• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA FOTO KELUARGA UNTUK MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA FOTO KELUARGA UNTUK MEN"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

1

Media Litbang Sulteng IX (1) : 1-10, Januari 2016 ISSN : 1979 - 5971 PENGGUNAAN MEDIA FOTO KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS NARASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS VII SMP 1 BETELEME

Oleh : F erlin Selviani Kalaena1)

ABSTRAK

Adapun latar belakang dari penelitian ini yaitu adanya temuan peneliti di SMP 1 Beteleme bahwa banyak siswa yang belum mampu menulis dengan baik dan benar, sehingga mengindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan menulis kurang berhasil. Pada umumnya, siswa di sekolah tersebut kurang terampil dalam hal menulis narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang berdampak pada kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme adalah dengan menggunakan media Foto Keluarga. Dengan media Foto Keluarga, siswa dapat lebih mudah dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga menjadi sebuah tulisan yang berbentuk narasi. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme?. Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme melalui media Foto Keluarga. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SMP 1 Beteleme. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar, dan jurnal refleksi diri. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yang terus mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada prasiklus, dari 22 siswa didapati nilai rata-rata 64,86, jumlah siswa yang tuntas 2 orang (9,09 %) yang belum tuntas 20 siswa atau 90,90 %. Selanjutnya, hasil belajar pada siklus I mengalami peningkatan yakni diperoleh nilai rata-rata 75,86, siswa yang tuntas naik menjadi 12 Siswa atau 54,54 %. Pada siklus I, nilai rata-rata 92,22 dan siswa yang tuntas meningkat menjadi 22 siswa atau dalam artian bahwa 100 % memperoleh nilai dengan tuntas.

Kata Kunci: Media Foto Keluarga, Hasil Belajar, Menulis Narasi.

ABSTRACT

The background of this study is the finding of researchers at SMP 1 Beteleme that many students who have not been able to write well and correctly, thus indicating that less successful learning writing skills. In general, students in these schools are less skilled in terms of narrative writing in learning Indonesian impacting on the lack of involvement of the student in learning to write. Therefore, it is necessary to apply an effective learning media and can support learning activities. One medium that can be used to improve writing narratives on subjects Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme is to use the media family photos. Family Photos with media, students can more easily express what he had in mind, so that it becomes a literary narrative. The main problem in this study is whether the use of family photos media can improve student learning outcomes in narrative writing on Indonesian subjects in class VII SMP 1 Beteleme ?. The purpose of this research is to improve the skills of writing narrative in class VII SMP 1 Beteleme through the medium of family photos. The study design used is a Class Action Research (PTK). This study was conducted in SMP 1 Beteleme. Subjects in this study were students of class VII with the number of students as many as 22 students. The instrument used in this study was the observation sheets, test results of learning and self-reflection journal. The type of data in this study is qualitative data and quantitative data. Based on the research that has been conducted, use of family photos media can improve student learning outcomes in learning to write narratives on subjects Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme. This i s evident from the results of learning obtained by students who continue to increase in each cycle. At prasiklus, of 22 students foun d the average value of 64.86, the number of students who completed 2 (9.09%) who have not completed 20 students or 90.90%. Furthermore, the study in the first cycle has increased the average values obtained 75.86, students who completed rose to 12 students or 54.54%. In the first cycle, the average value of 92.22 and students who pass increased to 22 students or in the sense that the 100% gain value completely.

(2)

2

I. PENDAHULUAN

Pada dasarnya, pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia diajarkan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan

kepribadian, memperluas wawasan

kehidupan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek keterampilan yang saling mendukung, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis.

Menulis sebagai suatu keterampilan

berbahasa tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis, melainkan perlunya latihan dan praktik secara teratur serta adanya potensi yang mendukung. Potensi tersebut dapat dicapai dengan sering berlatih dengan sungguh‐sungguh.

Pembelajaran menulis tidak lepas dari pembelajaran bahasa. Bahasa memiliki

peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

bidang studi (BSNP, 2006). Untuk

berbahasa dengan baik dan benar

diperlukan pendidikan dan pembelajaran Bahasa Indonesia. Pendidikan dan pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan tersendiri bagi seorang guru, mengingat bahasa ini bagi sebagian sekolah merupakan bahasa pengantar untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia membantu peserta didik untuk mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipaasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa

tersebut, dan menemukan, serta

menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006). Berdasarkan kenyataan yang terjadi saat ini, mata pelajaran Bahasa Indonesia terkadang sangat diremehkan oleh sebagian besar siswa maupun guru yang tidak mengajar Bahasa Indonesia. Hal yang lebih memprihatinkan adalah adanya anggapan

1) Guru SMP 1 Beteleme

bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang sangat membosankan, khususnya dalam aspek menulis.

Menulis pada hakikatnya

merupakan kegiatan menyampaikan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Kegiatan menulis merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang baik menulis pada tingkat rendah maupun pada tingkat yang lebih tinggi.

Keterampilan menulis merupakan

keterampilan yang paling tinggi dan paling kompleks tingkatannya dari keterampilan berbahasa yang lain. Keterampilan menulis hanya dapat dicapai melalui latihan yang lama dan intensif. Hal ini juga harus didukung oleh media yang digunakan dalam mengajarkan keterampilan menulis.

Berdasarkan hasil observasi

langsung di SMP 1 Beteleme, menunjukkan bahwa banyak siswa yang belum mampu menulis dengan baik dan benar, sehingga

mengindikasikan bahwa pembelajaran

keterampilan menulis kurang berhasil. Hal ini dikarenakan banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran keterampilan menulis, antara lain, faktor dari guru dan faktor dari siswa. Faktor dari guru ada kecenderungan guru dalam proses belajar mengajar (PBM) hanya memberikan pembelajaran keterampilan menulis secara teoretis, kurang pada praktik. Kalaupun memberikan kegiatan praktik menulis, guru hanya mengevaluasi hasil ketrampilan

menulis siswa tetapi tidak pada

pembahasan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menulis.

Pada umumnya siswa di sekolah tersebut kurang terampil dalam hal menulis narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia, disamping itu siswa yang mengikuti pembelajaran kurang bersemangat karena guru kurang melibatkan siswa dalam PBM, hal ini ditemukan peneliti dari hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme yang berdampak pada kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis, sehingga temuan peneliti secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: (1) guru hanya menyuruh

(3)

3 pengalamannya tanpa ada konsep awal yang jelas, tentang menulis cerita (2) apabila guru mengajar kurang melibatkan siswa secara langsung dalam KBM yang dilaksanakan dalam kegiatan menulis cerita, baik secara perseorangan maupun secara kelompok, (3) jika siswa menulis sebuah cerita berdasarkan pengetahuannya atau hasil dari pengalamannya, guru kurang memberi bimbingan pada siswa, kearah perbaikan yang lebih baik, (4) kurangnya motivasi yang diberikan guru kepada siswa

agar keterampilan menulisnya dapat

berkembang, (5) guru kurang

menggunakan media yang sifatnya inovatif dan kreatif yang melibatkan aktivitas mental, fisik maupun emosional.

Faktor penyebab utama yang harus segera dicari jalan keluarnya adalah faktor media yang digunakan guru masih belum inovatif dan kurang bervariasi. Hal tersebut, sangat berpengaruh terhadap kemampuan menulis narasi siswa dan

dikhawatirkan dapat menyebabkan

menurunnya kualitas menulis siswa jika tidak segera diatasi. Untuk itu, perlu adanya upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran.

Media pembelajaran yang bermacam‐

macam menyebabkan guru harus selektif dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi penentuan media

pembelajaran adalah materi pembelajaran. Setiap materi mempunyai karakteristik yang

turut menentukan pula media yang

digunakan untuk menyiapkan materi

tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran menulis, seorang guru harus memilih dan menggunakan media yang sesuai, sebagai penunjang kegiatan pembelajaran agar mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme adalah dengan menggunakan media Foto Keluarga. Dengan media Foto Keluarga, siswa dapat lebih mudah dalam

mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, sehingga menjadi sebuah tulisan

yang berbentuk narasi. Sebagaimana

diketahui bahwa narasi merupakan

pengisahan suatu cerita atau kejadian. Dalam hal ini, siswa akan diminta untuk membuat sebuah tulisan dalam bentuk

narasi atau mengisahkan sesuatu

berdasarkan apa yang tampak pada foto keluarga yang ditampilkannya.

Penggunaan media foto keluarga pada pembelajaran menulis cerita dapat mempermudah siswa menerima pelajaran, karena siswa dapat memahami lewat apa yang dilihatnya dalam media foto itu. Guru dapat menggunakan media foto keluarga untuk memberikan gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasannya lebih konkret bila diuraikan melalui kata-kata. Melalui media foto ini, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistik dengan menggunakan keterampilan menulis.

Menurut Amir (2007: 25), media pembelajaran dapat: (1) Memperjelas materi, (2) Membangkitkan motivasi, (3) Meningkatkan pemahaman. Dari ketiga hal tersebut, tentunya akan berdampak pada hasil belajar yang akan diperoleh oleh siswa. Jika siswa telah merasa senang dalam mengikuti pembelajaran, maka hasil belajar siswa pun dalam pembelajaran menulis

narasi pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia tentu akan meningkat.

Diharapkan dengan adanya

penggunaan media Foto Keluarga, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Dalam hal ini, peneliti mengangkat sebuah judul penelitian yakni “Penggunaan Media Foto Keluarga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VII SMP 1 Beteleme”.

(4)

4 pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme?. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme melalui media Foto Keluarga. Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang berarti diantaranya: (1) Bagi siswa, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih yang baik bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya sehingga mereka lebih aktif. (2) Bagi Guru, memiliki pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan media

Foto Keluarga dalam meningkatkan

keterampilan menulis narasi sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di Sekolah (3) Bagi Sekolah, penelitian ini dijadikan bahan masukan bagi pihak sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. (4) Bagi Peneliti, diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penggunaan media Foto

Keluarga dalam meningkatkan

keterampilan menulis narasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu

melakukan sesuatu menjadi mampu

melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Menurut Gagne (1984) bahwa belajar

adalah suatu proses dimana suatu

oraganisme berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman. Dari pengertian

tersebut terdapat tiga unsure pokok dalam belajar, yaitu proses, perubahan perilaku dan pengalaman.

a. Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktifitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati oleh orang lain akan

tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri.

b. Perubahan Perilaku

Hasil belajar akan Nampak pada perubahan perilaku individu belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan

belajarnya. Pengetahuan dan

keterampilannya bertambah dan penguasaan nilai-nilaidan sikapnya bertambah pula. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomototik.

c. Pengalaman

Belajar adalah mengalami dalam arti bahwa dalam belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan pembelajran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga kurang merangsang dan menantang siswa untuk belajar.

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan tes hasil belajar. Hasil belajar yang diperoleh oleh seseorang dapat dijadikan sebagai indikator tentang

kemampuan, kesanggupan, penguasaan

seseorang tentang pengetahuan,

keterampilan dan sikap atau nilai yang dimiliki oleh orang itu dalam kegiatan belajar (Haling, 2007).

Hasil belajar seringkali diasumsikan sebagai cermin kualitas suatu sekolah. Dengan hasil belajar yang diperoleh, guru akan mengetahui apakah metode serta media yang digunakan sudah tepat atau

belum. Jika sebagian besar siswa

memperoleh angka jelek pada penelitian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode dan media yang digunakan kurang tepat. Apabila hal ini terjadi, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan media lain dalam mengajar. (Arikunto, 2005).

(5)

5

mengetahui seberapa jauh perubahan

tingkah laku pebelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Kegiatan pengukuran umumnya guru menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran itu berbentuk angka yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan pebelajar terhadap materi pembelajaran. Angka atau skor sebagai hasil pengukuran

mempunyai makna jika dibandingkan

dengan patokan sebagai batas yang

menyatakan bahwa pebelajar telah

menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut (Haling, 2007).

Menurut Bloom, dkk (Sudjana, 2004). Mengklasifikasikan hasil belajar tiga domain atau ranah yaitu ranah kognitf, psikomotor dan sikap. Ranah kognitif menaruh perhatian pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual,

ranah psikomotor berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan manipulatif atau

keterampilan motorik, ranah sikap berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi. Dapat diasumsikan bahwa untuk menghasilkan ketiga ranah hasil belajar tersebut sedikit banyak ditentukan atau dipengaruhi factor internal seperti pengetahuan. Prasyarat atau kemampuan awal dari masing-masing kategori hasil belajar yang telah dimiliki oleh siswa yang

berkaitan dengan kapabilitas atau

keterampilan yang sedang dipelajari.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan taraf kemampuan, berupa penguasaan ilmu, kecakapan yang diperoleh oleh seseorang sebagai hasil dari sesuatu yang dipelajarinya dalam jangka waktu tertentu, dan hasil tersebut dipengaruhi oleh intelegensi dan kemampuan awal siswa. Sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan ukuran berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar.

2.3 Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis adalah

kesanggupan dan kecakapan seseorang didalam mempergunakan bahasa secara cermat, tepat, dan cepat dalam bentuk ekspresi menulis. Menurut Tarigan (1998:

270) keterampilan menulis merupakan keterampilan yang palig sulit dikuasai siswa

disbandingkan keterampilan membaca,

berbicara, dan menyimak. Agar tulisan dipahami oleh pembaca, maka penulis harus mampu menyajikan tulisan yang baik.

Tulisan yang merupakan komunikasi

komunikasi pikiran dan perasaan yang efektif.

Menurut C. Morris, semua

komunikasi tulis efektif dan tepat guna jika sang penulis mengetahui (1) pokok persoalan, (2) cara memberi struktur gagasannya, dan (3) cara mengekspresikan dirinya dengan baik (Tarigan 1998:7). Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan dan ekspretif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.

Menulis merupakan aktifitas

seluruh otak yang mengunakan belahan otak kanan (emosional) dan otak belahan kiri (logika). Proses berpikir otak kiri bersifal logis, sekuensial, linear, rasional dan sangat teratur. Proses berpikir tersebut cocok untuk tugas-simbolik. Proses berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur intuitif dan holistic. Cara berpikir ini cocok untuk hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, emosi, music, kreatifitas dab visualisasi karena itu keterampilan menilis membutuhkan kedua belahan otak.

2.4 Narasi

Menurut Widjono (2007: 175), Pengertian Narasi adalah uraian yang menceritakan sesuatu atau serangakaian

kejadian, tindakan, keadaan secara

berurutan dari permulaan sampai akhir sehingga terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang gayanya bersifat naratif. Contoh jenis karangan ini biografi, kisah, roman, novel, dan cerpen. Menurut Keraf (2001: 137) Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian

seolah-olah pembaca melihat atau

(6)

6 yang dilakukan orang-orang dalam suatu rangkaian waktu. Narasi lebih mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu. Marahimin (1994: 93) dalam bukunya yang berjudul Menulis secara populer mendefinisikan narasi adalah cerita. Cerita ini berdasarkan pada urut-urutan suatu (atau rangkaian) kejadian atau peristiwa. Di dalam kejadian ini ada tokoh (beberapa tokoh) dan tokoh ini mengalami dengan menghadapi suatu (serangkaian) konflik dengan tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan alur. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas antara pendapat satu dengan pendapat yang lain berbeda. Namun, dari semua pendapat tersebut di atas mengarah pada satu pengertian karangan narasi yaitu bahwa dalam karangan narasi terdapat adanya peristiwa yang disusun berdasarkan urutan

waktu. Disimpulkan bahwa bahwa

pengertian karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa secara runtut.

2.5 Pengertian Media

Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al.,2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Secara umum dapat dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain:  Memperjelas pesan agar tidak terlalu

verbalitas.

 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra.

 Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

 Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya.

 Memberi rangsangan yang sama,

memperamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama. Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (bahan

pembelajaran), sehingga dapat

merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

2.6 Media Foto

Media foto merupakan jenis media

visual, yang memanfaatkan indera

penglihatan dalam penggunaannya. Foto

sebagai media pembelajaran dapat

membantu siswa mengungkapkan ide ke dalam suatu tulisan. Hal ini disebabkan media foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari sesuatu objek atau situasi (Arsyad 2004:106).

Menurut Arsyad (2004:127) foto sebagai halnya bentuk fisual lainnya dapat ditemukan dari beberapa sumber, seperti surat kabar, majalah, brosur, dan buku‐

buku. Dengan demikian, foto dapat

diperoleh dengan mudah untuk digunakan secara efektif sebagai media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, foto haruslah dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Foto

dapat memenuhi fungsinya untuk

membangkitkan motivasi dan minat siswa,

mengembangkan kemampuan siswa

berbahasa, dan membantu siswa

menafsirkan serta mengingat isi pelajaran yang berkenaan dengan foto‐foto tersebut.

Foto merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran. Hal itu

disebabkan kesederhanaannya, tanpa

memerlukan perlengkapan, dan tidak perlu diproyeksikan untuk mengamatinya.

(7)

7 Menurut Sujdana dan Rivai dalam Arsyad

(2004:128) mengemukakan beberapa

kriteria pemilihan foto untuk tujuan pembelajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang memadai, validasi dan menarik. Foto benar‐benar melukiskan konsep atau pesan isi pembelajaran yang

ingin disampaikan sehingga dapat

memperlancar pencapaian tujuan.

Dengan demikian, media foto dapat

memenuhi fungsinya sebagai media

pembelajaran, yaitu membantu siswa dalam menemukan ide dan membantu siswa mengungkapkan ide‐ide dalam tulisan atau

karangan. Media foto juga dapat

membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran.

Pada penelitian ini, peneliti

mengungkapkan foto sebagai media

pembelajaran. Adapun foto yang digunakan adalah foto siswa itu sendiri. Alasan

pemilihan foto mengingat pada

pembelajaran sebelumnya mereka belum pernah menggunakan foto sebagai media pembelajaran. Selain dapat meningkatkan

rasa ketertarikan siswa, alasan

digunakannya media foto pada penelitian ini adalah untuk memberi penguatan (bukti) bahwa cerita yang mereka tulis memang benar‐benar terjadi (bukan rekaan). Selain itu, penggunaan media ini akan dapat membantu siswa untuk mengingat kembali peristiwa yang telah terjadi.

Media foto merupakan media yang

berupa gambar (visual) yang

menggambarkan (mendokumentasikan)

aktivitas‐aktivitas tertentu yang dikerjakan oleh siswa yang kemudian dibukukan menjadi satu dalam sebuah buku khusus yang disebut foto. Pada dasarnya media foto

dapat mendorong para siswa dan

membangkitkan minatnya dalam mengikuti pelajaran. Media foto juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berbahasa, terutama keterampilan menulis

pengalaman pribadi. Foto digunakan

sebagai stimulus bagi siswa dalam menulis pengalaman pribadi. Melalui media ini,

siswa akan dapat menceritakan

pengalaman‐pengalaman yang pernaah

dialaminya melalui tulisan secara

kronologis sesuai dengan urutan waktu kejadian.

Penggunaan media foto dalam proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran dan mempertinggi hasil pembelajaran sehingga kompetensi ini benar‐benar dikuasai oleh siswa. Selain itu, penggunaan media foto dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menarik dan bervariasi.

2.7 Media Foto Keluarga

Dalam proses pembelajaran peran media sangatdibutuhkan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut

Arsyad (2011:3), mediamerupakan

perantara atau pengantar pesan dari pengirimkepada penerima pesan. Adapun menurut Sudjana(2010:7), media adalah suatu alat bantu yang membantumenunjang saat guru melakukan pengajaran.Menurut

Asyhar (2012:145), foto adalah

hasil pemotretan atau photografi yang

menggunakan kamera.Sementara itu,

menurut Musfiqon (2012:73), foto

adalahmedia yang paling umum dan sering dipakai karena fotomerupakan bahasa yang

umum dapat dimengerti dandinikmati

dimana saja. Jadi dapat disimpulkan bahwafoto adalah jenis media visual yang

mampumenvisualisasikan objek dengan

lebih konkret. Darihasil potretan yang dihasilkan, foto juga mampumengatasi

ruang dan waktu.Sedangkan untuk

pengertian foto keluargaadalah foto hasil pemotretan bersama-sama dengananggota keluarga. Seperti ayah, ibu, dan anak, atau bisa juga dengan keluarga besar dari ayah dan ibu. Fotokeluarga merupakan salah satu jenis media visual,dimana pemanfaatannya menggunakan indra pengelihatan yaitu mata.Ada beberapa macam kelebihan media fotomenurut Asyhar (2012:145) sebagai berikut:

 Media Foto dapat memvisualisasi objek lebih realistis dankonkret,

 Media Foto dapat mengatasi ruang danwaktu,

(8)

8 berada jauh dari tempat kejadiandalam bentuk foto setelah kejadian itu berlalu.

Sedangkan Musfiqon (2012:73)

menyebutkan kelebihanmedia foto sebagai berikut:

 Melalui media foto seseorang dapat melihat suatu kejadian yang sudah lamaterjadi atau baru saja terjadi, karena sebuah foto dapat berbicara

lebih banyak daripada seribu

bahasa.Ada beberapa kelemahan media foto

Menurut Musfiqon (2012:75)

sebagai berikut:

 Media foto hanya menekankan pada

persepsi indera mata, yangdapat

menimbulkan kejenuhan,

 Foto yang terlalu padat atau kompleks obyeknya, akan berubah kurangefektif untuk kegiatan pembelajaran,

 Ukuran besar sebuah foto sangat

terbatas untuk kelompok besar.

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian yang menggunakan data kualitatif yaitu data yang bersifat deskripsif atau lebih pada

mendeskripsikan mengenai gambaran

kemampuan siswa dalam menulis narasi yang meliputi beberapa aspek penilaian yang telah ditentukan. Sedangkan data yang kedua adalah data kuantitatif yaitu berupa

angka-angkaatau nilai siswa untuk

memudahkan peneliti dalam menarik suatu kesimpulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SMP 1 Beteleme. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Lembar observasi, Tes hasil belajar, dan Jurnal refleksi diri. Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah personil penelitian yang terdiri dari siswa dan guru. Jenis data: jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dengan alat evaluasi lembar observasi, jurnal refleksi diri dan data kuantitatif diperoleh dengan alat evaluasi hasil belajar.

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tahapansebagai berikut

(1) perencanaan (2) perlakuan

dan pengamatan (3) refleksi (Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto, 2010:132). Adapun tahapan-tahapan dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas dalam

keterampilan menulis narasi dengan

menggunakan media foto keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) tahap perencanaan, Perencanaan merupakan tahap

awal yang dilasanakandalam PTK

(Penelitian Tindakan Kelas).

IV. HASIL PENELITIAN

Dari hasil observasi yang

dikumpulkan ternyata hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis narasi, masih jauh dari yang diharapkan. Nilai siswa sebagian besar belum tuntas atau masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yakni 75. Daftar nilai siswa prasiklus adalah:

Tabel 4.1 Daftar Nilai Siswa Pra Siklus

(9)

9

Tabel 4.2 Daftar Nilai Siklus I

No Nilai (%) Ketuntasan

Tabel 4.3 Daftar Nilai Siklus II

No Nilai (%) Ketuntasan

Tabel 4.1 adalah hasil belajar siswa sebelum diadakan penelitian dari 22 siswa didapati nilai rata-rata 64,86, jumlah siswa yang tuntas 2 orang (9,09 %) yang belum tuntas 20 siswa atau 90,90 %. Hal ini disebabkan oleh cara mengajar yang masih didominasi oleh guru, guru yang berperan dalam KBM. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa diadakan tindakan dengan media Foto Keluarga hasil belajar siswa dalam menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkat menjadi nilai rata-rata 75,86 pada siklus I, siswa yang tuntas naik menjadi 12 Siswa atau 54,54 %. Pada tabel 4.3, hasil refleksi siklus I dijadikan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan hasil : nilai rata-rata 92,22 dan siswa yang tuntas meningkat menjadi 22 siswa atau dalam artian bahwa 100 % memperoleh nilai dengan tuntas.

VI. SIMPULAN

Penggunaan media Foto Keluarga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Hal ini terbukti dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yang terus mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Pada prasiklus, dari 22 siswa didapati nilai rata-rata 64,86, jumlah siswa yang tuntas 2 orang (9,09 %) yang belum tuntas 20 siswa atau 90,90 %. Selanjutnya, hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 75,86, siswa yang tuntas naik menjadi 12 Siswa atau 54,54 %. Pada siklus I, nilai rata-rata 92,22 dan siswa yang tuntas meningkat menjadi 22 siswa atau dalam artian bahwa 100 % memperoleh nilai dengan tuntas.

VII. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Bagi guru

 Kiranya dapat mencoba media

pembelajaran Foto Kelaurgapada mata

(10)

10 meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narasai, baik secara individual maupun klasikal.

 Media yang digunakan hendaknya

sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari.

 Media yang digunakan hendaknya

mampu menarik minat belajar siswa.

 Media yang digunakan hendaknya

disesuaikan dengan kemampuan guru dan siswa dalam penggunaannya.

 Media yang digunakan hendaknya

disesuaikan dengan waktu yang

tersedia.

 Media yang digunakan hendaknya

efektiif bagi kegiatan pembelajaran.

 Media yang digunakan hendaknya

mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pemanfaatannya.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian agar dapat

dijadikan acuan dalam strategi merancang satuan pembelajaran. Pembelajaran dengan

menggunakan Foto Keluarga dapat

dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Acep Yoni, dkk.2010.Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

Arikunto, Suharsini. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar.1994. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Mandar Maju.

Nurhadi. 2004. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: Ikip Semarang Press. Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cipta Karya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf. 2001. Komposisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Lie. 2002. Strategi Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rahadi, Aristo. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan, Djago. 2000. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Siddiq, Djauhar dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakata: Departemen Pendidikan Nasional. Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. PT Intan Pariwara.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sunarti, Subana. 2006. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.Bandung: PT Pustaka Setia. Suprijono. 2010. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

Suriamiharja, Agus et al. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Debdikbud.

Tarigan, Henri Guntur. 1994. Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.

(11)

11

Media Litbang Sulteng IX (1) : 11-22, Januari 2016 ISSN : 1979 - 5971 PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN PERMAINAN TEBAK MISTERI PADA SISWA

KELAS VII SMP 1 BETELEME

Oleh : John Budzer Poko1)

ABSTRAK

Judul penelitian ini yaitu Peningkatan Hasil dan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Penerapan Permainan Tebak Misteri pada Siswa Kelas VII SMP 1 Beteleme. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran menulis deskripsi pada siswa SMP Negeri 1 Beteleme kelas VII yang masih mengalami berbagai masalah, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang belum maksimal. Sampai saat ini, masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga pembelajaran terkesan monoton dan siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan permainan tebak misteri dalam pembelajaran menulis deskripsi. Dengan penerapan permainan tebak misteri, maka akan membangkitkan semangat dan kesenangan siswa yang pada dasarnya menyukai segala sesuatu yang bersentuhan dengan nuansa bermain. Dalam hal ini, pembelajaran dilakukan sambil bermain, sehingga meningkatkan semangat dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan permainan tebak misteri pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme? (2) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan permainan tebak misteri pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme?. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Urutan penelitian tindakan kelas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan observasi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan permainan tebak misteri dalam menulis deskripsi dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP 1 Beteleme. Hal ini terbukti dari hasil post tes siswa selama siklus I dan II mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 69,84 meningkat pada siklus II menjadi 94,37, terjadi peningkatan sebesar 24,53. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan permainan tebak misteri mengalami peningkatan setiap siklusnya. Rata-rata aktivitas siswapada siklus I mencapai 65,77% dan siklus II meningkat menjadi 77,5%. Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 11,73%.

Kata Kunci : Hasil dan Aktivitas Belajar, Menulis Deskripsi, Permainan Tebak Misteri.

ABSTRACT

The title of this research, namely Improvement of Results and Activities Learning Students in Learning Writing Lesson description on Indonesian Through Application Games Guess the Mystery in Class VII SMP 1 Beteleme. This research is motivated by learning to write a description of the students of SMP Negeri 1 Beteleme class VII are still experiencing a variety of problems, so the effect on student learning outcomes are not maximized. Until now, there are still many teachers who use conventional learning, so that students' learning seem monotonous and less active in the following study. One of the teachers can do is to adopt a guessing game of mystery in learning to write the descriptions. With the implementation of mystery guessing game, it will excite and pleasure of students who basically love everything that is in contact with the nuances of playing. In this case, the learning done while playing, thus increasing vigor and seriousness of the students in the following study. The formulation of the problem in this study are (1) How to improving student learning outcomes in a written description on Indonesian subjects through the application of mystery guessing game in class VII SMP 1 Beteleme? (2) How to increase students' learning activities on Indonesian subjects through the application of mystery guessing game in class VII SMP 1 Beteleme ?. The approach used in this study is a qualitative descriptive approach. The sequence consists of a classroom action research, planning, implementation, and observation. The research was conducted in two cycles. This research was conducted in class VII SMP 1 Beteleme. The results showed that the application of the game of guessing the mystery of writing descriptions can improve outcomes and learning activities of students learning Indonesian students of class VII SMP 1 Beteleme. This is evident from the results of post test of students during the cycle I and II have increased. The average student learning outcomes in the first cycle reached 69.84 increased in the second cycle into 94.37, an increase of 24.53. Student activity in learning to write the description on Indonesian subjects by applying a mystery guessing game has increased every cycle. The average activity of students in the first cycle reached 65.77% and the second cycle increased to 77.5%. Increased activity of the students from the first cycle to the second cycle of 11.73%.

(12)

12

I. PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan wahana untuk

meningkatkan dan mengembangkan

kualitas sumber daya manusia, dan guna mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan usaha yang keras dari masyarakat maupun pemerintah.

Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki sejumlah kemampuan mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam bidang pengajaran dan menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan, kemampuan membuat suasana belajar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

Selain proses belajar, bahan ajar atau mata pelajaran juga sangat penting dalam pelaksanaan program pendidikan.

Terdapat bermacam-macam mata

pelajaran di sekolah, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata

pelajaran yang mempunyai peranan

penting dalam dunia pendidikan.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diajarkan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa. Pada prinsipnya tujuan pengajaran bahasa adalah agar siswa terampil dalam berbahasa yang meliputi: terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek keterampilan yang saling mendukung, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis.

Menulis sebagai suatu keterampilan

berbahasa tidak akan dimiliki seseorang secara otomatis melainkan perlunya latihan dan praktik secara teratur serta adanya potensi yang mendukung. Potensi tersebut dapat dicapai dengan sering berlatih dengan

1) Guru SMP 1 Beteleme

sungguh‐sungguh.

Dalam hal ini pengajaran Bahasa Indonesia tidak akan lepas dari kegiatan

menulis. Dalam kehidupan modern,

keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Komunikasi lebih banyak berlangsung secara tertulis. Keterampilan menulis harus dipelajari secara serius dan perlu pelatihan yang efektif. Masih banyak siswa yang

menganggap keterampilan menulis

karangan adalah suatu keterampilan

berbahasa yang paling sulit. Hal ini

menyebabkan kurangnya minat siswa

dalam mempelajari keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis. Anggapan tersebut tidak tepat karena keterampilan berbahasa merupakan hasil pengalaman dan latihan. Dengan kemauan dan minat siswa, penggunaan metode yang tepat, serta media yang menunjang, siswa akan dapat menulis sebuah karangan dengan baik dan benar.

Menulis merupakan kegiatan untuk

mengungkapkan pokok pikiran, ide,

gagasan secara tertulis. Keterampilan menulis perlu diberikan sejak duduk di sekolah dasar hingga perguruan tinggi agar bahasa yang digunakan dalam menulis mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu dibina dengan latihan-latihan yang intensif.

Pengajaran menulis itu sendiri dibagi menjadi menjadi empat jenis yaitu

narasi, diskripsi, eksposisi, dan

argumentasi. Deskripsi merupakan suatu

bentuk tulisan yang berhuhubungan

dengan panca indera dan seolah-olah melihat sendiri kejadian tersebut.

Berdasarkan pengamatan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, kenyataannya hasil menulis deskripsi yang ditemukan masih rendah. Oleh karena itu, masih perlu teknik, model, dan media yang efektif yang mendukung untuk keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi.

(13)

13 masih ada di sebagian sekolah adalah kurangnya keterlibatan siswa di kelas karena gurulah yang paling banyak berperan dalam pembelajaran menulis. Selain itu, guru kurang bervariasi dalam pembelajaran menulis deskripsi sehingga siswa tampak bosan dan enggan belajar.

Dengan adanya pembaharuan dan

pengembangan strategi pembelajaran

diharapkan dapat membantu siswa

meningkatkan pencapaian hasil belajar Bahasa Indonesia sekaligus siswa lebih aktif dalam belajar.

Demikian pula dengan

pembelajaran menulis deskripsi pada siswa SMP Negeri 1 Beteleme kelas VII masih mengalami berbagai masalah. Hal itu dibuktikan dengan siswa masih mengalami kesulitan menuangkan idenya

ke dalam bentuk tulisan dengan

menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, misalnya dapat dilihat

dari tugas karangan siswa. Pada

umumnya siswa belum maksimal

menceritakan secara runtut mengenai rangkaian peristiwa yang tejadi.

Faktor penyebab utama yang harus segera dicari jalan keluarnya adalah faktor pendekatan yang digunakan guru masih tradisional dan kurang bervariasi. Hal tersebut, sangat berpengaruh terhadap kemampuan menulis deskripsi siswa dan

dikhawatirkan dapat menyebabkan

menurunnya kualitas menulis siswa jika tidak segera diatasi. Untuk itu, perlu adanya upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa. Keberhasilan pembelajaran menulis, memerlukan keterampilan guru dalam mengajar.

Berkaitan dengan tujuan

pembelajaran menulis tersebut, perlu diterapkan suatu media pembelajaran yang efektif dan dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang

bermacam‐macam menyebabkan guru

harus selektif dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu faktor yang mempengaruhi penentuan

media pembelajaran adalah materi

pembelajaran. Setiap materi mempunyai karakteristik yang turut menentukan pula media yang digunakan untuk menyiapkan

materi tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran menulis, seorang guru harus memilih dan menggunakan media yang

sesuai, sebagai penunjang kegiatan

pembelajaran agar mampu mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama ini alokasi waktu pembelajaran menulis di sekolah‐sekolah yang salah satunya di SMP, relatif lebih kecil. Hal ini berdampak pada keterampilan menulis yang mereka belum maksimal sehingga setelah para siswa menamatkan jenjang sekolah yang lebih tinggi, dikhawatirkan belum mampu menggunakan keterampilan berbahasa secara baik dan benar.

Sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan teknik yang tradisional dalam pembelajaran di kelas, antara lain, guru berceramah di depan kelas lalu memberikan tugas dan setelah selesai, tugas tersebut dibahas bersama-sama di depan kelas dipandu guru

tersebut. Belum adanya model

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia membuat pelajaran ini serasa monoton sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran ini. Hal ini berhubungan dengan belum adanya metode yang memadukan keaktifan siswa dengan materi yang diajarkan.

Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan permainan tebak misteri dalam pembelajaran menulis deskripsi. Dengan penerapan permainan tebak misteri, maka akan membangkitkan semangat dan kesenangan siswa yang pada dasarnya menyukai segala sesuatu yang bersentuhan dengan nuansa bermain. Dalam hal ini, pembelajaran dilakukan sambil bermain, sehingga meningkatkan semangat dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk mengangkat judul penelitian yakni “Peningkatan Hasil dan Aktivitas Belajar Siswa dalam Menulis Deskripsi pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui

Penerapan Permainan Tebak Misteri pada Siswa Kelas VII SMP 1 Beteleme”.

(14)

14 penelitian ini yaitu (1) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis deskripsi pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia melalui penerapan

permainan tebak misteri pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme? (2) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan permainan tebak misteri pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme?

Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan permainan tebak misteri pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme (2) untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan permainan tebak misteri pada siswa kelas VII SMP 1 Beteleme.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu manfaat teoretis dan praktis. (1) Manfaat Teoretis, penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan teori

pembelajaran bahasa pada umumnya,

penggunaan media dan metode, pada khususnya. (2) Manfaat Praktis. Bagi siswa, pembelajaran menulis deskripsi menjadi

lebih menyenangkan dan bermakna,

mengembangkan daya pikir dan kreatifitas siswa dalam menulis, membiasakan diri siswa dalam menulis deskripsi, dan meningkatkan keterampilan dan minat siswa dalam menulis. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan umpan balik bagi guru untuk mengadakan perbaikan dalam pembelajaran kompetensi menulis deskripsi. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan masukan pada guru mengenai penerapan permainan tebak misteri dalam kegiatan menulis deskripsi pada siswa kelas VII. Bagi sekolah, penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan meningkatkan prestasi siswa dalam hal menulis. Penelitian ini juga

memberikan sebuah teknik dalam

pembelajaran kompetensi menulis

deskripsi. Bagi peneliti yang lain, hasil penelitian ini daat dijadikan pelengkap

terutama dalam hal bagaimana cara

meningkatkan kemampuan menulis

deskripsi dengan penggunaan teknik yang lebih bervariasi. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

 Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan

manipulasi, simbol, pemecahan

masalah, maupun penerapan aturan.  Penerapan intelektual yaitu kemampuan

mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan

prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan

intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

 Strategi kognitif yaitu kecakapan

menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

 Keterampilan motorik yaitu

kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan

koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

 Sikap adalah kemampuan menerima

atau menolak objek berdasarkan

penilaian objek tersebut.

Menurut Bloom hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application

(menerapkan), analysis (menguraikan,

(15)

15

(mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization

(karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

menjadi mengerti. Sedangkan Menurut

Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik.

2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

Kegiatan fisik berupa

ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan

psikis berupa ketrampilan

terintegrasi.Ketrampilan dasar yaitu

mengobservasi, mengklasifikasi,

memprediksi, mengukur, menyimpulkan

dan mengkomunikasikan. Sedangkan

ketrampilan terintegrasi terdiri dari

mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel,

mengumpulkan dan mengolah data,

menganalisis penelitian, menyusun

hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

“Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting

dalam interaksi belajar

mengajar”(Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern.Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

“Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik ”(Sudjana,2005:105). Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B.

Diedrich(dalam Nasution,

2004:9), Membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain:

 Visual activities seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

 Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.

 Listening activities seperti

mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, music, pidato dan sebagainya.  Writing activities seperti menulis cerita,

karangan, laporan, tes, angket,

menyalin, dan sebagainya.

(16)

16 dan sebagainya.

 Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model,

mereparasi, bermain, berkebun,

memelihara binatang, dan sebagainya.  Mental activities seperti menanggap,

mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan,

mengambil keputusan, dan sebagainya.  Emotional activities seperti menaruh

minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

2.3 Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

2.3.1 Konsep Menulis

Menulis adalah kegiatan

penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.

Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau

mengarang merupakan kegiatan yang

kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan

kemampuan dalam menemukan,

mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi. Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis,

memperparah keengganan orang untuk menulis.

Menulis sebagai salah satu

keterampilan berbahasa tak dapat

dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga

corak kemampuan berbahasa lainnya.

Namun demikian, menulis memiliki

karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.

2.3.2 Menulis sebagai Proses

Banyak pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti yang diungkapkan oleh pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan pendekatan koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya tidak menyentuh proses menulisnya itu sendiri.

Sebagai proses, menulis melibatkan

serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap

prapenulisan, penulisan, dan

pascapenulisan. Fase prapenulisan

merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mempersiapkan sebuah tulisan. Di

dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka

karangan kemudian dilakukan

pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.

2.3.3 Hakikat Pembelajaran Menulis

(17)

17 bahwa pembelajaran menulis adalah (1)

membantu siswa memahami cara

mengekspresikan bahasa dalam bentuk

tulis; (2) mendorong siswa

mengekspresikan diri secara bebas dalam

bahasa tulis; (3) membantu siswa

menggunakan bentuk bahasa yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.

Soenardji (1998:102) berpendapat bahwa pembelajaran menulis jika dikaitkan dengan proses pendidikan secara makro termasuk salah satu komponen yang sengaja disiapkan dan dilaksanakan oleh pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku

sesudah kegiatan pembelajaran

dilaksanakan. Perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis merupakan

hasil pengaruh kemampuan berpikir,

berbuat, dan merasakan perihal apa yang disampaikan sebagai bahan pembelajaran menulis.

Bertumpu pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.

2.3.4 Manfaat Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya

tanggap atau persepsi, memecahkan

masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman menulis.

Menurut pendapat Akhadiah, dkk.

(1988:1), banyak keuntungan yang

diperoleh dari kegiatan menulis.

Keuntungan yang pertama adalah dengan

menulis seseorang dapat mengenali

kemampuan dan potensi dirinya. Penulis

dapat mengetahui sampai di mana

pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya.

Kedua, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta

membandingkan fakta-fakta untuk

mengembangkan berbagai gagasannya.

keuntungan ketiga, penulis lebih banyak

menyerap, mencari, serta menguasai

informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara

teoretis mengenai fakta-fakta yang

berhubungan.

Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif.

Keenam, dengan menuliskan

sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong untuk belajar secara aktif. Penulis

menjadi penemu sekaligus pemecah

masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.

Dari kedua pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa menulis sangat

bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat

meningkatkan penalaran untuk

mengembangkan berbagai gagasan yang

dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan.

2.4 Menulis Deskripsi 2.4.1 Pengertian Deskripsi

(18)

18 melukiskan dengan bahasa. Dari uraian tersebut mengandung pengertian bahwa deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagai mana adanya (Finoza, 2002:190). Misalnya saja seorang guru anatomi tubuh manusia kepada murid-muridnya sehingga dalam benak pikiran muridnya bagian tubuh

itu terekspresikan seperti keadaan

sebenarnya. Menurut (Semi, 1990:32) deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang bertalian dengan usaha menulis untuk memberikan rincian- rincian mengenai suatu objek yang sedang dibicarakan. Menurut Marahimin (1994:33) deskripsi merupakan pemaparan atau penggambaran dengan kata- kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan.

Dari uraian tersebut bahwa yang dimaksud deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya (Finoza, 2002:190). Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai dengan gambaran objek yang

sebenarnya sehingga menumbuhkan

imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri- ciri, sifat- sifat atau hakikat dari objek yang dideskripsikan itu. Tulisan deskripsi dapat dimaksudkan untuk menciptakan sebuah

pengalaman pada diri pembaca dan

memberi identitas atau informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi. Oleh karena itu penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu objek penulisan.

Dari pendapat tentang deskripsi

dapat disimpulkan bahwa deskripsi

merupakan hasil observasi melalui panca indra yang disampaikan dengan kata- kata atau kalimat. Coba amati ketika seseorang sedang melukis. Ketika seorang pelukis menggambarkan sebuah objek, ia akan terlibat pengamatan secara detail objek tersebut lalu meresapkannya dalam kertas dengan alat yang tersedia.

Menulis deskripsi tidak jauh berbeda. Penulis tentu akan dilibatkan untuk mengamati sebuah objek tertentu yang akan

dituangkan dalam tulisan dengan alat yang tersedia (kemampuan berbahasa tulis, diksi, penguraian, komposisi tulisan dan lain- lain). Jadi kegiatan seorang penulis deskripsi sama seperti kegiatan seorang pelukis. Mereka sama- sama menangkap objek yang diamati, diresapi, diimajinasikan dalam pikirannya dan dituangkan dalam bentuk lukisan atau tulisan (Nurudin, 2007:59-60). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalam tulisan

deskripsi, penulis tidak boleh

mencampuradukkan keadaan yang

sebenarnya dengan interpretasinya sendiri (Finoza, 2006:60).

Tulisan deskripsi dimaksudkan untuk menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca dan memberi identitas, atau informasi mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan dengan obyek tadi. Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang suatu obyek penulisan. Oleh karena itu, penulis perlu menggunakan pendekatan dalam menulis deskripsi.

2.4.2 Jenis-Jenis Deskripsi

Berdasarkan tujuannya, Keraf, 1982:94) membedakan deskripsi terdiri atas dua macam yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi ekspositoris (teknik).

1) Deskripsi Sugestif

Deskripsi sugestif adalah

penggambaran suatu objek dengan tujuan menciptakan suatu penghayatan terhadap

objek tersebut melalui imajinasi

pembaca.Dalam deskripsi sugestif, penulis

bermaksud menciptakan sebuah

pengalaman pada diri pembaca,

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Nilai Siswa Pra Siklus
Tabel 4.2 Rekapitulasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan  Siklus II
Tabel Hasil Perbandingan  Pelaksanaan Tindakan  Antar Siklus Keaktifan Siswa
Tabel 1. Tingkat Presentase Peningkatan Hasil Belajar  Menggunakan Media Brosur Perjalanan Wisata pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Aspek Keterampilan Menulis Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sindue dengan Karangan Deskripsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan mulsa batang jagung, mulsa jerami dan mulsa orok-orok lebih baik dibandingkan dengan mulsa kayu apu, mulsa eceng gondok, mulsa kara benguk dan

KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, profitabilitas dan leverage terhadap kondisi financial

Berdasarkan hasil penelitian (Lampiran 6) yang dilakukan oleh Widigdo & Pariwono (2000) menunjukan bahwa nilai logam berat Cu yang diperoleh jauh lebih tinggi dibanding dengan

match. Peneliti tidak melanjutkan pada siklus berikutnya karena permalasahan yang terjadi pada siklus sebelumnya telah dapat diselesaikan. Begitu juga dengan hasil

Efek antimalaria yang ditimbulkan oleh pohon kayu susu diduga karena senyawa aktif yang terkandung di dalam kulit batang kayu susu yaitu flavonoid, saponin, dan

Untuk memahami dan menjelaskan model penyelesaian tindak pidana lalu - lintas dengan mediasi penal dengan prinsip-prinsi restorative justice menjadi model yang

Hasil reaksi yang diperoleh menunjukkan bahwa hidrorengkah CNSL dengan katalis NiO/ZY menghasilkan produk cair sebanyak 80,03% dengan selektivitas bensin, diesel dan minyak

Seperti dalam mekanisme aplikasi pada produk Bank Syariah Mandiri iB cicil emas yang dilakukan pada lembaga perbankan syariah, dari pertama terjadinya transaksi