• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS NILAI EKONOMI TANGKAPAN NELAYAN DALAM PENUNJANG KEGIATAN OBJEK WISATA KULINER DESA BAGAN PERCUT SEI TUAN

OLEH :

WINDA NASUTION 140501006

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS NILAI EKONOMI TANGKAPAN NELAYAN DALAM

PENUNJANG KEGIATAN OBJEK WISATA KULINER DESABAGAN PERCUT SEI TUAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai ekonomi tangkapan nelayan dalam penunjang kegiatan objek wisata kuliner di Desa Bagan Percut Sei Tuan.

Beberapa aspek yang menjadi objek penelitian yaitu Nelayan, Pedagang Restoran dan Wisatawan.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kondisi penawaran tangkapan nelayan terhadap permintaan dan pemenuhan objek wisata kuliner di Desa Bagan Percut Sei Tuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Deskriptif.

Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan kuesioner. Variable yang diwawancara yaitu Nelayan,pedagang, restoran dan wisatawan.

Hasil analisis menyimpulkan bahwa penawaran hasil tangkapan nelayan tidak mencukupi permintaan wisatawan terhadap objek wisata kuliner di Desa Bagan Percut Sei Tuan.

Kata Kunci : Nilai Ekonomi, Objek Wisata Kuliner, Nelayan, Pedagang Restoran, Wisatawan

(6)

This study aims to analyze the economic value of fishermen's catches in supporting culinary tourism activities in the Bagan Percut Sei Tuan Village. Some aspects of the object of research are Fishermen, Restaurant Traders and Tourists.

This study also aims to determine the condition of fishermen's catch supply to the demand and fulfillment of culinary attractions in Bagan Percut Sei Tuan Village.The method used in this research is descriptive method. Data collection using interview and questionnaire techniques. Variables interviewed are fishermen, traders, restaurants and tourists.

The results of the analysis concluded that the supply of fishermen's catches was not sufficient for tourists' demand for culinary attractions in Bagan Percut Sei Tuan Village.

Keywords: Economic Value, Culinary Attractions, Fishermen, Restaurant Traders, Tourists

(7)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Ekonomi Tangkapan Nelayan Dalam Menunjang Objek Wisata Kuliner Desa Bagan Percut” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini saya (penulis) persembahkan untuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Ayahanda Alm. Azwar Efendi Nst dan Ibunda Almh Rita Wati beserta Wali saya Bapak H. Sabaruddin, SE dan Ibunda Hj. Sri Murniati yang telah senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan, Motivasi, kerja keras, pengorbanan dan semangat selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, Motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS. Selaku Dosen Pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan saran yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

(8)

memberikan petunjuk, saran, dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

7. Tim Ekonomi Pertanian, dan EP 2014, dan semua pihak yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan membantu serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi dan pengorbanan yang diberikan.Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritikan dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan peneliti selanjutnya.

Wassalamualaikum Waromatullohi Waboraktuh.

Medan, Januari 2020 Penulis,

Winda Nasution NIM. 140501006

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjuan Pustaka ... 9

2.1.1 Perikanan ... 9

2.1.2 Nelayan ... 10

2.1.3 Pariwisata... 12

2.1.4 Teori Permintaan ... 19

2.1.5 Teori Penawaran ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 25

2.3 Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 29

3.3 Batasan Operasional ... 29

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5.1 Kusioner... 31

3.5.2 Wawancara ... 31

3.5.2 Dokumentasi ... 31

3.6 Teknik Analisis Data ... 32

3.7 Definisi Operasional ... 32

(10)

Percut Kecamatan Bagan Percut Sei Tuan... 34

4.2.1 Kondisi Topografi dan Bentuk Wilayah ... 37

4.2.2 Kondisi Iklim dan Cuaca ... 37

4.2.3 Keadaan Penduduk ... 37

4.2.4 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 38

4.2.5 Struktur Penduduk Menurut Agama ... 39

4.2.

6

Kondisi Fasilitas Umum ... 40

4.3 Metode Analisis Deskriptif ... 42

4.3.1 Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Umur ... 42

4.3.2 Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

4.3.3 Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendidikan ... 44

4.3.4 Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pendapatan ... 44

4.3.5 Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Pengeluaran Berkunjung ... 45

4.3.6 Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Umur .... 46

4.3.7 Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Pendidikan ... 47

4.3.8 Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 48

4.3.9 Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Pengalaman ... 49

4.3.10 Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Status Kepemilikan Kapal ... 50

4.3.11 Karakteristik Responden Nelayan Berdasarkan Penghasilan ... 51

4.3.12 Karakteristi Responden Pedagang Berdasarkan Umur ... 52

4.3.13 Karakteristik Responden Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.3.14 Karakteristik Responden Pedagang Berdasarkan Pendidikan ... 54

4.3.15 KarakteristikResponden PedagangBerdasarkan Rata-Rata Pendapatan Tiap Minggu ... 55

4.3.16 Karakteristik Responden Restoran Berdasarkan Usia Restoran ... 56

(11)

4.3.17 Karakteristik Responden RestouranBerdasarkan

Pendapatan Restoran Tiap Minggunya ... 57 4.4 Pembahasan... 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN

(12)

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 25

4.1 Luas Wilayah dan Jarak Wilayah KeKecamatan Percut Sei Tuan ... 36

4.2 Keadaan kepadatan penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan ... 38

4.3 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 39

4.4 Struktur Penduduk Menurut Agama ... 40

4.5 Jumlah Sarana Pendidikan ... 41

4.6 Jumlah Sarana Ibadah ... 42

4.7 Karakteristik Wisatawan Berdasarkan Umur ... 42

4.8 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Jenis Kelamain ... 43

4.9 Karakteristik Wisatawan Berasarkan Pendidikan ... 44

4.10 Karakteristik Wisatawan Berasarkan Pendapatan ... 46

4.11 Karakteristik Wisatawan Berasarkan Pengeluaran Berkunjung ... 47

4.12 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Umur ... 48

4.13 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Pendidikan ... 49

4.12 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga... 50

4.13 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Pengalaman ... 51

4.14 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Status Kepemilikan Kapal ... 52

4.15 Karakteristik Nelayan Berdasarkan Penghasilan ... 53

4.16 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Umur ... 54

4.17 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

4.18 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Pendidikan... 55

4.19 Karakteristik Pedagang Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tiap Minggu ... 56

4.20 Karakteristik Restoran Berdasarkan Usia Restoran ... 57

4.21 Karakteristik Restoran Berdasarkan Pendapatan Restoran Tiap Minggunya... 58

4.22 Penawaran Hasil Tangkapan Nelayan Daerah Bagan Percut ... 60

4.23 Permintaan Wisatawan Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan Desa Bagan Percut ... 61

4.24 Jumlah Import Hasil Tangkapan Nelayan ... 62

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Siklus Destinasi Baru ... 12 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 30 4.1 Peta Demografi Wilayah Percut Sei Tuan ... 35

(14)

2. Koesioner Penelitian Nelayan

3. Koesioner Penelitian Pedagang

4. Koesioner Penelitian Restoran

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian dalam arti luas, mencakup pertanian rakyat, perkebunan (termasuk perkebunan rakyat dan perkebunan besar) , kehutanan, peternakan dan perikanan. Perikanan termasuk sub sektor pertanian. Perikanan dalam waktu yang relatif singkat telah mampu memperlihatkan identitasnya. Identitas perikanan memberikan sumbangan yang subtansial dalam pembangunan ekonomi kita.

Sebagai subsektor dari pertanian secara keseluruhan kebutuhan gizi dan protein.

Selain itu, sektor perikanan juga merupakan sektor yang mampu memberikan peluang kerja bagi masyarakat dan berperan dalam pengembangan wilayah. Subsektor perikanan dapat dikembangkan di perairan darat maupun perairan laut. Sub sektor perikanan tidak dalam menyaingi kegiatan tanaman dalam alokasi penggunaan lahan yang semakin terbatas. Kekuatan potensial dan keunggulan komparatif yang dimiliki perikanan indonesia antara lain sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk perikanan indonesia antara lain sumber daya kewilayahan yang ada, baik untuk perikanan tangkap maupun untuk perikanan budidaya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terhubung oleh berbagai selat dan laut. Menurut data Badan Pusat Stasistik (2016), jumlah pulau di Indonesia adalah 17.504 pulau. Indonesia disebut juga negara maritime dimana negara yang memiliki panjang garis pantainya sekitar 99.093km, memiliki sumber daya air yang payau dan sumber daya laut yang tidak sedikit. Wilayah lautan indonesia merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan daratannya.

(16)

Sumber daya yang paling banyak di pergunakan oleh rakyat Indonesia adalah sumberdaya hayati terutama ikan.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2.

Semua kekayaan di Indonesia bisa dimafaatkan dengan pembangunan pariwisata.

Adapun beberapa pariwisata yang dapat dibangun di suatu daerah yaitu wisata alam, wisata budaya, wisata buatan serta wisata kuliner, masing-masing memiliki potensi wisata yang berbeda-beda. Salah satu daerah yang dapat dibangun tempat wisata adalah di wilayah pesisir dan laut.

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat potensial untuk dikelola dan dikembangkan untuk mendirikan tempat wisata kuliner sesuai dengan karakteristik dan potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki suatu daerah.

Menurut bengen (2000) wilayah pesisir yang menyediakan sumber daya alam produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral maupun kawasan reakreasi atau pariwisata, yang merupakan tumpuan harapan terhadap satu perubahan bagi masyarakat pesisir di masa mendatang karena, pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai perubahan terhadap masyarakt sekitar.

Pariwisata dikatakan mempunyai efek yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat sekitar mengalami metamorphose dalam berbagai aspeknya.

Pariwisata merupakan sektor yang penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam menyediakan lapangan pekerjaan.

Pariwisata juga sebagai pengembangan sosial budaya dan mempromosikan citra

(17)

3

bangsa di luar negeri. Pariwisata juga sebagai sumber pendapatan setelah migas.

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor yang mudah berkembang, sektor ini yang diharapkan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu.

Dalam pengembangan pariwisata diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan tersebut. Menurut Splance (1994) pariwisata harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan merasa puas dalam menikmati wisatanya, yaitu 1) Atraksi, Dengan keindahan alam, iklim dan cuaca, kebudayaan, sejarah, sifat kesukaan, dan kemampuan dan kemudahan berjalan ke tempat tersebut, 2) Fasilitas, Kebutuhan wisatawan dan juga harus cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut, 3) Infrastruktur, seperti sektor pengairan, sumber listrik dan energi, jaringan kominikasi, sektor, jasa-jasa kesehatan, jalan dll, 4) Transfortasi, Seperti adanya terminal, pengangkutan lokal, keamanan di dalam terminal, informasi, ( lokasi, tarif, jadwal, dan rute, ) 5) Keramahan, Mempengaruhi kenyamanan wisatawan.

Pariwisata juga merupakan suatu sektor yang tidak berbeda jauh dengan sektor ekonomi yang lain yaitu dalam proses perkembangan juga memperoleh dampak dan pengaruh di bidang sosial dan ekonomi. Pengaruh yang di timbulkan tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat. Untuk mencegah perubahan itu menuju kearah negatif maka di perlukan suatu perencanaan yang mencakup aspek sosial dan ekonomi, sehingga sedapat mungkin masyarakat setempat ikut terlibat di dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata proses pembangunan dan pengembangan suatu wilayah dapat ditunjang oleh potensi wilayah yang di

(18)

milikinya. Dampak positif yang akan di rasakan masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan yang semakin luas seperti perdagangan dan sarana transportasi yang dapat meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat. Tentu hal ini akan berdampak kepada pendapatan masyarakat sekitar daerah wisata yang dapat membuat ekonomi semakin berkembang.

Sektor pariwisata diharapkan menjadi penghasil devisa nomor satu dan sebagai sumber pendapatan negara, jadi pemerintah mengupayakan pengembangan dan perbaikan di sektor pariwisata dari waktu ke waktu. Dengan tujuan untuk melestarikan obyek wisata yang ada serta meningkatkan mutu pariwisata agar menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan menikmati obyek wisata yang disajikan. Pengembangan tersebut ditujukan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tentunya dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain kelestarian budaya dan lingkungan alam, aspek peningkatan pendapatan daerah ataupun aspek pelayanan terhadap wisatawan.

Selain itu pemerintah juga gencar melakukan promosi baik secara langsung atupun tidak langsung. Promosi secara langsung yang dilakukan pemerintah misalnya, dengan mengirimkan dan menyelenggarakan misi kebudayaan ke luar negeri, pameran khusus benda-benda atau hasil kebudayaan. Sedangkan promosi yang dilakukan pemerintah secara tidak langsung misalnya memberikan informasi dalam bentuk penyebaran pamflet, iklan media cetak ataupun elektronik. Adapun promosi yang sangat efektif dan efisien yaitu melalui antar personal.

Potensi wisata yang menarik untuk dikembangkan dan menjadi agenda bagi pemerintah setempat yaitu wisata kuliner. Wisata jenis ini memiliki potensi

(19)

5

dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata. Wisata kuliner sangat berbeda dengan wisata umumnya, karena wisata ini lebih mengunggulkan makanan, kepuasan rasa dan kekhasan suatu makanan atau sajian. Terlepas dari keindahaan alam ataupun pernak-pernik lainnya. Wisatawan domestik maupun mancanegara akan menambah pengetahuannya tentang makanan khas Indonesia dengan mengikuti wisata ini. Indonesia mempunyai berbagai keanekaragaman suku budaya yang sangat banyak, sehingga banyak berbagai anekaragam makanan yang dihasilkan tiap-tiap daerah. Selain bisa menikmati makanan khas suatu daerah, wisatawan juga dapatmelihat langsung cara pembuatannya yang dilakukan dengan proses yang beragam, dari masakan tradisional hingga modern.

Desa Bagan Percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang ini mempunyai luas 190,79km yang terdiri dari 18 Desa dan 2 kelurahan, salah satunya yaitu desa bagan percut yang pola pemukiman penduduknya memanjang mengikuti garis pasir pantai. Desa Bagan Percut rata-rata penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan pedagang ikan.

Dengan banyaknya bermunculan restoran-restoran yang didirikan pelaku bisnis yang di bantu dengan masyarakat sekitar, sangat banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati wisata kuliner Desa Bagan Percut, wisata kuliner ini terkenal di setiap kalangan, karna wisata kuliner Bagan Percut sangan cocok untuk menjadikan tempat berkumpul keluarga, reunian dan lain-lain. Pengunjung wisata kuliner Desa Bagan Percut dominan berasal dari daerah kota Medan, mulai dari berbagai suku hingga etnis tionghoa, dapat menikmati wisata kuliner dengan ciri khas seafood.

(20)

Desa bagan percut memiliki tempat wisata kuliner yang tidak sedikit, lokasi wisata kuliner tersebut juga tidak jauh dari pemukiman penduduk sehingga dapat berkontak langsung antara masyarakat ataupun pengunjung. Jumlah wisata kuliner yang ada di daerah bagan desa percut yaitu sebanyak 10 objek wisata kuliner yang terdiri dari Restoran.

Wisata kuliner bagan percut memiliki keunikan wisata tersendiri dari wisata kuliner biasanya masyarakat Desa Bagan Percut yang dominan berprofesi sebagai nelayan. Terlibat dalam aktivitas wisata kuliner dan juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menjadi mudah untuk para nelayan mengkontribusikan hasil tangkapan laut yang segar kepada pedagang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sehingga menjadi aset terjalannya wisata kuliner dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisata kuliner Bagan Percut. Pasalnya, biasanya wisata kuliner kerap konsumsi makanan dari pihak restoran akan tetapi, yang menjadi unik wisata kuliner bagan percut ini pengunjung dapat membeli bahan bahan hasil tangkapan nelayan yang diperdagangkanoleh TPI seperti jenis- jenis hasil tangkapan laut.

Untuk menikmati hasil tangkapan nelayan, wisatawan dapat menaiki perahu boat dan menyeberang ke restoran, lalu pihak restoran menerima jasa masak dari hasil pembelian bahan-bahan yang sudah di beli oleh para wisatawan.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung untuk menikmati wisata kuliner Desa Bagan Percut, berpengaruh pada jumlah ikan yang di peroleh nelayan dari laut.

Kondisi Jumlah hasil tangkapan nelayan memiliki batas penangkapan, dimana setiap hasil tangkapan nelayan tersebut dipasarkan untuk lokal dan luar

(21)

7

lokal. Akibat dari terbatasnya hasil tangkapan nelayan tersebut, sehingga menimbulkan konsekuensi kepada objek wisata kuliner yang ada di daerah Bagan Percut. Apakah hasil tangkapan nelayan mampu memenuhi kebutuhan untuk setiap objek wisata kuliner dalam hal ini adalah restoran di Desa Bagan Percut atau justru belum mampu memenuhi kebutuhan objek wisata kuliner itu sendiri mengingat jumlah wisatawan setiap tahun yang semakin meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS NILAI

EKONOMI TANGKAPAN NELAYAN DALAM PENUNJANG

KEGIATAN OBJEK WISATA KULINER DESA BAGAN PERCUT SEI TUAN”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kondisi penawaran tangkapan nelayan lebih kecil dari kebutuhan permintaan wisatawan di Desa Bagan Percut ?

2. Bagaimana tingkat ekonomi nelayan terhadap pemenuhan kebutuhan objek wisata kuliner di Desa Bagan Percut ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi penawaran tangkapan nelayan terhadap pemenuhan kebutuhan objek wisata kuliner di Desa Bagan Percut.

(22)

2. Untuk mengetahui tingkat ekonomi nelayan terhadap pemenuhan kebutuhan objek wisata kuliner di Desa Bagan Percut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran tentang bagaimana hasil tangkapan nelayan mampu memenuhi permintaan dari objek wisata kuliner desa bagan percut dan juga permintaan diluar wilayah desa percut.

2. Semakin banyak masyarakat luar yang berkunjung untuk menikmati objek wisata kuliner yang di sediakan Desa Bagan Percut.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Perikanan

Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunan sektor perikanan indonesia sebagai sumber devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan kepemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam pembangunan perikanan.

Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses ke langsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagian bahan pangan, ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral (junianto, 2003).

Ikan juga merupakan komoditi yang mudah rusak atau busuk jadi penyampaiannya dari produsen (nelayan) ke konsumen harus cepat agar kualitas dan kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan tersebut tidak diolah. kondisi atau keadaan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan demikian juga nilai gizinya. Jadi nilai efesiensi dari penggunaan tataniaga perikanan tersebut, dari produsen ke konsumen (rangkuti, 1994).

(24)

2.1.2 Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggiran pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.

Menurut Mulyadi (2005), nelayan terbagi dalam empat kelompok yaitu :

1. Nelayan subsisten (Subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri

2. Nelayan asli (Native/ indigeneous / aborigial fishers ), yaitu sedikit banyak memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil.

3. Nelayan rekreasi ( Recretional/ sport fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga.

4. Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini di bagi dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar.

Produksi ikan akan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Hal ini sangat

(25)

11

merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis perikanan.

Kegiatan produksi di bidang perikanan dapat dilakukan dengan3 cara yaitu : dengan cara penangkapan, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan yang dapat dilakukan di perairan darat maupun perairan laut.

Sumberdaya perikanan ini apabila dimanfaatkan akan memberikan keuntungan yang besar bagi negara melalui ekspor non migas. Cara penangkapan yaitu dengan menangkap ikan di laut bebas dengan mempergunakan alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan. Cara budidaya yaitu dengan membudi dayakan ikan baik di laut maupun di air tawar.

Pengolahan hasil perikanan yaitu dengan mengolah hasil-hasil dari ikan hasil tangkap, baik pengalengan, pengasinan, perebusan maupun mengolah menjadi tepung ikan.

Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di kolam, di sungai, di danau, atau di laut melainkan usaha yang mencakup berbagai aspek organisme (sumber hayati) di perairan secara keseluruhan semua organisme seperti ikan, kerang, siput, siput dan organisme lain termasuk objek usaha perikanan.

Objek usaha perikanan adalah semua kegiatan yang ada hubungannya memanfaatkan sumber hayati perairan (hewan dan tumbuhan) yang hasilnya dapat di manfaatkan bagi kehidupan ekonomi dengan demikian, usaha perikanan bertujuan untuk memanfaatkan hasil perairan air tawar dan perairan laut, baik dengan cara memeliharannya maupun dengan

(26)

Perekonomian Daerah

caramenangkap dan mengolahnya. Usaha perikanan laut meliputi penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara dan pengambilan rumput laut.

2.1.3 Pariwisata

3.

4.

Gambar 2.1

Siklus Destinasi Pariwisata Baru Sumber :Destinasi Pariwisata Baru (Prof. Dr. Ramli SE., MS)

Sektor pariwisata merupakan kontribusi dan driven pengembangan ekonomi daerah maupun perekonomian nasional yang menciptakan lapangan kerja termurah. Dewasa ini bagi sebagian masyarakat berwisata bukan lagi suatu kemewahan, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan

Perekonomian Nasional

K1 (keberangkatan)

-Pendidikan -Transportasi -Promosi -Jasa -Biro travel

K2 (Ketibaan)

Kuliner Minuman Menikmat alam Menikmat budaya Menikmati man med menikmati jasa kesehatan menikmati proses menjala Menikmati prose s mengambil kerang

menikmati proses memancing

K3 (Kepulangan)

-Produk Herbal -Produk Makanan -Produk Minuman -Produk Hand Craf -Produk Sayur Organik -Produk Pilet Ikan

-Teknologi

-Informasi dan komunikasi (TIK) -Digital

Masalah -SDM

-infrastruktur -Man made -Tatat letak objek wisata

(27)

13

masyarakat untuk berwisata. Dalam sektor pariwisata terdapat 3 proses yang dapat dilakukan sebelum berkunjung kesuatu tempat objek wisata, yaitu dimulai dengan keberangkatan, ketibaan/kedatangan dan selanjutnya kepulangan. Dalam proses yang dilalui oleh wisatawan mendapatkan info objek wisata dari media, sangat dibutuhkan dunia digital dalam pemajuan objek wisata sebagai destinasi wisata baru. Tetapi terdapat banyak kendala dalam pembangunan destinasi objek wisata baru yaitu sumber daya manusia sangat minum untuk melestarikan wisata baru tersebut, infrastruktur dan man made kurang adanya dukungan dari pemerintah.

Maka yang terjadi pada perkembangan infrastruktur suatu objek wisata sangat lambat untuk dinikmati para pengunjung.

Sutiyo (2001) menggambarkan pariwisata adalah bersifat sementara bahwa dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya, restoran, objek wisata, sovenir dan lain-lain juga memiliki tujuan tertentu yang intinya mendapatkan kesenangan, tidak untuk mencari nafkah ditempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat menjadi kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakan berasal dari tempat asal.

Sedangkan Gunn (1994) menggambarkan pariwisata adalah satu kesatuan system antara karakteristik wisatawan yang akan mempengaruhi kebutuhan dan motivasi dalamberwisata, tempat tujuan wisata yang direpresentasikan dalam atraksi dan jasa layanan wisata yang di tawarkan, pemasaran dan ketersediaan akses menuju tempat wisata.

(28)

Menurut Spillane (1989), pariwisata diantaranya adalah :

1. Pleasure tourism, yaitu pariwisata untuk menikmati perjalanan.

Jenis pariwisata ini di lakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, mendorong ketegangan syarapnya, menikmati keindahan alam, menikmati cerita rakyat suatu daerah, serta menikmati hiburan dan sebagainya.

2. Recreation tourism, yaitu tujuan wisata rekreasi. Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

3. Cultural tourism, yaitu pariwisata untuk kebudayaan. Jenis pariwisata ini ditandai dengan adanya rangkayan motifasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan sebagainya.

4. Sports tourism, yaitu pariwisata untuk tujuan olahraga. Jenis pariwisata ini bertujuan untuk olahraga, baik hanya untuk menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta ditunjukan bagi mereka yang ingin mempratekannya sendiri.

5. Ussines tourism, yaitu pariwisata untuk urusan dagang besar.

Dalam pariwisata jenis ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan dalam

(29)

15

menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk memanjakan dirinya sebagai wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek wisata dan jenis pariwisata yang lain.

6. Convention tourism, yaitu pariwisata untuk konversi. Banyak negara tertarik untuk menggarap jenis pariwisata ini dengan banyak hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang pariwisata jenis ini.

Pariwisata dapat menciptakan permintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata. Menurut Sadono Sukirno (2010), permintaan adalah jumlah barang yang diminta oleh pembeli dalam pasar pada berbagai tingkat harga.Di dalam permintaan terdapat hukum permintaan.Hukum permintaan menyatakan bahwa apabila harga suatu komoditi naik (dan hal-hal lain tidak berubah), maka pembeli cenderung membeli lebih sedikit komoditi itu. Demikian pula apabila harga turun, hal-hal lain tetap, kuantitas yang diminta pembeli akan meningkat (Samuelson & Nordhaus 2003).

Permintaan yang dilakukan oleh individu terhadap suatu komoditas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Sadono Sukirno (2010), faktor- faktor yang menentukan permintaan masyarakat terhadap suatu barang, yaitu : harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata- rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa

(30)

masyarakat, jumlah penduduk dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Untuk wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda-beda. Menurut Medlik dalam Ariyanto (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata antara lain yaitu:

1. Harga, yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata, akan memberikan imbas pada wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata, sehingga permintaan wisata pun akan berkurang.

Begitupula sebaliknya, apabila harga pada suatu daerah tujuan wisata rendah, maka permintaan wisata pun akan meningkat.

2. Pendapatan. Pendapatan seseorang tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin rendah.

3. Sosial Budaya. Apabila pendapatan seseorang tinggi, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin tinggi. Begitu jugase baliknya, apabila pendapatan individu rendah, maka kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata akan semakin rendah.

4. Sosial Politik. Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tenteram,

(31)

17

tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan sangat terasa pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.

5. Integrasi Keluarga. Banyak maupun sedikitnya keluarga, berperan serta dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

6. Harga Barang Substitusi. Harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan cadangan dalam berwisata.

7. Harga barang komplementer. Merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.

Sedangkan menurut Medlik dalam Ariyanto (2005), ada berbagai faktor yang menentukan seseorang untuk membeli jasa atau mengunjungi objekwisata yaitu : lokasi, fasilitas, citra, harga / tarif dan pelayanan.

Wisata kuliner menjadi suatu alternative dalam mendukung potensi wisata alam, wisata budaya, wisata budaya serta wisata buatan. Wisata kuliner ini menjadi bagian dari jenis wisata yang tidak bisa dipisahkan dari

(32)

kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya manusia butuh makan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, pada eramodrenisasi saat ini makan merupakan sebuah gaya hidup dan menjadi trend dikalangan masyarakat dalam wisata kuliner yang memiliki khas makanan , kuliner yang menarik, pelayan yang ramah, tempat yang menarik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Desa Bagan Percut merupakan daerah wilayah pesisir yang memiliki kekayan alam dan perikanan, hasil-hasil tangkapan tersebut seperti aneka seafood menjadi aset bagi wisata kuliner Bagan Percut.

Tidak hanya makanan yang khas akan tetapi, pengunjung dapat berbelanja terlebih dahulu, menaiki perahu, dan dapat menikmati musik dari fasilitas restoran tersebut. Adapun komponen-komponen yang menjadi daya tarik tersendiri dari wisata kuliner (Suryadana, 2009) yaitu:

1. Keragaman aktivitas kuliner.

2. Makanan khas.

3. Lokasi yang nyaman dan bersih.

4. Kawasan yang unik dan menarik.

5. Pelayanan yang baik.

6. Peluang bersosialisasi.

7. Interaksi budaya dengan kuliner.

8. Suasana kekeluargaan.

9. Lingkungan yang menarik.

(33)

19

Daya tarik wisata kuliner penting bagi setiap daerah yang mendirikan pariwisata di bidang wisata kuliner karena dengan adanya daya tarik yang khas dan unik maka dapat menarik pengunjung dan menjadikan trend wisata di suatu daerah. Akan tetapi tidak dari segi wisatanya saja yang menjadi daya tarik, pelayan yang ramah dan masyarakat setempat yang ramah akan menjadi hal yang menarik bagi pengunjung.

2.1.4 Teori Permintaan

Teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Adapun hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang itu.

(34)

Gambar 2.2 Kurva permintaan

Sumber : Teori Ekonomi Mikro, Syahrir Hakim Nasution (2014)

Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah (kuantitas) barang yang diinginkan dan harga barang, sedangkan pendapatan konstan. Kurva permintaan berbentuk miring ke bawah (downward – sloping) karena harga barang yang lebih tinggi mendorong konsumen beralih ke barang lain atau mengkonsumsi lebih sedikit barang tersebut (Mankiw, 2003).

Menurut Mankiw (2003) Faktor-faktor atau variabel yang mempengaruhi permintaan suatu barang, antara lain adalah :

a. Harga. Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang akan dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsituation product, Ps) maupun harga barang pelengkap (price of complementary product, Pc). Konsumen akan membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan bila harga barang terlalu tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan konsumsi dan pembeliannya kepada barang pengganti (barang subtitusi) yang lebih murah harganya. Harga barang pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan seorang konsumen untuk membeli atau tidak barang utamanya, bila permintaan barang utama meningkat, maka permintaan akan barang penggantinya akan menurun dan sebaliknya.

(35)

21

b. Pendapatan Konsumen. Konsumen tidak akan dapat melakukan pembelian barang kebutuhan bila pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan pendapatan akan mendorong konsumen untuk mengubah permintaan akan barang kebutuhannya. Berdasarkan sifat perubahan permintaan terhadap berbagai barang apabila terjadi perubahan pendapatan, dapat dibedakan dalam beberapa golongan, antara lain :

1. Barang Esensial (essential goods) adalah barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kebutuhan atau permintaan akan barang ini tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan pendapatan

2. Barang Normal (normal goods) adalah barang yang permintaannya berhubungan lurus dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen meningkat, maka permintaan akan barang tersebut juga meningkat dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun, maka permintaan barang tersebut juga menurun.

3. Barang Inferior (inferior goods) adalah barang yang permintaannya berhubungan terbalik dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen meningkat maka permintaan akan barang tersebut akan menurun dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun maka permintaan akan barang tersebut meningkat.

(36)

c. Jumlah Konsumen. Pertambahan jumlah konsumen, misalnya jumlah penduduk, tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan jumlah permintaan suatu barang. Akan tetapi pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja. Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini juga akan menambah daya beli masyarakat.

Pertambahan daya beli masyarakat akan menambah permintaan.

d. Selera Konsumen. Perubahan selera dapat termanifestasikan ke dalam perilaku pasar.perubahan selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map, tanpa ada perubahan harga barang maupun pendapatan, permintaan akan suatu barang akan suatu barang dapat berubah karena perubahan selera.

e. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang. Perubahan – perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga – harga akan naik pada masa depan akan mendorong konsumen membeli lebih banyak untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Secara umum permintaan akan suantu barang tidak hanya dipengaruhi oleh barang itu sendiri, tetapi dipengaruhi pula oleh harga barang lain yang berkaitan, pendapatan konsumen, jumlah penduduk dan jumlah permintaan pada tahun sebelumnya.

(37)

23

2.1.5 Teori Penawaran

Menurut Mankiw (2003) Jumlah penawaran (quantity supplied) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita mengalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang itu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya:

a. Harga barang tersebut. Hubungan antara harga dan penawaran barang itu adalah berbanding lurus. Semakin murah harga maka jumlah barang yang ditawarkan akan semakin sedikit dan semakin mahal harga, maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak.

b. Harga barang lain. Semakin mahal harga barang substitusi maka semakin sedikit penawaran barang itu.

c. Harga faktor - faktor produksi. Bila harga faktor - faktor produksi semakin meningkat maka akan menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya produksi semakin mahal, maka produsen menjadi berkurang kemampuannya untuk berproduksi..

d. Ekspektasi harga di masa yang akan datang.Bila ada anggapan bahwa di masa yang akan datang akan terjadi kenaikan harga pada

(38)

suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan semakin menurun.

e. Jumlah produsen. Apabila jumlah produsen bertambah maka semakin banyak penawaran.

f. Teknologi. Dengan adanya teknologi yang semakin meningkat, berarti biaya untuk memproduksi menjadi lebih rendah, dengan demikian jumlah barang yang dapat diproduksi menjadi lebih banyak.

Hukum penawaran berasumsi bahwa dengan menganggap hal lainnya tetap, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang tersebut terus meningkat. Kurva penawaran memperlihatkan perubahan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah.

Karena harga yang lebih tinggi menaikan kuantitas yang ditawarkan, maka kurva penawaran memiliki kemiringan ke atas atau positif.

(39)

25

Gambar 2.3 Kurva Penawaran

Sumber : Teori Ekonomi Mikro, Syahrir Hakim Nasution (2014)

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, denganmenganggap seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul

Penelitian

Variabel Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian Asmita

Syahma (2016)

Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaru hi

Pendapatan Nelayan Tangkap Di Desa Galesong Kota

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

Variable Dependen : Pendapatan Nelayan Tengkap.

Variable Independen : Umur,

Pendidikan Terakhir Tanggungan Keluarga Pengalaman, Lama Laut, Ukuran Mesin

Analisis Deskriptif

Hasil penelitian ditemukan bahwa variabel lama melaut dan ukuran mesin yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pendapatan nelayan, yang berarti bahwa setiap

penambahan lama melaut dan ukuran mesin yang digunakan maka pendapatan nelayan tangkap juga akan meningkat.

Sedangkan variabel umur, pendidikan, tanggungan keluarga, dan pengalaman tidak memiliki pengaruh terhadap pendapatan nelayan tangkap di Desa galesong Kota Kecamatan Galesong

(40)

Kabupaten Takalar.

Mustika Ratnas ari (2016)

Analisis Nilai Ekonomi Dan Strategi Pengembang an Wisata Di Kawasan Ekonomi Khusus (Kek) Pariwisata Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

Nilai Ekonomi, Pendidikan, Lokasi, Fasilitas

Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian ini adalah (1) Nilai ekonomi wisata di KEK pariwisata Tanjung Lesung berdasarkan metode TCM sebesar Rp 4.049.586.776,9 (2) Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan adalah pendidikan (X3), daya tarik wisata/panorama alam (X6), jarak

tempuh (X7), danlama mengetahui lokasi (X8) (3) Persepsi wisatawan mengenai objek wisata KEK pariwisata Tanjung Lesung secara umum dinilai baik, namun terdapat beberapa fasilitas yang masih kurang memadai (4) Analisis strategi pengembangan wisata yang menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan oleh pengelola adalah mempertahankan dan meningkatkan

keadaan potensi SDA yang dimiliki, fasilitas wisata serta

mempercepat pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan potensiwisata

(41)

27

nasional dan internasional.

Abdul Rahim(2 011)

Analisis Pendapatan UsahaTangk ap Nelayan Dan Faktor- Faktor Yang Mempengaru hinya Di Wilayah Pesisir Pantai Sulawesi Selatan.

Pendapatan, Produktivitas, Alat

Tangkap, Lama Melaut

Analisis Deskriptif

Hasil penelitian Besar- kecilnya pendapatan usaha tangkap nelayan perahu motor per trip di wilayah pesisir pantai Sulawesi Selatan dipengaruhi secara positif oleh harga minyak tanah,

produktivitas, umur, dan alat tangkap rawai tetap, sedangkan secara negatif dipengaruhi oleh harga bensin, lama melaut, dan perbedaan wilayah penangkapan.

Pendapatan nelayan perahu tanpa motor per trip di Sulawesi Selatan dipengaruhi secara positif oleh

produktivitas jaring insang tetap dan perbedaan wilayah.

Selama setahun, pendapatan nelayan perahu motor dipengaruhi secara positif oleh harga minyak tanah, dan produktivitas secara nyata positif; sedangkan secara negatif

dipengaruhi oleh harga bensin, lama melaut, trip, dan perbedaan wilayah. Pendapatan nelayan perahu tanpa motor secara positif dipengaruhi oleh produktivitas,

tanggungan keluarga, jaring insang tetap, dan

(42)

perbedaan wilayah.

Sumber:Data Hasil Olahan Penulis

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Kuncoro, 2013:45). Berdasarkan konsep teori diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual Penelitian

Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa pedagang, restoran dan wisatawan sangat berpengaruh terhadap tinginya permintaan tangkapan nelayan.Dari hasil tangkapan nelayan seluruh tangkapan dipasarkan untuk wisatawan yang berkunjung ke setiap restoran yang ada di Bagan Percut.Pengeluaran wisatawan yang datang untuk menikmati hasil tangkapan nelayan menjadi nilai ekonomi tangkapan nelayan.

Nilai Ekonomi Pedagang

Restoran

Wisatawan

Hasil Tangkapan

Nelayan

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interektif dan fleksibel . penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena social dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut merupakan penelitian yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi objek. Alamiyah dimana peneliti merupakan instrument kunci (Sugiyono, 2005).

Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini (Nyoman, 2012).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Tahap penelitian ini di lakukan mulai bulan Desember 2018 sampai dengan selesai.

3.3 Batasan Operasional

Agar penelitian ini lebih terarah dan terpusat, maka penulis perlu menggunakan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Bagan Percut Sei Tuan

2. Penelitian ini terbatas pada nilai ekonomi tangkapan nelayan dalam menunjang objek wisata kuliner Desa Bagan Percut Sei Tuan.

(44)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan , restoran, pedagang dan wisatawan yang ada di Desa Bagan Percut Sei Tuan.

Dalam penelitian ini, acuan untuk menentukan ukuran sampel menggunakan teori Sugiyono (2008) : adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 100 sampel yang terdiri dari 30 sampel nelayan, 30 sampel pedagang ikan, 30 sampel wisatawan dan 10 sampel restoran.

Penelitian ini menggunakan Sampling Insidental yaitu, teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data yang merupakan bagian dari Nonprobability Sampling, dimana, pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008).

(45)

31

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam analisis perlu dilakukan suatu instrumen penelitian. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.5.1 Kuesioner

Kuesioner menurut Sugiyono (2008:199) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

2.5.2 Wawancara

wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi Menurut Arikunto (2006:158) adalah mencari dan mengumpulkan data melalui pengamatan dari sumber-sumber tertulis.

Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

(46)

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah semua data dikumpul dan disusun dalam rangka yang jelas dan sistematis, selanjutnya penulis menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif persentase dengan tabel. Dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut:

a. 76% - 100% termasuk dalam kategori tinggi.

b. 56% - 75% termasuk dalam kategori sedang.

c. 0% - 55% termasuk dalam kategori rendah.

Hal ini merujuk pada klasifikasi yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto bahwa 76-100% termasuk kategori baik, 56-75% termasuk kategori sedang, dan 0- 55% kategori kurang baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 158).

Untuk memperjelas penelitian ini maka penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F

Dengan keterangan : P = Persentase Jawaban F = Frekuensi atau Jumlah N = Total Jumlah Responden 3.7 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999).

N

X 100%

(47)

33

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah Hasil tangkapan nelayan yang didistibusikan ke seluruh restouran yang ada di sekitar daerah tersebut dan hasil tangkapan nelayan yang didistribusikan keluar daerah tersebut.

1. Nilai ekonomi tangkapan nelayan adalah jumlah total pendapatan yang diperoleh oleh nelayan dari hasil aktivitas menangkap ikan.

2. Wisatawan terdiri dari wisatawan lokal dan luar daerah yang berkunjung ke objek wisata kuliner Desa Bagan Percut.

3. Pedagang adalah masyarakat yang menjual hasil tangkapan nelayan kepada konsumen di tempat pelelangan ikan (TPI desa Bagan Percut).

4. Restoran adalah tempat untuk menyajikan atau menyediakan hidangan, dalam penelitian ini adalah hidangan berupa hasil tangkapan nelayan di Desa Bagan Percut.

(48)

Dimasa penjajahan Pemerintahan Belanda pada sekitar abad 19, wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan sekarang ini terdiri dari dua Kerajaan Kecil yaitu Kejuruan Percut dan Kejuruan Sei Tuan yang merupakan Protektorat Kesultanan Deli sampai awal Proklamasi Negara Kesatuan republik Indonesia.

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan adalah merupakan Pusat Pemerintahan dan Pusat Tanaman tembakau Deli yang terbesar dengan julukan “Dollar Land”

Di masa Pemerintahan Republik Indonesia Kejuruan Percut dan kejuruan Sei Tuan digabung menjadi satu wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan yang saat ini dikepalai oleh seorang Camat yang bernama H Timur Tumanggor S.Sos,M,AP hingga sekarang memimpin Kecamatan dan menjadi penerus sejarah di Kecamatan khususnya di Kecamatan Percut Sei Tuan

4.2 Letak Geografis, Luas Wilayah dan Keadaan Desa Bagan Percut Kecamatan Bagan Percut Sei Tuan

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 Km2 yang terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari wilayah Kecamatan merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 196 %.

Pada dasarnya Kecamatan Percut Sei Tuan berada diantara Kecamatan- Kecamatan yang ada di Kabupaten Deliserdang dan dikelilingi oleh Kota Madya

(49)

35

Medan dengan batas-batas wilayah yang berdampingan dengan wilayah yang terbesar di Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 4.1

Peta Demografi Wilayah Percut Sei Tuan

Untuk lebih jelasnya maka Desa Percut mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

1.

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

2.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinta Rakyat

3.

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Rejo

4.

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cinta Damai dan Desa Pematang Lalang

Luas wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan adalah 190, 79 km yang terdiri dari 18 Desa, 2 Kelurahan, 230 Dusun, dan 24 lingkaran dengan Ibukota

(50)

Kecamatan adalah Desa Tembung. Desa yang memiliki luas wilayah administratif terbesar adalah Desa Saentis memiliki luas 24, 00 km, sedangkan wiliyah dengan luas terkecil adalah Kelurahan Kenangan Baru yang memiliki luas 0,72 Km2.

Dari Tabel 1 dibawah dapat dilihat bahwa Desa Percut berukuran 10.63Km2, Desa Saentis dengan luas wilayah 24.00 Km2lebih luas dari Desa

Bandar Setia 3.50 Km2dari Desa Bandar Setia lebih dekat jarak ke Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu 4.00 Km2dan Desa Saentis 15.00 Km2.

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Jarak Wilayah Ke Kecamatan Percut Sei Tuan No Desa/kelurahan Luas (Km2) Jarak Ke Kecamatan(

Km2)

1. Bandar Klippa 18.48 0.50

2 Sei rotan 5.16 3.00

3. Laut Dendang 1.70 6.00

4. Amplas 3.10 5.00

5. Sampali 23.93 7.00

6. Cinta Damai 11.76 20.00

7. Pematang Lalang 20.10 22.00

8. Kolam 5.98 5.00

9. Bandar Khalipah 7.25 1.50

10. Tembung 5.35 0.30

11. Medan Estate 6.90 3.00

12. Saentis 24.00 15.00

13. Cinta Rakyat 1.48 16.00

14. Tanjung Selamat 16.32 16.00

15. Percut 10.63 20.00

16. Sambirejo Timur 4.16 2.50

17. Tanjung Rejo 19.00 18.00

18. Bandar Setia 3.50 4.00

19. Kenangan 1.27 6.00

20. Kenangan Baru 0.72 7.00

Jumlah 190,79 –

Sumber : Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka Tahun 2018

(51)

37

4.2.1 Kondisi Topografi dan Bentuk Wilayah

Topografi lahan, baik lahan sawah maupun darat rata-rata datar dengan kemiringan kurang dari 5% dan berjenis tanah alluvial, kondisi tanah di Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki bentuk wilayah yang landai (dataran rendah) dengan ketinggian 0 – 20 meter diatas permukaan laut.

Secara teknis kondisi lahan tersebut dapat memberikan kemudahan bagi sektor Perdagangan dan Jasa perindustrian maupun pemukiman.

4.2.2 Kondisi Iklim dan Cuaca

Kondisi iklim yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan adalah iklim tropis dan memiliki musim hujan dan musim kemarau, cuaca suhu udara kecamatan Percut Sei Tuan pada umumnya panas dan sedang.

Sedangkan untuk curah hujan 2330 mm/thn dengan bulan kering kurang dari 3 bulan dan digolongkan Tipe D1 Oldeman, dan mengenai suhu udara adalah 27 oC hingga 33 oC dan kelembaban udara 75 %-80%.

4.2.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penyebaran penduduk dapat menunjukkan tingkat kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Percut Sei Tuan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan dan berdasarkan luas Desa. Dari Tabel 2 dibawah dapat dilihat bahwa, jumlah penduduk yang paling banyak di Kecamatan Percut Sei Tuan Yaitu Desa Tembung dengan jumlah penduduk 53.868 jiwa, dan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu Desa Pematang Lalang dengan jumlah penduduk 1.684 jiwa.

Sedangkan yang memiliki luas wilayah yang paling luas di Kecamatan

(52)

Percut Sei Tuan yaitu Desa Saentis dengan luas wilayah 24,00 Km2 dan yang memiliki wilayah paling Kecil yaitu Desa Kenangan Baru dengan luas wilayah 0,27 Km2.

Tabel 4.2

Keadaan kepadatan penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan No Desa/kelurahan Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk

(jiwa) 1. Bandar Klippa 18.48 36.764

2 Sei rotan 5.16 26.354

3. Laut Dendang 1.70 15891

4. Amplas 3.10 8934

5. Sampali 23.93 29.219

6. Cinta Damai 11.76 5028

7. Pematang Lalang 20.10 1684

8. Kolam 5.98 15.326

9. Bandar Khalipah 7.25 40.724

10. Tembung 5.35 53.868

11. Medan Estate 6.90 16.264

12. Saentis 24.00 17.124

13. Cinta Rakyat 1.48 13.523 14. Tanjung Selamat 16.32 5600

15. Percut 10.63 14.168

16. Sambirejo Timur 4.16 26.245 17. Tanjung Rejo 19.00 9852 18. Bandar Setia 3.50 21.668

19. Kenangan 1.27 22.782

20. Kenangan Baru 0.72 24.116

Jumlah 190,79 405.570

Sumber : Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka Tahun 2018

4.2.4 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Percut Sei Tuan diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Percut Sei Tuan yaitu 203.860 jiwa, sedangkan jumlah

(53)

39

penduduk perempuan yaitu 201.710 Jiwa Dari Tabel 3 dibawah dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Percut berjenis kelamin laki-laki lebih besar 7.218 jiwa dari perempuan 6.942 jiwa.

Tabel 4.3

Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin No Desa/kelurahan Laki-laki

(jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (jiwa) 1. Bandar Klippa 18.621 18.143 36.764

2 Sei rotan 13.444 12.910 26.354

3. Laut Dendang 8060 7831 15891

4. Amplas 4586 4348 8934

5. Sampali 14.325 14.894 29.219

6. Cinta Damai 2515 2513 5028

7. Pematang Lalang 856 828 1684

8. Kolam 7784 7542 15.326

9. Bandar Khalipah 20.622 20.102 40.724

10. Tembung 26.933 26.933 53.868

11. Medan Estate 7862 8402 16.264

12. Saentis 8731 8393 17.124

13. Cinta Rakyat 6908 6615 13.523 14. Tanjung Selamat 2830 2770 5600

15. Percut 7218 6942 14.168

16. Sambirejo Timur 13.333 12.912 26.245

17. Tanjung Rejo 5052 4800 9852

18. Bandar Setia 11.156 10.512 21.668 19. Kenangan 11.392 11.390 22.782 20. Kenangan Baru 11.700 12.416 24.116

Jumlah 203.860 201.710 405.570

Sumber : Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka Tahun 2018

4.2.5 Struktur Penduduk Menurut Agama

Struktur penduduk di Kecamatan Percut Sei Tuan menganut berbagai macam agama, diantaranya terdapat pemeluk Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu/Budha. Dari Tabel 4 dibawah dapat dilihat bahwa agama Islam lebih banyak 349.189 jiwa dan agama Budha paling sedikit 2.263 jiwa, yang beragama Protestan 33.397, yang beragama Katolik 11.678, yang beragama Hindu 6.912.

(54)

Tabel 4.4

Struktur Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah (jiwa)

Islam 349.184

Budha 2.263

Kristen Katolik 11.678 Kristen Protestan 33.397

Hindu 6.912

Jumlah 405.570

Sumber : Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka Tahun 2018

4.2.6 Kondisi Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan bentuk pelayanan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. Adapun fasilitas umum yang terdapat di Kecamatan Percut Sei Tuan antara lain, sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana ibadah.

1. Sarana Pendidikan

Untuk menunjang kualitas sumber daya manusia, maka keberadaan fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pengembangan pendidikannya.Selain itu, ketersediaan informasi penyebaran fasilitas pendidikan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menilai sejauh mana tingkat kemajuan suatu daerah.

Pendidikan merupakan sarana dalam usaha mencerdaskan bangsa dan negara, menciptakan generasi muda dan sumber daya manusia yang siap pakai dalam pembangunan bangsa pada masa yang akan datang. Berhasilnya suatu pembangunan tidak terlepas dari tingkat pendidikan, dimana semakin maju tingkat pendidikan berarti akan

Gambar

Gambar 2.3 Kurva Penawaran
Tabel  4.17  menunjukkan  bahwa  karakteristik  responden  pedagang  ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan jenis kelamin, terdiri  dari  9  orang  wanitadengan  persentase  sebesar  30%  dan  21  orang  pria  dengan  persentase  sebesar  56,67%
Tabel  4.18  Menunjukkan  bahwa  dari  30  respondenpedagang  di  Tempat  Pelelangan  Ikan  (TPI)  Desa  Bagan  Percut  Sei  Tuan  berdasarkan  pendidikan,  responden  nelayan  yang  Tidak  Tamat  SD  sebanyak  9  orang  dengan  persentase  sebesar  30%,
Tabel 4.20 Menunjukkan bahwa dari 10 respondenrestoran di Desa  Bagan  Percut  berdasarkanusia  Restoran

Referensi

Dokumen terkait

a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari bank. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha baru,

Dapat menambah variabel atau faktor lain yang mempengaruhi yield obligasi, dimana pada penelitian ini hanya menggambarkan 4 variabel bebas, yang mana nilai

• Angkatan Kerja bertanda negatif, yang artinya variabel Angkatan kerja yang sejalan hipotesis bahwa Angkatan Kerja berpengaruh Negatif dengan Jumlah Penduduk Miskin,

Menurut WTO (1999), yang dimaksud dengan pariwista adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Widowati (2015) “Pengaruh Rasio Keungan terhadap profitabiliyas Perbankan di Indonesia” Capital Edequacy Ratio (CAR) berpengaruh

Dari hasil temuan tersebut maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurahma et al (2016) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen mampu memberikan

Hasil penelitian menunjukkan secara statistik variabel modal kerja, hari orang kerja, dan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi

Dari hasil regresi pengaruh Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah, Pengeluaran Rill Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk