi Banten yang disosialisaikan di HOT Radio Untuk mendapatkan pemahaman tentang peran Radio Heartline dalam meningkatkan pengenalan lingkungan hidup kepada Warga Kelurahan Sungai Pinang Dalam

Untuk melihat peran podcast duobudjang dalam

menyosialisasikan RUU Permusikan

Pendekatan Kualitatif Kualitatif Kualitatif

(22)

Kesimpulan Beberapa

program-program pemerintah dapat disosialisasikan lewat HOT Radio

Peran Radio Heartline Dalam Meningkatkan Pengenalan Lingkungan Hidup Kepada Warga dengan menggunakan fungsi media massa yaitu : pengamatan sosial, korelasi sosial, dan sosialisasi yang telah dilaksanakan sangat baik

2.2 Kerangka Konsep – Konsep Penelitian dan Teori 2.2.1 Komunikasi

Secara umum komunikasi merupakan proses kegiatan penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, isi pesan yang disampaikan berupa lambang-lambang yang penuh arti dan bermakna.

“Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama” (Effendy, 2008:9) dan sama disini adalah

sama makna. Sedangkan menurut Ruben yang dikutip oleh Sendjaya, (2001:23) “Komunikasi adalah proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat.”

(23)

Mengacu pada definisi yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan individual kepada individual lain atau individual dengan kelompoknya untuk menyampaikan pesan, penyampaian gagasan, penyamaan persepsi, dan usaha untuk mengkoordinasi lingkungan sekitar.

Proses komunikasi tidak akan terjadi apabila tidak ada komponen-komponen terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, untuk mencapai proses komunikasi efektif perlu diperhatikan unsur atau komponen-komponen penting yang sudah mutlak harus ada. Menurut Sendjaja (2016:8) komponen komunikasi tersebut terdiri dari:

a. Sumber, yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.

b. Pesan, yaitu seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. c. Media atau saluran, yaitu sarana atau alat yang dipergunakan

sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. d. Penerima, yaitu orang yang menerima pesan dari sumber.

e. Umpan balik, yaitu apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan.

f. Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

(24)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa proses komunikasi terdiri dari beberapa komponen-komponen diantaranya adalah adanya pengirim (sumber) pesan kepada penerima. Pengirim terkadang menggunakan media sebagai sarana bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju, sehingga mampu menghasilkan umpan balik yang merupakan bagian dari reaksi yang dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan.

2.2.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Komunikasi massa menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tepat, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh peorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. (Ardianto, 2010:3)

2.2.2.1 Fungsi Komunikasi Massa o Fungsi Informasi

(25)

Fungsi informasi diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.

o Fungsi Pendidikan

Media massa merupakan sarana Pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.

o Fungsi Mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat ada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang disayangkan televisi ataupun surat kabar.

2.2.3 Podcast

Tahun 2004 tercatat sebagai awal kemunculan istilah podcast.

Ben Hammersley menyebutkan kata “podcasting” di dalam artikelnya di

guardian.com yang membahas audioblogs dan radio online. Selama hampir 7 bulan, istilah “podcasting” seolah tenggelam sampai akhirnya beberapa orang menggunakannya sebagai nama pada saat mendaftar

(26)

domain seperti yang dilakukan Dannie Gregoire yang mendaftarkan domain podcaster.net.

Catatan lain menyebutkan, podcast audio telah berkembang sejak tahun 2005, saat Apple menambahkan materi podcast pada iTunes dengan tema-tema terbatas. Seiring waktu, materi podcast semakin berkembang dan beragam. Kemasannya dapat berupa sandiwara/drama, dialog/talkshow, monolog dan feature/documenter. Rentang topiknya sangat luas, mulai dari sejarah, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, filsafat dan masih banyak lagi. Bahkan menurut Time, beberapa program podcast dapat menyamai popularitas serial drama televisi.

Awalnya istilah podcast cenderung identik dengan materi berformat audio. Seperti yang tertera di dalam kamus Oxford: “a digital

audio file made available on the Internet for downloading to a computer or portable media player, typically available as series, new instalments

of which can be received by subscribers automatically.”

Belakangan, podcast juga mengacu pada materi dalam bentuk video. Sehingga pengertian podcast dapat mengacu pada podcast audio atau podcast video. Apple sendiri membuat batasan podcast sebagai siaran audio dan video yang tersedia di internet untuk diputarkan pada perangkat portable atau komputer, seperti iPad, iPod, atau Mac. Singkat cerita, istilah podcast diartikan sebagai materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis

(27)

dipindahkan ke komputer atau media pemutar portable baik secara gratis maupun berlangganan.6

2.2.3.1 Cara Kerja dan Distribusi Podcast

Gambar 2.2 Mekanisme Distribusi Podcast

Produksi dan distribusi podcast tergolong sederhana. Ada 3 elemen wajib, yaitu (1) materi podcast, (2) penyedia RSS (Really Simple Syndication), dan (3) penangkap (podcatcher). Ukuran dokumen (file) berkisar antara 1 mb sampai 200 mb (tergantung dari frame rate, ukuran dsb.). Elemen berikutnya adalah penyedia RSS atau penyimpanan di server cloud seperti www.soundcloud.com.7

6 Fadilah, Efi, Pandan Yudhapramesti & Nindi Aristi 2017. Podcast sebagai Alternatif Distribusi Konten Audio. http://jurnal.unpad.ac.id/kajian-jurnalisme

7 Fadilah, Efi, Pandan Yudhapramesti & Nindi Aristi 2017. Podcast sebagai Alternatif Distribusi Konten Audio. http://jurnal.unpad.ac.id/kajian-jurnalisme

(28)

2.2.3.2 Karakteristik Podcast

Karakteristik podcast dapat berupa:

 Produksi satu kali.

 Produksi serial dimana “episode” baru diproduksi setiap hari, mingguan, atau bulanan.

 Diunduh secara otomatis saat konten baru diunggah oleh “podcaster”.

 Bisa mendengarkan kapan saja dan dimana saja.8

2.2.3.3 Kesalahpahaman Umum tentang Podcast

Pendengar tidak perlu menggunakan iPod karena podcast cukup menggunakan komputer atau pemutar .mp3.

Podcast tidak seperti siaran radio secara langsung karena pembuatan podcast bisa dilakukan kapan saja.

Bila membuat podcast harus bayar, sebenarnya banyak “host” podcast yang sudah mengratiskan siapapun yang ingin membuat podcast.

8 Yamaguchi, Cindy. What is Podcasting?.

(29)

2.2.3.4 Jenis – Jenis Podcast

Podcast pada umumnya, yakni berupa audio. Dibuat menggunakan perekam suara dan formatnya berupa .mp3.

Podcast yang sudah disempurnakan, yakni menggunakan audio dengan tambahan slide & gambar. Biasanya dilakukan untuk presentasi dengan narasi dan bab. Format yang digunakan pun berupa .mp4a atau .mp4b, tetapi bisa juga menjadi file .mov dan bahkan .PDF.

Vodcast, atau video podcast. Dibuat dengan camera

recorder dan video digital serta formatnya berupa .mp4 atau

.mov.9

2.2.3.5 Podcast Audio di Indonesia

Meski belum cukup populer di Indonesia, podcast audio produksi ‘lokal’ semakin marak di internet. Situs radio siaran konvensional selain berisi teks dan gambar serta siaran live

streaming, juga menyediakan ragam pilihan konten audio di kanal podcast-nya. Situs Kantor Berita Radio 68H, www.kbr.id,

menampilkan berita dalam format teks dan audio. Pada kanal Audio, pengakses dapat memutar atau mengunduh konten yang tersedia

9 Yamaguchi, Cindy. What is Podcasting?.

(30)

dalam format podcast audio yang terhubung dengan akun media tersebut di www.soundcloud.com. Situs www.bbc.co.uk telah lama menyediakan konten audio yang tersimpan di dalam kanal podcast-nya. Variasi konten audio di situs lembaga penyiaran publik Inggris ini sangat beragam. Selain dokumenter audio dan wawancara, situs ini juga menyediakan podcast audio pelajaran bahasa Inggris yang kreatif dan menarik.

Jika berselancar di www.soundcloud.com kita dapat menemukan sejumlah materi podcast audio produksi orang Indonesia. Diantaranya akun bertajuk Subjective milik Iqbal Hariadi. Sesuai namanya, kanal menjadi tempat Iqbal berbagi pendapat pribadinya tentang beragam persoalan. Di dalam salah satu konten, Iqbal bercerita tentang latar dirinya sebagai seorang blogger yang berniat memiliki kanal Youtube sendiri. Namun ia menyadari memproduksi video untuk diunggah di Youtube membutuhkan kemampuan teknis tertentu, peralatan khusus, dan kuota internet cukup besar. Pilihannya kemudian jatuh pada format audio yang lebih sederhana dan murah. Iqbal ingin memberikan alternatif konten bagi khalayak yang kurang puas dengan media arus utama. Melalui akunnya tersebut Ia ingin membangun percakapan mengenai hal-hal penting yang tidak terakomodasi di media arus utama.

(31)

Dalam jangka 1 tahun, akun podcast Iqbal Hariadi memiliki 937 pengikut dengan 26 track konten. Rata-rata setiap track diputar diatas 500 kali. Jika diperhatikan, topik-topik tertentu bahkan bisa mencapai ribuan kali pemutaran, seperti topik ‘salah jurusan’, ‘berburu beasiswa’ yang mencapai 3500-an lebih. Topik-topik lain seputar kegalauan kaum muda, ide dan motivasi, rata-rata bisa mencapai sekitar 2000 kali pemutaran.

Pegiat podcast audio bernama Adriano Qalbi telah aktif berpodcast sejak tahun 2015 lewat akun bernama Podcast Awal Minggu. Saat diakses bulan Februari 2017, akun ini memiliki hampir 2500 pengikut dengan 107 tracks berdurasi rata-rata 1 jam ke atas. Obrolan Adriano dan istrinya tentang pasangan yang suka pamer di sosmed diputar sampai hampir 5500 kali.

Podcast audio juga dimanfaatkan oleh selebritas

Indonesia. Diantaranya adalah Joshua Suherman dengan akun

podcast bertajuk Teman Berkemudi. Akun ini memang belum

seramai dua akun diatas. Namun, untuk sebuah akun yang berumur baru 1 bulan dengan hanya 3 tracks (akses 20 Februari 2017), pengunjung akun ini sudah cukup ramai. Setidaknya track rekaman ‘curhatan’ mengenai keseharian Joshua telah diputar 1000 kali lebih.

Podcast audio juga dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan

(32)

www.indonesiabercerita.org tersedia cerita dan dongeng anak dalam format audio yang dapat diunduh secara gratis. Situs ini juga juga mengembangkan kolaborasi antar warga dengan memberikan kesempatan kepada warga untuk mengunggah karya podcast audio mereka.10

2.2.4 Podcast Duobudjang

Gambar 2.3 Poster Podcast Duobudjang

Duobudjang adalah salah satu podcaster yang ada di Indonesia. Duobudjang terdiri dari Mario Pratama dan Narendra Pawaka. Mereka adalah penyiar radio di Prambors Radio dan host di Narasi TV yang tayang di Youtube. Konten-konten yang mereka suguhkan biasanya tentang isu-isu yang berhubungan dengan millennials dan musik. Sebentar lagi juga duobudjang akan membuat band bernama Dead

Bachelors.

10 Fadilah, Efi, Pandan Yudhapramesti & Nindi Aristi 2017. Podcast sebagai Alternatif Distribusi Konten Audio. http://jurnal.unpad.ac.id/kajian-jurnalisme

(33)

Tak hanya radio dan Youtube saja, duobudjang juga menggunakan podcast sebagai media mereka untuk menyampaikan informasi. Podcast duobudjang bisa didengar di platform Spotify dan SoundCloud. Sampai saat ini podcast duobudjang sudah memiliki lebih dari 100 episode. Topik yang dibicarakan duobudjang di podcast-nya adalah tentang anak muda, self development, dan musik.

Awal mula terbentuknya podcast duobudjang saat itu karena Mario mengajak Eda untuk membuat podcast. Saat itu Mario membawa data bahwa konsumsi audio di tahun 2016 naik sampai 50% dan rata-rata di Amerika sudah banyak yang menggunakan podcast. Disaat pada zaman itu content creator menggunakan YouTube, duobudjang belum menemukan alasan mengapa mereka harus menggunakan YouTube dan akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan

podcast. Alasan duobudjang menggunakan podcast adalah karena podcast mudah di produksi, natural, dan cocok dengan duobudjang

karena mereka adalah penyiar radio. Selain itu, duobudjang juga merasa audio tidak sama sekali judgemental.11

2.2.5 Sosialisasi

Definisi Sosialisasi Menurut Dominick dalam Effendy (2003:31), sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku

(34)

dan nilai-nilai dari suatu kelompok. Selanjutnya MacBride dalam Effendy (2003:27) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

Tujuan Sosialisasi Menurut Sastraprateja (Nur, 2011:31), sosialisasi diadakan guna memberikan tujuan sebagai proses sosial, yaitu masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, dan menghargai norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat agar cara berfikir masyarakat berubah sehingga kebiasaan-kebiasaan hidupnya dapat pula berubah. Mengerti cara yang benar, sasaran yang hendak dicapai dan dapat merasakan secara emosional sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku.

2.2.6 Musik

Menurut M. Soeharto (1992) dalam buku “Kamus Musik” dijelaskan bahwa pengertian musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Sementara menurut Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni tertinggi yang terhormat.

(35)

Dengan demikian musik adalah pengalaman estetis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagi.

Machlis (2010, 4) memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama. Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

2.2.7 Rancangan Undang – Undang

DPR adalah badan yang memegang kekuasaan membentuk undang – undang. Rancangan undang – undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. Rancangan undang – undang dari DPR dapat diajukan oleh anggota, komisi, atau gabungan komisi. Rancangan undang – undang yang berasal dari Presiden dapat diajukan oleh Presiden. Dan rancangan undang – undang dari DPD dapat diajuakn oleh DPD, dalam hal berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

(36)

Rancangan undang – undang yang diajukan harus disertai naskah akademis, kecuali rancangan undang – undang mengenai APBN, penetapan peraturan pemerintah pengganti undang – undang menjadi undang – undang, atau pencabutan undang – undang atau pencabutan peraturan pemerintah pengganti undang – undang.

Rancangan undang – undang harus disususn berdasarkan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Dalam keadaan tertentu, hanya DPR dan Presiden yang dapat mengajukan rancangan undang – undang di luar Prolegnas. Rancangan undang – undang yang sudah disetujui bersama antara DPR dan Presiden paling lambat 7 hari disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang.12

2.2.8 RUU Permusikan

Usulan RUU Permusikan ini sebenarnya sudah ada sejak Maret 2015, yang salah satu penggagasnya ialah Anang Hermansyah selaku anggota Komisi X DPR RI. Proses yang panjang itu kini menempatkan RUU Permusikan masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2019.

RUU ini bermula dari Kaukus Parlemen Anti Pembajakan yang Anang inisiasi bersama politisi lintas fraksi. Maksud awal dari

(37)

pembuatan RUU Permusikan ini karena maraknya kasus pembajakan. Kondisi tersebut memunculkan ide urgensi regulasi terkait dengan eksistensi musik Indonesia. Ide-ide itu mengarah pada kesimpulan dibutuhkan regulasi berupa RUU Tata Kelola Musik. Namun, pada akhirnya nomenklatur yang dipilih adalah RUU Permusikan. Baru pada Agustus 2018 RUU Permusikan beredar ke khalayak. Kasus ini semakin memanas di awal tahun 2019 karena DPR RI bertekad untuk menyelesaikan RUU Permusikan sebelum Oktober 2019.13

Baru pada Agustus 2018 RUU Permusikan beredar ke khalayak. Kasus ini semakin memanas di awal tahun 2019 karena DPR RI bertekad untuk menyelesaikan RUU Permusikan sebelum Oktober 2019. Para musisi pun menolak keras disahkannya RUU Permusikan menjadi Undang-Undang sah. Para musisi Indonesia pun membuat petisi untuk menolak RUU Permusikan bahkan sebanyak 262 pekerja musik membuat koalisi yaitu Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan.14

2.2.9 Teori New Media (Media Baru)

Teori new media merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa new media merupakan

13 https://www.tagar.id/anang-cerita-awal-mula-gagasan-ruu-musik - di akses pada 08/03/2019 pukul 15.38 WIB

14 http://jambi.tribunnews.com/2019/02/07/kupas-tuntas-isi-ruu-permusikan-yang-dikritik-pekerja-musik-hingga-isi-19-pasal-yang-dipermasalahkan - di akses pada 08/03/2019 pukul 17.02 WIB

(38)

teori yang membahas mengenai perkembangan media dari konvensional ke era digital.

Dalam teori new media, terdapat dua pandangan yang dikemukakan oleh Pierre Levy, yaitu :

1. Pandangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat.

2. Pandangan integrasi sosial, yang merupakan gambaran media bukan hanya dalam bentuk informasi, interaksi, atau penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual, atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat. Media bukan hanya sebuah instrumen informasi atau cara untuk mencapai ketertarikan diri, tetapi menyatukan kita dalam beberapa bentuk masyarakat dan memberi kita rasa saling memiliki. (Solomon, 2011 : 52)

(39)

Peneliti menggunakan teori new media karena Duobudjang memanfaatkan new media berbasis internet yakni podcast untuk menyampaikan informasi tentang RUU Permusikan.

2.3 Bagan Alur Pikir

Peran New Media Podcast Duobudjang Di dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan

1. Bagaimana gambaran peran new media

podcast duobudjang dalam

menyosialisasikan RUU Permusikan? 2. Faktor-faktor apa saja yang berperan

dalam menyoliasiasikan RUU Permusikan? Konstruktivisme Kualitatif Deskriptif Teori New Media

Untuk melihat peran podcast duobudjang dalam menyosialisasikan RUU Permusikan

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukakan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental dari pokok permasalahan di dalam suatu ilmu. Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh (Sugiyono, 2011: 63).

Terdapat empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan para ilmuwan. Paradigma tersebut antara lain Positivisme, Post-postivisme, Critical Theory dan Constructivism. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma Konstruktivisme. Paradigma ini hampir merupakan antithesis terhadap paham yang menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan bahwa postivisme dan post-positivisme keliru

(41)

dalam mengungkapkan realitas dunia, dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh paham yang bersifat konstruktif (Salim, 2015: 69-71).

Dalam paradigma kontruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya (Eriyanto, 2009: 5).

Menurut paradigma konstruktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai konstruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L.Berger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori konstruksi sosial bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan defenisi sosial (Eriyanto 2009:13).

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme, dengan tujuan menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruktivisme ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Ia sering dilawankan dengan paradigma positivis atau paradigma transmisi.

(42)

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama. Pertama, untuk menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and

explore) dan yang kedua untuk menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) (Sukmadinata, 2011: 60).

Menurut Salim (2006: 4) penelitian kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Data diperoleh secara langsung dari lapangan, dan bukan dari laboratorium penelitian yang terkontrol;

2. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada situasi-situasi alamiah subjek; dan

3. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi ilmiah.

3.3 Jenis/Format Penelitian

Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan sifat penelitian yaitu deskriptif. Pada hakikatnya metode deskriptif mengumpulkan data secara univariat.

(43)

Karakteristik data diperoleh dengan ukuran-ukuran kecenderungan pusat (central tendency) atau ukuran sebaran (dispersion). Menurut Krik dan Mitler bahwa “Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya” (Moleong, 2009: 4).

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi alat kunci sehingga perannya begitu penting dalam penelitian. Penelitian kualitatif memiliki beberapa metode di dalam pengerjaannya, salah satunya yaitu metode deskriptif. Metode ini terfokus pada suatu observasi dan suasana yang alamiah, sifat dari penelitian deskriptif adalah kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka.

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2012:25), penelitian deskriptif ditujukan untuk:

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukikan gejala yang ada;

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku;

3. Membuat perbandingan atau evaluasi;

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana yang sama dan belajar dari pengalaman

(44)

mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2012: 67-68), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah salah satu strategi metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis (Burhan Bungin, 2011).

Di sisi lain Daymon & Holloway (2008) menyatakan bahwa kasus yang diangkat bisa berupa organisasi, sekelompok orang sebagai kesatuan sosial atau kelompok kerja, komunitas, sebuah peristiwa (event), suatu proses, isu maupun kampanye, dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa – peristiwa komunikasi kontemporer yang nyata.

Sementara Robert K. Yin (2002) memaparkan bahwa studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial eksperimen, survei, historologis, dan analisis informasi dokumenter.

(45)

Selain itu Yin mengajukan bahwa studi kasus lebih banyak berupa untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan “how” (bagaimana) “why” (mengapa), namun pada tingkat pertanyaan tertentu juga menjawab pertanyaan “what” (apa/apakah) dalam suatu kegiatan penelitian.

Sedangkan Dooley (2005) mengungkapkan bahwa studi kasus akan membawa peneliti untuk dapat memahami masalah yang kompleks dan dapat menambah kekuatan apa yang sudah diketahui peneliti sebelumnya .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan pengujian intensif dan menggunakan berbagai sumber bukti terhadap satu entitas tunggal yang dibatasi oleh lokasi atau “kasusnya” bisa jadi sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok sosial komunitas, peristiwa, proses isu maupun kampanye.

Adapun kasus yang dibahas dan diuji dalam penelitian ini adalah Peran Podcast Duobudjang dalam Menyosialisasikan RUU Permusikan. Dasar dilakukannya penelitian ini karena adanya suatu fenomena maraknya new media (media baru) yang digunakan oleh perorangan atau sekelompok dalam menyosialisasikan sebuah informasi.

(46)

3.5 Objek dan Subjek Penelitian 3.5.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah podcast duobudjang yang dapat dapat menjelaskan informasi tentang penelitian ini, karena penyebaran informasi mengenai RUU Permusikan ada di podcast tersebut.

3.5.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah narasumber yang akan di wawancara untuk dapat memberikan informasi tentang penelitian ini. Narasumber dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu narasumber dari pihak pembuat, pihak pendengar, dan pihak pakar. Narasumber tersebut antara lain:

1. Mario Pratama dan Narendra Pawaka sebagai pihak yang membuat konten di podcast duobudjang.

2. Ilham Pratama Putra sebagai pihak yang mendengar podcast duobudjang, khususnya episode 91 tentang RUU Permusikan.

3. Iqbal Hariadi, sebagai pihak pakar tentang podcast. Iqbal Hariadi adalah seseorang yang membuat podcast diawal kemunculan podcast di Indonesia. Di kalangan podcaster, Iqbal disebut “Paman Podcast Indonesia”.

(47)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bungin (2015:110), teknik pengumpulan data yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah metode wawancara, observasi dan bahan dokumenter, berikut penjelasannya :

1. Wawancara

Merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

2. Observasi

Adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.

3. Dokumenter

Informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter yang berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya.

(48)

3.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

(49)

Gambar 3.1 Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data

Gambar 3.2 Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data

A

B

C

Wawancara mendalam Observasi partisipatif Wawancara mendalam Dokumentasi Sumber data sama

(50)

Dari dua macam triangulasi tersebut dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan Triangulasi “sumber” pengumpulan data. Penulis akan melakukan wawancara kepada tiga narasumber yang berbeda. (Sugiyono: 2016: 83)

3.8 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif (Sugiyono,2016:92), mengemukakan bahwa :

“Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification”.

Gambar 3.3 Komponen analisis data (interactive model)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

Data reduction Data display Conclusions: drawing/verifying

(51)

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Menurut Miles dan Huberman yang paling penting digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks bersifat naratif. 3. Penarik Kesimpulan/Verifikasi (Conslusion Drawing atau

Verification)

Langkah ketiga dalam mengalisa data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

(52)

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN PENEITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Podcast duobudjang salah satu podcast yang ada di Indonesia.

Duobudjang terdiri dari Mario Pratama dan Narendra Pawaka. Mereka adalah penyiar radio di Prambors Radio dan host di Narasi TV yang tayang di Youtube. Konten-konten yang mereka suguhkan biasanya tentang isu-isu yang berhubungan dengan millennials dan musik. Sebentar lagi juga duobudjang akan membuat band bernama

Dead Bachelors.

Tak hanya radio dan Youtube saja, duobudjang juga menggunakan podcast sebagai media mereka untuk menyampaikan informasi. Podcast duobudjang bisa didengar di platform Spotify dan SoundCloud. Sampai saat ini podcast duobudjang sudah memiliki lebih dari 100 episode. Topik yang dibicarakan duobudjang di

podcast-nya adalah tentang anak muda, self development, dan

musik. Rata-rata pendengar podcast duobudjang per episodenya sebanyak 1000-2000 pendengar per episode.

Awal mula terbentuknya podcast duobudjang saat itu karena Mario mengajak Eda untuk membuat podcast. Saat itu Mario membawa data bahwa konsumsi audio di tahun 2016 naik sampai 50% dan rata-rata di Amerika sudah banyak yang menggunakan

(53)

podcast. Disaat pada zaman itu content creator menggunakan

YouTube, duobudjang belum menemukan alasan mengapa mereka harus menggunakan YouTube dan akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan podcast. Alasan duobudjang menggunakan

podcast adalah karena podcast mudah di produksi, natural, dan

cocok dengan duobudjang karena mereka adalah penyiar radio. Selain itu, duobudjang juga merasa audio tidak sama sekali

judgemental.

Duobudjang juga baru saja membuat grup musik dengan nama Dead Bachelor dan sudah merilis sebuah single berjudul “Truth or

Dare”. Saat ini mereka sedang disibukkan dengan pengarapan

album pertama mereka dan juga siaran di radio.

4.2 Deskripsi Subjek Penelitian 4.2.1 Pihak Pembuat

Mario Pratama dan Narendra Pawaka adalah orang dibalik duobudjang. Mario yang lulusan London School of Public Relations dan Eda yang lulusan Universitas Bina Nusantara bertemu radio Prambors sebagai penyiar radio. Awal mula terbentuknya duobudjang adalah ketika Mario dan Eda harus menggantikan siaran sore. Saat melakukan opening, Eda berkata “Sunset Trip barengan sama duobudjang”, Mario pun menyambutnya, dan akhirnya nama itu dipakai sampai sekarang.

(54)

Podcast duobudjang sudah ada sejak 2017 dan sudah memiliki lebih dari 100 episode. Duobudjang biasanya selalu merilis episode baru podcast-nya tiap hari Rabu. Rata-rata pendengar duobudjang per episodenya sebanyak 1000 sampai 2000-an per episode. Topik-topik yang dibahas duobudjang biasanya tentang anak muda, musik, dan self development.

4.2.2 Pihak Pendengar

Ilham Pratama Putra adalah orang yang mendengarkan podcast duobudjang, khususnya episode 91 “Haruskah RUU Permusikan Ditolak?”. Ilham Pratama Putra merupakan seorang wartawan di media online. Ilham tertarik mendengarkan episode tersebut karena ia memiliki ketertarikan yang mendalam tentang musik.

4.2.3 Pihak Ahli

Iqbal Hariadi adalah salah satu orang ahli di bidang podcast. Ia merupakan salah satu orang yang bermain podcast di awal-awal podcast ada di Indonesia, bahkan sebelum Spotify menyediakan podcast di platformnya. Iqbal sudah menjadi podcaster sejak 2015 dan dikalangan podcaster Iqbal dijuluki sebagai “Paman Podcast Indonesia”

Awalnya, Iqbal yang lulusan FMIPA UI ini mencoba peruntungannya sebagai penulis. Namun karena kesibukan dan merasa banyaknya filterisasi saat menulis membuat Iqbal memilih

(55)

podcast sebagai medianya menyampaikan informasi, ditambah memang Iqbal sendiri suka ngomong.

Podcast Iqbal Hariadi bernama Podcast Subjective. Pendengarnya bisa mendengar podcast Iqbal di Spotify, Soundcloud, dan Apple Podcast. Topik yang biasa Iqbal bahas di podcastnya adalah cerita-cerita dan karya-karya dari anak muda. Jadi Iqbal ngobrol dengan salah satu anak muda yang berprestasi dengan tujuan agar pendengarnya bisa termotivasi untuk menjadi lebih baik di bidangnya masing-masing. Rata-rata pendengar Podcast Subjective per episodenya sebanyak 3000-an per episode.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Peneliti dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran new media podcast duobudjang dalam menyosialisasikan RUU Permusikan serta mengetahui faktor apa yang membuat duobudjang mau membahas RUU Permusikan di podcast-nya dengan menggunakan teori new media Pierre Levy. Di dalam teori tersebut, Pierre Levy memiliki dua pandangan tentang new media yakni pandangan interaksi sosial dan pandangan integrasi sosial.

Analisis yang telah dilakukan terhadap data hasil penelitian kemudian dujikan kebenarannya dengan melakukan pengujian hasil analisis data kepada tiga narasumber yang memiliki kompetensi pada bidang penelitian penulis. Dari ketiga narasumber peneliti

(56)

mendapatkan banyak masukan yang bersifat mendukung dan juga memperbaiki persepsi peneliti yang salah pada uraian analisis dari data yang diperoleh.

4.3.1 Pandangan Interaksi Sosial

Pandangan ini beranggapan bahwa media sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis, yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat.

Saat duobudjang ditanya perihal faktor apa yang membuat mereka yakin ingin membahas dan menyoliasisasikan RUU Permusikan di dalam podcast mereka, duobudjang menjawab:

“Waktu itu Mario yang inisiatif, katanya kan ini lagi rame banget KNTL RUUP nih dan kita tau dari budjangers malah, mereka pengen dengeri opini duobudjang tentang itu seperti apa. Hal itu memang lagi hangat banget dan kita ngobrol sambal kita mencari tau juga. Jadi saat kita ngobrol, bukan sepenuhnya kita udah tau bahkan kita masih banyak salah tuh sebenanya. Sebenarnya pendengar kita tuh juga udah tau tentang isu ini, tapi mereka ingin tau dan mendengar opini kita berdua. Alasan lainnya juga karena gua sama Eda suka banget sama musik gitu loh, dan RUU Permusikan ini, dari kacamata kita berdua cenderung bisa mematikan yang namanya kreatifitas gitu. Jadi kita berdua penikmat musik, Eda pelaku musik, kerjaan dekat sama musik. Ya kayaknya kalo engga kita angkat jadi pembahasan, kayaknya itu ignorance gitu kalo menurut gua. Faktor lainnya mungkin resah ya, karena gua sama Eda punya

project musik, akan menjadi musisi. Jadi pada saat itu gua

memposisikan diri “gua kalo jadi musisi, dikekang-kekang gini gua engga mau nih”, berawal dari keresahan juga sih kalo gua.

(57)

Kalo menurut Eda sih sebenarnya menambah library opini ya di orang-orang podcast itu sendiri, tujuannya. Jadi waktu itu orang udah banyak bikin juga konten tentang RUU Permusikan ini. Waktu itu gua inget ada Rara Sekar sama suaminya, terus Glenn Fredly pun berbicara, Danilla, semua orang-orang yang bersangkutan lah. Ya kita pengen menambah opini aja. Dan sebenarnya kadang-kadang pendengar kita tuh udah tau inti permasalahannya, mereka cuma pengen tau perspektif lain sama mungkin opini mereka tersalurkan engga sih, dengan asas “oh ternyata gua engga sendirian”, “Oh ternyata Mario Eda ada di pihak gua juga ya”. Mungkin sih seperti itu”

Dari jawaban tersebut, faktor-faktor yang menyebabkan duobudjang yakin untuk mau membahas dan menyosialisasikan RUU Permusikan karena hal tersebut merupakan permintaan dari para pendengarnya yang ingin mengetahui bagaimana pandangan duobudjang tentang RUU Permusikan. Faktor lainnya adalah karena musik sangat berkaitan dengan pekerjaan duobudjang. Apalagi saat itu duobudjang juga akan merilis band baru mereka. Jadi dengan berpendapat soal RUU Permusikan di podcast mereka, itu adalah bentuk rasa kepedulian duobudjang terhadap musik di Indonesia. Faktor terakhir adalah duobudjang mencoba untuk menambah opini yang ada tentang RUU Permusikan.

Di dalam podcast episode tersebut, duobudjang terfokus pada beberapa pasal, antara lain pasal 5, 18, 19 dan 32. Saat ditanya tentang pandangan duobudjang terhadap pasal 5 tentang pasal yang membatasi kreatifitas dan bisa menjadi pasal “karet”, duobudjang menjawab:

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu  Penelitian  Sebelumnya  Penelitian  Sebelumnya  Penelitian Sendiri  Nama Peneliti  Vivi Nurul
Gambar 2.2 Mekanisme Distribusi Podcast
Gambar 3.1 Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data
Gambar 3.3 Komponen analisis data (interactive model)  1.  Reduksi Data (Data Reduction)

Referensi

Dokumen terkait

Trick effect (manipulasi foto) adalah tindakan memanipulasi foto, seperti menambah, mengurangi, atau mengubah obyek dalam foto sehingga menjadi gambar yang sama sekali lain

Hasil penelitian yang dilakukan dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Online Detik Travel Terhadap Minat Berwisata (Survey MahasiswaJurusan Pariwisata Universitas

ini nah mungkin nih dari sipemilik yang memilih Semar sebagai ikonnya mengharapkan kelak si batik ini setenar nama semar tadi yang selalu disukai banyak orang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau referensi bagi para peneliti lain serta dijadikan sebagai acuan dalam menerapkan khasanah keilmuan

Saya ingin bertanya dan ingin meminta saran dari bapak, saya sedang melakukan sebuah penelitian di kuretakeso kemang hotel Jakarta dan yang saya teliti adalah strategi marketing

Bongkar dan Bento tidak sepenuhnya memiliki perasaan yang hanya mewakili Iwan Fals seorang yang juga penulis lagu tersebut, melainkan secara tidak langsung juga

Strategi dalam penelitian yang dilakukan oleh Aldo Brue yaitu berupa memahami keingginan masyarakat akan suatu produk yang berkualitas, dengan melihat tempat atau lokasi serta

Penelitian kedua ditulis oleh Muhammad Nizar (UIN Syarif Hidayatullah,2014), dengan judul Pandangan Masyarakat Dalam Pernikahan Usia Dini Studi Kasus Di Desa